Disusun Oleh:
Kelompok 5
Diyah Nur Wijiyanti 2110022
Achmad Mubarok N.A 2110050
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat waktu. Makalah ini membahas tentang
sehat jiwa pada anak usia sekolah yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
keperawatan jiwa dan psikososial di program studi S1-Keperawatan Stikes Hang Tuah
Surabaya.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bu Sukma ayu C K,S.Kep.Ns,
M.Kes.Sp. Kep J selaku dosen pengampu, dan kepada semua pihak yang telah memberikan
saran dalam menyusun makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan YME. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu
dikarenakan keterbatasan, kemampuan, dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita. Dan kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir
yang mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan memiliki beberapa ciri, yaitu :
berkesinambungan, kumulatif, bergerak ke arah yang lebih kompleks dan holistik.
Perkembangan psikososial berarti perkembangan sosial seorang individu ditinjau dari
sudut pandang psikologi.1 Perkembangan masa anak-anak merupakan hal yang
menarik untuk dipelajari. Hubungan antara anak dan keluarga, teman sebaya dan
sekolah mempengaruhi perkembangan psikososial seorang anak. Perkembangan
sosial seorang anak meningkat ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan
dan pemahaman mereka tentang kebutuhan dan peraturan-peraturan yang berlaku.
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan yang berfungsi untuk
membantu meningkatkan sumber daya manusia. Dari pendidikan yang diterima anak
bangsa di bangku sekolah, akan mampu mengubah pola pikir dan daya kreativitas
untuk menciptakan Negara dan taraf kesejahtraan yang baik dan perekonomian yang
meningkat. Rancangan yang dibuat oleh pemerintah di bidang pendidikan dengan
landasan operasionalnya adalah kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang di kembangkan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk tujuan pendidikan tertentu.
Apabila membahas tentang mutu pendidikan maka tidak lepas dari kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang
paling fundamental.Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menampung
peserta didik dan membina siswa agar memiliki kemampuan, kecerdasan, dan
keterampilan. Proses pendidikan memerlukan pembinaan secara terkoordinasi dan
terarah yang diharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal
sehingga tercapainya tujuan pendidikan. UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dari pengertian pendidikan
tersebut, jelas bahwa kegiatan pendidikan adalah kegiatan pengembangan potensi
1
peserta didik secara optimal dan terpadu, baik dimensi spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan peserta
didik.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru dan siswa pemegang peranan penting. Uzher Usman (2004)
menyatakan bahwa proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
penelitian Wasty (2003) pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan
belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai
maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga dengan
demikian peningkatan hasil belajar dapat lebih optimal.
Perubahan kurikulum didasari kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan
yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan
ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Perubahan yang terjadi secara terus menerus perlu
adanya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum
untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan dengan
perubahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa itu sehat jiwa?
2. Apa teori psikososial anak?
3. Bgaimana perkembangan anak usia sekolah (6-12thn)?
4. Apa pengertian sekolah?
5. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan sekolah?
6. Bagaimana perkembangan anak usia sekolah?
7. Bagaimana factor factor yang mempengaruhi perkembangan?
8. Apa saja masalah kesehatan pada sekolah?
9. Apa saja psikologis sekolah?
10. Bagaimana pola asuh orang tua?
2
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sehat jiwa.
2. Untuk mengetahui teori psikososial anak
3. Untuk mengetahui tahap perkembangan anak usia sekolah (6-12thn)
4. Untuk mengetahui pengertian sekolah.
5. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan sekolah.
6. Untuk mengetahui perkembangan anak usia sekolah.
7. Untuk mengetahui factor factor yang mempengaruhi perkembangan.
8. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada sekolah.
9. Mengidentifikasi psikologis sekolah.
10. Untuk mengetahui pola asuh orang tua
3
BAB II
TINJAUAN MATERI
A. Sehat Jiwa
4
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan
kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan
mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan
mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan,
individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya
dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa
orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya
5
6. Tahap VI : Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda)
Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi
dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk
membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila
individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh
adalah cinta
6
guru juga dapat memberikan penghargaan dan pujian atas usaha dan prestasi yang
telah dicapai oleh anak.
Namun, dalam hal yang sama, orang tua dan guru juga harus berhati-
hati agar tidak memberikan tekanan atau membandingkan anak dengan teman-
temannya. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa tidak percaya diri dan merasa
inferior.
Apabila anak berhasil melewati tahap industry vs inferiority dengan
baik, ia akan mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk
berkontribusi dalam lingkungan sekitarnya. Namun, apabila anak gagal melewati
tahap ini, ia akan mengalami rasa inferioritas dan kesulitan dalam mengembangkan
keterampilan sosial dan kemampuan produktivitas. Oleh karena itu, penting bagi
orang tua dan guru untuk memberikan dukungan dan stimulasi yang tepat bagi anak
pada tahap ini.
Berikut adalah beberapa contoh cara untuk memberikan stimulasi pada perkembangan
tahap industry vs inferiority pada anak usia sekolah:
1. Berikan kesempatan untuk mencoba berbagai kegiatan dan mengeksplorasi minat
dan kemampuan anak. Misalnya, memperkenalkan anak pada kegiatan seni, musik,
atau olahraga yang berbeda-beda.
2. Berikan penghargaan dan pujian atas usaha dan prestasi yang telah dicapai oleh
anak. Misalnya, memberikan ucapan terima kasih dan apresiasi ketika anak berhasil
menyelesaikan tugas atau meraih prestasi dalam kegiatan yang diikuti.
3. Berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan dan minat anak. Hal ini dapat
membantu anak merasa percaya diri dan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan.
4. Berikan kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya dalam
melakukan kegiatan. Hal ini dapat membantu anak mengembangkan keterampilan
sosial dan kemampuan kerjasama.
5. Jangan membandingkan anak dengan teman-temannya, dan hindari memberikan
tekanan berlebihan. Hal ini dapat membuat anak merasa tidak percaya diri dan
inferior.
6. Dukung anak dalam mengatasi kegagalan dan kesulitan. Ajarkan anak untuk tetap
berusaha dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan.
7. Berikan contoh perilaku yang positif dan memberikan dorongan untuk
mengembangkan kemampuan mandiri dan bertanggung jawab.
Dengan memberikan stimulasi yang tepat, anak akan dapat mengembangkan rasa
percaya diri, kemampuan produktivitas, dan keterampilan sosial pada tahap
industry vs inferiority.
D. Pengertian sekolah
anak usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun) lebih antusias dan mampu
mengikuti dan memahami materi ketika diajarkan secara tim dengan metode
permainan khususnya dengan menyanyikan lagu. terkait dengan materi. Mereka
7
menjadi lebih percaya diri untuk memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris
di depan teman-temannya. bimbingan belajar cukup efektif untuk membantu anak-
anak usia sekolah dasar di desa Semangat Dalam untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman mereka tentang pelajaran bahasa Inggris, serta meningkatkan rasa
percaya diri mereka dalam menggunakan bahasa Inggris.
1. perkembangan motoric
Seiring dengan pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang
maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik.Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Faseatau usia sekolah
dasar (7-12) tahun ditandai dengan gerak atau aktivitasmotorik yang lincah. Oleh
karena itu, usia ini merupakan masa yang idealuntuk belajar keterampilan yang
berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentukelancaran
proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupunketerampilan. Oleh karena
itu, perkembangan motorik sangat menunjangkeberhasilan belajar peserta didik.
Sesuai dengan perkembangan fisik ataumotorik anak yang sudah siap untuk
menerima pelajaran keterampilan,maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan
motorik anak itu secarafungsional. Upaya-upaya sekolah untuk memfasilitasi
perkembanganfisik-motorik secara fungsional tersebut, diantaranya sebagai berikut:
10
A) Sekolah merancang pelajaran keterampilan yang bermanfaat
bagi perkembangan atau kehidupan anak seperti mengetik, menjahit,merupa,
atau kerajinan tangan lainnya.
b) Sekolah memberikan pelajaran senam atau olahraga kepada parasiswa,
yang sejenisnya disesuaikan dengan usia siswa
c)Sekolah perlu merekrut (mengangkat) guru-guru yang memilikikeahlian
dalam bidang-bidang tersebut diatas.
d) Sekolah menyediakan sarana untuk keberlangsungan penyeleng-garaan
pelajaran tersebut
Menurut Hurlock (1978) pencapaian kemampuan-kemampuantersebut
kemudian mengarah pada pembentukan keterampilan (skill).Keterampilan yang
dipelajari dengan baik akhirnya akan menimbulkankebiasaan. Perkembangan
psikomotorik berhubungan erat dengan perilakuindividu. Pada aspek sosial, masa
remaja adalah masa mencari jati diri.Keterampilan sosial berkembang pada konteks
remaja ketika ia berinteraksi dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya.
Percakapan mengenai topik-topik tertentu dalam pergaulan membantusiswa
melihat berbagai hal dari berbagai sudut pandang yang selanjutnyamengembangkan
cara berpikirnya. Sedangkan pada aspek moral danemosi, masa remaja adalah masa-
masa yang sensitif dan reaktif bahkan ada yang cenderung temperamental. Kondisi
ini diakibatkan olehlingkungan yang tidak baik.
2. Perkembangan Itelektual
Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif pada hakekatnya adalah
perkembangan kemampuan penalaran logis. Baginya, berpikir dalam proses kognitif
tersebut lebih penting daripada sekedar mengerti.Pada masa remaja, peserta didik
mulai mengembangkan cara berpikirnya.
Peserta didik mulai berpikir secara hipotesis dalam me nyelesaikanmasalah
yaitu mencari sumber permasalahan, mengkaji dan mencarialternative
pemecahannya. Sistem persekolahan dan keadaan socialekonomi mempengaruhi
terjadinya perbedaan pada perkembangankognitif anak didik, demikian pula dengan
budaya, sistem nilai, danharapan dalam masyarakat. Adapun karakteristik
perkembanganintelektual pada usia sekolah, yaitu:
11
Upaya sekolah untuk memfasilitasinya adalah menyelenggarakankegiatan
kompetisi bagi siswa terkait perkembangan kognitif, misal:cerdas-cermat,
mengarang, menggambar, menulis puisi, dll.
Pengembangan intelektual siswa.
Mengasah ketajaman pancaindra untuk menerima masukan dari
luar(information gathering)
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu alat vital dalam perkembangan
kognitif.Konsep-konsep permasalahan yang dikaji akan lebih mudah dimengerti
dengan bantuan bahasa. Bahasa termasuk dapat berbentuk lisan atautulisan dengan
mempergunakan tanda (coding), huruf (alphabetic), bilangan (numerical atau
digital), sinar atau cahaya yang dapat merupakankata-kata (word) atau kalimat
(sentences). Mungkin pula berbentukgambar atau lukisan (drawing, picture), gerak-
gerik (gestures) dan mimicserta bentuk-bentuk simbol ekspresif lainnya.
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian
ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikirandan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerakdengan meng-gunakan
kata-kata, simbol, lambang, gambar, atau lukisan.Melalui bahasa setiap manusia
dapat mengenal dirinya, sesamanya, alamsekitar, ilmu penge-tahuan dan nilai-nilai
moral atau agama.
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnyakemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada awalmasa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhiranak telah dapat menguasai
sekitar 5000 kata. Dengan dikuasainyaketerampilan membaca dan berko-munikasi
dengan orang lain, anak sudahgemar membaca atau mendengar cerita yang bersifat
kritis. Pada masa initingkat berfikir anak sudah lebih maju, dia banyak menanyakan
waktu dansoal-akibat.
12
kehidupan padaumumnya, seperti menyusun autobiografi, kehidupan
keluarga, cara-caramemelihara lingkungan, cita-cita, dan belajar untuk
mencapai sukses.
4. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas tinggi, kelas 4, 5, 6) anakmulai
menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklahditerima, atau tidak
disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia
mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya Kemampuan
mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan
5. Perkembangan Sosial
13
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangandalam
hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisidan
moral agama. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga,teman sebaya
dan guru.
Perkembangan sosial pada anak usia SD ditandai adanya perluasanhubungan
(teman/ group).
Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
kepadateman/lingkungannya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan diri
denganteman/lingkungan
Sekolah harus bisa memfasilitasi perkembangan sosial dengan
caramemberikan tugas-tugas kelompok (baik tugas fisik maupunnonfisik).
Melalui tugas kelompok tanamkan sikap bekerja sama, salingmenghormati
pendapat teman, tenggang rasa, dan bertanggung jawab
.
14
Dalam kaitannya pemberian materi agama kepada anak, di
sampingmengembangkan pemahaman juga perlu pelatihan/pembiasaan
ygmenyangkut ibadah dan akhlak.
Contoh: TK membaca iqrok, SD membaca Al-Quran
TK hafalan surat pendek, SD melanjutkan
TK sebatas materi shalat, SD dengan artinya
Perlu pembiasaan ibadah sosial yang menyangkut akhlak terhadapsesama
(hormat orang tua, menolong orang yg memerlukan,menyayangi fakir
miskin, memelihara kebersihan, jujur, dan amanah.
Diperkenalkannya hukum agama (halal-haram, wajib-sunah).
Lingkungan Sekolah
Sekolah dasar adalah sekolah pertama yang harus dijalani anak sebelum
mengikuti pendidikan lebih tinggi. Pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai
kegiatan mendasari tiga aspek dasar yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama
dalam kehidupan (Anneira, 2007). Sekolah memegang peranan penting dalam
perkembangan kepribadian anak karena siswa harus hadir di sekolah; sekolah
memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa perkembangan
konsep dirinya; anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di
tempat lain di luar rumah; sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meraih sukses; sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai
dirinya dan kemampuan secara realistik (Yusuf, 2010). Sekolah melakukan upaya
untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah melalui kegiatan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih, sehat serta derajat
kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Masa sekolah merupakan masa yang sangat baik untuk membangun harapan
anak. Pada usia ini anak belum mempunyai kekuatan untuk mengontrol diri dari
keinginannya, karena itu anak-anak lebih mau tunduk pada kekuasaan yang lebih
kuat dari dirinya. Sekolah sebagai institusi yang lebih kuat dan diorganisir
sedemikian rupa, hendaknya mampu memberikan disiplin yang tegas dengan
mendorong anak agar menggunakan potensi dirinya berkembang ke arah yang lebih
baik. Biasanya pada masa ini anak-anak senang sekali dengan sekolahnya, sangat
mencintai gurunya, giat belajar dan patuh menjalankan kewajibannya.
Pengaruh pertama yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnya ialah
sosok-sosok yang berada di sekelilingnya. Di lingkungan rumah mereka adalah ayah
dan keluarganya. Ketika beranjak besar, sedikit ia mulai bergaul dengan anak-anak
15
usia sebayanya atau yang lebih tua darinya (Mahfuzh, 2009). Selanjutnya seorang
anak mulai bersekolah dimana ia akan memperoleh pendidikan secara formal dari
guru/pengajar/pendidik.
Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah sekelompok individu yang dihubungkan dengan ikatan
darah dan emosional, merasa memiliki satu sama lain, memberikan dukungan,
melakukan berbagai fungsi dasar, memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola
interaksi dan relationship. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama bagi seorang anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama
mendapatkan didikan dan bimbingan yang juga merupakan lingkungan yang utama
karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.
16
keinginan, anak akan bereaksi dengan perilaku yang anti-sosial sebagai upaya
mendapatkan kembali pengenalan diri yang tidak dapat dicapinya dengan cara baik.
Pemberian stimulasi secara dini adalah salah satu faktor yang berpengaruh
dalam upaya pendidikan anak, karena pemberian stimulasi yang baik akan
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Wong et.al, 2009). Stimulasi adalah
cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan anak. Stimulasi dapat dilakukan
secara langsung oleh orang tua atau membuat lingkungan yang baik sehingga anak
merasa nyaman mengeksplorasi diri terhadap lingkungannya. Dengan stimulasi,
seluruh kemampuan anak, baik motorik kasar, motorik halus, bahasa, maupun
personal sosial akan berkembang dengan baik. Sebagai seorang orang tua hendaknya
mengetahui dan mampu memberikan stimulasi terhadap anak sesuai dengan tahap
perkembangannya di lingkungan keluarganya.
17
H. MASALAH KESEHATAN USIA SEKOLAH
Memiliki kegiatan baru tak jarang membuat anak terlalu senang dan terlalu
bersemangat sehingga ia menuangkan semua energinya pada aktivitas barunya ini.
Anak mungkin akan bangun lebih pagi pada hari pertamanya sekolah, di sekolah pun
ia akan bergerak lebih sering sehingga akan menguras energinya. Tak jarang anak
akan merasa kelelahan saat sampai di rumah. Jika sudah dalam kondisi ini biasanya
anak akan sedikit rewel karena merasa tak nyaman. Ajak anak untuk beristirahat agar
kondisinya tak bertambah buruk. Jangan lupa ingatkan anak untuk banyak minum air
putih agar tak terjadi dehidrasi.
Kurang asupan sayur dan buah biasanya akan membuat imunitas anak
menurun dan dapat menimbulkan konstipasi akibat kurangnya serat. Anak belum
peka mengenai gejala penyakit tertentu, sehingga ia kadang tak menyadari jika ada
teman di sekitarnya yang sedang dalam kondisi tak baik. Anak mungkin akan
mengabaikan mata temannya yang memerah karena sakit mata dan akan tetap terus
bermain di dekatnya sehingga tanpa disadari ia akan tertular penyakit tersebut.
4. Timbul masalah gigi dan mulut karena seringnya makan makanan manis
anak menyukai makanan yang terasa manis seperti permen, cokelat, es krim,
gulali dan makanan yang terasa manis lainnya. Makanan manis berpotensi untuk
merusak enamel gigi sehingga memicu pertumbuhan karang gigi hingga dapat
merusak gigi si kecil. Masalah mulut lainnya yang umumnya timbul adalah
sariawan, hal ini berhubungan dengan kurangnya konsumsi buah dan sayur serta air
putih. Bekali anak dengan makanan sehat dan air putih yang cukup.
18
5. Masalah kulit ringan
Beberapa masalah kulit mungkin akan muncul pada anak-anak usia sekolah
seperti biang keringat hingga panu, kadas bahkan kutu air. Anak yang sering
berkeringat biasa akan mengalami miliaria atau biang keringat dengan gejala
munculnya ruam kemerahan pada bagian tubuh tertentu. Beberapa masalah kulit
lainnya diakibatkan karena tertular dengan penderitanya. Ibu juga harus
memperhatikan kebersihan pakaian dan sepatu serta kaos kaki yang dikenakannya.
Sepatu yang kotor maupun basah dapat menjadi sarang bakteri. Masalah kulit kepala
juga terkadang muncul, seperti ketombe hingga “tertular” kutu rambut.
1. Tipe Mudah
Ciri-cirinya :
Mewakili suasana hati yang positif, cenderung tidak rewel.
Dengan cepat dapat membentuk kebiasaan rutin yang teratur dan mudah
menyesuaikan diri dengan pengalaman, situasi dan orang-orang baru.
2. Tipe Sulit
Ciri-cirinya :
Cenderung bereaksi secara negatif dan seringkali menangis
Cenderung bereaksi negatif terhadap kegiatan rutin, sehingga memberi kesan
sangat sulit untuk hidup secara teratur (misalnya keteraturan dalam hal makan,
tidur, mandi dll)
Lambat dalam mencari pengalaman-pengalaman baru sehingga penyesuaian
diri dengan lingkungan, situasi, serta orang-orang disekitar, dan makan baru
pun sulit.
19
Tingkat aktifitasnya rendah
Cenderung menunjukkan Suasana hati yang negatif (tetapi sedikit lebih baik
daripada tipe sulit)
Penyesuaian dirinya juga lamban dan suasana hati anak tipe ini cenderung
rendah intensitasnya. Semasa bayi ia tidak terlalu rewel bila dibandingkan
dengan tipe anak sulit. Lewat bujukan Akhirnya ia dapat ditenangkan
20
Kesadaran Orangtua akan penanaman nilai-nilai religi dan moral
untuk anak-anaknya ssangat rendah. Pada Orangtua lebih
mengutamakan pendidikan umum, pencapaian gelar akademik
setinggi-tingginya, tapi tidak memperdulikan bagaiman moral dan
agamanya.
21
3. Pola asuh permisif
Pola asuh yang permisif, anak dituntut sedikit sekali tanggung jawab
tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan
untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Dalam
pola asuh ini diasosiasikan dengan kurangnya kemampuan pengendalian diri anak
karena orang tua yang cenderung membiarkan anak mereka melakukan apa saja yang
mereka inginkan dan akibatnya anak selalu mengharap semua keinginannya dituruti.
Dalam pola asuh permisif, bimbingan terhadap anak kurang dan semua keputusan
lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya. Dalam pola asuh ini, sikap
acceptance orang tua tinggi namun tingkat kontrolnya rendah. Dampak
perkembangan terhadap psikologi anak yaitu kurang percaya diri, pengendalian diri
buruk, rasa harga diri yang rendah
Usia orang tua. Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan
peran pengasuhan. Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat menjalankan
peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.
Keterlibatan orang tua. Kedekatan hubungan ibu dan anak sama pentingnya
dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan. Di dalam rumah
tangga, ayah dapat melibatkan dirinya melakukan peran pengasuhan kepada
anaknya. Seorang ayah tidak saja bertanggung jawab dalam memberikan nafkah
tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam melakuan perawatan anak seperi
menggantikan popok ketika anak mengompol atau mengajaknya bermain bersama
sebagai salah satu upaya dalam melakukan interaksi.
Pendidikan orang tua juga berpengaruh penting dalam pengasuhan.
Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak. Orang tua yang telah
mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap
menjalankan pengasuhan dan lebih relaks.
Stres orang tua. Stres yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan
orang tua dalam menjalankan peran pengasuhannya
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tingkat pengetahuan orang tua sebelum dilakukan pendidikan kesehatan jiwa
keluarga terhadap stimulasi tumbuh kembang anak sekolah adalah sebagian memiliki
tingkat pengetahuan cukup, sedangkan tingkat pengetahuan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan jiwa keluarga terhadap stimulasi tumbuh kembang anak sekolah
adalah seluruh orang tua memiliki tingkat pengetahuan baik. Sikap orang tua sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan adalah mendukung, sedangkan sikap sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan adalah orang tua memiliki sikap baik. Hasil yang
didapatkan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah
pengetahuan kurang tahu menjadi lebih tahu dan pengetahuan cukup menjadi baik.
B. Saran
Tingkat pengetahuan orang tua sebelum dilakukan pendidikan kesehatan jiwa
keluarga terhadap stimulasi tumbuh kembang anak sekolah adalah sebagian memiliki
tingkat pengetahuan cukup, sedangkan tingkat pengetahuan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan jiwa keluarga terhadap stimulasi tumbuh kembang anak sekolah
adalah seluruh orang tua memiliki tingkat pengetahuan baik. Sikap orang tua sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan adalah mendukung, sedangkan sikap sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan adalah orang tua memiliki sikap baik. Hasil yang
didapatkan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah
pengetahuan kurang tahu menjadi lebih tahu dan pengetahuan cukup menjadi baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
ASKEP, Kerangka Konsep, and Ahmad Taufik Baidawi. "Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong."
Bobak, et all, 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Paat, Judita, Eddy Suparman, and Hermie Tendean. "Persalinan Distosia Pada Remaja Di BLU
RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado." e-CliniC 3.2 (2015).
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
24