Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

“Pendidikan Anak Usia Dini Sampai Dengan Pendidikan Orang


Dewasa”

OLEH:

Kelompok 6

Anik Cahyanti 2005046061


Ardiana 2005046060
Putry Fatmawati 2005046058
Suci Ade Fitrah Ramadhan 2005046059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.

Penulisan makalah berjudul “Pendidikan Anak Usia Dini Hingga Pendidikan


Orang Dewasa” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap
makalah ini dapat menjadi referensi dan menambah wawasan. Selain itu, kami
juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama


pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Samarinda, 10 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)...........................................................3


B. Pendidikan Sekolah Dasar ..........................................................................6
C. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama....................................................14
D. Pendidikan Sekolah Menengah Atas.........................................................16
E. Pendidikan Perguruan Tinggi....................................................................17

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
.....Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan
masyarakat, pendidikan ini menjadi sebuah proses yang dilalui setiap
individu menuju ke arah yang lebih baik dalam melangsungkan
kehidupannya, karena pendidikan adalah salah satu jalan seseorang
mendapatkan pengetahuan untuk dijadikan sebagai modal dan acuan
mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan masyarakat yang
berpendidikan, terampil dan berperan serta dalam kemajuan pembangunan.
Selain itu, pendidikan dapat membawa masyarakat ke taraf ekonomi yang
lebih baik, membuka pintu untuk menuju ke dunia modern, karena hanya
dengan pendidikan dapat dilakukan perubahan sosial budaya, yaitu
pengembangan ilmu pengetahuan, penyesuaian nilai-nilai dan sikap-sikap
yang mendukung pembangunan, dan penguasaan berbagai keterampilan
dalam menggunakan teknologi maju untuk mempercepat proses
pembangunan.
Sistem pendidikan sendiri merupakan suatu strategi atau cara yang
akan dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan agar para pelajar tersebut secara aktif mengembangkan potensi di
dalam dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Seperti halnya sistem pendidikan yang dianut oleh Indonesia
yang terdapat dalam Undang Undang nomor 20 tahun 2003 yaitu tentang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) yang berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi secara didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

1
berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sistem pendidikan yang
dianut di Indonesia seperti yang dijelaskan di atas diterapkan berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Dalam undang-undang tersebut, dijelaskan ada 3 jalur pendidikan
di Indonesia: Pertama, sekolah formal yang dimulai dari pendidikan dasar
atau yang dikenal dengan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan dilanjutkan
pendidikan tinggi atau disebut juga dengan Perguruan Tinggi. Kedua
pendidikan non-formal seperti Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan
Tambahan seperti kursus, Pendidikan Usia Dini atau PAUD dan lain
sebagainya. Ketiga pendidikan informal seperti pendidikan yang ada di
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan alam.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
hingga Perguruan Tinggi?
b. Apa tujuan adanya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga
Perguruan Tinggi?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui lebih jelas megenai Pendidikan Anak Usia Dini
hingga Perguruan Tinggi.
b. Untuk mengetahui tujuan adanya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
hingga Perguruan Tinggi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan PAUD
1. Pengertian PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.
Secara institusional, Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan, baik kordinasi motorik, kecerdasan emosi, kecerdasan
jamak, maupun kecerdasan spiritual.
Sementara itu, secara yuridis istilah anak usia dini di Indonesia
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.
Lebih lanjut pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) adalah suatu jenjang pendidikan yang berupaya
memberikan pembinaan kepada anak usia dini dengan menggunakan
cara bermain sambil belajar dengan tujuan dapat merangsang
perkembangan anak sehingga anak usia dini siap untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.

3
2. Pentingnya PAUD
PAUD memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya karena
merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang
mendapatkan pembinaan yang tepat dan efektif sejak usia dini akan
dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental,
yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar anak, etos kerja
anak, dan produktivitas sehingga mampu mandiri dan mengoptimalkan
potensi dirinya.
PAUD sangat menentukan kesuksesan seseorang di masa
depan; bagaimana seseorang merespons berbagai permasalahan yang
dihadapi dalam setiap langkah kehidupan sangat ditentukan oleh
pengalaman dan pendidikan yang diperoleh pada saat usia dini. PAUD
yang positif akan mendorong seseorang untuk merespons berbagai
permasalahan kehidupan secara positif, sebaiknya pengalaman negatif
dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan yang seharusnya.
3. Konsep Pendidikan PAUD
a. Anak Usia Dini Cenderung Meniru
Faktor lingkungan sangat berpengaruh  dalam
perkembangan dan perubahan perilaku anak, maka dalam
pendidikan anak termasuk hal yang prinsip, menjauhkan anak dari
berbagai jenis lingkungan yang tidak baik terutama sekali
lingkungan dalam rumah tangga. Di samping itu orang tuanya
menjadi contoh utama juga harus menciptakan lingkungan yang
baik dan tidak mencemari perilaku anak. Apa yang dilakukan oleh
orangtua atau pendidik tentu akan ditiru oleh anak didik. Karena
itu sebagai orang tua atau pendidik harus memberikan contoh nyata
atau keteladanan yang baik pada anak-anak. Memang anak-anak
adalah cerminan orang tuanya. Tetapi bukan hanya dari orang tua
saja, anak-anak akan meniru dari lingkungan sekitar atau media

4
lain seperti televisi, teman sebaya, dan saudara-saudaranya yang
lebih dewasa.
b. Pendidikan karakter
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan karakter adalah
watak atau karakter merupakan dari segala tabiat manusia yang
bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan
orang yang satu dengan yang lainnya. Ki Hadjar Dewantara
menyebut karakter itu dengan amal budi pekerti atau watak, pikiran
dan tubuh anak. Orang yang telah mempunyai kecerdasan budi
pekerti itu senantiasa memikir-mikirkan dan merasa-rasakan serta
selalu memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan
tetap. Itulah sebabnya, tiap-tiap orang itu dapat kita kenal
wataknya dengan pasti, yaitu karena watak atau budi pekerti itu
memang bersifat tetap dan pasti buat satu-satunya manusia
sehingga dapat dibedakan orang yang satu daripada yang lain.
c. Karakter anak usia dini tumbuh dari kebiasaan
Karakter memegang peranan penting dalam berbagai aspek
kehidupan  individu dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, pendidikan karakter (budi pekerti
luhur)  bagi anak usia dini memegang peranan yang sangat penting,
dan akan mewarnai perkembangan pribadi secara keseluruhan.
d. Hakikat Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Pendidikan karakter bagi anak usia dini memiliki makna
lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan
dengan masalah benar salah, akan tetapi bagaimana menanamkan
kebiasaan (habit) tentang berbagai perilaku yang baik dalam
kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran dan pemahaman
yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena karakter
merupakan  sifat alami bagi anak usia dini untuk merespon situasi
secara bermoral, harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui

5
pembiasaan untuk berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab dan
hormat terhadap orang lain.

B. Pendidikan Sekolah Dasar


1. Pengertian Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pendidikan
dasar mencakup SD/MI, SMP/MTs.
Pengertian pendidikan dasar dalam UU 50 yang disebut dengan
pendidikan rendah, definisinya sangat jelas, bahwa level ini adalah
level untuk menumbuhkan minat, mengasah kemampuan pikir, olah
tubuh dan naluri.
Berdasarkan pasal 17 UU RI No. 20 tahun 2003 menerangkan
bahwa:
a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.
b. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atsu
bentuk lain yang sederajat.
c. Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Penjelasan atas pasal 17 ayat (2) menyatakan bahwa
“Pendidikan yang sederajat dengan SD/MI adalah program seperti
Paket B yang diselenggarakan pada jalur pendidikan nonformal.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian sekolah
adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran. Sedangkan menurut kamus umum
bahasa Indonesia sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar
dan memberi pelajaran.

6
Dari sedikit penjelasan tentang pengertian sekolah maka bisa
diartikan bahwa sekolah dasar adalah suatu bangunan atau lembaga
pendidikan yang mewadahi kegiatan belajar megajar yang berkaitan
dengan atau tentang dasar-dasar pendidikan.
Dalam UU No. 2 tahun 1989, Pendidikan dasar
diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik
yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Kajian tentang tujuan pendidikan di sekolah dasar dewasa ini
harus senantiasa dikaitkan dengan pendidikan dasar karena sekolah
dasar merupakan bagian dari sistem (subordinasi) pendidikan dasar.
Seperti yang telah Anda pahami pula bahwa pendidikan dasar adalah
bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan dasar
merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan
selama 6 (enam) tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 tahun di sekolah
lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang
sederajat.
Sekolah dasar (SD), menurut Waini Rasyidi (1993) pada
hakikatnya merupakan satuan atau unit lembaga sosial (social
institution) yang diberi amanah atau tugas khusus (specific task) oleh
masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara
sistematis. Dengan demikian, sebutan sekolah dasar merujuk pada
satuan lembaga sosial yang diberi amanah spesifik oleh masyarakat
untuk menyelenggarakan pendidikan dasar penggalan pertama selama
enam tahun untuk dilanjutkan pada penggalan pendidikan dasar kedua
selama 3 tahun di SLTP atau satuan pendidikan yang sederajat.
Atas dasar pemahaman tentang beberapa definisi pendidikan
maka Anda dapat mendefinisikan Pendidikan Sekolah Dasar sebagai
suatu proses yang bukan hanya memberi bekal kemampuan intelektual
dasar dalam membaca, menulis dan berhitung saja melainkan juga

7
sebagai proses mengembangkan kemampuan dasar peserta didik secara
optimal dalam aspek intelektual, sosial, dan personal, untuk dapat
melanjutkan pendidikan di SLTP atau yang sederajat.
Secara teknis pendidikan SD dapat pula didefinisikan sebagai
proses membimbing, mengajar dan melatih peserta didik yang berusia
antara 6-13 tahun untuk memiliki kemampuan dasar dalam aspek
intelektual, sosial dan personal yang terintegrasi dan sesuai dengan
karakteristik perkembangannya.
2. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
Tujuan pendidikan merupakan gambaran kondisi akhir atau
nilai-nilai yang ingin dicapai dari suatu proses pendidikan. Setiap
tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu (1) menggambarkan
kondisi akhir yang ingin dicapai dan (2) memberikan arah dan cara
bagi semua usaha atau proses yang dilakukan.
Di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah menumbuh-kembangkan pribadi-pribadi yang (1) beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3)
memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan
jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif atau
mengharuskan semua tingkat pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut.
Tujuan pendidikan di SD mencakup pembentukan dasar
kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan
tingkat perkembangan dirinya; pembinaan pemahaman dasar dan
seluk-beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk
belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan hidup dalam
masyarakat.

8
Tujuan operasional pendidikan SD adalah memberi bekal
kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SLTP. Tujuan pendidikan di SD diuraikan secara
terperinci, seperti berikut ini.
a. Memberikan bekal kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
Kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung)
merupakan tujuan pertama dan utama sering disebut juga sebagai
tujuan yang paling fundamental karena sifatnya sangat menentukan
baik-tidaknya kemampuan-kemampuan lain. Kemampuan ini
diwujudkan dalam kemampuan dan keterampilan penggunaan
bahasa yang meliputi membaca, menulis dan berbicara, serta
kemampuan berhitung yang meliputi kemampuan dan keterampilan
menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengukur
sederhana dan memahami bentuk geometri. Semua kemampuan ini
sangat berguna dan dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Said Hamid Hasan (1989) mengemukakan bahwa
keterampilan dasar yang diakui secara universal adalah membaca,
menulis, dan berhitung. Keterampilan dasar ini diperlukan dan
harus sama baiknya untuk seseorang yang akan bekerja maupun
untuk mereka yang akan melanjutkan studi.
Sesungguhnya telah ditegaskan di dalam Pasal 34 ayat 3
mengenai isi kurikulum pendidikan dasar bahwa membaca dan
menulis, dan matematika (termasuk berhitung) merupakan bahan
kajian minimal. Jadi kemampuan ini bukan ukuran keberhasilan
satu-satunya, melainkan merupakan salah satu parameter
keberhasilan. Namun, mendasari kemampuan yang lainnya maka
kemampuan ini perlu memiliki standar yang baku.

9
Dalam mengembangkan keterampilan membaca dan
menulis perlu diberikan catatan bahwa kemampuan yang paling
tinggi sebaiknya adalah kecepatan membaca. Kemampuan menulis
hendaklah diarahkan bukan hanya pada menulis untuk karya sastra,
melatih dan mengembangkan kemampuan membuat kalimat, alinea
ataupun suatu patokan bahasa, tetapi juga diarahkan untuk
memberikan kemampuan mengorganisasikan informasi yang
mereka peroleh. Dengan demikian, pelajaran menulis merupakan
media pengembangan kemampuan daya nalar siswa pendidikan
dasar, betapa pun sederhana tingkat kemampuan yang
dikembangkan.
b. Memberikan kemampuan dan keterampilan dasar (intelektual,
sosial, moral, dan emosional) yang bermanfaat bagi kehidupan
siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya
Kemampuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi
kehidupan siswa sesuai dengan tingkat perkembangan anak SD
sangat banyak aspek dimensinya, meliputi kemampuan dan
keterampilan intelektual, sosial, moral, spiritual, dan personal.
Menurut Ahman (2000) tujuan pendidikan SD tidak lagi
menyiapkan siswa untuk terjun ke masyarakat melainkan
menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat
SMP/Mts. Perubahan ini sejalan dengan perubahan orientasi
perkembangan anak. Lulusan SD harus siap melanjutkan
pendidikan ke SMP/Mts. maka pendidikan SD tidak semata-mata
mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung,
melainkan harus menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan
intelektual, sosial, moral, spiritual dan pribadi.
Kemampuan dan keterampilan sosial dan moral merupakan
kemampuan siswa untuk memahami aturan dan nilai-nilai yang
beragam dalam kelompok serta mampu berinteraksi dengan
kelompok yang beragam itu secara harmonis. Kecenderungan

10
egosentrisme pada awal usia SD merupakan tantangan yang berat
bagi guru. Guru harus mampu membimbing siswa untuk belajar
memahami, menghargai dan peduli kepada orang lain di
sekitarnya.
c. Mempersiapkan anak untuk mengikuti pendidikan di SMP/Mts.
Kegiatan untuk mencapai tujuan ketiga ini tidak dapat
dipisah-pisahkan dengan upaya pencapaian kedua tujuan
sebelumnya. Tepat sekali pendapat Rochman Natawidjaja (1989),
yang menyatakan bahwa program pendidikan di SD perlu lebih
ditekankan pada segi pendidikan daripada pengajaran dalam rangka
pembentukan landasan kepribadian yang kuat. Pada 2 atau 3
tingkat kelas terakhir perlu lebih ditekankan pada pembinaan
pemahaman dan penghayatan dasar akan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara sederhana, tetapi sistematik. Landasan semacam
itu diperlukan untuk mencapai keberhasilan di SLTP.
3. Fungsi Pendidikan di Sekolah Dasar (SD)
Para pakar pendidikan banyak yang sependapat bahwa fungsi
pendidikan adalah meliputi:
a. Fungsi individuasi
Individuasi merujuk pada proses untuk menjadi diri sendiri
sebagai pribadi yang unik, berbeda dengan pribadi yang lain.
Seseorang berupaya mencapai prestasi terbaik dalam hal tertentu
dengan bertumpu pada pemanfaatan segenap potensi yang
dimilikinya tanpa tergantung kepada usaha orang lain. Jadi
individuasi merupakan tujuan dan fungsi pendidikan yang paling
hakiki.
b. Fungsi sosialisasi
Dengan fungsi ini pendidikan yang diselenggarakan harus
selalu mendorong dan mengkondisikan anak didik untuk
melakukan apa yang disebut dengan belajar sosial (social
learning), anak diajarkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi

11
dengan orang lain dengan memahami, menghayati dan
melaksanakan sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Anak akan menunjukkan perilaku sosial yang baik seperti
jujur, peduli, sopan-santun, toleran, dan sebagainya bilamana
lingkungan sosialnya memang demikian. Pendidikan harus
mewariskan nilai-nilai budaya yang luhur kepada semua anak
didik. Anak harus mengenal dan mencintai kebudayaan yang ada di
lingkungan masyarakatnya sendiri, jangan sampai anak didik lebih
mengenal dan mencintai kebudayaan asing dari pada
kebudayaannya sendiri dimana dia hidup.
c. Fungsi nasionalisasi
Fungsi ini mengandung arti bahwa pendidikan harus
mendidik anak untuk menjadi warga negara yang baik. Dengan
fungsi ini, pendidikan harus menumbuhkembangkan kesadaran,
kecintaan dan kebanggaan setiap anak didik untuk menjadi warga
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
d. Fungsi humanisasi
Fungsi ini mengandung arti bahwa pendidikan
berkewajiban untuk menumbuhkembangkan anak untuk menjadi
bagian dari umat manusia di dunia, tanpa harus rikuh dengan
perbedaan suku, ras, dan agama. Dengan melaksanakan fungsi ini,
anak didik diharapkan untuk mengembangkan sikap saling
menghargai atau toleran terhadap perbedaan, hidup rukun dan
damai dalam keragaman tanpa kehilangan identitasnya sendiri.
Pendidikan dasar berfungsi sebagai jenjang awal dari
pendidikan di sekolah untuk mengembangkan dasar pribadi
manusia sebagai warga masyarakat dan warga Negara yang
berbudi luhur, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, serta memiliki kemampuan dan keterampilan dasar sebagai
bekal untuk pendidikan selanjutnya dan bekal hidup di masyarakat.

12
Memperhatikan fungsi pendidikan pada umumnya dan
fungsi pendidikan dasar di atas, maka fungsi pendidikan di SD
adalah:
Pertama, fungsi yang sangat mendasar dari pendidikan di
SD adalah fungsi pembentukan dan pengembangan dasar
kepribadian anak. Ini berarti di dalam pelaksanaannya, pendidikan
di SD harus menekankan pembentukan dasar-dasar kepribadian
anak sebagai individu yang utuh. Anak adalah bukanlah miniatur
orang dewasa, bukan pula bejana kosong yang dapat diisi oleh apa
saja. Sebagai individu, setiap anak SD memiliki kebutuhan untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan tingkat
kematangannya masing-masing.
Kedua, fungsi pendidikan di SD adalah menyampaikan
warga masyarakat dan warga negara Republik Indonesia yang baik.
Pendidikan di SD harus menumbuhkembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan dasar untuk menjadi warga masyarakat dan
warga negara yang baik. Anak harus belajar, mengetahui dan
menyadari hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dan
warga negara yang baik memiliki pengetahuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan serta memiliki budi pekerti yang luhur,
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ketiga, transformasi budaya yaitu bagaimana pendidikan
mempertahankan dan atau mengubah nilai-nilai tertentu atau
mengembangkan nilai-nilai baru yang dipandang lebih sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
Keempat, fungsi transisional (antara). Sejak
dilaksanakannya wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, fungsi
pendidikan SD telah mengalami perubahan yang mendasar.
Pendidikan SD tidak menjalankan fungsi terminal melainkan
menjalankan fungsi transisional. Artinya, bagi setiap anak usia
sekolah (6 – 13 tahun), menamatkan pendidikan di SD bukan lagi

13
sebagai kondisi akhir dari pendidikan formal yang diharapkan
melainkan sebagai tujuan karena setelah itu semua pihak harus
membantu individu tamatan SD untuk melanjutkan pendidikan di
SLTP/Mts.

C. Pendidikan Sekolah Menegah Pertama (SMP)


1. Pengertian Sekolah Menegah Pertama (SMP)
Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP
merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di
Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah
menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7
sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program
Wajar 9 Tahun (SD, SMP).
SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan pendidikan
formal pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan dan pembelajaran di
tingkat SMP memberikan penekanan peletakan pondasi dalam
menyiapkan generasi agar menjadi manusia yang mampu menghadapi
era yang semakin berat. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional no 20 tahun 2003 pasal 17 tentang pendidikan dasar
disebutkan bahwa pendidikan dasar terdiri dari SD (Sekolah
Dasar)/sederajat dan SMP (Sekolah Menengah Pertama)/sederajat.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan tingkat
pendidikan secara formal setelah melalui pendidikan sekolah dasar.
Pada umumnya peserta pendidikan ini berusia 12-15 tahun. Dimana
pada usia tersebut anak sudah bisa disebut remaja.
2. Tujuan Pendidikan Sekolah Menegah Pertama (SMP)
Pendidikan yang diterapkan di SMP, memiliki tujuan untuk
meningkatkan kompetensi siswa dengan cara pemberian materi, modul
pelatihan serta ujian dalam setiap mata pelajaran. Beberapa materi
pelajaran SMP dapat dipelajari siswa SMP dengan pemahaman teori
yang tidak terlalu dalam, namun beberapa materi lainnya memerlukan

14
pemahaman yang mendalam. Hal ini akan menimbulkan suatu tuntutan
agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan materi yang diberikan.
Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional tersebut di atas meliputi domain
sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Tujuan pendidikan ini
berupaya diwujudkan secara bertahap dan berjenjang, melalui sistem
pendidikan nasional. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang
dituangkan dalam standar kompetensi lulusa
3. Kurikulum Sekolah Menegah Pertama (SMP)
a. Kurikulum
1) Agama
2) BTQ (Khusus untuk kelas 7, terkadang hingga kelas 9)
3) Kewarganegaraan
4) Jasmani dan Kesehatan
5) Teknologi Informatika dan Komunikasi (Ada sedikit sekolah
yang menerapkan mulai kelas 8)
6) Bahasa Indonesia
7) Bahasa Inggris
8) Bahasa Daerah
9) Bahasa Asing
10) Matematika
11) Ilmu Pengetahuan Alam
12) Fisika

15
13) Biologi
14) Kimia
15) Ilmu Pengetahuan Sosial
16) Geografi
17) Ekonomi
18) Sejarah
19) Seni Budaya dan Keterampilan
b. Kurikulum 2013
1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
3) Bahasa Indonesia
4) Matematika
5) Ilmu Pengetahuan Alam
6) Ilmu Pengetahuan Sosial
7) Bahasa Inggris
8) Seni Budaya dan Keterampilan
9) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
10) Prakarya

D. Pendidikan Menengah Atas


Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan
sebagai suatu proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian
pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan spesialis atau bidang-
bidang tertentu, oleh karena itu perhatian dan minatnya lebih bersifat
teknis. Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk
mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan
individu maupun masyarakat. Penekanan pendidikan dibanding dengan
pengajaran terletak pada pembentukan kesadaran dan kepribadian individu
atau masyarakat di samping transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses
semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-nilai

16
keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi
berikutnya, sehingga mereka betul-betul siap menyongsong masa depan
kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah. Pada sekolah menengah
atas, laboratorium sains merupakan unsur penting dari pembelajaran
dimana siswa dapat belajar melalui proses penemuan (inquiry). Melihat
hal ini pemerintah telah membangun laboratorium-laboratorium IPA di
sekolah-sekolah dilengkapi dengan peralatan dan fasilitasnya.
Laboratorium IPA sekolah merupakan salah satu tempat belajar siswa
dalam bidang IPA. Agar proses belajar mengajar di laboratorium memberi
hasil belajar yang berkualitas, maka fasilitas yang ada di laboratorium
harus sesuai dengan standar minimal sarana laboratorium.
Sekolah menengah atas adalah salah satu bentuk pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP,MTs, atau bentuk lain yang sederajat
(pasal 1 poin 11 RPP DIKDASMEN). Sebagai suatu instansi pendidikan
menengah,SMA memiliki fungsi dan tujuan khusus seperti yang tercantum
pada pasal 47 dan 48 RPP DIKDASMEN. Fungsi dari pendidikan
menengah adalah mengembangkan nilai-nilai dan sikap rasa keindahan
dan harmoni,pengetahuan,kemampuan,dan ketrampilan sebagai persiapan
untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup di
masyarakat dalam rangka mencapai tujua pendidikan nasional. Sedangkan
tujuan pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan,hidup sehat,memperluas pengetahuan dan seni, memiliki
keahlian dan keterampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung
jawab, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
lebih lanjut.

E. Pendidikan Perguruan Tinggi


1. Pengertian Pendidikan Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan
tinggi sebagai tingkat lanjut dari jenjang pendidikan menengah di jalur

17
pendidikan formal. Hal ini sesuai dengan pengertian perguruan tinggi
menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 19 ayat 1 yang menyatakan
bahwa: “Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
Pendidikan tinggi merupakan tumpuan akhir seluruh jenjang
pendidikan dan sebagai wahana pembentukan sarjana yang memiliki budi
pekerti luhur, melangsungkan nilai-nilai kebudayaan, memajukan
kehidupan dan membentuk satria pinandita.
2. Fungsi Pendidikan Perguruan Tinggi
Pendidikan Tinggi memiliki beberapa fungsi, sebagaimana
disebutkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 4 bahwa pendidikan
tinggi memiliki 3 fungsi sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
b. Mengembangkan sivitas akademika yang inovatif, responsif,
kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui
pelaksanaan Tridharma.
c. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
3. Tujuan Pendidikan Perguruan Tinggi
Dalam UU No. 12 Tahun 2012 pasal 5 disebutkan 4 tujuan
pendidikan tinggi sebagai berikut:
a. Berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil,
kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.

18
b. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan
peningkatan daya saing bangsa.
c. Dihasilkannya Ilmu Pengtahuan dan Teknologi melalui penelitian
yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar
bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia.
d. Terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran
dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang dibahas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan
yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pengertian pendidikan
dasar dalam UU 50 yang disebut dengan pendidikan rendah,
definisinya sangat jelas, bahwa level ini adalah level untuk
menumbuhkan minat, mengasah kemampuan pikir, olah tubuh dan
naluri. Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP
merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di
Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah
menengah atas adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan tinggi merupakan tumpuan akhir seluruh jenjang
pendidikan dan sebagai wahana pembentukan sarjana yang memiliki
budi pekerti luhur, melangsungkan nilai-nilai kebudayaan, memajukan
kehidupan dan membentuk satria pinandita.
b. PAUD memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi
sejarah perkembangan anak selanjutnya karena merupakan fondasi
bagi dasar kepribadian anak. Tujuan pendidikan merupakan gambaran
kondisi akhir atau nilai-nilai yang ingin dicapai dari suatu proses
pendidikan. Setiap tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu (1)
menggambarkan kondisi akhir yang ingin dicapai dan (2) memberikan
arah dan cara bagi semua usaha atau proses yang dilakukan.
Pendidikan yang diterapkan di SMP, memiliki tujuan untuk

20
meningkatkan kompetensi siswa dengan cara pemberian materi, modul
pelatihan serta ujian dalam setiap mata pelajaran. Fungsi dari
pendidikan menengah adalah mengembangkan nilai-nilai dan sikap
rasa keindahan dan harmoni,pengetahuan,kemampuan,dan ketrampilan
sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dan/atau
untuk hidup di masyarakat dalam rangka mencapai tujua pendidikan
nasional.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk mengembangkan makalah ini ke depannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Yollanda., dkk. 2018. Makalah Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
https://yollanda18.wordpress.com/2018/05/14/makalah-tentang-
pendidikan-anak-usia-dini-paud/. Diakses pada tanggal 10 November
2020.

Blogspot.com. “Tujuan Pendidikan Jenjang SMP Berdasarkan Kurikulum 2013”.


Tujuan Pendidikan SMP. Juni 2018.
http://purnawanto.blogspot.com/2018/06/tujuan-pendidikan-jenjang-
smp.html?m=1. Diakses pada 10 November 2020.

Ismawan, Dedi Hendra. 2013. Landasan Konseptual Perencanaan dan


Perancangan Sekolah Dasar Standar Nasional di Yogyakarta
Pendekatan Desain Uang Interaktif sebagai Wadah Pendidikan
Karakter dan Semangat Berprestasi. Thesis. http://e-
journal.uajy.ac.id/4222/3/2TA11228. Diakses pada 10 November
2020.

Linda B. S. 2007.Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach Mata Pelajaran


Biologi pada Siswa Siswi SMPN "X" Kelas VIII Kota Bandung.
Undergraduate thesis. Universitas Kristen Maranatha.
http://repository.maranatha.edu/5345. Diakses pada 10 November
2020.

Marlina, Tintin. 2013. Model Pertanggungjawaban Hukum Dana Bantuan Orang


Tua Murid Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi
Kasus SMP N RSBI Di Kabupaten Boyolali). Thesis thesis. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/49595.
Diakses pada 10 November 2020.
Noni , Piana. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk Pembelajaran
Termokimia Disma/Ma Kelas Xi Ipa. S1 Thesis. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id/8392. Diakses
pada 10 November 2020.

Sa'diyah, Halimatus. 2015. Pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri siswa-
siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin Malang. Undergraduate
thesis, Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
http://etheses.uin-malang.ac.id/1651. Diakses pada 10 November 2020.

Sudiapermana, Elih. 2012. Pengertian Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Luar


Sekolah.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKO
LAH/196111141987031-
ELIH_SUDIAPERMANA/Pengertian_Pendidikan_Dasar.pdf. Diakses
pada 10 November 2020.

Sulistyanto, Danang and , Dr. Sumardi, M.Si., and , Dr. Suyatmini, M.Si. 2017.
Kontribusi Fasilitas, Kompetensi Pengelola Dan Manajemen
Laboratorium Terhadap Efektifitas Pembelajaran Ipa Di Smp Batik
Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. Thesis thesis. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/26341.
Diakses pada 10 November 2020.

Taufiq, Agus. 2014. Pendidik. In Hakikat Pendidikan di Sekolah Dasar


(pp. 1-37). Jakarta: Universitas Terbuka.

Wikipedia “Sekolah Menegah Pertama”. Ensiklopedia Bebas. April 2020.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertama. Diakses
pada 10 November 2020.
Nurhayati, F., dkk. 2017. Pengertian Sekolah Menengah Atas. Surabaya:
STIKOM

Sulistyanto, D. 2017. Kontribusi Fasilitas, Kompetensi Pengelola dan


Manajemen Laboratorium Terhadap Efektifitas pembelajaran IPA di
SMP Batik Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal


Kependidikan. 1 (1): 24-25. https://doi.org/10.24090/jk.v1i1.530

Wahyono, Budi. 2015. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Tinggi.


https://www.pendidikanekonomi.com/2015/03/pengertian-fungsi-dan-
tujuan-pendidikan.html?m=1. Diakses pada tanggal 10 November
2020.

Anda mungkin juga menyukai