Anda di halaman 1dari 16

JENAZAH

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih

Dosen pengampu : H. Erwinto, S.Ag., M.Kom.I

Disusun oleh:

Rahma Nur Fadilah (2341010067)


Kelas : A

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1445H/2023M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa, karena dengan rahmat dan
hidayah-nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-
teman , kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuannya
sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.

Adapun tujuan utama atas dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah FIQIH. Saya menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Bandar Lampung, 13 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI

Halaman judul.......................................................................................

Kata Pengantar.....................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................3

Bab I Pendahuluan...............................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumus Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................5

Bab II Pembahasan..............................................................................6
A. Pengertian Jenazah..............................................................................................6
B. Kewajiban memandikan Jenazah..........................................………………...6
C. Memandikan Jenazah......................................………………………………..7
D. Mengkafani Jenazah.............................................………………………….19
E. Menshalatkan Jenazah..........................................................................................
F. Menguburkan Jenazah..........................................................................................
G. Hikmah Pengurusan Jenazah................................................................................

Bab III Penutup...................................................................................21


A. Kesimpulan........................................................................................................21
B. Saran...................................................................................................................21

Daftar Pustaka.....................................................................................22

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam syariat Islam diajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk
sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi,
maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia.
Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah
meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslimlainnya yang
masih hidup.

Sebagai Umat Beragama Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw.
Dalam masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang
terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya.
Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan
Yang memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu
bagaimanasebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.

Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus


jenazah ini merupakan aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan
yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yangtelah meninggal
untuk kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisiyang paling baik.
Bukan hanya itu, keluarga, orang-orang yang terdekat
dan para tetangga sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang
memuji Allah SWT dan memintakan ampunan serta Rahmat-Nya bagi yang
meninggal dunia.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidupuntuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani,menshalatkan
dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang berkaitandengan
pengurusan jenazah, antara lain :

1. Apa pengertian jenazah ?


2. Apa kewajiban memandikan jenazah ?
3. Siapa saja orang yang memandikan jenazah ?
4. Bagaimana tata cara memandikan jenazah ?
5. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah ?
6. Apa syarat dan rukun dalam shalat jenazah ?
7. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah Kepemimpinan Pendidikan yaitu
untukmengetahui :

1. Pengertian jenazah
2. Kewajiban memandikan jenazah
3. Orang yang memandikan jenazah
4. Tata cara memandikan jenazah
5. Tata cara mengkafani jenazah
6. Syarat dan rukun dalam shalat jenazah
7. Tata cara menguburkan jenazah

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat
dan berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayatyang
tertutup.

B. Kewajiban memandikan jenazah


Yang wajib dalam memandikan jenazah itu ialah menyampaikan airsatu kali ke
seluruh tubuhnya, walaupun ia sedang junub atau haidhsekalipun. Lebih utama meletakan
mayat di tempat yang ketinggian, ditinggalkan pakaiannya dan ditaruh diatasnya sesuatu yang
dapat menutupiauratnya. Ini jika mayat itu bukan mayat seorang anak kecil.

C. Memandikan Jenazah
Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untukmemandikan
jenazah dengan orang yang terpercaya dan mengerti hukum-hukum dan tata cara
memandikan mayit karena memandikan mayit memiliki hukum syar’i dan sifat (tata
cara) yang khusus. Diutamakan dalam memandikan mayit adalah orang yang disebutkan
dalam wasiatnya jika mayit telah berwasiat agar dimandikan oleh orang tertentu.Setelah
wasiat itu orang berikutnya adalah ayah mayit. Dia adalah orang yang paling utama untuk
memandikan anaknya karena dia memiliki halyang khusus dalam menyayangi dan belas
kasih (lembut) kepada anaknya.
Kemudian berikutnya adalah kakeknya karena ia sama dengan seorang ayah hal-hal
sebagai yang telah disebutkan disusul kemudian oleh orang yang lebih dekat dan lebih dekat
dari kerabatnya yang menerima ashabah dalam warisan baru kemudian orang asing di luar
kerabatnya.Masing-masing dari sepasang suami istri boleh saling memandikkan.Suami boleh
memandikan istrinya dan istri boleh memandikan istrinya.Dikarenakan abu bakar
Radhiallahu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh istrinya. Pria maupun wanita
boleh memandikan mayit anak dibawah umur tujuhtahun, baik mayit laki-laki maupun
perempuan.
Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya
laki-laki dan diatidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki
meninggalsementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri,
maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan olehsalah seorang dari
mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:

6
Artinya:
“Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidakada perempuan lain atau
laki-laki meninggal di tempat perempuan- perempuan dan tidak ada laki
laki selainnya maka kedua mayat ituditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya
sama seperti tidak mendapat air.”(H.R Abu Daud dan Baihaqi)

1. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah

a. Syarat Memandikan Jenazah


1) Mayat itu islam
2) Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
3) Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela
agama Allah).

b. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah


Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalammemandikan
jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus
dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan
jenazah.
1) Jenazah yang boleh dimandikanJenazah yang wajib dimandikan adalah
orang Islam danorang yang meninggal bukan karena mati syahid di
Medan pertempuran.
2) Jenazah yang tidak perlu dimandikan Jenazah yang tidak boleh
dimandikan adalah jenazah yangmati syahid di medan pertempuran karena
setiap luka atau setetesdarah akan semerbak dengan bau wangi pada hari
Kiamat. Jenazahorang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan
Nabisaw terhadap paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usiaempat
bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan.Cukup digali
lubang dan dikebumikan.

c. Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayithendaknya tertutup atau
amandari pandangan mata. Bisa di dalamrumah, atau di halaman rumah namun
dibatasi dengan tutup.Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak
mudahterkena percikan air. Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitartempat
memandikan untuk menolak bau yang dimungkinkan keluardari badan mayit.Orang
yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknyadilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjagakerahasiaan mayit.

d. Air untuk Memandikan


Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan).Dianjurkan menggunakan air laut, karena bisa
memperlambat proses pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat dingin,
atau ditubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baikmenggunakan air
hangat.

e. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

7
Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan
beberapa persiapan, adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandia
n adalah:
1) Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
2) Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakaiair yang
dialiri oleh selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar
asal cukup.
3) Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuatserta tahan
air.
4) Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
5) Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
6) Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.
Tambahan (jika diperlukan)
:Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari
kuman jika si jenazah memiliki penyakit.

2. Orang yang Berhak Memandikan Jenazah


Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal inidimaksudkan untuk
menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yangmasih ada di dalam tubuh jenazah
tersebut. Tujuan menjaga danmembatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah
adalah agar tidakterjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun
Orang yang berhak memandikan Jenazah adalah:
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila perempuan,
maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-
istri, suami memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya. Adapun yang lebih
utama memandikan mayit laki-laki adalah orangyang paling mengerti masalah agama dan
yang paling punya rasa belaskasih ( syafaqah)
Sedangkan yang paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang
perempuan yang semahram dengan jenazah.Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak
lebih dari 7 orang. 3orang memangku di atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain,
adayang menyiramkan air, ada yang menggosok tubuh jenazah dan ada pulayang
membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.

3. Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang palingmemudahkan untuk
dimandikan. Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang.
Posisi ini memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada
pada jenazah.

4. Tata Cara Memandikan Jenazah Cara Dalam Memandikan Jenazah


1) Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2) Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3) Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat
4) Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
5) Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah
jari tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknyamemakai sarung tangan.
6) Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan kotoran dalam
perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan agar semua kotorannya
keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan

8
yang sudah diganti. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak
terganggu bau kotoran jenazah.
7) Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
8) Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala


Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala


9) Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.10)
10) Siram sebelah kanan 3 kali.11)
11) Siram sebelah kiri 3 kali.12)
12) Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah
belakang.
13) Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelahkirinya.14)
14) Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
15) Setelah itu siram dengan air kapur barus.
16) Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :

"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"

Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :

"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"Cara


mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air keatas jenazah itu mulai dari
muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimanamelaksanakan wuduk biasanya.

17) Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilapmenggunakan lap pada
seluruh badan mayat.Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
1) Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
2) Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalahsunnah.
Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnahsedangkan niatnya wajib.
3) Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bilasebaliknya, maka harus
disimpan tidak boleh diceritakan.

D. Mengkafani Jenazah

9
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin
untukmengkafaninya juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan matisyahid
adalah fardhu kifayah. Mengkafani jenazah adalah menutupi ataumembungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walauhanya sehelai kain.
Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut:
“Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan AllahSWT, maka
tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantarakami ada yang meninggal
sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas
terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah.
Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul
kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan
menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).

Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan ataudisunnahkan mengenai kain
kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih,kering dan
menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadistdiriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “ Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Apabila salah seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan
kafannya itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafankarena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. AbuDawud).
Catatan
:Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kainapa saja yang
dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.

1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah


a. Jenis Kain KafanSemua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, bolehdibuat
kain kafan. Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kainsutra, sedangkan perempuan
diperbolehkan.
b. Ukuran Kafan
Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satulembar kain yang dapat
menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yangsunnah adalah : Bagi mayit laki-laki dengan tiga
lapis. Untuk mayit perempuan dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar kain
yang dapatmenutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis, kerudung dan sampir.

2. Tata Cara Mengkafani Jenazah


Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu :
Untuk mayat laki-laki
a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebihlebar dan luas serta
setiap lapisan diberi kapur barus.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkandiatas kain kafan
memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

10
c) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur)yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudianujung lembar sebelah
kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembardemi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kainkafan tiga atau lima
ikatan.
f) Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat makatutuplah bagian
kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka bolehditutup dengan daun kayu, rumput atau
kertas. Jika seandainya tidakada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka
tutuplahdengan apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain putih, yang terdiri dari:
a) Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d) Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengantertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalamkeadaan tertutup dengan kain dan
letakkan diatas kain kafan sejajar,serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan
kapur barus.
b) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotorandengan kapas.
c) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d) Pakaikan sarung.
e) Pakaikan baju kurung.
f) Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g) Pakaikan kerudung.
h) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukankedua ujung kain
kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

E. Menshalatkan Jenazah
1. Hukum Sholat Jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah.boleh dilakukan oleh orang laki-laki atau perempuan.
Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan kewajiban adalah orang laki-
lakiyang baligh.
2. Tempat Sholat Jenazah
Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempatyang suci.
Diutamakan bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk shaf sholat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “
Tidaklah orang muslim meninggalkemudian ia dishalati oleh tiga shaf dari
orang-orang muslim, kecualiia menghaki masuk surga”. (HR. Abu Daud,
Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu
Hajar berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurutimam Ramli satu shaf

11
bisa satu orang. Jadi, untuk mendapat fadhilahshaf, minimal mushalli
berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shafseperti ini penting diatur bila
yang menyalati sedikit.

b. Posisi mayit dan yang menyalati


Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiriimam. (nisbat
negara Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan,kepala mayit
diletakkan di sebelah kanan imam (utara). Posisi imam, bila mayit laki-
laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka didekat
pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-
Fatihah bersama imam. Semisal kita baru takbiratul ihram, sedangkan imamsu
dah melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita harus langsungmembaca surat
al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, makakita langsung takbir
juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai.Bila imam mengucapkan
salam, maka kita melanjutkan shalat dengantakbir ketiga dan seterusnya
dengan mengikuti rukun dan bacaan yang sudah ada.

3. Syarat-syarat Shalat Jenazah


Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yanglain. Sebab pada
dasarnya shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.
a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harusmenutup aurat,
suci dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaiandan tempatnya serta
menghadap kiblat.
b. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesaidimandikan
dan dikafani.
c. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecualikalau
melaksanakan shalat gaib.

4. Rukun-rukun Shalat Jenazah


a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Takbir empat kali
d. Mengucap salam

5. Tata Cara Shalat Jenazah


a. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki.Jika mayat
perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
b. Makmum berdiri di belakang imam bersaf- saf. Jama’ahnya
lebih banyak lebih utama. Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tigasaf.
Karena Rasulullah Saw. telah bersabda, yang artinya : “ Apabila seorang mukmin
mati dan dishalatkan oleh sekelompok kaum musliminhingga tiga saf, maka dosa-
dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai)
c. Setelah saf teratur,
d. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
e. Takbir empat kali.
1) Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
2) Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
3) Takbir ketiga membaca doa untuk jenazah

12
4) Takbir keempat membacakan doa kembali untuk jenazah

F. Menguburkan Jenazah
1. Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan
pada mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayitadalah
orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik.Untuk mayit yang
jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura :kathél ), dan dibawaoleh
beberapa orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang.Diutamakan
yang membawanya berjumlah ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala didepan
(menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun
tidak dengan berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi
perempuan.

2. Bentuk lubang kubur


Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad.
Yaitu,menggali bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuktempat
membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir,
maka berbentuk liang cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubangkubur,
dengan ukuran bisa membaringkan mayit, dan di sisi kanankirinya diberi batu
bata.

3. Cara Meletakkan Jenazah kedalam Kubur


a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara Indonesia:Selatan).
b. Mayit dimasukkan kedalam lubangkubur dengan perlahan lahan Sedangkan yang
menerima ,bila mayit perempuan, maka mahram si mayit.Bila laki-laki,makayangpalingdekat
hubungannyadengansimayit.
c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a basmallah.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan ke
arah kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayitditempelkan
ke tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa
dengan batu atau kayu), untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentangatau
telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau
lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.
h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal atau ±
25 cm.

13
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m.Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin
dengan bahasa Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh
para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnahtidak
langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an
mendoakan mayit.

4. Etika orang yang mengantarkan jenazah


a) Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.
b) Berjalan di depan dan di dekat mayit.
c) Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakanmasalah dunia.
d) Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan naik
kendaraan hukumnya makruh.
e) Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara sempurna.

G. Hikmah Pengurusan Jenazah


Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapatdiambil beberapa
hikmah, antara lain:
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai
ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akanmati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurusdengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusiasebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormatikemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal
penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hu
kumnyaadalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada
seluruhmukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang
makagugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :


1) Memandikan
2) Mengkafani
3) Menshalatkan
4) Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah,antara lain:
1) Memperoleh pahala yang besar.
2) Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3) Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai
ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4) Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5) Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehinggaapabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengansebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan Rasulnya.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah
ini, pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian danmemp
ersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu,
pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengeta
huan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telahmenjadi seorang
guru di masa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahnan Maftuh. 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya
Ghoni Asyukur Abd. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta:Amzah
Lathif Uwaidah Mahmud Abdul. 2008. Al-Jami ‘u al-Akhamash-shalat. Bogor:Pustaka
Thariqul Izzah
Qasim M. Rizal. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
Sabiq Sayyid. 1988. Fikih Sunnah 4. Bandung : PT Alma’arif
Zeld Husein. 1994. as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah. Bogor: PT Pustaka Utera
Antar Nusa

16

Anda mungkin juga menyukai