MAKALAH
Disusun oleh:
1445H/2023M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa, karena dengan rahmat dan
hidayah-nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-
teman , kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuannya
sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Adapun tujuan utama atas dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah FIQIH. Saya menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
2
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................3
Bab I Pendahuluan...............................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumus Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................5
Bab II Pembahasan..............................................................................6
A. Pengertian Jenazah..............................................................................................6
B. Kewajiban memandikan Jenazah..........................................………………...6
C. Memandikan Jenazah......................................………………………………..7
D. Mengkafani Jenazah.............................................………………………….19
E. Menshalatkan Jenazah..........................................................................................
F. Menguburkan Jenazah..........................................................................................
G. Hikmah Pengurusan Jenazah................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................22
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam syariat Islam diajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk
sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi,
maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia.
Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah
meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslimlainnya yang
masih hidup.
Sebagai Umat Beragama Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw.
Dalam masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang
terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya.
Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan
Yang memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu
bagaimanasebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidupuntuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani,menshalatkan
dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang berkaitandengan
pengurusan jenazah, antara lain :
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah Kepemimpinan Pendidikan yaitu
untukmengetahui :
1. Pengertian jenazah
2. Kewajiban memandikan jenazah
3. Orang yang memandikan jenazah
4. Tata cara memandikan jenazah
5. Tata cara mengkafani jenazah
6. Syarat dan rukun dalam shalat jenazah
7. Tata cara menguburkan jenazah
5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat
dan berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayatyang
tertutup.
C. Memandikan Jenazah
Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untukmemandikan
jenazah dengan orang yang terpercaya dan mengerti hukum-hukum dan tata cara
memandikan mayit karena memandikan mayit memiliki hukum syar’i dan sifat (tata
cara) yang khusus. Diutamakan dalam memandikan mayit adalah orang yang disebutkan
dalam wasiatnya jika mayit telah berwasiat agar dimandikan oleh orang tertentu.Setelah
wasiat itu orang berikutnya adalah ayah mayit. Dia adalah orang yang paling utama untuk
memandikan anaknya karena dia memiliki halyang khusus dalam menyayangi dan belas
kasih (lembut) kepada anaknya.
Kemudian berikutnya adalah kakeknya karena ia sama dengan seorang ayah hal-hal
sebagai yang telah disebutkan disusul kemudian oleh orang yang lebih dekat dan lebih dekat
dari kerabatnya yang menerima ashabah dalam warisan baru kemudian orang asing di luar
kerabatnya.Masing-masing dari sepasang suami istri boleh saling memandikkan.Suami boleh
memandikan istrinya dan istri boleh memandikan istrinya.Dikarenakan abu bakar
Radhiallahu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh istrinya. Pria maupun wanita
boleh memandikan mayit anak dibawah umur tujuhtahun, baik mayit laki-laki maupun
perempuan.
Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya
laki-laki dan diatidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki
meninggalsementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri,
maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan olehsalah seorang dari
mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:
6
Artinya:
“Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidakada perempuan lain atau
laki-laki meninggal di tempat perempuan- perempuan dan tidak ada laki
laki selainnya maka kedua mayat ituditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya
sama seperti tidak mendapat air.”(H.R Abu Daud dan Baihaqi)
c. Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayithendaknya tertutup atau
amandari pandangan mata. Bisa di dalamrumah, atau di halaman rumah namun
dibatasi dengan tutup.Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak
mudahterkena percikan air. Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitartempat
memandikan untuk menolak bau yang dimungkinkan keluardari badan mayit.Orang
yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknyadilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjagakerahasiaan mayit.
7
Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan
beberapa persiapan, adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandia
n adalah:
1) Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
2) Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakaiair yang
dialiri oleh selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar
asal cukup.
3) Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuatserta tahan
air.
4) Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
5) Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
6) Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.
Tambahan (jika diperlukan)
:Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari
kuman jika si jenazah memiliki penyakit.
3. Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang palingmemudahkan untuk
dimandikan. Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang.
Posisi ini memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada
pada jenazah.
8
yang sudah diganti. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak
terganggu bau kotoran jenazah.
7) Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
8) Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
17) Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilapmenggunakan lap pada
seluruh badan mayat.Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
1) Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
2) Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalahsunnah.
Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnahsedangkan niatnya wajib.
3) Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bilasebaliknya, maka harus
disimpan tidak boleh diceritakan.
D. Mengkafani Jenazah
9
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin
untukmengkafaninya juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan matisyahid
adalah fardhu kifayah. Mengkafani jenazah adalah menutupi ataumembungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walauhanya sehelai kain.
Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut:
“Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan AllahSWT, maka
tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantarakami ada yang meninggal
sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas
terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah.
Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul
kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan
menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan ataudisunnahkan mengenai kain
kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih,kering dan
menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadistdiriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “ Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Apabila salah seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan
kafannya itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafankarena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. AbuDawud).
Catatan
:Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kainapa saja yang
dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
10
c) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur)yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudianujung lembar sebelah
kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembardemi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kainkafan tiga atau lima
ikatan.
f) Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat makatutuplah bagian
kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka bolehditutup dengan daun kayu, rumput atau
kertas. Jika seandainya tidakada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka
tutuplahdengan apa saja yang ada.
E. Menshalatkan Jenazah
1. Hukum Sholat Jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah.boleh dilakukan oleh orang laki-laki atau perempuan.
Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan kewajiban adalah orang laki-
lakiyang baligh.
2. Tempat Sholat Jenazah
Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempatyang suci.
Diutamakan bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk shaf sholat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “
Tidaklah orang muslim meninggalkemudian ia dishalati oleh tiga shaf dari
orang-orang muslim, kecualiia menghaki masuk surga”. (HR. Abu Daud,
Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu
Hajar berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurutimam Ramli satu shaf
11
bisa satu orang. Jadi, untuk mendapat fadhilahshaf, minimal mushalli
berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shafseperti ini penting diatur bila
yang menyalati sedikit.
12
4) Takbir keempat membacakan doa kembali untuk jenazah
F. Menguburkan Jenazah
1. Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan
pada mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayitadalah
orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik.Untuk mayit yang
jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura :kathél ), dan dibawaoleh
beberapa orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang.Diutamakan
yang membawanya berjumlah ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala didepan
(menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun
tidak dengan berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi
perempuan.
13
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m.Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin
dengan bahasa Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh
para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnahtidak
langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an
mendoakan mayit.
14
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusiasebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormatikemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal
penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hu
kumnyaadalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada
seluruhmukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang
makagugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah,antara lain:
1) Memperoleh pahala yang besar.
2) Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3) Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai
ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4) Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5) Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehinggaapabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengansebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan Rasulnya.
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah
ini, pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian danmemp
ersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu,
pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengeta
huan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telahmenjadi seorang
guru di masa yang akan datang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahnan Maftuh. 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya
Ghoni Asyukur Abd. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta:Amzah
Lathif Uwaidah Mahmud Abdul. 2008. Al-Jami ‘u al-Akhamash-shalat. Bogor:Pustaka
Thariqul Izzah
Qasim M. Rizal. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
Sabiq Sayyid. 1988. Fikih Sunnah 4. Bandung : PT Alma’arif
Zeld Husein. 1994. as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah. Bogor: PT Pustaka Utera
Antar Nusa
16