Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PARTAI KOMUNIS INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu


Pendidikan Kewarganegaraan

DOSEN MATA KULIAH:


SIHA ABDUROHIM,
M.Pd.
DISUSUN OLEH :
(Muhammad Fadhil (1908103130))
TBI/1/C

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CIREBON


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
TADRIS BAHASA INGGRIS
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Komunisme di Indonesia ”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga kami mengharap kritik
dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.

Terima kasih.

Cirebon, 10 Desember 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
Latar Belakang ..........................................................................................................4
Rumusan Masalah ...................................................................................................5
Tujuan Penulisan .................................................................................................... 5
Metode Penulisan .................................................................................................... 5
Manfaat Penulisan .................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 7

2
Pengertian PKI ......................................................................................................... 7
Sejarah PKI ............................................................................................................... 7
Aksi-Aksi dan Bubarnya PKI ................................................................................ 7
Keberadaan PKI Pasca G30SPKI ....................................................................... 23
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 27
Simpulan ................................................................................................................. 27
Saran ........................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemerdekaan Indonesia bukan berarti Negara Indonesia terbebas dari segala masalah yang
ada.Terdapat beberapa oknum ataupun organisasi masyarakat yang menginginkan ideologi
mereka yang menjadi landasan negara yang telah disepakati sebelumnya, salah satunya
adalah organisasi dari partai politik Partai Komunis Indonesia (PKI). Hingga saat ini masih
banyak organisasi masyarakat yang menginginkan separatis dengan kedaulatan NKRI.

Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI.
Sebelumnya,pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun.
Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari
pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi

3
negara komunis.Beruntunglah pada saat itu Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap
dan kemudian ditembak mati sehingga pergerakan PKI dapat dikendalikan.

Namun, melalui demokrasi terpimpin kiprah PKI kembali bersinar. Terlebih lagi dengan
adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang
sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam
konstelasi politik Indonesia. Bahkan, Presiden Soekarno mengangap aliansinya dengan PKI
menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan terdepan dalamdemokrasi terpimpin.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan-permasalahan


sebagai berikut:

1. Apa itu PKI?

2. Bagaimana sejarah PKI?

3. Bagaimana Aksi-Aksi PKI hingga Pembubarannya?

4. Bagaimana Keberadaan PKI Pasca G30SPKI?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah penulis ingin mencaritahu tujuan, latar
belakang dari G30S PKI, siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dan korban-korban, serta alasan
pemerintah hingga akhirnya memutuskan untuk membubarkan gerakan ini.

D. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang dipakai penulis yaitu dengan mengadakan studi pustaka
dengan cara membaca dan mengumpulkan sumber-sumber lain dari internet. Penulisan juga
menggunakan metode diskriptif menguraikan hasil telusuran tentang peristiwa G30S/PKI dan
menyajikannya dalam alinea-alinea.

4
E. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan kajian tentang paham komunis
penulis dan juga pembaca makalah ini, penulis juga mengharapkan tulisan ini dapat
memotivasi pembaca yang kurang menyukai sejarah Indonesia mengetahui lebih dalam
sejarah negeri sendiri yang diharapkan dapat menambah rasa nasionalisme anak muda.

Selain semua manfaat yang didapat di atas penulis juga mendapatkan manfaat lain yaitu
memenuhi tugas pelajaran sejarah.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian PKI

5
PKI adalah sintese daripada gerakan buruh Indonesia dengan Marxisme-Leninisme.
Kebanyakan masyarakat Indonesia langsung teringat dengan kejadian G30SPKI jika
mendengar kata PKI yang menjadikan kejadian ini sebagai sejarah komunisme di
Indonesia.

2. Sejarah PKI
PKI didirikan pada tanggal 23 Mei 1920 bukanlah sebagai sesuatu yang kebetulan,
tetapi ini merupakan sesuatu yang objektif. PKI lahir pada zaman Imperealisme.

PKI sendiri lahir dari ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging) yang
menyusup ke Sarekat Islam yang didukung Komunisme Internasional (Komintern).
ISDV merupakan serikat tenaga kerja di pelabuhan yang dibentuk oleh Henk
Sneevliet dan kaum sosialis Hindia Belanda lainnya.

3. Aksi-Aksi dan Bubarnya PKI


3.1.Pemberontakan PKI 1927
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, Hendricus
Josephus Franciscus Marie Sneevliet adalah pembawa ideologi
komunis dari Belanda ke Indonesia. Sebelum pergi ke Indonesia
Sneevliet aktif sebagai anggota SDAP (Sociaal Democractische
Arbeiders Partij). Tahun 1909 Sneevliet keluar dan menekuni dunia
perdagangan.

“Pada tahun 1913 H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia.”⁴


Sneevliet awalnya sebagai seorang penganut mistik katolik dan
memulai karirnya di Indonesia sebagai anggota staf redaksi
Soerabajaasch Handelsblaad. Kemudian ia hijrah ke Semarang dan
bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Semarangsche
Handelvereniging.

Tanggal 9 Mei 1914 Sneevliet bersama B.J.A. Bransteder, H.W.


Dekker, P. Bergsma dan Semaun mendirikan ISDV (Indische Sociaal
Democratische Vereniging).5 ISDV awalnya mencoba bersekutu
dengan Insulinde tetapi tujuannya tidak tercapai dan kerjasama

6
berakhir. ISDV mulai melihat potensi yang dimiliki oleh Sarekat Islam
(SI) yang memiliki ratusan ribu pendukung. “Kemudian, ISDV
menyusup (infiltrasi) ke Sarekat Islam dan berkat dukungan dukungan
komunisme internasional (Komintern), gerakan komunis ini menjadi
Partai Komunis Indonesia.” Tepatnya “pada bulan Mei 1920 organisasi
ini berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia dan pada
tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai Komunis Indonesia.”

Perubahan nama membuat PKI semakin menguatkan hubungannya


dengan Komintern maka dibentuk Front Persatuan dan mulai
menentang cita-cita Pan-Islamisme. Dengan demikian PKI sudah
menarik garis pertentangan dengan sangat keras terhadap SI. Pihak SI
membalas melalui surat kabar dan dalam konggresnya. Untuk
mengakhiri infiltrasi yang dilakukan oleh PKI maka dalam Konggres
CSI ke 6 di Surabaya Agus Salim dan Abdul Muis mendesak agar
disiplin partai ditegakkan dan melarang keanggotaan rangkap.
Kemudian muncul nama SI Merah (terpengaruh PKI) dan Si Putih
(Islam). Pembersihan itu baru tercapai dalam Konggres CSI ke 7 di
Madiun. Sebagai balasan PKI mengadakan konggres di Bandung dan
memutuskan bahwa di mana ada SI-Putih di situ pula dididirikan SI-
Merah. Pada bulan April 1924 SI-Merah berganti nama menjadi
Sarekat Rakyat dan resmi menjadi onder bouw PKI. Kegiatan
indoktrinasi diintensifkan. Desember 1924 Sarekat rakyat dilebur ke
dalam PKI. “Dengan demikian, PKI untuk pertama kalinya mulai
memimpin sendiri organisasi massa.” Dengan slogan “more riches to
the rich, no taxes to the poor, more mosque to the picas, more jobs to
the semi literates.”

Situasi politik semakin memanas, selain meningkatkan permusuhan,


juga persaingan untuk memperebutkan massa pendukung terjadi di
desa-desa. Tidak jarang teror ditempuh untuk mencapai tujuan
tersebut. Akibatnya timbul gerakan anti komunis dan pemerintah

7
kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas. Ketegasan itu
diwujudkan dengan penangkapan dan pengasingan terhadap pimpinan
komunis dari Indonesia. Diawali dengan Sneevliet tahun 1919. Tan
Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari Indonesia. Sedangkan
Semaun 1923, dengan demikian semua pemimpin PKI seperti
Darsono, Ali Archam, Alimin, Musso merasa terancam.

Pada Konggres PKI tanggal 11-27 di kota Gede Yogyakarta, dibahas


mengenai rencana gerakan bersama di seluruh Indonesia. Rencana
pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh persetujuan
Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius
oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapatrapat PKI juga
dibubarkan. Januari 1926 Musso, Boedisoetjitro, dan Soegono
rencananya akan ditangkap oleh Gubernur Jendral van Limburg
Stirum tetapi mereka telah pergi ke Singapura.

Kekacauan hari demi hari semakin memuncak dan hampir semua


pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura ada
Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan
Winata. Sedangkan Tan Malaka di Manila dan Darsono di Uni Soviet.
Akhirnya “PKI melakukan gerakan dengan “gaya lokal” dan aksi lokal
(local action) yang di antaranya tidak banyak berkaitan dengan
komunisme teoritis. Di Banten partai ini menjadi Islam yang
berlebihlebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan Jawa tanpa
koordinasi yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik
bagi unsur-unsur masyarakat pedesaan yang menyukai kekacauan.”

Alimin kemudian ke Manila untuk menemui Tan Malaka selaku wakil


Komintern untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia. Dengan
harapan rencana itu akan mendapat dukungannya, ternyata di luar
dugaan Tan Malaka menolak keputusan Parambanan dengan alasan:

a. Situasi revolusioner belum ada

8
b. PKI belum cukup berdisiplin

c. Seluruh rakyat belum berada di bawah PKI

d. Tuntutan/sumbangan konkret belum dipikirkan

e. Imperialisme internasional bersekutu melawan komunisme

Reaksi Tan Malaka membuat perpecahan dalam organisasi PKI, tetapi


Alimin dan Musso tidak gentar. Kemudian Alimin dan Musso pergi ke
Moskow untuk membahas tentang keputusan Prambanan 16 Maret
1926. Alih-alih mendapat dukungan sebaliknya mereka harus
diindoktrinasi lagi. “Alimin dan Musso tiba di Malaya melalui Kanton
pada pertengahan bulan Desember 1926, setelah aksi terjadi. Pada
tanggal 18 Desember 1926 mereka ditahan orang Inggris di Johor dan
tidak kembali ke Indonesia lagi.”

Bagai ayam kehilangan induknya, PKI tanpa pemimpin yang militan.


Kegiatannya kacau, ditambah lagi para anggota bingung ikut Tan
Malaka atau Alimin-Musso. Tidak adanya koordinasi para pemimpin
ekstrimis, sebut saja Sardjono dan kawankawan merasa berhasil
menguasai dan coba mempertahankan pengaruh mereka. Bahkan
Suparjo yang kembali ke Indonesia untuk memberitahukan hasil
diskusinya dengan Tan Malaka dan Subakat tidak dihiraukan.

Walaupun rencana pemberontakan ditunda tetapi akhirnya meletus


juga pada malam hari tanggal 12 November 1926 di Jawa Barat
(Banten, Priangan) dan menyusul 1 Januari 1927 di Sumatra Barat.
Pemberontakan di Batavia dapat ditumpas dalam waktu satu hari. Di
Banten dan Priangan penumpasan selesai pada bulan Desember.
Sedangkan di Sumatra dapat ditumpas selama tiga hari dan mendapat
perlawanan yang relatif kuat. Menurut Ricklefs di Jawa seorang Eropa
tewas begitu pula di Sumatra. “Sekitar 13.000 orang ditangkap,

9
beberapa orang ditembak, kira-kira 4.500 orang dijebloskan ke dalam
penjara dan 1.038 orang dikirim ke kamp penjara yang terkenal
mengerikan di Boven Digul, Irian, yang khusus dibangun pada tahun
1927 untuk mengurung mereka.” PKI hancur dan dilarang oleh
pemerintah Kolonial Belanda.

3.2.PKI dan Madiun Affair 1948


Setelah melakukan aksinya di Jawa dan Sumatra, tindakan yang
diambil oleh pemerintah kolonial Belanda cukup tegas, sehingga PKI
seakan telah mati. Tetapi ternyata PKI mencoba bangun dari tidurnya
dan “pada tahun 1928, suatu usaha yang relatif lemah untuk berdiri
lagi dikembangkan oleh kelompok komunis di Surabaya... di bawah
pimpinan Soenarjo dan Marsoeki, teman dekat Musso, mereka
mendirikan suatu federasi persatuan dagang yang kecil, Sarekat Kaum
Buruh Indonesia.” Karena Belanda merasa organisasi ini berbahaya
maka segera dibubarkan dan pimpinannya ditangkap.

Musso yang lama tak kembali ke Indonesia, tahun 1935 mulai


menginjakkan kakinya ke Surabaya. Kemudian ia membentuk gerakan
bawah tanah komunis yang berorientasi ke Stalin. Organisasi ini
sering disebut sebagai “PKI Tidak Resmi”. Centraal Comite (CC)
terdiri dari Musso, Pamudji, Azis, Sukajat, dan Djoko Soedjono. Kalau
kita flash back tokoh PKI 35 ini nantinya yang berperan besar dalam
peristiwa Madiun.

Kelompok PKI 35 mempunyai orientasi yang berbeda, mereka tidak


mengedepankan revolusi tetapi bersedia bekerja sama sekalipun
dengan kelompok borjuis yang notabenenya adalah musuh mereka.
Strategi yang mereka jalankan adalah infiltrasi ke dalam organisasi-
organisasi pemuda, buruh serta petani.

10
Untuk memahami realitas yang terjadi pada peristiwa Madiun 1948
ada baiknya bila keadaan sosial ekonomi rakyat pada umumnya
dibahas lebih dahulu. Keadaan rakyat memang mengenaskan apalagi
setelah blokade yang dilakukan oleh Belanda. Harga-harga
melambung tinggi, wabah penyakit menyebar di manamana, pemuda di
fron tidak mendapat logistik karena transportasi sulit. Sementara itu di
Yogya-Solo jendral-jendral show of dengan mobil mewahnya.
sedangkan korupsi merebak di mana-mana.

Kesulitan hidup di daerah Republik dapat dilihat dari daftar harga


kebutuhan di bawah ini (dalam rupiah):

Agustus April 1948 Juni Agustus


1947 1948 1948
Beras 1.66 6.76 7.44 17.5
Gula 1.58 7.30
Garam 3.48 14.30
Daging 4.50-13.60 76-187.50
Kedelai 2.00 12.00
Minyak 5.09 36.20
Kelapa
(600cc)
Dari harga kebutuhan tersebut, dapat dilihat betapa sulit penghidupan
di daerah Republik selama setahun (naik 1.059 %).

Belum lagi jatuhnya Kabinet Syahrir oleh sayap kiri (Front Demokrasi
Rakyat) membuat pemuda merasa bangga. Harapan kemudian
diletakkan pada Amir Syarifudin, tetapi semua musnah. Amir ternyata
memberikan konsesi lebih besar terhadap Belanda dalam Perjanjian
Renville yaitu konsesi politis dan teritorial. Menurut Kahin, Republik
harus menerima pengungsi 1 juta dan daerahnya tinggal Jawa Tengah

11
Selatan, Jawa Timur Selatan dan Banten. Dengan demikian Republik
harus menarik armada militernya sejumlah 35.000 pasukan dari Jawa
Barat ke Jawa Timur. Tindakan ini membuat kondisi psikologi
pemuda benar-benar hancur, terutama anggota Divisi Siliwangi.
Sekretaris Panitia Hijrah, Dr. Hutagalung mengaku bahwa mereka
sakit lahir dan batin. Itu dapat dilihat dari hidupnya yang terlantar,
tidak ada asrama atau markas, jauh dari keluarga. Kejadian ini
membuat posisi Sudirman semakin sulit.

Keadaan ini diperparah dengan adanya rasionalisasi tentara di tengah


suasana frustasi. Akibatnya 60.000 tentara terkena rasionalisasi.
Kondisi jadi tidak menentu. Dengan demikian yang ada hanya
kemelut, kemelaratan yang dieksploitasi oleh suasana politik yang
menambah kacau keadaan. Belum lagi ada pemogokan di Delanggu.

Suatu gebrakan telah terjadi FDR pada bulan September membubarkan


diri dan bergabung ke dalam PKI. Dalam politbiro itu terdapat Aidit
(tokoh PKI mendatang). PKI terus menggalakkan demonstrasi,
pemogokan dan mendorong pengambilan tanah dari tuan tanah. Chaos
terjadi antara Masyumi (santri) dengan anggota masyarakat yang
dimobilisasi oleh kaum komunis. Sementara itu pernyataan-
pernyataan Musso membuat simpati Amerika untuk Indonesia
dipertanyakan. Belum lagi Tan Malaka (Troskyis) memang
berseberangan dengan Musso (Stalinis).

Gesekan akhirnya terjadi September 1948 terjadi antara kekuatan


bersenjata yang pro-PKI dan pro-Republik di Surakarta. Pada tanggal
17 September PKI terdesak oleh Divisi Siliwangi, dan PKI mengambil
posisi di Madiun. “Pada tanggal 18 September para pendukung PKI
tersebut merebut tempat-tempat strategis di daerah Madiun,
membunuh tokoh-tokoh yang pro pemerintah, dan mengumumkan

12
melalui radio bahwa pemerintah fron nasional telah terbentuk.”
“Sekitar tengah malam tanggal 18, kira-kira 20 jam setelah dimulainya
kup di Madiun... Musso, Syarifudin, Setiadjit, Wikana tiba di rumah
Sumarsono...dekat pinggiran kota Madiun.” Situasi demikian ini
memaksa Musso dan kawan-kawan menangani atau melanjutkan aksi
yang sudah berjalan. Dipilihlah melanjutkan dengan alasan tidak ada
pilihan lain. Uniknya Sudirman bersimpati pada satuan-satuan yang
pro PKI tetapi ia tidak mendukung tindakan pemerintah Republik dan
juga menetang apa yang dilakukan oleh Musso.

Tanggal 19 september 1948 sekitar 200 anggota PKI yang berada di


Yogyakarta ditangkap. Sukarno mengecam keras para pemberontak
melaui pidato di radio. Inti pidatonya yaitu:

Kemarin pagi, Partai Komunis Musso sudah melakukan kup di Madiun


dan membentuk suatu pemerintahan Soviet di sana dengan pimpinan
Musso. Mereka menganggap perebutan kekuasaan secara paksa ini
sebagai suatu langkah pendahuluan untuk merebut kekuasaan seluruh
pemerintah Republik Indonesia. Dari kenyataan ini, jelaslah bahwa
insiden-insiden yang terjadi di Solo dan Madiun bukanlah insiden-
insiden yang terpisah, tetapi merupakan unsur-unsur pokok dari pola
aksi keseluruhan yang dirancang untuk meggulingkan pemerintah
Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan akhir ini, kaum
pemberontak sudah menggunakan kesatuan-kesatuan dari Brigade ke-
29, yang dulunya menjadi pasukan tetap di bawah pimpinan Letkol.
Dahlan. Dengan berbuat demikian, Dahlan telah menghianati negara
dan telah melanggar sumpah keprajuritan. Oleh karena itu, dengan
ini saya memecat Dahlan dari ketentaraan.

Saudara-saudara, pertimbangkan dengan cermat makna kenyataan


ini; Partai Komunis Musso sedang berusaha merebut Republik
Indonesia yang kita cintai.

Rakyatku tercinta, atas nama perjuangan kemerdekaan Indonesia,


saya mengunjungi kalian pada saat yang sangat kritis, saat kalian dan

13
saya sendiri menghadapi ujian terbesar untuk memilih antara ikut
Musso dan Partai Komunisnya yang akan menggangu tercapainya
suatu negara Indonesia yang merdeka, atau ikut Seokarno-Hatta yang
dengan bantuan Allah SWT, akan menjadikan republik Indonesia
suatu negara Indonesia merdeka yang tidak akan dijajah oleh bangsa
lain manapun juga...

Dukunglah pemerintah, baktikan dirimu sekuat tenaga untuk


membantu organ-organ pemerintah dalam berjuang melawan
pemberontak, dan mengembalikan pemerintah yang sah di wilayah
yang sedang bergolak. Madiun harus kembali ke tangan kita secepat
mungkin.

Mendengar ultimatum Soekarno, Musso tidak gentar bahkan mencoba


membalasnya dengan nada yang tak kalah kerasnya:
Pada tanggal 18 September 1948, penduduk Madiun
merebut kekuasaan segera dengan tangan mereka sendiri. Dengan
demikian, penduduk Madiun sudah menjalankan tugas mereka dalam
revolusi nasional yang semestinya harus dipimpin oleh rakyat dan
bukan oleh golongan lain manapun. Revolusi kita sudah berlangsung
selama tiga tahun di bawah pimpinan kelas borjuis nasional, yang
selalu penuh keraguan dan sikapnya tidak jelas dalam menghadapi
negara-negara imperialis pada umumnya dan Amerika khususnya.
Inilah salah satu alasan kenapa kondisi politik dan kondisi di dalam
Republik terus berkembang lebih memburuk. Inilah sebabnya
mengapa rakyat pada umumnya, dan para pekerja pada khususnya
belum lagi mampu menemukan suatu perbedaan antara kondisi yang
sekarang dan kondisi yang ada di bawah rejim Belanda dan kondisi di
bawah rejim Jepang. Sebenarya, mereka yang duduk dalam
pemerintahan telah memanfaatkan revolusi kita untuk memperkaya
diri sendiri. Selama pendudukan Jepang, orang-orang tersebut
menjadi Quislings, penghianat, pedagang Romusa (pekerja paksa)
dan propagandis Heiho (badan-badan kerja). Lebih dari dua juta

14
wanita menjadi janda karena suami mereka dijadikan Romusa. Dan
kini, orang-orang yang sama itu, sekali lagi akan menjual Indonesia
dan rakyatnya kepada Imperialis Amerika.

Dengan memakai tuduhan-tuduhan dan bukti palsu, Soekarno


menuding FDR dan PKI Musso sebagai kaum pengacau. Apakah
Soekarno sudah lupa bahwa di Solo, dia memanfaatkan para
penghianat pengikut Trosky untuk menteror dan menculik semua
orang-orang komunis? Apakah Soekarno sudah lupa bahwa ia
meningkatkan dan mendukung kejahatan-kejahatan Divisi Siliwangi
dan kaum teroris tersebut? Apa maksud Soekarno, orang yang
dulunya pedagang Romusa itu, membebaskan Tan Malaka, seorang
penjahat yang ingin menjatuhkan kedudukannya sebagai presiden?
Sudah jelas bahwa selama tiga tahun yang lalu, Soekarno-Hatta,
kedua pedagang Romusa itu, pengkhianat jahanam, telah
melaksanakan suatu kebijakan kapitulasi dengan Belanda dan Inggris
dan pada saat itu juga, mereka akan menjual Indonesia dan rakyatnya
kepada imperialis Amerika. Dapatkah orang-orang seperti ini
mengatakan bahwa mereka benar-benar berhak memerintah Republik
kita? Rakyat Indonesia tidak buta ! Mereka mengerti bahwa para
pedagang Romusa ini tidak cocok memerintah negara ini? Penduduk
Madiun dan beberapa tempat lain sedang berusaha memutuskan
hubungan dengan satelit-satelit imperialis tersebut...

Bukan Soekarno atau Hatta yang menentang Belanda, Inggris dan


sekarang Amerika, tapi adalah rakyat Indonesia sendiri. Oleh karena
itu, kejadian-kejadian di Madiun dan tempattempat lain, adalah tanda
bagi seluruh rakyat untuk merebut kekuasaan-kekuasaan negara ke
dalam tangan mereka sendiri. Inilah satu-satunya jaminan agar
Republik akan menjadi benar-benar berdaulat, dan mampu
menghadapi semua serangan dari dalam dan mampu membebaskan
diri dari satelit-satelit imperialis tersebut.

15
Rakyat Indonesia diminta oleh Soekarno untuk memilih “Soekarno
atau Musso!”
Rakyat seharusnya menjawab “Soekarno-Hatta, budak Jepang dan
Amerika ! Penghianat harus mati !”
Kami rakyat Indonesia akan berkata: “Musso selalu mengabdi rakyat
Indonesia.”

Mendengar reaksi Musso, penumpasan segera dilakukan oleh


pemerintah Republik. Penumpasan terhadap pemberontak Musso terus
dilakukan oleh Divisi Siliwangi. Setelah 10 hari bertempur kelompok
pemberontak terdesak dan keluar Madiun. Tanggal 31 Musso tewas
dalam pertempuran. Amir Syarifudin ditangkap oleh pasukan Divisi
Siliwangi. Mantan Mentri Pertahanan sekaligus Perdana Mentri
dihukum mati. Tawanan lain adalah Sudjono, Soeripna, Hardjono, Oei
Gee Hwat, Djoko Soedjono, Katamhadi, dan Setiadjit. Dengan
matinya Musso dan Amir Syarifudin maka pemerintah waktu itu
menyatakan kasus Madiun selesai.

Semua adalah putra terbaik nasional Indonesia. Semua hanya mau


rakyat hidup bahagia sejahtera. Dengan adanya Madiun affair maka
ini menjadi tonggak perang antara PKI dan tentara.

3.3.PKI dan G30SPKI


PKI setelah peristiwa Madiun sudah dihancurkan oleh pemerintah
Republik namun tidak dilarang. Kondisi ini berbeda dengan peristiwa
1927, di mana PKI dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda melalui
gubernur Jendral van Limburg Stirum. “Akhirnya, Partai Komunis
Indonesia (PKI), yang dihancurkan tetapi tidak dilarang pada tahun
1948, hampir siap untuk melakukan pemunculan kembali yang paling
menakjubkan dari sejarahnya yang berganti-ganti.”

Pemberontakan 1927 melahirkan Musso, maka tahun 1948 Aidit,


Lukman, Sudisman dan Nyoto. Mereka yang membangun PKI,
sehingga tahun 1951 Aidit dibantu ketiga rekannya itu mulai

16
membangun basis yang diorganisasikan melalui SOBSI (Sentral
Serikat Buruh Seluruh Indonesia). Aidit memilih strategi defensif
sebab penyesuaian perlu dilakukan. Ia juga membawa pembaharuan
yang sangat drastis. Aidit tidak mempertahankan komunisme sebagai
ideologi politik tetapi masa depan kepartaian. Semua itu dapat
diketahui dari orientasi politik Aidit. Walaupun begitu PKI terus dapat
bertahan selama 15 tahun.

PKI dalam pemilu tahun 1955 mampu menempati posisi 4 besar di


bawah PNI, Mayumi, dan NU. PKI mulai mendapat angin setelah
demokrasi terpimpin mulai diterapkan dan PKI terus mendukung
Soekarno. Strategi PKI mulai berubah dari defensif menjadi ofensif
untuk mendapat kekuasaan. Tahun 1963 PKI menuntut agar UU land
reform segera diberlakukan. Aksi ini memancing konflik antara santri
dan kaum abangan yang dipengaruhi PKI terjadi lagi.

Dengan adanya pemberontakan daerah, kondisi politik menjadi tidak


stabil, perang dingin (cold war), ditambah lagi inflasi naik menjadi
134 % tahun 1964. Belum lagi rivalitas antara PKI dan Tentara
semakin kuat dan memanas.

Situasi semakin memanas, tanggal 30 September 1965 malam Letnan


Kolonel Untung yang mendengar akan ada kudeta oleh Dewan Jendral
mencoba mendahuluinya dengan membuat kelompok dengan nama
Gerakan 30 September. Terjadilah penculikan terhadap Panglima
Angkatan Darat Letjen. A. Yani, Brigjen Panjaitan, Mayjen S.
Parman, Brigjen Sutoyo, Mayjen Suprapto dan Lettu Tendean serta
Nasution tetapi ia dapat meloloskan diri.

17
1 Oktober 1965 Soeharto mengambil alih komando atas angkatan
bersenjata. Kemudian Untung mengumumkan melalui radio bahwa
Gerakan 30 Setember adalah kelompok militer yang bertindak untuk
melindungi presiden Soekarno. Kemudian berdasarkan hipotesis Yoga
Sugomo, Soeharto mengumumkan PKI sebagai pihak yang harus
bertanggung jawab. Senjata Soeharto adalah Super Semar. Ia
mengeluarkan Kepres untuk membubarkan dan menghabisi PKI
beserta simpatisannya. Terjadilah pembantaian massal 1965 di Jawa
Tengah, Bali yang dilakukan atas prakarsa Soeharto.

4. Keberadaan PKI Pasca G30SPKI


Meskipun mendapat perlawanan secara sporadis, PKI berdiri dengan lumpuh setelah
pembunuhan 1965-1966. Sebagai hasil dari pembunuhan massal ini, kepemimpinan
partai lumpuh di semua tingkat, meninggalkan banyak mantan pendukung dan
kekecewaan simpatisan, tanpa pemimpin lagi, dan tidak terorganisir. Pada bulan
September 1966, sisa-sisa partai politbiro mengeluarkan pernyataan kritik diri,
mengkritik kerja sama sebelumnya dengan rezim Sukarno. Setelah pembunuhan Aidit
dan Njoto, Sudisman, pemimpin PKI di tingkat keempat sebelum Oktober 1963,
mengambil alih kepemimpinan partai. Dia berusaha untuk membangun kembali partai
atas dasar saling keterkaitan tiga kelompok anggota, tetapi hanya berdampak sedikit
kemajuan sebelum akhirnya ia ditangkap pada Desember 1966. Pada tahun 1967 ia
dijatuhi hukuman mati.

Beberapa kader PKI telah mengungsi di sebuah wilayah terpencil di selatan Blitar,
Jawa Timur menyusul tindakan kekerasan terhadap partai. Di antara para pemimpin
yang hadir di Blitar adalah anggota Politbiro Rewang, teoretikus partai Oloan
Hutapea, dan pemimpin Jawa Timur Ruslan Widjajasastra. Blitar merupakan daerah
tertinggal dengan PKI yang memiliki dukungan kuat di kalangan kaum tani. Pihak
militer tidak menyadari bahwa PKI telah mampu mengkonsolidasikan dirinya di sana.
Para pemimpin PKI ini bergabung dengan Letkol Pratomo, mantan komandan Distrik
Militer Pandeglang di Jawa Barat, yang membantu memberikan pelatihan militer
untuk Komunis lokal di Blitar. Namun pada Maret 1968 kekerasan meletus di Blitar,

18
petani lokal menyerang para pemimpin dan kader Nahdatul Ulama, sebagai balasan
atas Nahdatul Ulama yang telah memainkan peran dalam penganiayaan antikomunis.
Sekitar 60 kader NU tewas. Namun ilmuwan politik Australia Harold Crouch
berpendapat bahwa itu tidak mungkin bahwa pembunuhan kader NU di Blitar telah
dilakukan atas perintah dari para pemimpin PKI di Blitar. Militer menyadari daerah
kantong PKI di Blitar tersebut dan menghancurkannya pada pertengahan tahun 1968.

Beberapa kader partai yang sementara di luar Indonesia pada saat peristiwa 30
September. Terutama delegasi yang cukup besar melakukan perjalanan ke Republik
Rakyat Tiongkok untuk berpartisipasi dalam perayaan ulang tahun Revolusi Cina.
Sedangkan yang lainnya telah meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi di
Eropa Timur. Dalam pengasingan, aparatur partai terus berfungsi. Bagaimanapun,
sebagian besar dari mereka terisolasi dari perkembangan politik di dalam Indonesia.
Di Jawa, beberapa desa yang dikenal sebagai tempat perlindungan bagi anggota atau
simpatisan yang telah diidentifikasi oleh pihak berwenang, dan dilindungi di bawah
pengawasan secara hati-hati untuk waktu yang cukup.

Sampai tahun 2004, mantan anggota PKI masih dilarang dan masuk daftar hitam dari
banyak pekerjaan termasuk apabila ingin bekerja di pemerintahan, sebagaimana
kebijakan rezim Soeharto yang telah dijalankan sejak pembersihan PKI tahun 1965.
Selama masa presiden Abdurrahman Wahid, ia mengundang mantan buangan PKI
untuk kembali ke Indonesia pada tahun 1999, dan mengusulkan menghilangkan
pembatasan diskusi terbuka atas ideologi komunis. Dalam berdebat untuk
penghapusan larangan itu, Wahid mengutip dari UUD 1945 Indonesia, yang tidak
melarang atau bahkan secara khusus menyebutkan komunisme. Usulan Wahid itu
ditentang oleh beberapa kelompok masyarakat Indonesia, khususnya kelompok Islam
konservatif. Dalam sebuah protes pada April 2000, sebuah kelompok yang disebut
Front Islam Indonesia berjumlah sepuluh ribu orang datang ke Jakarta terkait usulan
Wahid. Tentara tidak segera menolak proposal tersebut, tetapi menjanjikan "studi
komprehensif dan teliti" terhadap ide tersebut.

19
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Jika kita mendengar istilah komunisme, langsung kita teringat pada pembantaian ’65,
yang sadis dan kejam. Stigma ini menjadikan sejarah komunis Indonesia sebagai sisi
gelap sejarah Indonesia dan tak layak untuk dipelajari. Pantas masuk keranjang
sampah, termasuk sosialisme atau apa saja yang mengingatkan kita pada Karl Marx.
Naifnya lagi diharamkan ! Kalau bukan pembodohan massal apa lagi namanya yang
dilakukan oleh rezim Orde Baru di bawah Soeharto melalui Departeman Pendidikan
dan Kebudayaan atau Penerangan.

20
Propaganda anti Komunisme/Marxisme-Leninisme merambah juga di kalangan
universitas. Padahal kalau kita pahami pasal 3 Ketetapan MPRS Republik Indonesia
No: XXV/MPRS/1966 yang berbunyi “khususnya mengenai kegiatan mempelajari
secara ilmiah, seperti pada universitas-universitas, faham Komunisme/Marxisme-
Leninisme dalam rangka mengamankan Pancasila dapat dilakukan secara
terpimpin...”

Berdasarkan Tap MPR tersebut berarti mempelajari faham komunisme walaupun


secara terpimpin itu legal dan tidak melanggar hukum, “ironisnya, pergulatan ini
terjadi bukan di negara-negara komunis yang represif, tetapi di negara liberal
kapitalistik, seperti Amerika Utara, Eropa Barat, Australia, Jepang dan India.” Studi
tentang Komunisme bukan berarti mengajak orang untuk menganutnya tetapi
membuat kita memiliki landasan yang kuat untuk menolaknya. Menolaknya secara
cerdas bukan membabi buta.

Pembodohan gaya Orde Baru terus berlangsung hingga kini, contoh nyata
dilakukannya pelarangan buku teks pelajaran sejarah oleh pemerintah melalui
Kejaksaan Agung dengan SK 19/A/JA/03/2007 tertanggal 5 Maret 2007. “Alasan
pelarangan adalah tidak memuat pemberontakan Madiun dan 1965...serta tidak
mencantumkan kata PKI dalam penulisan G30S.” Buku sejarah kelas I jelas tidak
memuat pemberontakan 1948 dan peristiwa ’65. Karena kelas I itu hanya berisi
kerajaan-kerajaan di Nusantara yang terpengaruh Hindu, Buddha dan Islam.
“Demikian pula untuk kelas II...membahas perlawanan rakyat terhadap
kolonialisme...Untuk kelas III mulailah dibahas perkembangan sejak kemerdekaan
Indonesia.” Di kelas III materi tersebut diajarkan

Parahnya lagi Jaksa Agung Muda Intelijen Muchtar Arifin mengingatkan “pengedar
dapat dikenai sangsi kerena telah melanggar Pasal 3 Penetapan Presiden No. 4 Tahun
1963 tentang pengamanan barang cetakan yang menggangu ketertiban umum.”

21
Kontroversi pelarangan buku sejarah belum reda, tepatnya satu minggu setelah
diskusi “Historiografi Tragedi ’65 dan Pelarangan Buku Sejarah,” yang dilakukan
oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah, Papernas dilarang melakukan rapat di
Kaliurang. Karena diduga partai ini berideologi komunis dan menyebarkan paham
komunisme di Indonesia.

Berdasar kejadian di atas ini mengindikasikan bahwa hantu komunis atau tepatnya
hasil indoktrinasi Orde Baru yang mendarah daging masih tersisa. Versi tunggal G30S
pemerintah yang coba diruntuhkan masih menemui hambatan yang kuat.

Kekaburan dalam sejarah memang harus diakui membawa dampak yang luas dalam
berbagai bidang, politik, sosial, dan pendidikan. Untuk itu tulisan yang berjudul Aksi
Partai Komunis Indonesia 1926-1965 ditulis. Karena penulis melihat pentingnya
studi tentang komunisme di sekolah-sekolah mulai tingkat SMU/SMK agar kita
dapat mengidentifikasikannya dan menolak dengan sadar dan kritis. “Dengan
mengenalinya, kita tidak lagi dapat ditipu oleh orang-orang atau gerakan-gerakan
komunis.” Celakanya, larangan itu seringkali datang dari mereka yang tidak paham
apa itu Marxisme karena tidak pernah dididik tentangnya ketika bersekolah. Berbeda
dari para pendiri bangsa ini yang bersekolah pada jaman kolonial Belanda. Maka,
jangan heran sejarah nasional sering bengkok atau gelap pada bagian kisah tentang
para tokoh gerakan nasionalis ini.

Padahal dalam melakukan analisis sosial teori Marx sangat penting dan layak
dipelajari oleh kaum muda Indonesia dan bukan hanya mereka yang hidup di India,
Amerika, dan Australia.

2. Saran

22
Makalah ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan penulis atau pembuatnya hanya
manusia biasa. Jadi, diharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritik dan
saran agar makalah ini bisa disegani untuk dibaca dan dimengerti. Kepada pihak yang
terlibat terima kasih banyak atas semua dukungannya , kepada search angine google
dan buku-buku referensi juga yang telah memberikan wawasan dan materi ini untuk
lebih mudah untuk saya gunakan sebagai referensi.

DAFTAR PUSTAKA

-Aidit, Dipa Nusantara. 1955. Lahirnja PKI dan Perkembangannja. Jakarta: Jajasan
Pembaruan.

-Wirawan, Wahyu. 2007. Aksi Partai Komunis Indonesia 1926-1965. Yogyakarta:


Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma.

23
-"Partai Komunis Indonesia". Wikipedia.org. 10 Desember 2019.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia

24

Anda mungkin juga menyukai