Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
PARTAI KOMUNIS INDONESIA

NAMA KELOMPOK :

1. SITI PUJI ASTUTI


2. SOFIATUN
3. TANTRI LESTARI
4. WIDIA ASTUTI

KELAS : XI MIA 5

SMA NEGERI 1 KEDUNGREJA


2017/2018
i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang Partai Komunis Indonesia (PKI).
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk
itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya,
penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Kedungreja, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ `1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Sejarah Lahirnya PKI ....................................................................... `2
B. Perkembangan Partai Komunis Indonesia ........................................ 4
C. Bergabung Dengan Komintern ......................................................... 6
D. Kemunduran PKI ............................................................................. 7
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 9
A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Awal mula PKI adalah ISDV, organisasi yang didirikan oleh Hank Sneevliet
dan aktivis komunis Belanda lainya. Anggota ISDV awalnya hanya dari orang
Belanda saja, namun aktivitas Sneevliet berhasil melebarkan pengaruh dan
keanggotaan iSDV ke kalangan pribumi.
Sneevliet merekrut para pekerja di Hindia Belanda, terutama pekerja kereta
api. Kondisi pekerja saat itu sangat buruk dan banyak yang tertarik dengan
idologi komunisme.
Pada tahun 1920, ISDV berganti namanya menjadi PKH (Perserikatan
Komunis di Hindia). Pada masa ini mereka semakin bertambah anggotanya
karena rekrutmen dengan memanfaatkan aktivitas di dalam organisasi Sarekat
Islam, yang saat itu merupakan organisasi massa terbesar di Hindia Belanda.
Pada tahun 1921, Sarekan Islam di bawah arahan Agus Salim menyadari
rekrutmen komunis ini, dan mengusir anggota Sarekat Silam yang berlairan
komunis. Para anggota yang dikeluarkan ini kemudian membentuk Sarekat
Rakyat.
Pada tahun 1924, nama organisasi diganti menjadi Partai Komunis Indonesia dan
Sarekat Rakyat menjadi organisasi pendukung PKI.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya PKI
2. Bagaimana perkembangan Partai Komunis Indonesia
3. Jelaskan bagaimana Kemunduran PKI

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya PKI


Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia tidak pernah terlepas dari
peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus
Franciscus Maria Sneevliet. Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja
disalah satu harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche Handelsbad
sebagai staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya,
Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebagai sekertaris
di salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang
merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg
Personnel (VSTP) (M.C. Ricklefs, 2005 : 260).
Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP merupakan
sebuah peluang besar untuk menumbuh kembangkan ideologi komunisme di
Indonesia. Pada bulan Juli 1914 bersama personil-personil yang tergabung
dalam VSTP seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu
menjabat sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik
yang bersifat radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau
Serikat Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het
Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai media propaganda untuk menyebarkan
ajaran ajaran komunisme yang menjadi ideologi dari organisasi tersebut. Oleh
karena anggota ISDV terbatas dikalangan orang orang Belanda, maka organisasi
ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional
seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI) (Poesponegoro , 2008 : 357).
Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di terbitkannya
koran Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan
militer. Isi koran ini selalu diwarnai dengan ide-ide komunisme yang
mengedepankan ide-ide perjuangan kelas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Sneevliet ternyata tercium oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian pada
bulan Desember 1918 Pemerintah Hindia Belanda mengambil tindakan untuk

2
mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda karena kegiatan yang dilakukannya
dianggap mulai mengancam.
Pada bulan Desember 1919 rekan Sneevliet, Brandstedder juga mengalami
hal yang sama diusir oleh pemerintah Hindia Belanda. Sekalipun Sneevliet dan
Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda (Indonesia) namun usaha yang
mereka lakukan selama ini telah menemukan hasillnya. ISDV akhirnya berhasil
menyebarkan ajaran-ajaran komunisme di Semarang dan mempengaruhi
pimpinan SI Semarang yang pada saat itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono.
Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi
kedalam tubuh Serikat Islam :
1. Central Serikat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat
lemah kekuasaanya. Tiap-tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri secara
bebas . Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang
menentukan di dalam SI cabang.
2. Kondisi kepartaian pada masa itu memungkinkan orang untuk sekaligus
menjadi anggota lebih dari satu partai. Hhal ini disebabkan pada mulanya
organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik
melainkan sebagai suatiu organisasi guna mendukung berbagai kepentingan
sosial budaya dan ekonomi. Dikalanngan kaum terpelajar menjadi kebiasaan
bagi setiap orang untuk memasuki berbagai macam organisasi yang di
anggapnya dapat membantu kepentingannya. (Poesponegoro , 2008 : 357)
Setelah mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang, ISDV menjadi
semakin kuat dan ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat. Pada
tanggal 23 Mei 1920, tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat mengganti
namanya menjadi Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Perubahan nama ini
diperuntukan supaya organisasi ini lebih tegas dalam mengedepankan nama
komunisme sebagai ideologi dari organisasi mereka selama ini. Semaun dipilih
sebagai ketua dan Darsono sebagai wakilnya. Beberapa tokoh ISDV yang orang
belanda diangkat sebagai pendamping antara lain Bergsma sebagai sekertaris,
Dekker sebagai bendahara dan A. Barrs sebagai salah satu anggotanya.
Sekalipun Semaun dan Darsono telah menjadi pimpinan PKI, namun mereka
tetap menjadi pimpinan SI Semarang. Hal ini disebabkan karena pada saat itu
3
CSI (Central Sarekat Islam) masih memperbolehkan anggotanya untuk menjadi
anggota dari organisasi lain.

B. Perkembangan Partai Komunis Indonesia


Setelah berdiri pada tanggal 23 Mei 1920, PKI semakin berkembang pesat.
Diperbolehkannya keanggotaan ganda pada tubuh SI dilihat sebagai
kesempaatan besar bagi PKI untuk menyusup ke organisasi tersebut yang
kemudian bertujuan umtuk memecahnya. Hal ini dilakukan karena PKI
menyadari bahwa pada saat itu SI merupakan sebuah organisasi pergerakan
nasional yang besar dan kuat. Sehingga timbul keinginan diantara pimpian PKI
untuk menguasainya. Gebrakan-gebrakan yang dilakukan PKI dalam tubuh SI
terang saja membuat pimpinan CSI menjadi berang. CSI melihat bahwa tindakan
tindakan yan dilakukan oleh PKI telah mengarah kepada sebuah ancaman
keutuhan didalam tubuh SI sendiri. CSI kemudian menyadari bahwa yang
menjadi penyebab pengaruh PKI begitu kuat dalam tubuh SI adalah karena SI
memperbolehkan sistem keanggotaan rangkap, sehingga menjadi sangat mudah
untuk disusupi oleh orang-orang yang bersal dari organisasi lain.
Pada bulan Oktober 1921 dilaksanakan kongres SI yang ke VI di Surabaya.
Pada saat itu terjadi suasana panas mewarnai jalannya kongres karena adanya
perdebatan yang terjadi diantara fraksi komunis yang diwakili oleh Darsono dan
Tan Malaka dengan pimpinan SI pada saat itu Haji Agus Salim. Pada kongres
tersebut kemudian diputuskan bahwa dilarangnya keanggotaan rangkap. Artinya
anggota SI tidak lagi boleh menjadi anggota dari organisasi lain, jadi bagi
anggota yang selama ini merangkap sebagai anggota dari organisasi lain harus
memilih antara SI atau organisasi lainnya tersebut. Keputusan ini sontak
mendapat perlawanan dari faksi komunis karena hal tersebut akan sangat
merugikan bagi mereka.
Sadar bahwa keluar dai SI merupakan sesuatu yang akan sangat merugikan
bagi kekuatan PKI, maka Semaun selaku ketua PKI dan SI Semarang pada saat
itu menolak keputusan kongres dan justru menghimpun kekuatan didalam tubuh
SI. Semaun kemudian melakukan propaganda dalam tubuh SI dan mengatakan
bahwa apa yang telah diputuskan dalam kongres merupakan sebuah sesuatu

4
yang keliru dan oleh sebab itu harus di tinjau kembali keputusannya. Namun,
pimpinan SI pada sat itu tetap bersikeras pada apa yang telah diputuskan dalam
kongres. Dengan keputusan tersebut maka anggota-anggota SI yang tidak mau
keluar dari PKI dikeluarkan dari tubuh SI. Sekalipun keputusan ini akan
mengurangi jumlah anggota, namun pimpinan SI tetap menganggap bahwa
keputusan ini merupakan hal terbaik yang harus dilakukan.
Semaun dan para anggota SI yang juga merupakan PKI tidak tinggal diam
dengan keputusan ini. Mereka tetap tidak mau menerima hasil kongres dan tidak
keluar dari SI. Mereka kemudian membentuk SI tandingan yang di sebut sebagai
SI Merah, sedangkan SI yang menerima hasil kongres tersebut dinamakan
sebagai SI Putih. SI tandingan ini tidak hanya terjadi ditingkat pusat, melainkan
juga samapi ke cabang di daerah-daerah. Pada kongres PKI II di Bandung Maret
1923 dirumuskan secara jelas bahwa mereka menentang secara terang-terangan
SI sebagai kekuatan politik, dan mengubah SI merah menjadi Sarekat Rakyat
(SR) sebagai organisasi yang berada dibawah PKI. Pemerintah Hindia Belanda
melihat bahwa kekuatan komunis sudah mulai berkembang dan semakin
menyebabkan ancaman karena aksi yang dilakukan anggotanya. Kemudian
pemerintah Hindia Belanda mengusir tokoh-tokoh komunis seperti Muso,
Alimin, Darsono dan Semaun. Tokoh-tokoh ini menyebar ke Asia hingga Eropa.
Namun tidak lama kemudian pada akhir tahun 1923 tokoh-tokoh komunis
tersebut kembali ke Hindia Belanda.
Ternyata kepergian mereka meninggalkan Hindia Belanda telah
mengakibatkannya kelemahan dalam kepemimpinan Perserikatan Komunis di
Hindia Belanda. Untuk kembali membangkitkan kekuatan komunis tersebut,
Semaun dan Darsono mencoba untuk menghimpun kembali kekuatan dengan
melakukan kongres pada Juni 1924 di Jakarta. Pada saat itulah nama Partai
Komunis Indonesia (PKI) resmi di gunakan. Kongres tersebut juga memutuskan
untuk memindahkan markas besar PKI dari Semarang ke Batavia (sekarang
Jakarta) dan memilih pimpinan baru yaitu Alimin, Musso, Aliarcham, Sardjono
dan Winanta. Dalam kongres tersebut juga diputuskan untuk membentuk cabang
cabang di Padang, Semarang, dan Surabaya.

5
Komunisme ternyata telah berhasil memecah bela SI kedalam dua bagian.
Bagian pertama adalah mereka yang mempunyai pandangan komunis dalam
tubuh SI dan bagian yang kedua adalah mereka yang menentang ajaran
komunisme dalam tubuh SI. Sekalipun akibat ulah dari komunisme SI
mengalami penurunan dalam jumlah anggotanya, tapi bagi pimpinan SI hal ini
harus dilakukan untuk menyelamatkan SI itu sendiri. Atas peristiwa tersebut SI
dan PKI pun menjadi dua kekuaan politik yang berdiri sendiri dan saling
melakukan persaingan dalam mendapatkan simpati/dukungan dari rakyat.

C. Bergabung Dengan Komintern


Konvensi pertama PKI di gelar di basecamp Sarekat Islam, di Semarang,
Jawa Tengah, pada pertengahan Desember 1920. Ribuan anggota dan simpatisan
hadir disana, dan rapat berlangsung tertutup dan underground, karena walaupun
partai ini sudah memiliki basis massa yang banyak, tapi keberadaan mereka
masih illegal dimata pemerintah saat itu. Agenda utama Konvensi ini adalah
memutuskan satu soal penting tentang bergabung tidaknya PKI dengan
Komunis Internasional (Komintern).
Dari kesepakatan rapat itu, akhirnya mereka memutuskan untuk berafiliasi
dengan Komintern yang berpusat di Moscow (Uni Soviet), yang di kepalai oleh
Josep Vissarionovich Stalin. Sehingga, kebijakan partai mau tak mau harus
segaris dengan apa yang dirumuskan di Moskow (Komintern), dan wakil
pertama Indonesia di rapat - rapat Komite Eksekutif Komunis Internasional di
Moscow adalah Sneevliet (yang sebelumnya dibuang Belanda) , setelah itu ada
Semaoen dan Darsono yang selanjutnya mereka menjadi agen - agen kunci
Komintern. Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka (seorang
aktivis PKI yang sebelumnya dikirim belajar ke Netherland dan kembali lagi ke
Indonesia tahun 1919) dan diangkat sebagai pimpinan partai cabang Asia
Tenggara dan Australia.
Selain itu juga berkat di perbolehkannya keanggotaan ganda pada SI
menyebabkan banyak anggota SI yang kemudian ikut terjun kedalam ISDV. Hal
ini karena sebagian besar anggota SI adalah golongan pedagang dan golongan
masyarakat kelas bawah. Selain itu karna syarat keanggotaan dari SI yang sangat

6
mudah yaitu hanya beragama Islam membuat SI ini berkembang sedemikian
pesatnya. Dari situlah timbul gagasan baru dari Snivleet dan rekan-rekan untuk
menyusupi organisasi ini sekaligus menjaring keanggotaan untuk mendirikan
PKI. Dari aksi penyusupan itulah banyak orang-orang yang tidak mengerti apa
makna dari sebenarnya PKI kemudian menjadi anggota PKI. Bukan hanya itu
saja Komunisme mudah menarik bangsa-bangsa terjajah atau mudah diterima
oleh masyarakat karena mereka merasa akan dibebaskan dari belenggu
penjajahan. Itulah sebabnya komunisme mendapat sambutan tidak sedikit di
Indonesia. Karena sebagian besar penduduk indonesia adalah golongan petani
maupun pedagang yang kurang mempunyai pengaruh.

D. Kemunduran PKI
Karena tindakan PKI yang cukup Radikal akhirnya timbul gerakan anti
komunis dan pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas.
Ketegasan itu diwujudkan dengan penangkapan dan pengasingan terhadap
pimpinan komunis dari Indonesia. Diawali dengan Sneevliet tahun 1919. Tan
Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari Indonesia ,sedangkan Semaun 1923.
Dengan demikian semua pemimpin PKI seperti Darsono, Ali Archam, Alimin,
Musso merasa terancam. Pada Konggres PKI tanggal 11-15 Desember 1924 di
kota Gede Yogyakarta, dibahas mengenai rencana gerakan bersama di seluruh
Indonesia. Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh
persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius
oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapat-rapat PKI juga dibubarkan
(Shiraishi, 1997:432).
Pada 25 Desember 1925, pemimpin-pemimpin utama PKI, Sardjono,
Boedisoetjitro, Winanta, Moesso, dan beberapa lainnya mengadakan pertemuan
di Prambanan, mereka memutuskan untuk membuat rencana pemberontakan
yang konkret dan menyerukan semua anggota partai untuk menciptakan suatu
struktur partai bawah tanah. PKI memimpin sebuah pemberontakan yang
nantinya akan menentukan nasib, bukan hanya PKI, tetapi juga pergerakan pada
umumnya (Shiraisi, 1997:436).

7
Selama tahun 1925, unsur-unsur yang lebih mengekstrim dalam Partai
Komunis di bawah pengawasan Dahlan dan Soekra, dua pemimpin yang
menolak patuh kepada kepemimpinan yang tetap. Mereka terus menghasut
dicetuskannya revolusi dan memakai metode-metode teoritis. Dalam usaha-
usahanya, mereka didukung oleh dua pemimpin penting yang sudah mapan,
Alimin dan Musso. Kelompok ini berhasil menguasai suatu rapat komisi
pelaksanaan partai tersebut dan para pemimpin persatuan-persatuan dagang
pokok di bawah pengawasan komunis, yang diselenggarakan di Candi
Prambanan (antara Yogyakarta dan Surakarta). Pada pertengahan bulan Oktober
1925. Sebagai hasilnya, revolusi ditetapkan akan diadakan segera (George
McTurnan Kahin, 1995:103).
Januari 1926 Musso, Boedisoetjitro, dan Soegono rencananya akan
ditangkap oleh Gubernur Jendral van Limburg Stirum tetapi mereka telah pergi
ke Singapura. Kekacauan hari demi hari semakin memuncak dan hampir semua
pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura ada Alimin, Musso,
Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan Winata. Sedangkan Tan Malaka
di Manila dan Darsono di Uni Soviet. Akhirnya PKI melakukan gerakan
dengan gaya lokal dan aksi lokal (local action) yang di antaranya tidak banyak
berkaitan dengan komunisme teoritis. Di Banten partai ini menjadi Islam yang
berlebih-lebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan Jawa tanpa koordinasi
yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik bagi unsur-unsur
masyarakat pedesaan yang menyukai kekacauan, (Ricklefs, 2005:271).
Alimin kemudian ke Manila untuk menemui Tan Malaka, selaku wakil
Komintern untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia. Dengan harapan rencana
itu akan mendapat dukungannya, ternyata di luar dugaan Tan Malaka menolak
keputusan Parambanan dengan alasan:
a. Situasi revolusioner belum ada
b. PKI belum cukup berdisiplin
c. Seluruh rakyat belum berada di bawah PKI
d. Tuntutan/sumbangan konkret belum dipikirkan
e. Imperialisme internasional bersekutu melawan komunisme.

8
Reaksi Tan Malaka membuat perpecahan dalam organisasi PKI, tetapi
Alimin dan Musso tidak gentar. Kemudian Alimin dan Musso pergi ke Moskow
untuk membahas tentang keputusan Prambanan 16 Maret 1926. Alih-alih
mendapat dukungan sebaliknya mereka harus diindoktrinasi lagi. Alimin dan
Musso tiba di Malaya melalui Kanton pada pertengahan bulan Desember 1926,
setelah aksi terjadi. Pada tanggal 18 Desember 1926 mereka ditahan orang
Inggris di Johor dan tidak kembali ke Indonesia lagi (Soe Hok Gie. 2005.
hlm.10-11).
Bagai ayam kehilangan induknya, PKI tanpa pemimpin yang militan.
Kegiatannya kacau, ditambah lagi para anggota bingung ikut Tan Malaka atau
Alimin-Musso. Tidak adanya koordinasi para pemimpin ekstrimis, sebut saja
Sardjono dan kawankawan merasa berhasil menguasai dan coba
mempertahankan pengaruh mereka. Bahkan Suparjo yang kembali ke Indonesia
untuk memberitahukan hasil diskusinya dengan Tan Malaka dan Subakat tidak
dihiraukan. Walaupun rencana pemberontakan ditunda tetapi akhirnya meletus
juga pada malam hari tanggal 12 November 1926 di Jawa Barat (Banten,
Priangan) dan menyusul 1 Januari 1927 di Sumatra Barat. Pemberontakan di
Batavia dapat ditumpas dalam waktu satu hari. Di Banten dan Priangan
penumpasan selesai pada bulan Desember. Sedangkan di Sumatra dapat
ditumpas selama tiga hari dan mendapat perlawanan yang relatif kuat. Menurut
Ricklefs di Jawa seorang Eropa tewas begitu pula di Sumatra. Sekitar 13.000
orang ditangkap, beberapa orang ditembak, kira-kira 4.500 orang dijebloskan ke
dalam penjara dan 1.038 orang dikirim ke kamp penjara yang terkenal
mengerikan di Boven Digul, Irian, yang khusus dibangun pada tahun 1927 untuk
mengurung mereka.PKI hancur dan dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda
(Ricklefs, 2005: 272).
Dari pengantar diatas terdapat beberapa perbandingan mengenai Partai
Komunis Indonesia dengan Organisasi-organisasi pergerakan lain
PKI merupakan salah satu organisasi yang terbentuk atas prakarsa dari
orang-orang luar seperti H.J.M Snivleet dan rekan-rekannya, bukan golongan
bumi putera, sehingga segala sesuatunya selalu mendapatkan masukan dari
orang-orang luar. Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa organisasi PKI ini segala
9
akar pemikirannya berasal dari luar. Berbeda dengan organisasi seperti Budi
Utomo yang bersifat kedaerahan dan menjunjung segala sesuatu yang berbau
kedaerahan terutama daerah Jawa.
Tokoh ISDV/PKI terlalu menonjolkan unsur internasional dalam program
perjuangan PPKR , Sarekat Islam mengutamakan unsur Islam sebagai
landasan untuk mempersatukan bangsa , sedangkan Sarekat Hindia (Insulinde)
justru menekankan kepada unsur kenasionalansebagai unsur yang harus lebih
dipentingkan daripada pertimbangan-pertimbangan keagamaan, perjuangan
kelas dan kedaerahan dalam usaha untuk membangkitkan aspirasi nasional
dan kesadaran sosial. Alur gerakan PKI secara langsung dikendalikan oleh
moscow atau dari luar negeri, karena pada waktu itu pusat dari paham komunis
itu sendiri adalah Moscow (Rusia) yang kemudian menyebar keseluruh dunia
termasuk wilayah daratan Asia terutama Cina, Korea Utara dan Indonesia itu
sendiri. Dari beberapa buku yang kami baca banyak sekali yang menyebutkan
tentang betapa radikalnya tindakan PKI itu seperti melakukan berbagai macam
pemberontakan yang pada akhirnya terjadi pada tahun 1926 yang merupakan
tanda kehancuran bagi PKI itu sendiri.
Adapun tujuan berdirinya PKI adalah untuk membentuk sebuah negara yang
berpaham komunis. Dalam hal ini Indonesia menjadi sasarannya karena
sebagian besar penduduk Indonesia adalah kaum buruh/petani (proletar)
sehingga sesuai dengan tujuan PKI yakni tergabung dalam Proletar dunia. Selain
itu mereka juga dalam mencari perhatian dengan masyarakat dengan cara
membangun konflik di dalam masyarakat maupun tubuh keanggotaan PKI itu
sendiri.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia tidak pernah terlepas dari
peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus
Franciscus Maria Sneevliet. Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja
disalah satu harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche Handelsbad
sebagai staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya,
Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebagai sekertaris
di salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang
merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg
Personnel (VSTP) (M.C. Ricklefs, 2005 : 260).
Setelah berdiri pada tanggal 23 Mei 1920, PKI semakin berkembang pesat.
Diperbolehkannya keanggotaan ganda pada tubuh SI dilihat sebagai
kesempaatan besar bagi PKI untuk menyusup ke organisasi tersebut yang
kemudian bertujuan umtuk memecahnya. Hal ini dilakukan karena PKI
menyadari bahwa pada saat itu SI merupakan sebuah organisasi pergerakan
nasional yang besar dan kuat. Sehingga timbul keinginan diantara pimpian PKI
untuk menguasainya.
Karena tindakan PKI yang cukup Radikal akhirnya timbul gerakan anti
komunis dan pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas.
Ketegasan itu diwujudkan dengan penangkapan dan pengasingan terhadap
pimpinan komunis dari Indonesia. Diawali dengan Sneevliet tahun 1919. Tan
Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari Indonesia ,sedangkan Semaun 1923.
Dengan demikian semua pemimpin PKI seperti Darsono, Ali Archam, Alimin,
Musso merasa terancam. Pada Konggres PKI tanggal 11-15 Desember 1924 di
kota Gede Yogyakarta, dibahas mengenai rencana gerakan bersama di seluruh
Indonesia. Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh
persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius

11
oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapat-rapat PKI juga dibubarkan
(Shiraishi, 1997:432).

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya

12
DAFTAR PUSTAKA

George McTurnan Kahin. 1995.Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia:


RefleksiPergumulan Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan.
M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Poesponegoro , Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V Zaman
Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda . cet-2 Edisi Pemuktahiran.
Jakarta : Balai Pustaka.
Shiraishi, Takashi. 1997. Zaman Bergerak: radikalisme rakyat di Jawa, 1912-1926.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Soe Hok Gie. 2005. Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta. Bentang
Pustaka.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf, (diakses
pada hari senin,10 maret 2014, pukul 15:00 WIB).
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21no1april
2007/AKSI%20PARTAI%20KOMUNIS%20INDONESIA%201926%20wahyu%20wi
rawan.pdf (diakses pada hari Senin, 10 Maret 2014, pukul 15:05 WIB).

13

Anda mungkin juga menyukai