Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH MINAT

“AUFKLARUNG”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

KELAS : IX IIS 3
1. JERI IRFANTO
2. I PUTU SUKARMA PUTRA
3. RAHMAT KURNIAWAN
4. AGUSTIAN AYU S.
5. SRI WAHYUNI

SMAN 11 KONAWE SELATAN


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
zaman pencerahan atau aufklarung.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang zaman pencerahan atau
aufklarungini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Landono, 7 Nopember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Arti zaman pencerahan .......................................................................................................2
2.2 Penyebab terjadinya zaman pencerahan..............................................................................2
2.3 Aliran – aliran yang berkembang.........................................................................................3
2.4 Negara yang mengalami pencerahan...................................................................................6
2.5 Dampak terjadinya zaman pencerahan................................................................................8

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................................9


3.2 Saran....................................................................................................................................9

Daftar Pustaka................................................................................................................................10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa pencerahan (Aufklärung) merupakan istilah yang digunakaan untuk


menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada masa
pencerahan, pendekatan berdasarkan rasio dan ilmu pengetahuan terhadap agama, sosial,
ekonomi, dan politik menjadi tren di masyarakat, sehingga hal ini menghasilkan sebuah
pandangan yang bersifat duniawi atau sekular dan juga membangun opini umum tentang
kemajuan dan kesempurnaan di berbagai bidang.

Pengaruh perkembangan dari penggunaan Rasio sebagai pegangan hidup itu tidak
hanya pada pegangan hidup masyarakat saja tetapi pada semua bidang dalam hidup
masyarakat Eropa dan Amerika baik itu dari bidang Agama, Ekonomi, Sosial, dan
Politik. Salah satu contoh bidang politik kehidupan masyarakat Eropa yang terpengaruh
filsafat Rasio yakni dalam bidang Politik yang banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum,
dimana bentuk pemerintahan yang Absolutisme sangat berlawanan dengan aliran Rasionalisme
(Rasio). Rasio hanya bisa dikembangankan dengan adanya kebebasan pribadi, tetapi
karena Absolutisme mengekang kebebasan pribadi jadi mengekang juga pengembangan
Rasio yang tidak sesuai dengan hukum alam.Mereka yakin bahwa Rasio itu agung dan
mampu mencari kebenaran yang akan membawa keselamatan bagi umat manusia, segala
malapetaka yang menimpa kemanusiaan dimasa-masa lampau karena kurangnya
mengembangkan rasio.

Menurut penjelasaan di atas, penulis dan penyusun menjadi tertarik untuk meneliti leih
lanjut seperti apa Zaman Pencerahan (Aufklarung) dan mengkaji lebih dalam ada apa saja di
dalam zaman tersebut. Maka dari itu penulis dan penyusun menuangkan semua ide dan
menyusunnya dalam makalah ini yang berjudul “Zaman Pencerahan (Aufklarung)”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan zaman pencerahan ?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya zaman pencerahan ?
3. Apa saja aliran yang berkembang pada zaman pencerahan ?
4. Negara mana saja yang mengalami pencerahan ?
5. Bagaimana dampak dari terjadinyanya zaman pencerahan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti dari zaman pencerahan.
2. Agar mengetahui penyebab trejadinya zaman pencerahan.
3. Untuk mengetahui aliran-aliran yang berkembang pada zaman pencerahan.
4. Agar mengetahui Negara mana saja yang mengalami pencerahan.
5. Untuk mengetahui dampak yang disebabkan oleh adanya zaman pencerahan.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Arti zaman pencerahan

Zaman pencerahan (age of enlightenment 1685-1815) adalah suatu periode dalam sejarah
manusia yang ditandai dengan optimisme yang tinggi pada kemampuan rasio manusia untuk
menciptakan kemajuan.Namun pencerahan diberikan untuk zaman ini karena manusia mulai
mencari cahaya baru melalui rasionya sendiri. Dengan kata lain, abad pencerahan merupakan era
ketika manusia mencari cahaya baru melalui rasionya.

Menurut Immanuel Kant, pencerahan adalah bangkitnya manusia dari rasa


ketidakmatangan. Orang-orang yang tercerahkan selalu berpikir ke depan dan selalu memikirkan
kemungkinan yang lebih baik dari kondisi yang ada. Karena itulah mereka berani menggunakan
pemahamannya sendiri dan membuang jauh-jauh pandangan-pandangan dari masa silam yang
tak lagi relevan.

Zaman pencerahan didahului oleh beberapa rentetan peristiwa yang saling berkaitan satu
sama lain, seperti zaman Renaissance dan gerakan Reformation di abad 16, juga Revolution of
Science di abad ke 17. Rentetan atau rangkaian proses ini, kemudian disebut “Rationalization”
oleh Max Weber. Rationalization terlihat pada adanya reinterpretasi agama katolik, rasionalisasi
agama, bahkan, bagi kalangan tertentu, adalah penolakan agama, seperti filsafat ateis-nya David
Hume dan D’Holbach.

Abad pencerahan berlangsung pada abad 17-18 masehi (1685-1815). Sumber lain
mengatakan, periode ini membentang antara apa yang disebut “The Glorious Revolution” 1688
di Inggris dan Prancis. Dikedua Negara ini lahir banyak ilmuwan, dan pemikir atau filsuf, yang
gagasan-gagasannya sangat berperan memicu lahirnya abad pencerahan.

Gagasan pencerahan mencapai puncaknya dalam revolusi prancis (1789-1799). Melalui


revolusi ini, tatanan sosial-politik hierarkis tradisional seperti monarki prancis, privilese-privilese
bagi kaum bangsawan, serta kekuasaan politik dan otoritas gereja, dihancurkan secara kejam,
kemudian digantikan oleh tatanan sosial-politik yang diilhami ide-ide pencerahan : kebebasan
(liberte), kesetaraan(egalite), dan persaudaraan(fraternite). Meski demikian, dampak kemanusiaa
yang ditimbulkan revolusi ini serentak juga menunjukkan bahwa gagasan pencerahan, terutama
rasio manusi, memiliki keterbatasan.
2.1 Penyebab terjadinya zaman pencerahan

Adanya anggapan bahwa melakukan tugas dengan meneliti secara kritik (sesuai dengan
kaidah-kaidah yang diberikan akal) segala yang ada,baik didalam negara maupun didalam
masyarakat.

Seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa dalam
pemikiran filsafatnya.

Masa ini disebut dengan masa pencerahan atau Aufklarung yang menurut Immanuel
Kant,di zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak baik yang disebabkan oleh kesalahan
manusia itu sendiri yang tidak memanfaatkan akalnya.

Voltaire menyebut zaman pencerahan sebagai “zaman akal” dimana manusia merasa
bebas, zaman perwalian pemikiran manusia dianggap sudah berakhir,

Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya
adalah berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-fakta
ilmu dan metode-metode rasional.

Adanya gerakan pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri.


Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan untuk mempergunakan pengertiannya sendiri tanpa
bimbingan orang lain.

2.2 Aliran – aliran yang berkembang

1. Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, bukan berasal dari pengalaman indrawi. Rasionalisme mempunyai kemiripan
dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka
bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar
kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk
tersebut:Di luar diskusi keagamaan, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum, misalnya
kepada masalah-masalah politik atau sosial.

Ahli pikir yg muncul pda zaman ini antara lainDescrates, Spinoza, dan Leibniz.Pada
pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara
besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai
sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan
paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang
mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental
sama sekali.

2. Empirisme

Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.Istilah empirisme di ambil dari bahasa
Yunani “empeiria” yang berarti coba-coba atau pengalaman.Empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di
peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.
Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:


a. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data
inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
e. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada
pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk
mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan.

3. Kantianisme

Kantianisme adalah falsafah Immanuel Kant, seorang ahli falsafah Jerman yang
dilahirkan di Königsberg, Prussia (kini Kaliningrad, Rusia).Kantianisme atau Kantian juga
digunakan untuk menggambarkan kedudukan kontemporari dalam falsafah pikiran, epistemologi,
dan etika.Kantianisme adalah pahaman di mana setiap kita mengambil keputusan, kita harus
membayangkan bagaimana kita adalah pihak yang dirugikan. Pahaman ini menjelaskan bahwa
bila melakukan sesuatu tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa memperhatikan kepentingan
orang lain.

Menurutnya, pengetahuan adalah hasil kerjasama dua unsur, yakni pengalaman dan
kearifan akal budi.Pengalaman indrawi adalah unsur a posteriori (yang datang kemudian),
sedangkan akal budi merupakan unsur a priori (yang datang lebih dlu).
Ketidakseimbangan ini diselesaikan Kant dgn membedakan kebenaran menjadi 3 macam,
kebenaran akal budi, kebenaran rasio dan kebenaran indrawi.

Pemikiran-pemikiran Kant yang terpenting di antaranya ialah pemikirannya akal murni.


Menurutnya bahwa dunia luar itu kita ketahui hanya dengan sensasi, dan jiwa bukanlah sekadar
tabula rasa, tetapi jiwa merupakan alat yang positif, memilih dan merekonstruksikan hasil sensasi
yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan kategori yakni mengklasifikasikan
dan mempersepsikannya ke dalam ide.

4. Idealisme

Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan
dan kebenaran tertinggi adalah ide.Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah
bayang-bayang, yang terdapat dalam akal pikiran manusia.Kaum idealisme sering menyebutnya
dengan ide atau gagasan.Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut.Kaum realisme
berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan
lain-lain. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima
oleh panca indra).

Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia.Sehingga


sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia.Dalam pendidikan, idealisme merupakan
suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan.Hal tersebut bisa dilihat pada
metode dan kurikulum yang digunakan.Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik
sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Aliran idealisme ini diwakili oleh beberapa tokoh, diantaranya J.G.Fitche (1762-1914),
F.W.S.Schelling (1775-1854), dan F.Hegel (1770-1031).
J.G.Fitche membedakan pengetahuan menjadi 2, yaitu pengetahuan teoritis dan pengetahuan
praktis. F.W.S.Schelling membedakan 4 periode dlm pikirannya, yaitu : periode filsafat alam,
periode sistem idealism, periode siknkretisme dan periode teosofi.

5. Positivisme

Positivisme merupakan Aliran pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang
dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah.
Positivisme (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-
positivisme).Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah
sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali. Positivisme adalah
suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang
benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika.Positivismemerupakan
empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena
pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak
ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.

Tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme logis ini antara lain Moritz Schlick,
Rudolf Carnap, Otto Neurath, dan A.J. Ayer. Karl Popper, meski awalnya tergabung dalam
kelompok Lingkaran Wina, adalah salah satu kritikus utama terhadap pendekatan neo-positivis
ini.

2.4 Negara yang mengalami pencerahan

1. Pencerahan di Inggris

Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang bermacam-macam


keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas daripada yang lain, kecuali tentunya
beberapa aliran pokok. Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme.yaitu
suatu aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan
Eduard Herbert yang dapat disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen
ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang
berdasarkan wahyu.

Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah
agama alamiah, yang berisi:
 Ada Tokoh yang Tertinggi
 Manusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu
 Bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan
 Manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran
kesusilaan harus disesali
 Kebaikan dan keadilan Allah SWT. memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di
dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif
terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah.

2. Pencerahan di Perancis

Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris.Para pelopor
filsafat di Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak dihargai lagi.Sekarang yang
menjadi guru mereka adalah John Locke dan Sir Isaac Newton.

Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa tersebut adalah:
Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal
oleh umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk
populer. Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas , yang
tidak begitu terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki
pandaangan umum. Demikianlah di Perancis filsafat lebih eras dihubungkan dengan hidup
politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu.Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di
Perancis pada waktu itu tidak begitu mendalam.Agama Kristen diserang secara keras sekali
dengan memakai senjata yang diberikan oleh Deisme.

Di Perancis terdapat bermacam-macam aliran: 1) golongan Ensiklopedi yaitu yang


menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan 2) golongan materialis yaitu yang
meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.

Mengenai agama Rousseau berpendapat, bahwa agama adalah urusan pribadi.Agama


tidak boleh mengasingkan orang dari hidup bermasyarakat.Pengakuan secara lahiriah terhadap
agama memang perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh
negara. Sebagai contohnya, Anak harus memilih Sendiri keyakinan apa yang akan diikutinya.
Bagi seorang muslim, paham seperti ini tentu sangat menyesatkan. Harun Hadiwijono
berkesimpulan bahwa Pencerahan di Perancis memberikan senjata rohani kepada revolusi
Perancis.

3. Pencerahan di Jerman

Pada Pencerahan di Jerman, masyarakatnya berusaha menyerang dasar-dasar iman


kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan
perasaan yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang” terbuka.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika.Orang bercita-cita untuk mengubah
ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan
umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan.Sejak semula pemikiran
filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis.Hal itu mengakibatkan bahwa
filsafat Jerman tidak berdiri sendiri. Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff
(1632-1694) dan Christian Thomasius (1655-1728). Namun yang paling terkenal adalah
Christian Wolff (1679- 1754).la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan
yang pasti dan berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dengan
bukti-bukti yang kuat.

2.4 Dampak terjadinya zaman pencerahan

1. Bagi Eropa
a. Bidang politik :
 Konstitusi menjadi kekuasaan tertinggi
 Lahirnya konsep negara republik di Eropa
 Munculnya nasionalisme
 Revolusioner untuk menggulingkan absolutisme raja.

b. Bidang ekonomi :
 Petani dapat memiliki tanah
 Sistem pajak feodal dihapuskan
 Lahirnya industri besar sosial.

c. Bidang sosial :
 Penghapusan feodalisme secara bertaha
 Susunan masyarakat baru
 Pendidikan merata bagi setiap golongan
 Lahirnya Code Napoleon sebagai cikal bakal hukum modern.

2. Bagi dunia

 Membawa perubahan pada pola pikir manusia


 Banyak tokoh pelopor aliran yang menyuarakan pendapatnya
 Perjumpaan akal budi dengan pengalaman manusia
 Kemajuan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Bagi Indonesia

Pengaruh Aufklarung di Eropa menyebabkan terjadinya Politik Etis, sebuah kebijakan


yang diterapkan oleh pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia.Politik etis ini gerakan pada
masalah kemanusiaan dan keuntungan ekonomi. Selama zaman Liberal ( 1870-1900), pengaruh
kapitalisme memainkan peran, dimana Indonesia dijadikan sebagai pasar yang potensial. Untuk
memperoleh keuntungan dan mengembangkan usaha yang diinginkan maka diterapkannya
Politik Etis.Hal ini dilakukan semata-mata keuntungan, dimana Belanda dapat mempekerjakan
tenaga terdidik dan murah dalam pembayaran. Politik Etis ini terdiri dari Edukasi,Irigari, dan
Emigrasi.

Kebijakan inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan


pendidikan di Indonesia. Pemerintah Belanda tidak menyadari bahwa sebenarnya politik etis ini
dapat menjadi ancaman karena saat kebijakan ini diterapkan para pejuang pendidikan di
Indonesia dengan cepat merespon hingga akhirnya muncul generasi terdidik dan melahirkan
pergerakan nasional melawan penjajahan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan tentang Aufklarung
ini bahwa: hegemoni antara akal dan iman pada zaman ini (aufklarung) benar-benar tidak
seimbang pada. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah
mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia dalam bidang pemkiran, padahal manusia itu
sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan cepat. Abad ini juga telah dipenuhi
lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif diluar dogma gereja,
karena pemikirannya berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja pada saat itu.
Abad ini tidak saja lamban, lebih dari itu secara pukul rata filsafat mundur pada abad ini
jangankan menambah, menjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu. Zaman
pencerahan di Eropa pada abad ke 18 sering dikaitkan dengan kemodernan Eropa, baik
pemikiran maupun institusi politik dan sosial.
Aufklarung melahirkan banyak pemikiran baru. Dari sinilah muncul semakin banyak
ketertarikan di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Sampai pada suatu saat lahirlah sebuah
penemuan besar yang menjadi ilmu pengatahuan modern, dan mungkin inilah yang menjadi
penemuan terbesar pada masa itu.
Seperti itulah pembahasan kami tentang abad pencerahan di Eropa (Aufklarung) yang
terjadi pada awal ke-18 sebagai reaksi dari ketidak terbukaan terhadap pikiran tentang dunia luar
(ilmu pengetahuan). Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan kali ini bahwa
keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan bisa memberikan kemajuan pada diri kita sendiri untuk
masa depan kelak.

3.2 Saran

Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan
ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih
membaca buku-buku ilmiah dan buku-buku filsafat lainnya yang berkaitan dengan judul “ Masa
Zaman Pencerahan”.

Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasko.com/2019/01/makalah-geografi-kelas-ix-ips.html?m=0

https://docplayer.info/69374307-makalah-geografi-kelas-ix-aufklarung -1.html

http://fri2016.uny.ac.id/sites/fri2016.uny.ac.id/files/2.%20NASKAH%20AKADEMIS.pdf

https://nurwiddy.wordpress.com/2015/04/23/makalah-ku/

Anda mungkin juga menyukai