Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR ILMU SEJARAH

SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI

DOSEN PENGAMPU :

Dr. ROSMAIDA SINAGA, M. Hum

KHALISHATUN ZAHRA

3193121004

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.

Medan, 01 September 2019

Penulis

(i)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ (i)

Daftar Isi ....................................................................................................... (ii)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah sebagai Ilmu ........................................................................... 2
2.2 Sejarah sebagai Seni ............................................................................ 6
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 8
3.2 Saran .................................................................................................... 8
Daftar Pustaka

(ii)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah merupakan pengalaman hidup manusia pada masa lalu yang dapat
diceritakan kembali serta dapat dipelajari untuk kepentingan selanjutnya.
Mempelajari sejarah merupakan sebuah perwujudan tanggung jawab terhadap apa
yang telah dilakukan pada masa lalu, serta untuk mempersiapkan rencana yang akan
dilaksanakan di masa mendatang. Mengabaikan sejarah akan membuat seseorang
menjadi lupa dan akan kehilangan identitas diri mereka serta tidak akan mungkin
mampu membangun dan mengupayakan kehidupan yang lebih baik. Sejarah
sebagai ilmu pengetahuan karena menjadi sumber-sumber pengetahuan tentang apa
yang terjadi di masa lalu. Sejarah juga penting untuk diceritakan kembali kepada
generasi ke generasi. Banyak cara yang bisa digunakan dalam menceritakan
kembali suatu peristiwa-peristiwa dan fakta dalam sejarah, salah satunya adalah
melalui seni.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah sebagai ilmu ?
2. Bagaimana sejarah sebagai seni ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah sebagai ilmu
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah sebagai seni

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH SEBAGAI ILMU


Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.1 Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena
sejarah merupakan sumber-sumber pengetahuan tentang apa saja yang terjadi di
masa lampau. Sejarah memiliki fungsi besar dalam hal meneliti dan menyelidiki
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pada masyarakat di waktu lampau.
Dalam meneliti dan menyelidiki (penelitian sejarah) diperlukan penguasaan metode
ilmiah yang digunakan sebagai dasar utama untuk mencari kebenaran atau cara
untuk mendekatinya sehingga sampai pada kebenaran, tidak bisa sembarangan
dalam menentukannya. Ini karena semua yang ditemukan kemudian akan menjadi
sebuah ilmu yang menentukan kondisi pada masa-masa selanjutnya. Karena hal
inilah maka sejarah dikatakan sebagai ilmu. Selain itu, sejarah juga memiliki unsur-
unsur yang merupakan ciri-ciri dan karekteristik keilmuannya. Penjelasan
mengenai ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai suatu ilmu sebagai berikut.
a. Sejarah Itu Empiris
Sejarah sebagai ilmu bersifat empiris, empirisme berasal dari kata Yunani
empirikos yang berasal dari kata empeiria, artinya pengalaman. Sejarah sangat
bergantung pada pengalaman manusia. Pengalaman-pengalaman itu direkam dalam
dokumen yang kemudian dokumen itu diteliti lagi oleh sejarawan untuk
menemukan fakta. Fakta-fakta tersebut kemudian diinterpretasikan atau ditafsirkan
oleh para sejarawan. Dari interpretasi atas fakta-fakta itulah muncul sebuah tulisan
sejarah.
Sejarah memang memiliki perbedaan mendasar dengan ilmu alam dan biologi.
Tetapi sejarah juga memiliki kesamaan dengan ilmu alam, yaitu keduanya sama
sama berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan penyerapan. Seperti yang kita
ketahui, sejarah hanya dapat terjadi sekali, jika terjadi untuk kedua kalinya pun pasti
tidak akan sama detail-detail peristiwanya dengan peristiwa pertama yang terjadi.

1
https://kbbi.web.id/ilmu diambil 01 Sept 19 pukul 21.15

2
3

Sejarah hanya meninggalkan dokumen. Sejarah juga merupakan fakta manusia,


sedangkan dalam ilmu alam, fakta adalah fakta alam.
Sejarah sering disebut tidak ilmiah hanya karena sejarah bukanlah ilmu-ilmu
alam. Ternyata, cara kerja kedua ilmu ini sama. Perbedaannyaa hanya terletak pada
objek yang diteliti. Ilmu-ilmu alam yang mengamati benda-benda tentu saja
berbeda dengan sejarah yang mengamati manusia. Beda antara ilmu-ilmu alam dan
sejarah seperti perbedaan antara benda dan manusia. Benda-benda itu mati, sedang
manusia itu hidup. Benda mati tidak berpikir, sedangkan manusia itu berpikir dan
berkesadaran. Dapat dimengerti kalau ilmu-ilmu alam menghasilkan hukum alam
yang berlaku umum dan pasti, sejarah menghasilkan generalisasi yang tidak sepasti
ilmu-ilmu alam.
b. Sejarah Memiliki Objek
Dalam bahasa Latin objek disebut objectus yang berarti yang dihadapan, sasaran,
dan tujuan. Sejarah sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak jelas. Sejarah
biasanya dimasukkan ke dalam ilmu kemanusiaan karena objeknya adalah manusia.
Jika sama-sama membicarakan manusia, antropologi pun membicarakan tentang
manusia, tetapi kajian sejarah berbeda dengan antroplogi. Lebih dari segalanya
objek dari sejarah ialah waktu. Jadi, sejarah memiliki objek sendiri yang tidak
dimiliki oleh ilmu lain secara khusus. Jika fisika membicarakan waktu fisik, maka
sejarah membahas waktu manusia. Waktu dalam pandangan sejarah tidak lepas dari
yang namanya manusia.
Karena itu, mengenai asal-usul pasti selalu menjadi bahasan utama. Masuknya
Islam di Indonesia yang pendapat nya berbeda-beda, apakah pada abad ke-8 atau
ke-13 seharusnya tidak menjadi persoalan atau masalah bagi sejarawan asal
penjelasannya diterima. Demikian juga tentang hari lahir Pancasila dijatuhkan pada
waktu Soekarno berpidato ataukah diumumkannya UUD 1945 bukanlah urusan
sejarawan untuk menetapkan. Urusan sejarawan hanyalah penjelasannya, dan
urusan peringatan itu sepenuhnya adalah keputusan politik.
c. Sejarah Memiliki Teori
Teori dalam bahasa Yunani theoria yang berarti renungan. Sama halnya dengan
ilmu lain, sejarah juga memiliki teori pengetahuan (sering disebut sebagai filsafat
sejarah kritis). Pada umumnya teori berisi satu kumpulan mengenai kaidah pokok
4

suatu ilmu. Dalam filsafat disebut epistemologi, dari bahasa Yunani episteme yang
berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Ilmu-ilmu alam menjadikan alam
sebagai objeknya, sedangkan ilmu-ilmu sosial menjadikan masyarakat sebagai
objek penelitian, maka sejarah juga mempunyai objek sendiri, yaitu manusia dalam
waktu.
Meskipun sama-sama pengetahuan tentang waktu. Sejarah berbeda dengan
mitos. Mitos tidak menjelaskan dan mempersoalkan tentang kapan sesuatu itu
terjadi, sedangkan bagi sejarah kapan kejadian tersebut terjadi sangatlah penting.
Sejarah bertanya bagaimana mungkin orang mengetahui waktu, pengetahuan itu
mutlak atau relatif, cara-cara mengukur kebenaran pengetahuan itu, dan model-
model penjelasan sejarah.
Sejarah mempunyai tradisi panjang, jauh lebih panjang daripada ilmu-ilmu
sosial. Dalam setiap tradisi itu terdapat teori sejarah. Di universitas-universitas
Amerika yang berorientasi pragmatis, tidak diajarkan teori sejarah yang bersifat
filosofis. Sebaliknya, di Negeri Belanda yang mempunyai tradisi kontinental yang
kontemplatif, teori sejarah yang bersifat filosofis diajarkan. Teori sejarah diajarkan
sesuai dengan keperluan peradaban.
d. Sejarah memiliki Generalisasi
Generalisasi, dalam bahasa Latin generalis yang berarti umum. Generalisasi
merupakan sebuah kesimpulan umum dari suatu kejadian2. Hanya saja perlu diingat
kalau ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis3, sejarah itu pada dasarnya bersifat
ideografis4. Jika sosiologi membicarakan pluralisme Amerika, mereka dituntut
untuk menarik kesimpulan-kesimpulan umum yang berlaku dimana-mana dan
dapat dianggap sebagai kebenaran umum.

2
http://kbbi.web.id/generalisasi diambil 01 Sept 19 pukul 22.07
3
Nomotetis adalah ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari
obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat
kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan di mana saja, misalnya adalah
ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat dan sebagainya.
(https://brainly.co.id/tugas/6618566#readmore diambil pada 01 Sept 19 pukul 22.15)
4
Ideografis adalah sifat menggambarkan, menceritakan, memaparkan, melukiskan sesuatu atau
peristiwa dengan sangat jelas atau sedetil mungkin agar diperoleh pemahaman dan makna atas
peristiwa tersebut (https://brainly.co.id/tugas/1514149 diambil pada 01 Sept 19 pukul 22.27)
5

Generalisasi sejarah seringkali merupakan koreksi atas kesimpulan-kesimpulan


ilmu lain. Bahwa revolusi Indonesia bukan pekerjaan kaum ekstremis seperti
propaganda Belanda terjawab dengan menunjukkan bahwa revolusi ituadalah
revolusi pemuda. Demikian pula generalisasi kaum Marxis yang melihat semua
revolusi sebagai perjuangan kelas tidak terbukti dalam revolusi Indonesia yang
digerakkan oleh ide nasionalisme. Di negara-negara mantan sosialis orang
digerakkan oleh kesadaran. Etnisitas juga merupakan sebuah kekuatan. Mungkin
karena Maxis akan menganggap bahwa semua saja yang tidak digerakkan oleh
perjuangan kelas mempunyai kesadaran palsu.

e. Sejarah Memiliki Metode

Metode dalam bahasa Yunani, yaitu methode yang berarti cara. Dalam
melakukan penelitian, sejarah memiliki metode tersendiri yang menggunakan
pengamatan. Jika ternyata suatu pernyataan yang diberikan tidak didukung dengan
bukti-bukti sejarah, maka pernyataan itu ditolak. Misalnya pernyataan kaum Maxis
orthodox bahwa superstructure atau bangunan-atas yang berupa kenyataan
simbolis tidak ada kecualinya adalah cerminan setia dari structure atau bangunan-
bawah yang berupa sistem sosial. Pernyataan ini ternyata tidak dapat bertahan
terhadap metode sejarah. Kesadaran keagamaan adalah bentuk kesadaran yang
lintas kelas, sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian-penelitian. Asumsi
bangunan-bawah bangunan-atas itu terlalu banyak pengecualian untuk menjadi
hukum. Hukum-hukum sosial itu terlalu bersifat mekanis, padahal metode sejarah
itu bersifat terbuka dan hanya tunduk pada fakta. Metode sejarah mengharuskan
orang untuk berhati-hati. Dengan metode sejarah orang tidak boleh menarik
kesimpulan yang terlalu berani. Misalnya, dengan penelitian yang detail, sejarah
tidak apat menyimpulkan bahwa Sang Merah Putih telah berkibar di Indonesia 6000
tahun. Juga, Indonesia telah dijajah Belanda selama 350 tahun ternyata tidak sesuai
dengan kenyataan sejarah. Metode penelitian sejarah sebagai berikut

1. Heuristik : tahap mencari, mengumpulkan, menghimpun sumber-sumber, jejak-


jejak sejarah yg relevan yg diperlukan untuk dijadikan informasi.
6

2. Kritik sumber, terbagi menjadi kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern
adalah menilai keakuratan sumber, sedangkan kritik intern adalah menilai
kesahihannya data dalam sumber.
3. Interprestasi : analisis sejarah
4. Historiografi : penyajian hasil interprestasi fakta dalam bentuk tulisan5.

2.2 SEJARAH SEBAGAI SENI


Sejarah sebagai seni merupakan sejarah tentang pengetahuan rasa. Sejarah
memerlukan pemahaman dan pendalaman. Sejarah tidak saja mempelajari segala
sesuatu gerakan dan perubahan yang tampak di permukaan tetapi juga mempelajari
motivasi yang mendorong terjadinya perubahan. Adapun ciri-ciri sejarah sebagai
seni antara lain :
a. Sejarah Memerlukan Intuisi
Ciri-ciri sejarah sebagai seni yang pertama yaitu intuisi. Dalam melakukan
pekerjaannya, seorang sejarawan tidak cukup menggunakan metode dan
rasionalitas saja, sejarawan membutuhkan intuisi atau ilham. Arti intuisi dalam hal
ini adalah seorang sejarawan memerlukan insting dan pemahaman langsung saat
penelitian sejarah dilakukan. Kemudian dengan intuisi cara kerja sejarawan akan
sama dengan seniman, akan tetapi dalam hal penulisan sejarah mereka harus tetap
nyata berdasarkan data di lapangan yang berhasil diperoleh. Disinilah beda intuisi
sejarawan dengan intuisi pengarang. Mungkin pengarang akan berjalan-jalan
sambil melamun, tetapi sejarawan harus tetap ingat data-datanya.
b. Sejarah Memerlukan Imajinasi
Ciri-ciri sejarah sebagai seni yang kedua yaitu imajinasi, dalam hal ini artinya adalah
sejarawan dalam melakukan kegiatan/pekerjaannya harus dapat membayangkan apa yang
sedang/sebenarnya terjadi dan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Namun, kebenaran
objektivitas dan faktual sejarah tetap menjadi landasan kerja bagi seorang
sejarawan.

5
https://brainly.co.id/tugas/677971#readmore diambil pada 02 Sept 19 pukul 19.34
7

c. Sejarah Memerlukan Emosi


Penulisan tentang sejarah harus mampu menghadirkan objek ceritanya kepada
pembaca atau pendengarnya seolah-olah mereka berhadapan sendiri dengan tokoh
yang diceritakan, seolah-olah menyaksikan sendiri peristiwa tersebut. Sejarawan
memerlukan emosi atau empati untuk dekat dengan objek penelitiannya. Dalam hal
ini, sejarawan harus menghindari emosi yang berlebihan karena sejarah tetap
berpegang pada fakta.
d. Sejarah Memerlukan Gaya Bahasa
Penulisan gaya bahasa memiliki peranan yang penting dalam
mengkomunikasikan kisah atau cerita sejarah. Hasil penulisan sejarah tersebut
menarik atau tidaknya cerita sejarah banyak bergantung pada gaya
penyampaiannya. Gaya bahasa yang berbelit-belit dan tidak sistematis merupakan
bahasa yang jelek. Oleh karena itu, sangat diperlukan keahlian dan kemampuan
dalam menuliskan detail sejarah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah dilihat sebagai ilmu dan seni keduanya mempunyai keterkaitan karena
setiap pengetahuan yang ditulis di dalam peristiwa memuat suatu ilmu-ilmu harus
disusun secara rapi dan berintonasi,dalam menulis peristiwa harus terdapat unsur
seni didalamnya agar terlihat gaya bahasanya untuk menarik pembaca dan
membawanya untuk berimajinasi seolah-olah terbawa dalam suasana di masa lalu.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.

8
Daftar Pustaka

Hamid, Abd Rahman dan Muhammad Saleh Madjid.2014.Pengantar Ilmu


Sejarah.Yogyakarta:Ombak
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132104866/pendidikan/2sejarah-sebagai-ilmu.doc
https://brainly.co.id/tugas/677971#readmore
https://brainly.co.id/tugas/6618566#readmore
https://brainly.co.id/tugas/1514149
http://kbbi.web.id/generalisasi
https://kbbi.web.id/ilmu

Anda mungkin juga menyukai