Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FAKTOR IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

NEW ECONOMIC MECHANISM DI LAOS TAHUN 1986

MAKALAH POLITIK DI INDOCHINA

Oleh:
Anwar Muhammad (1406620075)
Rahma Nur Aulia (1306459436)
Wahyu Juliangga (1406617843)

DEPARTEMEN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laos adalah negara yang terletak di Asia Tenggara dan beribukota di Vientiane.
Wilayahnya didominasi oleh hutan, dataran tinggi, dan dataran rendah yang mendukung
aktivitas petanian. Negara ini memiliki ikatan historis yang kuat dengan kerajaan kerajaan
Indochina dahulu seperi Khmer di Kamboja, Siam di Thailand, serta Burma di Myanmar.
Negara yang penduduknya mayoritas memeluk agama Budha ini merdeka dari penjajahan
Prancis pada tahun 19531. Di tahun 1950-an, Laos terbagi menjadi dua pemerintahan besar,
yaitu pemerintah Royalist yang didukung oleh Amerika Serikat dan pemerintah Komunis
Paphet Lao yang dibantu oleh sekutu mereka Viet Minh. Pada tahun 1975, kelompok Royalist
melarikan diri setelah melihat Kamboja dan Vietnam jatuh ke tangan komunis. Sejak saat itu,
rezim komunis pun resmi berlaku di Laos2.
Seperti mayoritas negara komunis lainnya, Laos juga memberlakukan sistem partai
tunggal, yaitu Lao People Revolutionary Party (LPRP). Di bawah kendali partai tersebut,
politik Laos bersifat tertutup tanpa ada pihak di luar lingkaran yang mengetahui pengambilan
kebijakan. Pemerintahan berjalan tanpa ada oposisi demokratis atau (organisasi) masyarakat
sipil. Sistem pemerintahan yang berlaku di Laos adalah Presiden sebagai kekuasaan eksekutif
dipilih oleh Majelis Nasional tiap 5 tahun sekali. Dalam menjalankan tugasnya, presiden
dibantu oleh Perdana Menteri yang bertanggung jawab atas dewan kementrian. Sedangkan
kuasa legislatif sebagai penjamin konstitusi dipegang oleh Majelis Nasional yang terdiri dari
85 perwakilan yang dipilih oleh rakyat untuk jangka waktu 5 tahun3.
Pada tahun 1986, Laos menerapkan sebuah kebijakan reformasi ekonomi bertajuk
New Economic Mechanism (NEM). Pada tahap pertama, tahun 1986-1989, pemerintah
menerapkan langkah-langkah untuk meliberalisasi harga dan perdagangan, mendorong
perusahaan milik negara untuk beroperasi layaknya perusahaan komersial, mempromosikan

1 https://www.britannica.com/place/Laos (diakses pada tanggal 8 Mei 2017, Pukul 13.45 WIB)

2 http://www.localhistories.org/laos.html (diakses pada tanggal 8 Mei 2017, Pukul 13.45 WIB)

3 http://factsanddetails.com/southeast-asia/Laos/sub5_3d/entry-2972.html (diakses pada tanggal 8


Mei 2017, Pukul 13.45 WIB)

2
peran perusahaan swasta dalam ekonomi, mereformasi sistem perpajakan, dan meliberalisasi
rezim investasi asing. Pada tahap kedua, tahun 1990-1991, pemerintah melakukan reformasi
moneter dan fiskal seperti pengenaan pembatasan pinjaman pemerintah terhadap perusahaan
milik negara, pengenalan sertifikat dan deposito bank dengan bunga tinggi, dan usaha untuk
mengendalikan pengeluaran pemerintah. Pada tahap ketiga, tahun 1991 dan seterusnya, NEM
berfokus pada pengenalan reformasi ekonomi struktural. Namun inti dari berbagai kebijakan
tersebut adalah privatisasi yang bertujuan menjual semua perusahaan milik negara kecuali
yang dianggap strategis, rekapitalisasi sistem perbankan, dan revisi undang-undang
penanaman modal asing yang memungkinkan 100% kepemilikan asing atas usaha bisnis4.
Kebijakan tersebut pun berhasil memperbaiki perekonomian Laos. NEM terbukti
berhasil meningkatkan investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) dan
pemasukan dari perdagangan internasional yang meningkat secara signifikan sejak tahun
1990. Produk domestik bruto riil (PDB) tingkat pertumbuhan di atas 6% per tahun dari tahun
2000-2005 dan lebih dari 7% pada tahun 2006-2009.5

1.2 Rumusan Masalah

Kebijakan liberalisasi ekonomi yang diterapkan Laos dengan New Economic


Mechanism menjadi paradoks tersendiri bagi negara tersebut. Di satu sisi, Laos menjalankan
sistem politik komunis dengan dominasi satu partai. Elemen-elemen demokrasi seperti
masyarakat sipil maupun oposisi pemerintah pun alfa dalam sistem pemerintahannya. Namun
di sisi lain, Laos justru menerapkan kebijakan ekonomi yang bercorak liberalis melalui New
Economic Mechanism.
Berdasarkan latar belakang tersebut pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam
makalah ini adalah Apa saja faktor yang menyebabkan Laos sebagai negara dengan sistem
politik komunis menerapkan Kebijakan NEM yang bercorak liberalis?

1.3 Teori Developmental State

Developmental State adalah teori yang dikemukakan oleh Chalmers Johnson pada tahun
1980an. Ia menempatkan developmental state sebagai kategori ketiga setelah konsep liberal

4 Andrew Rosser, Lao Peoples Democratic Republic


http://siteresources.worldbank.org/INTLICUS/Resources/Laos.doc (diakses pada tanggal 8 Mei 2017,
Pukul 13.45 WIB). Hlm 8

5 Hatthachan Phimphanthavong , Economic Reform and Regional Development of Laos. Local


Development and Global Dynamics, Graduate School in Social Science, University of Trento, Trento,
Italy. Hlm 184

3
dan stalinist. Awalnya teori ini merupakan hasil dari pengamatan atas teka teki kesuksesan
Jepang pasca perang dunia dua. Tesis utama dari teori ini adalah bahwa di negara di mana
industrialisasi terlambat diterapkan, negarass itu sendiri yang akan memimpin dan
mendorong industrialisasi demi pembangunan. Akibatnya, berbagai kebijakan yang
diterapkan negara dalam hal industri, termasuk intervensi ekonomi, harus sesuai dengan
ekonomi pasar.

Menurut Leftwich, meski berasal dari Asia Timur, teori developmental state ini tidak
hanya terbatas pada wilayah tersebut. Terlepas dari tingkat keberhasilan atau penyesuaian
yang berbeda, developmental state juga muncul di beberapa belahan dunia dengan kondisi
historis, adat istiadat, budaya, norma sosial dan tradisi politik yang mirip. Hal ini pula yang
membuat developmental state juga muncul di banyak wilayah Asia Tenggara seperti
Singapura dan Vietnam. Namun developmental state dapat muncul utamanya dalam kondisi
sebagai berikut:

1. Adanya ancaman yang intens baik dari dalam maupun luar


Menurut Donner, ancaman ini meliputi keamanan negara serta kelangkaan sumber
daya. Ancaman inilah yang membuat elit politik suatu negara mau tidak mau harus
bekerjasama dengan negara lain.
2. Koherensi koalisi elit internal
Elit politik harus menciptakan atau membentuk koalisi yang koheren, untuk
meminimalkan konflik internal. Koherensi ini akan mudah dilakukan apabila ada
pemain dominan (seperti militer sebagai Kasus Korea Selatan setelah kudeta militer
tahun 1960, atau peraturan partai tunggal seperti di China). Hal ini karena
developmental state dirancang untuk memobilisasi sumber daya nasional.
3. Konsentrasi kekuatan
Konsentrasi kekuatan ini dibutuhkan untuk menjamin kontinuitas kebijakan.
Konsentrasi kekuatan dan kontinuitas kebijakan ini pada umumnya dicapai oleh
kontrol atau dukungan militer (seperti dalam kasus Korea Selatan, Taiwan dan
Thailand) atau dengan memegang kekuasaan secara terus menerus oleh satu orang
tunggal atau Partai politik yang dominan di negara tersebut (seperti dalam kasus
Singapura, Malaysia dan China)6.

1.4 Tujuan

6 Hung Hung Pham, The Developmental State, the evolving international economic orde and
Vietnamr. Tesis untuk meraih Gelar Doktor di Departemen Ilmu Politik dan Studi Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Birmingham Tahun 2012. Hlm 62-64

4
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang
menyebabkan Laos sebagai negara komunis menerapkan kebijakan ekonomi yang bercorak
liberalis. Melalui makalah ini, penulis bermaksud untuk mengeksplorasi kondisi yang
menjadi dasar penerapan kebijakan NEM tersebut di Laos.

1.5 Metode

Metodologi penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah metode kualitatif.
Menurut Creswell, kualitatif adalah metodologi di mana peneliti berusaha membangun
makna tentang suatu fenomena yang terjadi7. Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang atau
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara
holistik.8 Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis,
yaitu berupaya memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang dalam situasi tertentu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan apa dan bagaimana suatu fenomena
dapat terjadi.

7 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Halaman, cetakan IV 2014). Hlm 28

8 http://pasca.undiksha.ac.id/e-learning/staff/dsnmateri/6/1-14.pdf (diakses pada 2 Mei2017)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kegagalan Sistem Ekonomi Tahun 1975-1986

Sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintahan Laos sejak 1975 bersifat sentralistis,
dimana kontrol kekuasaan ekonomi berada di tangan pemerintah. Dengan sentralisasi
ekonomi, maka segala macam sumber perekonomian Laos dikelola oleh pemerintah dengan
memberlakukan kebijakan nasionalisasi dan pertanian berdasarkan sistem kerja kolektif. 9
Kerjasama ekonomi Laos era tersebut bercondong pada kerjasama perekonomian sesuai
dengan blok, artinya Laos lebih banyak melakukan kerjasama ekonomi dengan negara-negara
berideologi serupa, dengan kerjasama paling besar nilai keekonomiannya yaitu Uni Soviet.
Kebijakan ekonomi Laos 1975-1986 juga menekankan bahwa nilai-nilai komunis harus
diwujudkan dalam setiap kebijakan ekonomi, yang nantinya berdampak pada ketidakstabilan
ekonomi mulai tahun 1985.10

Perwujudan dengan nilai-nilai komunis membawa dampak pada Laos yang tertutup dengan
bantuan ekonomi asing diluar negara-negara blok timur. Laos yang sedang membangun
pondasi perekonomian harus membiayai sendiri segala macam kebutuhan dalam negeri
karena kebijakan ekonomi terpusat. Beberapa kebijakan ekonomi yang diambil alih oleh
pemerintah Laos adalah memutuskan harga barang-barang pokok secara nasional,
pembangunan jaringan telekomunikasi dan transportasi, industrialisasi dengan bahan material
lokal dan ekspansi sektor pangan dan kehutanan untuk kebutuhan dalam negeri. 11 Karena
keadaan keuangan yang belum stabil, perekonomian Vietnam memasuki dekade 1980-an
mengalami guncangan hingga masuk dalam fase kritis.

9 ESRI.go.jp, Reasons For Transition to The Market Economy: Chapter III Laos, diakses sebagai
jurnal melalui situs http://www.esri.go.jp/jp/archive/bun/bun137/bun137d.pdf pada 5 Mei 2017, hlm
173.

10 Ibid, hlm 175.

11 Ibid, hlm 176.

6
Kebijakan ekonomi yang tersentralisasi membuat perekonomian Laos bergantung pada
kondisi dan stabilitas politik Laos. Pada tahun 1985, Laos mengalami inflasi hingga level
400% karena penurunan produksi bahan pangan 4% per tahun sejak tahun 1981. Sektor
industri tidak mengalami pertumbuhan signifikan dengan pertumbuhan hanya 1% per tahun.
Pemerintah Laos tidak memiliki insentif dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di
bidang industri dan pertanian karena adanya budget deficit.12 Defisit terjadi karena
pemerintah Laos kesulitan untuk mencari pendanaan karena penerimaan pajak yang rendah
dan tidak dapat menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran untuk kebijakan-
kebijakan komunis. Pemasukan negara yang rendah juga diakibatkan karena ketimpangan
antara ekspor dan impor, dimana tahun 1985 nilai ekspor Laos hanya 30% dari total impor
Laos selama satu tahun. Laos sebagai negara tertinggal hanya dapat mengandalkan bahan-
bahan mentah untuk diekspor ke Cina dan Uni Soviet.13

Kegagalan pengelolaan ekonomi Laos di tahun 1985 membuat perekonomian memburuk dan
berdampak pada banyaknya revisi kebijakan ekonomi. Partai komunis Laos mulai mengubah
paradigma perekonomian yang pada awalnya percaya diri untuk membangun ekonomi
dengan sumber daya yang dimiliki. Ada tiga faktor yang membuat kegagalan ekonomi
semakin parah di Laos, yaitu rendahnya pendidikan masyarakat Laos, kondisi geografi yang
beragam dan menyebabkan banyak masyarakat masih hidup terisolasi dan infrastruktur yang
kurang efisien.14 Partai komunis menganggap kalau pembangunan berdasarkan nilai-nilai
komunis tidak efisien karena pemerintah tidak punya cukup uang untuk melakukan subsidi
serta pembangunan sumber daya manusia.

Intinya, sistem ekonomi komunis yang dijalankan dengan sentralisasi ekonomi di tangan
pemerintah gagal membawa Laos memperoleh pertumbuhan ekonomi yang baik. Negara
dapat dikatakan hampir mengalami kebangkrutan karena pengelolaan ekonomi yang salah
dalam memanfaatkan sumber daya alam namun disisi lain sumber daya lebih banyak
digunakan untuk kebutuhan domestik. Kebijakan perdagangan yang tertutup dengan negara-

12 Ibid, hlm 180.

13 Bounlounh J. Sokamneut, 2006, The Political Economy of Transition in Laos: From Peripheral
Socialism to the Margins of Global Capital, Faculty of The Graduate School of Cornell University,
hlm 83.

14 Op.cit, ESRI.go.jp, hlm 182.

7
negara blok timur mengakibatkan defisit neraca perdagangan, terutama pada Uni Soviet
dengan angka 16% lebih besar di impor.15 Sistem ekonomi yang tersentralisasi telah
menyebabkan kegagalan dalam hal keuangan sehingga menyebabkan krisis dan ditambah
dengan faktor sumber daya manusia Laos yang masih rendah.

2.2 Perubahan Orientasi Partai Komunis Laos Dalam Kebijakan Ekonomi

Kegagalan kebijakan ekonomi karena partai komunis Laos terlalu percaya dengan
kemampuan ekonomi domestik Laos. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh kondisi
politik dan ekonomi di kawasan Indochina yang berbasis ekonomi komunis. New Economic
Mechanism sebagai salah satu upaya partai komunis Laos untuk memperbaiki ekonomi
dengan melakukan pembukaan akses ekonomi dengan Foreign Direct Investment (FDI).
Berarti ada masa transisi yang terjadi dalam tubuh partai Komunis Laos dalam menjalankan
kebijakan ekonomi terbuka yang juga sekaligus mempertahankan bentuk negara komunis.

Sokamneut menjelaskan bahwa keburukan sistem sentralisasi kekuasaan sebelum


1986 adalah banyaknya tindakan korupsi yang dilakukan dalam internal partai komunis.16
Korupsi disebabkan karena adanya otoritas yang sangat luas dalam menjalankan
perekonomian di Laos, terutama dalam tingkat daerah. Sentralisasi yang salah satu
kebijakannya adalah pemberian subsidi bahan pokok banyak yang disalahgunakan dan tidak
ada masyarakat Laos yang menentang tindakan mereka karena kuatnya represi. Korupsi
membuat perencanaan ekonomi Laos tidak tersusun dengan baik sehingga sentralisasi
kekuasaan ekonomi tidak berjalan dengan baik.

Partai komunis melihat bahwa perkembangan ekonomi yang buruk di tahun 1985 memaksa
mereka untuk mengubah sistem ekonomi untuk mendapatkan tambahan pemasukan bagi
negara. Kerangka ini didukung dengan kebijakan ekonomi sebelumnya yang salah dan
penyebab tumbuhnya inflasi 400%. Partai komunis harus mencari alternatif dalam perbaikan
ekonomi dengan kebijakan yang lebih terbuka terhadap pasar yang disatu sisi sangat
bertentangan dengan prinsip nilai komunis yang mengutamakan kepentingan kolektif.
Kebijakan ekonomi terbuka membuat Laos merestrukturisasi sistem pemerintahannya agar
lebih terbuka dengan sistem yang lebih fleksibel terutama bagi industrialisasi.

15 Charles Burton, 1989, The Role of The NICS in Southeast Asias Political and Economic
Development, Sage Publications dan diakses melalui situs berbagi jurnal Jstor.com, hlm 662.

16 Op.cit Sokamneut, hlm 179.

8
Perubahan yang paling terlihat dari dalam partai komunis adalah pemberlakuan
otonomi bagi daerah-daerah bagian untuk mengurusi daerahnya. Selama ini kebijakan pusat
dianggap membuat pembangunan dan modernisasi ekonomi menjadi terpusat di Vientiane,
sehingga penyebaran pembangunan kurang terlihat. Prinsip komunis yang mengutamakan
kolektivitas petani berubah menjadi industrialisasi dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah
regional untuk mengatur perekonomiannya. Pemerintah pusat pasca NEM mengubah
orientasi komunis menjadi dalam kehidupan politik dan tidak pada ekonomi. Prinsip komunis
oleh partai komunis Vietnam dipakai untuk mengontrol civil society yang mulai mengalami
pertumbuhan pendapatan akibat proses industrialisasi. Partai komunis sendiri tetap dapat
bertahan karena lebih membuka diri pada pengembangan sumber daya dalam internal Laos.

2.3 Kondisi Geo-Ekonomi


Faktor yang juga menjadi pemicu terjadinya reformasi ekonomi adalah kondisi Geo-
ekonomi yang tidak strategis ditambah dengan sistem sentralisasi yang semakin menghambat.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah; Pertama, kondisi landlock: Laos adalah negara
tropis yang sepenuhnya terkurung daratan yang terletak di pusat kota dari semenanjung Indo-
China, berbatasan dengan China di utara, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand
dan Myanmar di sebelah barat. Karena tidak memiliki laut lepas, sehingga harus melalui
pelabuhan Thailand atau Vietnam. Kedua, infrastruktur yang tidak mencukupi: infrastruktur
Laos, termasuk listrik, pasokan air, Telekomunikasi, jalan dan bandara belum dikembangkan,
faktor geografis juga menciptakan kesulitan struktural di Laos. Ketiga, kekurangan sumber
daya manusia dan basis pendidikan: ketidakstabilan ekonomi yang disebabkan oleh revolusi
komunis, sejumlah orang banyak yang melarikan diri ke Thailand dan ke negara tetangga
lainnya. Karena itu, Laos sangat miskin dalam sumber daya manusia, seperti orang-orang
administrasi, dan sumberdaya yang terampil dalam politik baik kualitas maupun kuantitas.
Tingkat melek huruf rendah.17

2.4 Liberalisasi Ekonomi di Vietnam


Selain Laos, negara komunis lainnya yang ada di kawasan Asia Tenggara adalah
Vietnam dan Kamboja. Kegagalan sistem ekonomi komunis yang memiliki sistem yang
tersentralisasi menyebabkan perekonomian negara komunis menjadi lesu dan hal itu
membuat negara-negara komunis di Asia Tenggara ini mulai melakukan reformasi ekonomi

17 Yasutami Shimomura, Transition to Market Economies in Asia, Economic Research Institute


Economic Planning Agency Tokyo, Japan, 1994.

9
yang terbuka dan bebas. Vietnam menerapkan liberalisasi ekonomi bertajuk Doi Moi pada
tahun 1986. Ekonomi yang tertutup dan hanya mengandalkan kerja sama dari Soviet
membuat negara tersebut mengalami krisis ketika Soviet runtuh. Saat negara Gorbachev
tersebut runtuh, Vietnam pun kehilangan penopang hidup mereka. Doi Moi
merepresentasikan akhir dari komando ekonomi di bawah birokrasi ketat yang menetukan
apa dan berapa jumlah barang yang harus diproduksi18.
Vietnam sendiri memiliki keterkaitan yang erat dengan Laos, mulai dari sejarah sejak
era kerajaan abad ke 5, perang Vietnam, konstelasi kekuatan dalam perang sipil Laos, dan
kerja sama Lao-Vietnamese Treaty of Friendship and Cooperation tahun 1977. Pengaruh
Vietnam di Laos ditentukan oleh asistensi ekonomi dan ideologi karena kedekatan geografis
dan sejarah. Kedua negara tersebut saling mendukung di mana Laos menyediakan Vietnam
posisi strategis untuk menantang hegemoni Thailand di lembah Mekong. Sejalan dengan
Vietnam, Laos pun mempunyai badan infrastruktur negara yang lemah dan tidak cukup untuk
mendorong pembangunan ekonomi19.

2.5 Analisis
Dalam teori developmental state, Johnson mengungkapkan bahwa negara yang terlambat
melakukan industrialisasi pada akhirnya akan menerapkan industrialisasi dengan dipimpin
oleh negara itu sendiri. Hal ini terjadi pada negara-negara di Asia seperti China ataupun
Vietnam dengan kebijakan Doi Moinya. Ini pula yang terjadi di Laos. Sebagai negara yang
menganut sistem politik komunis, Laos awalnya tidak menerapkan industrialisasi dalam
perekonomiannya. Negara ini bercorak agararis dengan pemerintah yang mengendalikan
proses produksi seperti menentukan kuota, harga untuk barang dan jasa, dll20. Namun dengan
diberlakukannya NEM, pemerintah melakukan reformasi agraria yang membuat hasil
pertanian pun mengalami liberalisasi harga. Pemerintah Laos juga melakukan privatisasi
perusahaan negara sebanyak mungkin. Namun intervensi pemerintah tetap muncul dengan
tidak melakukan liberalisasi harga pada utilitas utama. Privatisasi juga dilakukan secara

18 Nicholas Nugent. Vietnam The Second Revolution. (Brighton: In Print Publishing, Tld, 1996) Hlm
66.

19 Laos Foreign Policy and Government Guide Volume 1 Strategic Information and Development.
(USA: International Business Publication, 2015). Hlm 117

20 Op. Cit Soukamneuth, hlm 182

10
selektif yang menunjukkan pemerintah Laos masih mempertahankan nilai-niali komunis yang
menyaratkan adanya campur tangan yang kuat terhadap ekonomi negara. Oleh sebab itu,
penulis berasumsi bahwa NEM merupakan bentuk dari developmental state .
Menurut Leftwhich, developmental state akan muncul apabila terdapat beberapa kondisi yang
meliputi ancaman keamanan, komitmen koalisi, dan kelangkaan sumber daya baik dari dalam
maupun luar; koherensi koalisi elit internal; dan konsentrasi kekuatan. Bila merujuk pada
kondisi yang dijelaskan dalam pembahasan, maka penulis dapat memetakan kondisi tersebut
sesuai dengan tesis Leftwhich sebagai berikut. Yang pertama adalah adanya tekanan ancaman
kelangkaan sumber daya. Laos memiliki kondsi geografis yang kurang menguntungkan di
mana negara tersebut tidak memiliki laut lepas sehingga aktivitas kelautan harus dilakukan
dengan bergantung pada pelabuhan Vietnam dan Thailand. Selain itu, Laos juga mengalami
kelangkaan sumber daya manusia yang memadai untuk membangun ekonomi akibat perang
yang dilakukan beberapa kali. Kondisi ini kemudian diperparah dengan kegagalan kebiijakan
ekonomi tahun 1975-1986 yang membuat Laos semakin terjebak dalam krisis. Di sisi lain,
Laos yang selama ini selalu mendapat asistensi ekonomi dari Vietnam turut mengikuti
perubahan ekonomi dan diplomasi negara tersebut.21 Beberapa ancaman tersebut membuat
elit politik pemerintah Laos tidak punya pilihan lain selain membuka keran kerja sama
dengan negara lain. Laos melalui NEM nya mengupayakan aturan yang dapat mengundang
investor dan penanam modal. Selain itu, meski tidak dominan, namun pengaruh dari kerja
sama dan ketergantungan dengan Vietnam sejak lama turut menyumbang pengambilan
kebijakan NEM.

Untuk koherensi koalisi dan konsentasi kekuatan, LPRP sebagai satu-satunya partai di Laos
memegang peranan penting atas diberlakukannya NEM. Sebagai kekuatan politik yang
tunggal dan dominan, LPRP mampu menciptakan koherensi internal politik untuk menyetujui
perubahan orientasi kebijakan ekonomi. Perubahan tersebut salah satunya dekonsentrasi
ekonomi yang memberikan kewenangan daerah untuk turut melakukan pengelolaan.
Konsentrasi kekuatan politik yang berada di tangan LPRP tanpa ada oposisi atau tandingan
lainnya membuat Laos mampu memberlakukan NEM yang sebenarnya bertentangan dengan
prinsip prinsip komunis yang dianut.

21 Op Cit International Business Publication, Hlm 117.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Laos adalah negara komunis yang terletak di Asia Tenggara. Layaknya negara
komunis lainnya, Laos juga memberlakukan sistem partai tunggal yaitu Lao People
Revolutionary Party (LPRP). Di bawah kendali partai tersebut, politik Laos bersifat tertutup
tanpa ada pihak di luar lingkaran yang mengetahui pengambilan kebijakan. Pemerintahan
berjalan tanpa ada oposisi demokratis atau (organisasi) masyarakat sipil. Namun penerapan
sistem komunis ini mengalami paradoks ketika negara tersebut menerapkan kebijakan
liberalisasi ekonomi melalui New Economic Mechanism (NEM) pada tahun 1986. Kebijakan
ini berbentuk liberalisasi harga, privatisasi perusahaan negara, rekapitalisasi sistem
perbankan, dan revisi undang-undang penanaman modal asing yang memungkinkan 100%
kepemilikan asing atas usaha bisnis. Kebijakan tersebut pun berhasil memperbaiki
perekonomian Laos sejak tahun 1990.
Melalui teori developmental state, penulis mencoba menganalisis faktor dibalik
pengambilan kebijakan yang paradoks tersebut. Dalam teori developmental state, Johnson
mengungkapkan bahwa negara yang terlambat melakukan industrialisasi pada akhirnya akan
menerapkan industrialisasi dengan dipimpin oleh negara itu sendiri. Ini pula yang terjadi di

12
Laos di mana pemerintah mereformasi agraria yang membuat hasil pertanian pun mengalami
liberalisasi harga dan ada privatisasi perusahaan negara sebanyak mungkin. Laos sendiri
mengambil kebijakan tersebut karena munculnya beberapa kondisi yang sesuai dengan
developmental state yang dijelaskan oleh Leftwhich. Yang pertama bahwa Laos mengalami
kelangkaan sumber daya alam, manusia, serta kegagalan kebiijakan ekonomi tahun 1975-
1986 yang membuat elit politik negara tersebut harus membuka keran investasi asing selain
blok timur. Selain itu, perubahan ekonomi dan diplomasi Vietnam yang selama ini melakukan
asistensi ekonomi Laos juga turut mempengaruhi penerapan NEM. Kondisi lain yang
mendukung NEM adalah adanya LPRP sebagai kekuatan politik yang tunggal dan dominan
mampu menciptakan koherensi koalisi dalam politik Laos. Hal ini membuat konflik untuk
menerapkan NEM dapat dihindari. Faktor-faktor inilah yang kemudian membuat Laos
sebagai negara komunis menerapkan liberalisasi ekonomi melalui New Economic Mechanism
tahun 1986.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Creswell, John W. 2014. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Halaman, cetakan IV.

Laos Foreign Policy and Government Guide Volume 1 Strategic Information and
Development. (USA: International Business Publication, 2015).

Nugent, Nicholas. 1996. Vietnam The Second Revolution. Brighton: In Print Publishing, Tld,

Pham, Hung Hung. 2012. The Developmental State, the evolving international economic
orde and Vietnamr. Tesis untuk meraih Gelar Doktor di Departemen Ilmu Politik dan
Studi Internasional, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Birmingham.

Phimphanthavong, Hatthachan. Economic Reform and Regional Development of Laos. Local


Development and Global Dynamics, Graduate School in Social Science, University of
Trento, Trento, Italy.

Shimomura, Yasutami. Transition to Market Economies in Asia, Economic Research Institute


Economic Planning Agency Tokyo, Japan, 1994.

13
Sokamneut, Bounlounh J. 2006, The Political Economy of Transition in Laos: From
Peripheral Socialism to the Margins of Global Capital, Faculty of The Graduate School
of Cornell University.

Jurnal:

ESRI.go.jp, Reasons For Transition to The Market Economy: Chapter III Laos, diakses
sebagai jurnal melalui situs http://www.esri.go.jp/jp/archive/bun/bun137/bun137d.pdf
pada 5 Mei 2017

Burton, Charles.1989. The role of the nics in Southeast Asia's political and economic
development. International Journal, Vol. 44, No. 3, Southeast Asia Ascendant

Website

https://www.britannica.com/place/Laos (diakses pada tanggal 8 Mei 2017, Pukul 13.45 WIB)

http://www.localhistories.org/laos.html (diakses pada tanggal 8 Mei 2017, Pukul 13.45 WIB)

http://factsanddetails.com/southeast-asia/Laos/sub5_3d/entry-2972.html (diakses pada


tanggal 8 Mei 2017, Pukul 13.45 WIB)

Andrew Rosser, Lao Peoples Democratic Republic


http://siteresources.worldbank.org/INTLICUS/Resources/Laos.doc (diakses pada tanggal 8
Mei 2017, Pukul 13.45 WIB).

http://pasca.undiksha.ac.id/e-learning/staff/dsnmateri/6/1-14.pdf (diakses pada 6 Mei2017,


Pukul 11.09 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai