Anda di halaman 1dari 4

The Philosopher King

Seorang pemimpin, pastilah orang yang dinilai paling mumpuni dan layak, sejak jaman
dahulu kala telah rumuskan kriteria pemimpin yang ideal dalam suatu negara. Hal itu
berlangsung semakin terkordinir sejak masa kejayaan Yunani, Mesir, Arab, India, Cina dan
abad moderen yang dimotori Eropa dan Amerika.
Setidaknya, catatan tentang kepemimpinan itu terusmus dalam gagasan dan pemikiran Plato.
Salah satu sumbangsih berharga dari Plato adalah rumusan syarat yang harus dicapai untuk
menjadi Pemimpin. Dalam bukunya yang berjudul The Republic (1936), tulisan ini menyulut
gagasan tentang rancang-bangun persemakmuran ideal dalam jajaran paling awal karya-karya
utopia. The Republic adalah sebuah tulisan upaya keras untuk mendefinisikan keadilan,
dengan membayangkan kemungkinan adanya negara terbaik yang harus direalisasikan untuk
mewujudkan nilai keadilan dan kemanusiaan. Dari sini Plato memperlihatkan secara jelas
bahwa menjadi seorang Pemimpin bukan hal yang mudah dicapai seseorang.
Untuk menjadi Pemimpin Negara, Plato memberti syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh
seorang calon pemimpin, syarat-syarat itu merujuk pada kualitas manusia yang dilandaskan
kepada akal manusia, dan tidak kembali pada jasad manusia. Sebab akal inilah yang terus
dibutuhkan oleh rakyat, yakni memeiliki pengendalian diri, keberanian, kearifan dan
keadilan.
Pembagian Kelas
Plato membagi manusia dalam 3 eksistensi jiwa yang berhubungan dengan negara 1. Pertama
adalah Epithymos yaitu golongan produksi, yaitu para petani, pedagang, dan buruh. Kedua
Logos, terdiri dari orang yang memiliki idea terdiri dari para cendikiawan dan para filsuf.

1 Syam, 2010;27

Dan mereka inilah yang pantas memimpin suatu negara menurut Plato. Menurut para filsuf
sendiri kekuasaan politik hanya digunakan sebagai alat untuk mengabdi pada tujuan negara
yang dianggap mulia, yakni kebaikan, kebajikan, keadilan, kebebasan yang berlandaskan
kehendak Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Seorang pemimpin yang ideal adalah seorang
filsuf yang memiliki kearifan, pengetahuan, dan juga kecerdasan. Eksistensi jiwa yang ketiga
adalah Thymos yaitu mereka yang cakap, kelas penjaga yang berfungsi sebagai tentaratentara pelindung negara dan juga membantu pemimpin. Oleh karena itu, Plato kemudian
menetapkan bahwa bentuk ideal suatu negara adalah yang dipimpin seorang Aristokrat yang
menjujung prinsip kebajikan.2
Teori Plato tentang kelas ini didasarkan pada pendirian pendapat bahwa manusia secara
perorangan tidak memadai dalam dirinya sendiri. Maka manusia butuh berkumpul dan
berkomunitas (baca: polis) untuk saling membantu demi hajatan bersama dengan keuntungan
masing-masing. Maka ketiga kelas sosial yang berbeda secara realitas, adalah tugas rakyat
yang tak boleh tercampur satu sama lain. Ketiganya harus berjalan secara terpisah dalam
ruang-lingkup keahlihan manusia secara individu. Sebab komunitas yang menetap, akan
melahirkan keberagaman bentuk pekerjaan. Dan keberlangsungan corak kehidupan yang beda
ini, secara ideal seharusnya dilakukan oleh para individu yang ahli dalam jenis pekerjaan
tertentu. Ahli yang menerapkan kecakapannya di berbagai bidang kegiataan kehidupan
bermasyarakat yang sesuai dengan sepesialisasinya.
Dalam The Republic, untuk mewujudkan Negara Ideal, Plato merasa perlu menjalankan
fungsi-fungsi utama negara yaitu: menerapkan manajemen admintrasi, yang kembali pada
kelas pertama. Fungsi benteng pertahanan, yang kembali pada kelas kedua, serta pusat
produksi, yang kembali pada kelas ketiga. Dengan Trifungsi yang disebutkan Plato ini

2 Syam, 2010;25

berfungsi, maka niscaya terbentuklah suatu cita-cita bersama yang disebut "negara sejahtra
berkeadilan".3
Plato telah membagi kelas sosial yang bertugas secara terpisah dalam masyarakat. Maka dari
sini pula ia perlu mengajukan syarat, kelas mana yang paling layak menjadi pemimpin sebuah
polis. Dan Plato tak ragu, bahwa pilihannya jatuh pada kelas yang pertama, yaitu kelas
filosof. Dengan kata lain, kelas yang paling berhak menjadi Pemimpin adalah filosof.
Merekalah yang membimbing masyarakat ke arah harmoni dan kebebasan yang sejati. Di
mata Plato hanya seorang Filosof yang memenuhi syarat yang disebut di atas. Sifat dan sikap
seperti itu membuat pemimpin mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari, karena nilai-nilai keutamaan inilah
yang dijadikannya sebagai prinsip dalam memimpin.

3 David Meeling, 1987; Understanding Plato

Daftar Pustaka

David J. Melling. 1987. Understanding Plato. Oxford University Press, 1987


Syam, Firdaus. 2010. Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai