Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ahmad Apandi

NPM : 1831040269

Kelas : PPI B

MK : Pemikiran Politik Barat

1.Plato

Nama Plato yang sebenarnya ialah Aristokles, karena dahinya dan bahunya yang amat

lebar, ia memperoleh julukan Plato (bahasa Yunani platos = lebarnya) dari seorang pelatih

senamnya. Julukan itu begitu cepat populer dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan

kemudian menjadi nama resmi yang diabadikannya lewat seluruh karyanya.1

Plato berpendapat bahwa negara dan manusia memiliki persamaan, oleh sebab itu

masalah moralitas haruslah merupakan yang paling utama yang harus diperhatikan dalam

kehidupan bernegara, bahkan harus menjadi yang paling hakiki dalam keberadaan hidup para

penguasa dan seluruh warga negara selaku manusia. Bagi Plato negara ideal adalah suatu

komunitas etikal untuk mencapai kebajikan dan kebaikan. Inilah pengertian negara menurut

Plato.

Selanjutnya, menurut Plato, negara ideal pada hakikatnya adalah suatu keluarga. Ia

mengatakan: “… di dalam negara kamu semua bersaudara.2 Karenanya setiap warga negara

haruslah bersikap kekeluargaan yang mencerminkan adanya kerukukunan dan keharmonisan

antara sesama. Baik di kalangan elite pemerintahan maupun rakyat.

1
Rapar, Filsafat Politik Plato...., h. 41.
2
Ibid, h. 59.
Dalam bukunya Republic bagian VIII, Plato menyebutkan ada lima macam bentuk

negara. Menurutnya kelima bentuk negara itu tidak dapat hidup kekal, karena dasar-dasar

kehidupan yang prinsipil yang dijalankan mengubah kesehatan mereka menjadi sakit, dan

akhirnya membunuh mereka. Bentuk-bentuk negara itu adalah :

a. Aristokrasi: penguasa pemerintahan dari kalangan cendekiawan atau para budiman yang

memerintah dengan bijaksana dengan berpedoman pada keadilan.

b. Timokrasi: pemerintahan dijalankan oleh orang-orang yang bertujuan mencapai

kemasyhuran dan kehormatan, bukan untuk menciptakan keadilan.

c. Oligarki: tampuk pemerintahan dipegang oleh golongan hartawan dan tujuan mereka

adalah untuk memperkaya diri sendiri.

d. Demokrasi: pemerintahan berada di tangan kalangan rakyat biasa dimana kebebasan sangat

diutamakan.

e. Tirani: bentuk pemerintahan yang menindas bahkan menelan

rakyatnya, sehingga dia berkuasa dengan sewenang-wenang dan tak terbatas. Tirani itu

timbul akibat kemerosotan demokrasi. Tirani merupakan bentuk yang paling jauh dari bentuk

negara ideal yang didambakan Plato.3

2. Aristoteles

Aristoteles merupakan murid Plato, tetapi pemikiran filsafatnya tentang negara itu

berbeda, dimana bila Plato filsafatnya ideal, sedangkan Aristoteles menganut filsafat yang

realis. Demikian pula uraiannya tentang bentuk negara dan pemerintahan, Plato: filosofis-

idealistis, sedangkan Aristoteles: empirisinduktif. Dalam menerangkan tentang bentuk negara

3
Ibid, h. 67-72.
dan pemerintahan itu ia terlebih dahulu mengadakan penyelidikan terhadap 158 buah

konstitusi Polls Yunani yang pernah ada dan masih ada pada zamannya.4

Aristoteles membuat klasifikasi bentuk pemerintahan. Kriteria atau dasar penilaian yang

digunakan adalah :

1. Jumlah orang yang berkuasa (duduk dalam pemerintahan).

2. Cara dan kepentingan dalam menjalankan kekuasaan pemerintah.

Mengenai jumlah orang yang berkuasa atau memegang tampuk pemerintahan,

terdapat tiga macam pembagian, yaitu pemerintahan oleh satu orang (goverment by one),

pemerintahan oleh sekelompok orang (goverment by few), dan pemerintahan oleh banyak

orang (goverment by the many). Masingmasing dari ketiga macam pembagian itu diberi

klasifikasi antara bentuk yang baik (positif) dengan bentuk yang buruk (negatif). Sehingga

seluruhnya terdapat enam bentuk pemerintahan. Hal baik atau buruknya suatu pemerintahan,

ditinjau dari segi cara dan kepentingan dalam menjalankan. Jika pemerintahan itu dijalankan

dengan diabdikan untuk kepentingan umum atau masyarakat, maka disebut sebagai bentuk

yang baik. Sebaliknya, jika diabdikan untuk kepentingan pribadi atau kelompok maka disebut

bentuk yang buruk.

Pemerintahan oleh satu orang, jika diabdikan untuk kepentingan umum disebut Monarki,

sedangkan jika diabdikan untuk kepentingan pribadi disebut Tirani. Pemerintahan oleh

sekelompok atau beberapa orang, jika mengabdi untuk kepentingan masyarakat umum disebut

Aristokrasi. Sebaliknya disebut Oligarki jika mengabdi untuk kepentingan kelompok saja.

Pemerintahan oleh banyak orang, jika diabdikan untuk kepentingan bersama bagi banyak orang

(termasuk yang diwakili aspirasinya, karena tidak langsung duduk dalam pemerintahan) disebut

Demokrasi, sedangkan dalam bentuk yang buruk (negatif) dari pemerintahan oleh banyak orang,
4
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara: Sejarah, Konsep dan Kajian Kenegaraan, (Malang: Setara Press, 2015),
hlm. 126
yaitu jika keikutsertaan banyak orang itu digunakan untuk berkelahi disebut Mobokrasi.

Mobokrasi, sebagai bentuk lawan dari demokrasi ini, menurut istilah asli dari Aristoteles disebut

“polity”.5

Untuk lebih jelasnya mengenai apa yang dimaksud dengan bentuk Negara dan

Pemerintahan seperti diatas, dibawah ini dijelaskan sebagai berikut :

a) Monarki

Berasal dari kata Yunani monos yang berarti satu dan archein yang berarti memerintah

atau menguasai. Oleh karena itu monarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaannya

dipimpin oleh seseorang yang berusaha mewujudkan kesejahteraan umum. Idealnya menurut

Aristoteles, monarki sebagai negara ideal karena dipimpin oleh seorang filosof yang arif dan

bijaksana yang kekuasaannya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Akan

tetapi, Aristoteles menyadari bahwa monarki nyaris tidak mungkin ada dalam realitas, ia hanya

refleksi gagasan normatif yang sulit terealisasi dalam dunia empiris. 6

b) Tirani

Bentuk pemerintahan yang seluruh kekuasaannya dipegang oleh satu orang yang berusaha

mewujudkan kepentingannya sendiri dan tidak memperdulikan kesejahteraan umum.

c) Aristokrasi

Berasal dari bahasaYunani aristoi yang berarti kaum bangsawan atau cendekiawan dan

kratein yang berarti kekuasaan. Jadi Aristokrasi berarti: bentuk pemerintahan yang kekuasaannya

dipegang oleh beberapa filosof yang berusaha mewujudkan kesejahteraan umum.

5
Teuku May Rudy, Pengantar Ilmu Politik: Wawasan pemikiran dan kegunaannya, (Bandung:PT Refika
Aditama, 2013), hlm. 31-32.
6
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan
Kekuasaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 46.
d) Oligarki

Berasal dari kata oligoi yang berarti beberapa dan archien yang berarti pemerintahan.

Oligarki berarti bentuk pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang yang

mengutamakan kepentingan golongannya sendiri.

e) Polity

Polity ialah bentuk pemerintahan yang warga negaranya turut serta untuk mengatur negara

dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan umum.

f) Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratein yang berarti

memerintah. Jadi demokrasi berarti pemerintahan yang dipegang oleh rakyat.7

Pemerintahan Oleh Bentuk Baik Bentuk Buruk


Satu orang Monarki Tirani
Sekelompok orang Aristokrasi Oligarki
Banyak orang Demokrasi Polity/Mobokrasi

Perbedaan pemikiran politik plato dan aristoteles

Plato menyatakan keserasian antara masyarakat dengan Negara itu memiliki tujuan,

yaitu tujuan Nan Baik. Nan Ada ini adalah suatu organisme. Organisme adalah suatu

kesatuan yang bulat di manati apa nggota atau bagiannya merupakan alat yang tidak dapat

dipisahkan dari rangka keseluruhan itu. Tiap anggota atau bagian itu, sebagai organis

memempunyai fungsi yang akan member pengaruh padaanggota yang lainnya bahkan

berpengaruh pada organisme yang lebih besar. Oleh karena itulah Plato menyatakan, apabila

7
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara: Sejarah, Konsep dan Kajian Kenegaraan,...hlm. 127-128
anggota atau bagian itu tidak menjalankan fungsinya atau “sakit” maka organisme, dalam hal

ini negara, akan merasa sakit. Sehingga menurut Plato apabila setiap anggota atau bagian

mengerjakan apa yang menjadi fungsinya keadilan akan tercapai.

Kitab Politik Aristoteles berbeda dengan kitab gurunya Plato Republik,  yang walupun

memperlihatkan unsure cita-cita tetapi lebih memperhatikan kenyataan. Cara Aristoteles yang

induksi inilah juga yang membedakannya dengan metode gurunya yang deduktif.

Plato melihat asal mula Negara dengan menyatakan hakikat Negara terletak pada saling

memerlukan dari warga-warganegara yang tidak terlepas dari masalah keadilan. Sementara

Aristoteles tidak melihat sejauh itu, ia melihat Negara adalah sebagai suatu gabungan dari

bagian-bagian yang menurut urutan besarnya mulai dari kampung, family dan individu.

Individu tidak dapat hidup sendiri, mereka menghendaki adanya kawan untuk saling

memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Satu kawan ini adalah keluarga dan gabuangan

beberapa keluarga ini yang bertujuan lebih dari sekadar memenuhi keperluan hidup sehari-

hari saja maka terjadilah kampung. Gabungan dari beberapa kampong ini yang akan

membentuk negara.

Negara adalah bentuk akhir darikumpulan manusia yang akhirnya adalah bentuk

tersempurna. Bentuk yang tersempurna tersebut adalah bentuk yang sebenar-benarnya yang

sesuai dengan fitrah atau tabiat dari diri manusia. Sehingga Aristoteles menyatakan bahwa

negara adalah untuk kesempurnaan hidup, hidup yang benar. Berdasarkan kenyataan ini

Aristoteles sendiri menyatakan manusia adalah mahluk politik (zoon politikon), artinya

masyarakatatan mahluk negara yang mencapai kesempurnaannya hanya dalam masyarakat

dan negara. Orang yang tidak memerlukan Negara atau masyakat adalah manusia yang hidup
bukan menurut fitrah atau tabiatnya. Perbedaan mengenai negaraantara Plato dengan

Aristoteles lain misalnyaadalah, Plato menganalogikan jiwa dengan Negara sementara

Aristoteles menyatakan negarasebagai suatu bentuk kumpulan ataupun lanjutan dari

kumpulan-kumpulan yang telah ada dan berbentuk lebih kecil.


DAFTAR PUSTAKA

Hakim, A. (2010) Negara Dalam Perspektif Plato. jurnal.uin-

antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/viewFile/1410/1028 (diakses tanggal 5

November 2020)

I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara: Sejarah, Konsep dan Kajian Kenegaraan, (Malang:
Setara Press, 2015).
Teuku May Rudy, Pengantar Ilmu Politik: Wawasan pemikiran dan kegunaannya,
(Bandung:PT Refika Aditama, 2013).
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran

Negara, Masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001).

Anda mungkin juga menyukai