Adanya negara telah ada lebih dahulu dari adanya pemikiran tentang negara dan hukum. Selama itu peradaban-peradaban tinggi telah lahir dengan tidak menginsafi orang dasar- dasar apa yang menyebabkan masyarakat boleh mengadakan peraturan-peraturan yang mengikat penduduk, menerapkan suruhan- suruhan dan larangan-larangan untuk perbuatan mereka. Zaman Yunani Kuno (Purba) Sokrates (469 – 399 s.M.) Negara tidak boleh dipandang sebagai ciptaan manusia tetapi sebagai keharusan objektif yang asal mulanya pada tindakan manusia. Dalam pemikiran Sokrates, negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang bersifat obyektif, yang asal mulanya berpangkal dari pekerti manusia. Tugas negara adalah menciptakan dan melaksanakan hukum yang sejati, objektif dan dapat dilaksanakan oleh pemimpin yang dipilih oleh rakyat. Ia mencari dasar-dasar keadilan hukum yang sejati, objektif dan dapat diperlakukan terhadap sesama manusia. Pendidikan sangatlah penting, karena penduduk yang terdidik dengan baik, dengan sendirinya akan memahami apa yang harus mereka tempuh untuk segala kepentingan kehidupannya. Negara adalah susunan yang objektif yang berdasarkan pada sifat hakikat manusia, karena itu bertugas melaksanakan hukum yang objektif yang mengandung keadilan bagi masyarakat secara umum dan bukan hanya melayani kepentingan penguasa. Ajaran Socrates terhadap pemuda Yunani dianggap penguasa sangat membahayakan. Akhirnya ia dipaksa minum racun Plato (429 – 347 s.M.)
Plato meninggalkan banyak karya tulisnya, yang
terpenting adalah Politeia, Politicos, Nomoi. Politeia atau negara, buku ini memuat ajaran tentang negara dan hukum. Politicos tentang ahli kenegaraan, Nomoi tentang Undang-undang. Ia pencipta ajaran idealisme, menurut ajaran ini ada 2 dunia yaitu dunia idea yang bersifat immateril dan dunia alam. Dunia alam adalah dunia fana tempat manusia hidup Asal mula terbentuk negara karena adanya kebutuhan manusia yang beranekaragam yang menyebabkan mereka harus bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan mereka, karena masing-masing orang tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, sesuai dengan kecakapan mereka masing-masing, setiap individu mempunyai tugas dan bekerjasama untuk memenuhi kepentingan bersama. Kesatuan mereka inilah yang disebut masyarakat atau negara. Aristoteles (384 – 322 s.M.) Aristoteles terkenal dengan ajarannya realisme, karena itu ajaran Aristoteles adalah ajaran kenyataan, ia tidak mengakui perbedaan dunia tetapi pikirannya langsung ditujukan kepada kenyataan yang sebenarnya melalui panca indera Ia membedakan apa yang bersifat ideal yang merupakan pengertian abstrak seperti hukum, keadilan, kesusilaan. Hal-hal ini dibahas dalam bukunya “ Ethica”. Hal yang bersifat riil seperti ajran tentang negara dibahas dalam bukunya “Politica”. Ethica merupakan pengantar untuk memahami politica, Mengenai tujuan negara ia sependapat dengan Plato, yaitu menyelenggarakan kepentingan warga negaranya. Berusaha agar warga negaranya dapat hidup bahagia dan sejahtera yang didasarkan atas keadialn (keadilan harus menjelma dalam negara). Epicurus (342 – 271 s.M.)
Epicurus adalah pencipta ajaran individualisme yang
menganggap bahwa elemen atau bagian terpenting bukanlah negara atau masyarakat--sebagaimana ajaran universalisme Aristoteles—tapi individu sendiri sebagai anggota masyarakat. Negara terdiri dari individu-individu sebagai atom dan individu-individu diyakini sebagai bagian terpenting, maka ajaran Epicurus tentang sifat susunan masyarakat atau negara disebut ajaran atomisme. Ini adalah lawan dari organismenya Aristoteles. Kepentingan individu harus diutamakan yang lantas menjadi dasar sebagai dasar daripada kepentingan negara. Apabila individu bahagia, maka negara juga akan bahagia. Untuk mencegah jangan sampai timbul kekerasan dan ketidakadilan, negara lalu mengeluarkan undang-undang. Akan tetapi, undang-undang belum dapat berlaku jika belum mendapat persetujuan dari para individu. Jadi untuk berlakunya suatu undang- undang, suara dari individu-individu untuk menyetujui adalah sangat menentukan. Di sinilah letak benih-benih dari perjanjian masyarakat. Negara adalah merupakan hasil daripada perbuatan manusia, yang diciptakan untuk menyelenggarakan kepentingan anggota- anggotanya. Negara atau masyarakat adalah buatan daripada individu-individu.
Zeno (300 M.)
Ajaran filsafat Zeno sangat berlawanan dengan Epicurus.
Sebab ajaran epicurus berpokok pangkal pada manusia sebagai atoom dan pandangan hidupnya yang individulistis, sedangkan ajaran Zeno bersifat universalistis Universalismenya itu tidak hanya meliputi bangsa yunani saja, tetapi meliputi seluruh manusia dan bersifat kejiwaan, seluruh kemanusiaan, oleh karena itu lenyaplah perbedaan antara orang Yunani dengan orang biadab, antara orang yang merdeka dengan budak. Kemudian timbullah moral yang memungkinkan terbentuknya kerajaan dunia, di mana setiap orang mempunyai kedudukan yang sama sebagai warga dunia. Hukum yang berlaku adalah hukum alam. Hukum ini bersifat abadi tidak berubah-ubah. Di antara hukum alam ini ada akal kita yang memungkinkan kita dapat mengetahui segala hal. Dan inilah yang memberi kemungkinan kepada manusia untuk membentuk negara dunia. Zaman Romawi Kuno Polybius (204 – 122 s.M.) Melahirkan teori tentang perubahan bentuk-bentuk negara yang akhirnya dikenal dengan nama cyclus theori. Menurut Polybius bentuk negara atau pemerintahan yang satu sebenarnya adalah merupakan akibat daripada bentuk negara yang lain yang telah langsung mendahuluinya. Dan bentuk negara yang terakhir kemudian meruapakan sebab daripada bentuk negara yang berikutnya, demikianlah seterusnya, sehingga nanti bentuk-bentuk negara itu dapat terulang kembali. Menurut Polybios, bentuk negara itu dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar yang kemudian masing-masing bentuk dibedakan menjadi 2 jenis maka akan ada 6 bentuk negara Monarchi adalah bentuk negara yang tertua, dalam pemerintahan monarchi kekuasaan negara dipegang oleh satu orang yang sifatnya baik yang pemerintahan untuk kepentingan umum, tetapi lama kelamaan generasi selanjutnya tidak lagi memperhatikan kepentingan umum disebut Tirani. Pemerintahan seorang tirani yang sewenang- wenang akhirnya muncul beberapa orang yang berani, mereka bersatu mengadakan pemberontakan. Setelah kekuasaan beralih ke tangan mereka dan untuk kepentingan umum, pemerintahan ini disebut Aristokrasi. Pemerintahan ini yang pada mulanya baik, pemegang kekuasaan tidak lagi memperhatikan kepentingan umum, ini disebut Oligarki Dalam oligarki tidak ada keadilan maka rakyat, memberontak, mengambil alih kekuasaan negara untuk memperbaiki nasib, maka pemerintahan dijalankan oleh rakyat dan ditujukan untuk kepentingan rakyat, ini disebut Demokrasi Pemerintahan demokrasi untuk kepentingan umum dan menghargai adanya persamaan dan kebebasan tetapi kemudian ingin bebas dari peraturan yang ada, akhirnya timbul kekacauan ini disebut Okhlorasi. Dalam keadaan yang kacau tersebut timbul keinginan untuk memperbaiki keadaannya, kemudian muncul seorang yang kuat dan berani yang dengan jalan kekerasan akhirnya dapat memegang kekuasaan, maka kembali ke Monarchi. Cicero (106 – 43 s.M.) Negara menurut Cicero adanya merupakan suatu keharusan, dan yang harus didasarkan atas ratio manusia. Ajaran cicero ini sebetulnya meniru dan disesuaikan dengan ajaran kaum Stoa. Pengertian ratio di sini dimaksud oleh Cicero adalah ratio yang murni, yaitu yang didasarkan atas hukum alam kodrat. Jadi tidaklah seperti ajaran Epicurus yang menganggap bahwa negara itu adaah merupakan hasil daripada perbuatan manusia, dan fungsinya hanya sebagai alat saja daripada manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Seneca ( - 65 s.M.) Seneca pernah menjadi guru kaisar Nero. Pada waktu hidupnya Romawi sedang mengalami bobrok. Kekuasaan negara hanya tinggal pada kekuatan bala tentaranya, raja- raja yang memegang pemerintahan telah rusak akhlaknya. Sedangkan orang hanya mempunyai kemungkinan menarik diri ke alam kebathinannya sendiri. Demikian juga yang dilakukan oleh Seneca. Mulai saat itu orang mulai melepaskan dari adat kebiasaan yang luhur yang turun- temurun pada bangsa romawi untuk mengabdi pada negara. Ini adalah merupakan suatu perubahan yang besar sesudah orang berabad-abad lamanya memegang teguh adat kebiasaan yang demikian. Orang mulai menjauhkan diri dari urusan-urusan kenegaraan dan mendalami kebathinannya. Zaman Abad Pertengahan (abad V – XV)
Augustinus (354 -430):
Ia menulis buku dengan nama De civita te Dei tentang negara Tuhan. Isi pokok bukunya ditujukan untuk mengadakan pebelaan terhadap agama kristen, serta berisi suatu polemik antara penganut-penganut agama kristen dengan orang yang tidak beragama. Ajarannya sangat bersifat teokratis, dikatakan bahwa kedudukan gereja yang dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi daripada kedudukan negara yang diperintah oleh raja. Adanya negara di dunia merupakan suatu kejelekan, tetapi adanya itu merupakan suatu keharusan. Yang penting itu adalah teriptanya suatu negara seperti yang diangan-angankan atau dicita-citakan oleh agama, yaitu kerajaan Tuhan. Sebanarnya negara yang ada di dunia ini hanya merupakan suatu organisasi yng bertugas untuk memusnahkan perintang-perintang agama dan musuh-musuh gereja. Negara mempunyai kedudukan dan kekuasaan yang lebih rendah dan ada di bawah gereja. Negara sifatnya hanyalah sebagai alat daripada gereja untuk membasmi musuh-musuh gereja. Thomas Aquino (1225 – 1274)
Alam pikirannya tentang negara dan hukum
dapat ditemukan dalam bukunya De Regimine Principum atau tentang pemerintahan raja- raja, dan dalam bukunya yang lain yang diberi nama Summa Theologica, atau pelajaran tentang ketuhanan Filsafat Thomas Aquinas bersifat finalistis. Ini berarti bahwa apa yang menjadi tujuannya itu dikemukakan terlebih dahulu, baru kemudian harus diusahakan supaya tujuan itu dapat tercapai. Manusia sebagai makhluk sosial yang berhasrat untuk bermasyarakat, tetapi manusia hanyaah salah satu unsur dalam pembentukan masyarakat, yang terpenting adalah masyarakat itu sendiri. Di dalam masyarakat harus ada penguasa, harus ada yang memerintah. Bentuk pemerintahan : 1.Pemerintahan oleh satu orang. Ini yang baik disebut Monarki, yang jelek disebut Tyranni. 2.Pemerintahan oleh beberapa orang, ini yang baik disebut Aristokrasi, yang jelek disebut oligarki. 3.Pemerintahan oleh seluruh rakyat. Ini yang baik disebut politeia, ini kalau menurut Aristoteles disebut Republik Konstitusional, yang jelek disebut demokrasi. Bentuk pemerintahan yang paling baik adalah Monarki. Oleh karena tujuan negara itu selain memberi kemungkinan supaya manusia dapat mencapai kemuliaan abadi, juga supaya manusia hidup susila. Hal ini dapat terlaksana apabila terdapat perdamaian di dalam masyarakat dan untuk ini yang terpenting adalah adanya persatuan dan kesatuan. Thomas Aquinas membedakan hukum dalam empat golongan: 1.Hukum abadi atau lex aeterna, hukum dari keseluruhannya yang berakar dalam jiwa Tuhan. 2. Hukum alam. Manusia adalah sebagai makhluk yang berpikir, maka ia merupakan bagian daripada-Nya. Ini adalah merupakan hukum alam. 3.Hukum positif. Ini adalah pelaksanaan daripada huum alam oleh manusia, yang disesuaikan dengan syarat-syarat khusus yang diperlukan untuk mengatur soal-soal keduniawian di dalam negara. 4.Hukum Tuhan. Ini adalah yang mengisi kekurangan-kekurangan daripada pikiran manusia dan memimpin manusia dengan wahyu-wahyunya ke arah kesucian untuk hidup di alam baka, dan ini dengan cara yang tidak mungkin salah. Wahyu-wahyu inilah yang akhirnya terhimpun dalam kitab suci. Dante Alleghiere (1265 – 1321)
Bukunya “Die Monarchia” (1313) berisi ajaran anti Paus. Ia
menulis tentang kekuasaan keduniawian dan menolak setiap kekuasaan Paus dalam urusan keduniawian. Sebagai akibat dari tulisan Dante tersebut, pada permulaan abad ke-14 terjadi perselisihan antara Paus dengan Raja yang berakhir dengan kemenangan raja. Dalam bukunya Dante memimpikan suatu kerajaan dunia sebagai lawan dari kerajaan paus. Kerajaan dunia itulah yang dia impikan guna penyelenggaraan perdamaian dunia. Sehingga tujuan negara menurut Dante untuk menyelenggarakan perdamaian dunia dengan jalan mengadakan undang-undang yang sama bagi semua ummat. Marsilius van Padua (1270 – 1340) Seorang tokoh terbesar dari aliran filsafat nominalist. Sikapnya adaah bahwa hal-hal yang bersifat khusus bernilai tinggi, sedangkan hal-hal yang bersifat umum itu hanya merupakan abstraksi dari pikiran saja Mengenai ajarannya tentang kenegaraan, marsilius sangat dipengaruhi oleh ajaran aristoteles. Negara adalah suatu badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar hidup dan mempunyai tujuan tertinggi, yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan perdamaian Ajaran Marsilius ini untuk selanjutnya adalah sangat berbeda dengan ajaran dari Augustius dan Thomas Aquinas. Dalam ajaran Marsilius nampak benar peranan orang atau individu dalam pembentukan negara atau masyarakat. Menurut Marsiius terbentuknya negara itu tidaklah semata-mata karena kehendak tuhan atau karena kodrat Tuhan, melainkan negara itu terjadi karena perjanjian daripada orang- orang, yang hidup bersama untuk menyelenggarakan perdamaian Dari ajaran Marsilius tentang terjadinya negara telah terlihat dasar-dasar daripada perjanjian masyarakat, yang merupakan lanjutan dari ajaran Epicurus yang telah meletakkan benih-benihnya. Dalam perjanjian itu menurut marsilius, rakyat menunjuk seseorang yang diserahi untuk memelihara perdamaian. Terhadap orang mereka tunjuk tersebut mereka saling menundukkan diri. Inilah yang disebut dengan perjanjian penundukan atau Factum Subjektiones Ada dua macam factum subjektiones, yaitu: 1.Jika kekuasaan penguasa, atau raja, hanya untuk menyelenggarakan atau menjalankan kekuasaan dari rakyat. Jadi sifatnya hanya eksekutif. Raja tidak boleh dan tikdak wenang menentukan peraturan atau undang-undang. Yang menciptakan atau membuat peraturan dan undang-undang itu adalah rakyat sendiri. Penyerahan Bila penundukan itu sifatnya terbatas pada apa yang dikehendaki oleh rakyat kekuasaan atau sifat penundukan yang demikian ini disbeut concessio. 2. Sedang kalau rakyat itu secara mutlak tunduk kepada penguasa atau raja yang mereka pilih itu dan hak untuk membuat peraturan atau undang-undang itu ada pada tangan raja, maka kekuasaan yang mereka serahkan kepada raja itu tidak hanya bersifat eksekutif melainkan juga bersifat konstitutif. Penyerahan kekuasaan yang demikian ini disebut translatio. Zaman Renaissance (abad XVI) Niccolo Machiavelli (1469 – 1527) Menurut Machiavelli, seorang raja harus belajar supaya menjadi orang tidak baik, harus sanggup tidak menepati janji. Sebab yang melakukan demikian yang telah menghasilkan hasil-hasil yang besar Orng seharusnya berjuang menggunakan kekerasan dan kekuasaan seperti binatang-binatang dan tidak menggunakan hukum. Seorang raja harus dapat menjadi binatang, kancil dan singa sekaligus; merupakan kancil supaya ia tidak terjerat dalam jaring orang lain dan merupakan singa supaya ia tidak gentar mendengar raungan serigala. Ia menulis buku karangannya “I L Principe”. artinya Sang Raja, yang dimaksudkan untuk pedoman bagi raja dalam menjalankan pemerintahannya agar dapat menjalankannya dengan baik, untuk menyatukan kembali negara Italia yang kacau dan terpecah-pecah. Pemimpin negara harus mempunyai sifat bagaikan seekor kancil dan seekor singa, maksudnya orang yang cerdik pandai tetapi sekaligus juga harus dapat bersikap keras, kejam untuk kepentingan negara. Nicollo Machiaveli memisahkan secara tegas antara azas kesusilaan dan kenegaraan, bahwa dalam kenegaraan dapat saja tidak menghiraukan moral dan kesusilaan bahkan pada saat tertentu negara akan dirugikan apabila menghiraukan kesusilaan. Ajarannya lebih bersifat ilmu kenegaraan praktis, ia memisahkan dengan tegas moral dan kesusilaan dari ajaran kenegaraan karena moral dan kesusilaan adalah suatu hal yang diharapkan sedangkan ketatanegaraan adalah merupakan suatu kenyataan. Orang akan binasa apabila lupa kenyataan yang sesungguhnya. Ajarannya yang terkenal adalah ajaran Staats-raison atau kepentingan negara Thomas Morus (1478 – 1535) Thomas Morus lahir di London, mrupakan putera seorang hakim. Pikirannya dituangkan dalam dua buah buku “utopia” Buku pertama menggambarkan tentang kesukaran-kesukaran kenegaraan dan sosial di Inggris dan masanya. Kaum bangsawan yang menganggur mengisap rakyatnya. Rakyat kehilangan mata penghidupan. Buku kedua menggambarkan negara yang dikhayalkan oleh Thomas Morus, bahwa keadaannya di Utopia lain. Seorang utopos telah membuat penduduk aslinya yang biadab menjadi suatu nasion. Maka muncullah 54 kota yang indah. Pusatnya ialah kota Amaurotum. Ia adalah negara pertanian letak Aumorotum banyak persamaan dengan kota london Utopia ini dianggap sebagai gugatan secara diam-diam terhadap hasrat keluarga raja Tudor yang memerintah di Inggris untuk mencapai kekuasaan absolut di lapangan kenegaraan Jean Bodin (1530 – 1595) Buku karangannya yang terkenal adalah “Lex Six Livres de la Republique” dan “Heptaplomeres” . Jean bodin hidup dalam sistim pemerintahan absolut dan kekuasaan absolut telah berlangsung lama pada sistim ketatanegaraan prancis. Dalam bukunya ia memberi dasar yuridis kekuasaan absolut dari raja. Ia juga menyatakan sependapat dengan Machiaveli tentang tujuan negara adalah adanya kekuasaan yang kuat. Perbedaan pendapatnya dengan Machiaveli terletak atas pengakuannya bahwa hukum itu mengandung moral dan moral tidak boleh diabaikan. Negara dirumuskannya sebagai keseluruhan dari keluarga dengan segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari seorang penguasa yang berdaulat. Jadi ia sependapat dengan Aristoteles bahwa keluarga adalah awal dari adanya negara. Untuk memperkuat pendapatnya tentang negara merupakan perwujudan kekuasaan maka ia merumuskan kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap warga negara dan rakyatnya tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang-undang. Raja tidak terikat dari kekuasaan undang-undang karena raja yang menetapkannya. Dari rumusan Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertingggi untuk membuat undang-undang dalam suatu negara yang sifatnya: a.Tunggal, ini berarti hanya negaralah yang memiliki kedaulatan itu, di dalam negara tidak ada kekuasaan lain yang berhak membuat UU. b.Asli, berarti bahwa kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain atau tidak diberikan oleh kekuasaan lain. c. Abadi, berarti bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi atau kedaulatan adalah negara, yang menurut pendapat Jean Bodin negara itu adanya abadi. Tidak dapat dibagi- bagi, berarti bahwa kedaulatan itu tidak dapat diserahkan kepada orang atau badan lain baik sebahagian maupun seluruhnya. Aliran Monarchomachen
Istilah Monarkomaken dalam pengertian yang
umum berarti anti raja atau menentang raja. Tetapi sesungguhnya pengertian ini adalah kurang tepat sebab ajaran-ajaran dari para ahli pemikir tentang negara dan hukum yang dimasukkan dalam golongan kaum monarkomaken sama sekali tidak anti atau melawan raja-raja, bahkan tidak anti atau melawan sistem absolutisme pada umumnya, melainkan yang ditentang atau dilawan itu adalah eksesnya. Hotman
Hotman pada tahun 1573 menerbitkan buku
karangannya yang diberi nama Pranco Gallia. Dasar-dasar yang digunakan oleh Hotman untuk menentang absolutisme bukanlah dasar-dasar ajaran agama,melaikan dasar- dasar ajaran sejarah. Jadinya ia bukanlah seorang monarkomaken yang sebenarnya, meskipun orang selalu menggolongkan ke dalam pengertian itu. Brutus : Buku tulisan kaum monarkomaken yang sesungguhnya, pertama-tama terbit pada tahun 1579, nama bukunya Vindiciae contra Tyrannos, (alat-alat hukum melawan tyranni). Pengarangnya bersembunyi di belakang nama Brutus, buku ini merupaan salah satu tinjauan yang pinsipil tentang perlawanan terhadp raja- raja yang mempunyai kekuasaan absolut. Buchanan : Nama lengkapnya George Buchanan. Ia adalah seorang Skot. Pada tahun 1579 ia menerbitkan bukunya De Jure regni apud Scotos (Tentang kekuasaan raja pada bangsa Skot). Buchanan hidup pada tahun 1506-1582. ia adalah seorang pendidik, antara lain ia mendidik James, yang kemudian menjadi raja di Skotlandia dan Inggris. Buchanan adalah seorang humanist. Pertama-tama ia mencari perbedaan antara raja dengan tyran. Raja itu adalah orang yang memegang pemerintahan, yang memperoleh kekuasaannya itu dengan bantuan rakyat, dan yang melaksanakan pemerintahannya atas dasar keadilan. Jika tidak demikian, ia adalah seorang tyran. Dan ia boleh dibunuh tanpa hukuman. Mariana: Nama lengkapnya Juan de mariana. Ia adalah seorang sarjana dari spanyol. Pada tahun 1599 ia menerbitkan bukunya De rege ac Regis Institusione (tentang hal raja dan kedudukannya). Buku ini khusus ditujukan sebagai pegangan dari raja Philip III yang memerintah di Spanyol. Ajarannya banyak persamaannya dengan ajaran Buchanan, terutama mengenai batas-batas kekuasaan raja dan pembunuhan terhadap Tyran. Banyak pula persamaannya dengan ajaran Niccolo Machiavelli, Cuma sifatnya agak samar-samar. Sedang semangat daripada seluruh bukunya menyatakan bahwa negara itu sebagai suatu masyarakat lebih rendah kedudukannya daripada gereja dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan kesusilaan. Bellarmin Ia adalah seorang kardinal, hidup pada tahun 1542-1621. ia adalah seorang kontroversialis. Filsafat negaranya bersifat kontroversialis, karena sifat james yang membela pendirian tentang kedaulatan Tuhan, yang kemudian mendapat perlawanan dari kaum Jesuit dengan kedaulatan rakyatnya. Bellarmin berpendapat bahwa sungguhpun monarki absolut adalah bentuk pemerintahan yang paling baik dalam teri, akan tetapi karena kekurangan-kekurangan daripada akhlak manusia telah menyebabkan praktekny berlainan sekali. Buku karangan Bellarmin yang terkenal adalah Disputationes, yang mengajarkan bahwa Paus tidak mempunyai kekuasaan dalam lapangan keduaniawian, juga buku yang berjudul Tractatus de Potestate Summi Pontivicus in Rebus Temporalibus tentang kekuasaan Paus dalam lapangan keduniawian. Francesco Suarez Ia juga seoang kontroversial. Ia seorang sarjana Spanyol, yang hidup pada tahun 1548-1617. ajarannya ditulis dalam bukunya Tractatus de Ligibus ac Deo Legislatore (uraian tentang undang-undang dan Tuhan, pembentuk undang-undang). Alirannya disebut sebagai pelopor dari Hugo de Groot. Karena ia telah menciptakan hukum antar negara, dan memberikan kemungkinan untuk dibangunnya kembali hukum alam. Ini sesuai dengan pendapatnya bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat berdiri sendiri tanpa mengadakan hubungan dengn negara-negara lain. Menurut Suarez, negara adalah gabungan dari pada orang- orang yang merupakan suatu kesatuan karena perbuatan yang berdasarkan kemauan atau karena persetujuan umum. Adanya kedaulatan rakyat. John Milton Nama lengkapnya John Milton. Ia adalah seorang penyair yang termasyhur. Ketika hidunya ia mengalami masa pembunuhan raja Charles I, dan karena pembelaan- pembelaannya ia menjadi terkenal.
Johannes Alhtusius (Johan Althaus) Seorang monarkamaken yang Calvinis. Pada tahun 1610 ia menerbitkan buku karangannya yang sangat terkenal, politica Methodice Digesta (Susunan ketatanegaraan yang sistematis, yang diperkuat dengan contoh-contoh dari sejarah biasa dan sejarah suci). Ia hidup pada tahun 1568-1638. Dalam pendapatnya tentang terjadinya negara, Althusius banyak persamaannya dengan pendapat Aristoteles, yaitu yang mengatakan bahwa negara adalah merupakan kesatuan keluarga dalam bentuknya yang tertinggi, dan yang mempunyai tujuan yang beraneka macam, dengan secara berangsur-angsur kesatuan itu berkembang dan akhirnya mencapai bentuknya sebagai negara. Jadi ajarannya bersifat organistis. Penguasa atau raja diangkat oleh rakyat untuk menjalankan uu, pengangkatan tersebut dilakukan dalam suatu perjanjian, maka raja terikat oleh perjanjian dengan rakyat untuk menjalankan uu, sementara itu rakyat berjanji akan taat dan tunduk kepada penguasa atau raja. Rakyat sebagai satu kesatuan boleh mengadakan perlawanan terhadap raja yang betindak sewenang-wenang sebagai seorang tyran. Di sinilah sifat monakomakis althusius terlihat dengan jelas. Sifat calvinisnya terlihat pada pendapatnya yang mengatakan bahwa negara seharusnya tidak hanya menyelenggarakan kepentingan jasmani daripada para warga negaranya, tetapi juga kepentingan rohani, agama, kesusilaan, pendidikan dan menetapkan peraturan tentang tingkah laku manusia. Tentang bentuk negara althusius berpendapat bahwa tidak ada bentuk negara yang lain kecuali bentuk kedaulatan rakyat. Tetapi cara pemerintahannya dapat berbeda-beda. Sebab pemerintahan itu dapat dilaksanakan oleh satu orang tunggal atau oleh suatu dewan. Di sampin kepala negara atau raja selalu akan ada dewan yng turut bertanggungjawab. Maka bentuk pemerintahan adalah selalu bersifat campuran, dan tidak pernah akan ada bentuk monarki, atau aristokrasi, ataupun demokrasi sebagai bentuk yang murni. Zaman Berkembangnya Hukum Alam (abad XVII – XVIII) Grotius/Hugo de Groot (1583 – 1645) Ia pernah mengikuti perjalanan Oldenbarneveld ke Perancis. Pada tahun 1619 dijatuhi hukuman seumur hidup, karena ia menjadi penganut kaum Remonstran, akan tetapi pada tahun 1621 ia dapat melarikan diri dari Loevestein ke Perancis. Dalam penjara itu ia telah mulai menulis buku karangannya yang terkenal De Jure Belli an Pacis (Hukum perang dan damai), yang kemudian setelah selesai dipersembahkannya kepada raja Perancis Louis XII. Dengan bukunya itulah Grotius menjadi seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum, serta dianggap sebagai peletak dasar pertama atau pelopor, bahkan pencipta daripada hukum alam modern. Filsafat Grotius tentang negara dan hukum adalah suatu usaha untuk mengatasi segala perpecahan di lapangan agama, dengan berdasarkan pada akal manusia yang berlaku umum. Tidak hanya terbatas pada kaum Kristen saja,melainkan juga berlaku untuk dan mengikat semua orang kafir dan atheis. Ajaran Grotius banyak diilhami oeh hukum alam zaman kuno (Yunani Kuno-Aristoteles), kaum Stoa (Zeno), dan Cicero, daripada dengan Thomas Aquinas dan Francesco Suarez. Hukum alam menurut Grotius adalah segala ketentuan yang benar dan baik menurut rasio dan tidak mungkin salah lagi pula adil. Contohnya: Orang harus menghormati milik orang lain. Semua penganut hukum alam mengatakan bahwa negara itu adanya atau terjadinya karena diselenggarakannya suatu perjanjian. Penyebab orang menyelenggarakan perjanjian adalah karena orang itu makhluk sosial, karena itu padanya selalu ada hasrat untuk hidup bermasyarakat dan yang penting ialah karena manusia mempunyai rasio. Karena faktor-faktor inilah manusia hidup bermasyarakat untuk mencapai tujuan ketertiban dan keamanan umum. Tugas ini diserahkan kepada seorang raja dalam suatu perjanjian. Penyebab orang tunduk pada perjanjian adalah karena hal itu baik dan benar menurut rasio. Thomas Hobbes (1588 – 1645) Sumbangan Thomas Hobbes dalam sejarah pemikiran tentang negara dan hukum adalah suatu sistem materialistis yang besar, termasuk juga peri kehidupan organis dan rohaniah Artinya bahwa tujuan hidup, yaitu kebahagiaan itu hanya dapat dicapai dengan cara berlomba, dengan gerak. Alat-alat untuk dapat mencapai kebahagiaan adalah kekuasaan, kekayaan, nama baik atau keagungan pribadi dan kawan. Sedang kekuasaan terbesar untuk kepentingan manusia adalah negara. Ajarannnya ditulis dalam dua bukunya yang sangat terkenal, yaitu “De Cive (tentang warga negara) dan leviathan (tentang negara). ajaran Thomas Hobbes berpokok pangkal pada keadaan manusia sebelum adanya negara, jadi masih dalam keadaan alamiah, di mana manusia itu hidup dalam keadaan alam bebas tanpa ikatan suatu apapun, dalam keadaan ini mereka disebut manusia in abstrakto Manusia selalu saling bermusuhan, saling menganggap lawan, dan saling merasa takut kalau-kalau manusia lain akan mendahului dan akan mendapatkan lebih banyak pujian daripada dirinya sendiri. Maka selalu terjadi perlawanan atau peperangan seorang melawan seorang, seorang melawan semua orang, semua orang melawan semua orang. Keadaan ini lah yang disebut Bellum omnium contra omnes, Setiap orang selalu memperlihatkan keinginan-keinginannya yang betul-betul bersifat egoistis. Jadi dalam keadaan itu tidak ada pengertian adil dan tidak adil sama sekali, sedangkan yang berlaku hanyalah nafsu-nafsu manusia saja. Sebab untuk adanya keadilan harus ada peraturan yang mengatur serta mengukur perbuatan manusia. Ini berarti harus adanya si pembuat peraturan atau undang-undang, jadi berarti juga harus ada negara. Keadaan bellum omnium contra omnes disebabkan oleh bahwa manusia dalam keadaan in abstracto telah memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu: 1. Competitio, competition, persaingan. Ini berarti bahwa manusia selalu berlomba untuk mengatasi manusia yang lain, karena adanya rasa takut bahwa dia tidak akan mendapatkan pujian. Dalam hal bersaing ini mereka dapat mempergunakan cara apapun. Ini menimbulkan sifat yng kedua yaitu: 2.Defentio, defend, mempertahankan atau membela diri. Ini berarti bahwa manusia itu tidak suka dikuasai atau diatasi oleh orang lain. Karena manusia itu selalu mempunyai keinginan untuk menguasai manusia yang lain, maka sifat membela diri ini merupakan jaminan bagi keselamatannya. Ini menuju ke 3. Gloria. Ini adalah sifat keinginan dihormati, disegani, dan dipuji Untuk terselenggaranya perdamaian menurut Thomas Hobbes manusia mengadakan suatu perjanjian, yang disebut perjanjian masyarakat, untuk membentuk suatu masyarakat dan selanjutnya negara. Di mana setiap orang di dalam negara itu dapat bekerja untuk memiliki sesuatu dan tidak selalu terancam jiwanya. Benedictus de Spinoza (1642 – 1677)
Seorang sarjana Belanda. Bukunya yang
terpenting tentang negara dan hukum adalah etika, yang disusun secara geometris, dan Traktat teologis Politik. Menurutnya hukum alam itu bukan suatu Sollen akan tetapi adalah suatu Sein. Spinoza tidak mengatakan bagaimana manusia itu seharusnya, tetapi yang dinyatakan adalah bagaimana orang itu dalam keadaan alam yang sewajarnya. Manusia baik waktu masih dalam keadaan alamiah maupun sesuah bernegara, perbuatannya tidak semata-mata berpedoman atau didasarkan pada ratio saja, akan tetapi sebagian besar dari perbuatan manusia itu dipengaruhi oleh hawa nafsunya. Malahan inilah yang memberi corak pada perbuatan manusia. Tugas negara adalah menyelenggarakan perdamaian, ketentraman dan menghilangkan ketakutan. Maka untuk mencapai tujuan ini, warga negara harus mentaati segala peraturan dan undang-undang negara, ia tidak boleh membantah, meskipun peraturan atau undang-undang negara itu sifatnya tidak adil dan merugikan. Sebab jika tidak demikian, maka keadaan alamiah akan timbul kembali, jadi dengan demikian kekuasan negara adalah mutlak terhadap warga negaranya. John Locke (1632 – 1704) Ajaran John Lokce tentang negara dan hukum ditulis dalam bukunya yang terkenal, yaitu: Two treatises on civil Government. Semula tujuan dari aliran hukum alam adalah untuk membatasi kekuasaan absolut dari negara (Staats-absolutisme) yang diciptakan antara lain oleh Niccolo Machiavelli dan John Bodin. John Lokce juga mendasarkan teorinya pada keadaan manusia dalam alam bebas. Dan memang menganggap bahwa keadaan alam bebas atau keadaan alamiah itu mendahului adanya negara, dan dalam keadaan itupun telah ada perdamaian dan akal pikiran seperti halnya dalam negara. Pendapatnya ini berbeda dengan pendapat Thomas Hobbes, karena thomas Hobbes menyatakan bahwa dalam keadaan alamiah itu tidak ada aturan, tidak ada perdamaian. Jadi keadaannya lain sekali dengan keadaan negara. Menurut lokce dalam keadaan alam bebas atau alamiah itu manusia telah mempunyai hak-hak alamiah, yaitu hak-hak manusia yang dimilikinya secara pribadi. Hak-hak alamiah yang dimaksudkan itu adalah: 1. Hak akan hidup. 2. Hak akan kebebasan atau kemerdekaan. 3. Hak akan milik, hak akan memiliki sesuatu. Menurut kodratnya manusia sejak lahir telah mempunyai hak-hak kodrat, hak-hak alamiah, yang disebut hak-hak dasar atau hak-hak azasi. Ini pun berbeda dengan pendapat Thomas Hobbes yang berpendapat bahwa dalam keadaan alam bebas manusia belum mempunyai hak apa- apa, jadi menurut kodratnya manusia lahir tanpa hak apa-apa, hak itu baru akan diperoleh sesudah manusia itu hidup bernegara. Dalam keadaan alam bebas itu, atau sejak manusia dilahirkan menurut kodratnya baru memiliki sifat-sifat dan bukan hak. Tugas negara adalah menetapkan dan melaksanakan hukum alam. Hukum alam di sini dalam pengertiannya yang luas, artinya negara tidak hanya menetapkan dan melaksanakan hukum alam saja, tetapi dalam membuat peraturan-peraturan atau undang- undang negara pun harus juga berpedoman pada hukum alam. Ciri atau tanda hukum alam ini adalah bahwa berlakunya hukum ini umum dan sesuai dengan rasio Tugas negara adalah: 1. Membuat dan menetapkan peraturan. Negara melaksanakan kekuasaan perundang-undangan, legislatif. 2.Melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini tugas negara tidak hanya melaksanakan peraturan saja, tetapi juga mengawasi pelaksanaan tersebut, eksekutif dan judikatif. 3.Kekuasaan mengatur hubungan dengan negara- negara lain, federatif Ketiga tugas inilah yang kemudian disebut Trias politika yang disempurnakan oleh Montesquieu dalam abad ke-18 Dalam mebicarakan bentuk negara, John Lokce mempergunakan kriteria pada siapa kekuasaan perundang- undangan itu diserahkan. Negara dapat dibedakan menjadi: 1.Apabila kekuasaan perundang-undangan itu diserahkan kepada satu orang saja, maka negara itu disebut monarki. 2.Apabila kekuasaan perundang-undangan itu diserahkan kepada beberapa orang atau kepada suatu dewan, maka negara ini disebut aristokrasi. 3.Apabila kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada masyarakat seluruhnya atau rakyat, sedang pemeirntah hanya melaksanakan saja, maka negara ini disebut demokrasi. Dalam abad ke-18, akal pikiran atau rasio dipindahkan dari hal-hal yang abstrak ke hal- hal yang konkrit, sepertinya hubungan yang nyata antara negara dan hukum. Tokoh pada abad XVIII adalah: Frederik Yang Agung (1712 – 1786); Montesquieu (1688 – 1755); David Hume (1711 – 1766); J.J. Rousseau (1712 – 1778); Immanuel Kant (1724 – 1804): Frederik Yang Agung (1712 – 1786) Frederik Yang Agung adalah Raja Prussia. Ia juga mempunyai perhatian besar dalam lapangan kesenian dan ilmu pengetahuan. Ia adalah orang yang merasa paling tersinggung oleh ajaran Niccolo Machiavelli, maka ajarannya dalam banyak hal berisfat menentang dan membantah ajaran Niccolo Machiavelli, ajarannya ditulis dalam buku karangannya Antimachiavelli. Pertentangan jiwa atau pertentangan ajaran atau pertentangan cara berpikir antara Niccolo Machiavelli dengan Frederik Yang Agung ini terjadi karena perbedaan keadaan yang dialami. Berlainan dengan keadaan di Italia maupun di Perancis yang pada waktu hidupnya Niccolo Machiavelli selalu mengalami kekacauan dan perpecahan serta merosotnya akhlak sehingga kekusilaaan tidak ada sama sekali dalam praktek ketatanegaraan dan hukum, maka keadaan kehidupan di istana Prussia adalah sangat soleh dan teratur di mana disingkirkan jauh-jauh semua nafsu dan barang-barang mewah sehingga suasana dan keadaan menjadi sedemikian tenang dan tentram dan yang demikian ini memberikan banyak kemungkinan kepada orang untuk berpikir tentang segala sesuatunya daripada dalam suasana dan keadaan di mana orang hanya selalu mencari hiburan hati serta barang- barang mewah dan mengumbar hawa nafsunya dengan tiada mengenal batas. Di Prussia setiap orang diberi hak terhadap rajanya dan tiap-tiap kesatuan diberi hak untuk membuat peraturan sendiri. Hal yang demikian ini tidak akan mungkin terjadi di Perancis tanpa terlebih dahulu menggerakkan suatu revolusi yang maha hebat. Montesquieu (1688 – 1755)
Ia ahli pemikir pertama tentang hukum dan
negara dari Perancis. Nama lengkapnya adalah Charles Secondat baron de Labrede et de Montesquieu. Ia adalah seorang sarjana hukum yang otodidact, yaitu seorang yang dengan pikiran dan tenaganya sendiri telah memperoleh kemajuan terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan. Jabatannya yang pokok adalah sebagai hakim Mahkamah di Bordeux. Ajarannya ditulis dalam buku-bukunya: Lettres Persanes, berisi suatu kecaman yang tajam terhadap keadaan agama, politik dan sosial di Perancis. Bukunya yang lain adalah Grandeur et decadence des Romains. Kemudian bukunya yang sangat terkenal di seluruh dunia tentang pemikiran negara dan hukum, Esprit des Lois. Dalam bukunya Esprit des Lois,sifat ajarannya adalah empiris-realistis berdasarkan pengalaman- pengalaman yang telah diperolehnya dari perjalanannya tadi dan dari membaca buku-buku. Seperti sarjana-sarjana lain pada umumnya, ia berpendapat bahwa asas-asas daripada hukum terletak pada alam, akan tetapi hal itu belum berarti bahwa asas-asas itu dapat diketemukan dengan akal pikiran yang abstrak. Asas-asas itu terletak pada kejadian-kejadian dalam sejarah dan selainnya itu dapat diketemukan dengan mempelajari kejadian-kejadian tersebut. Kekuasaan negara dibagi atau dipisahkan menjadi tiga, dan masing-maisng kekuasaan itu dilaksanakan oleh suatu badan yang berdiri sendiri, yaitu: 1. kekuasaan perundang-undangan, legislatif. 2. kekuasaan melaksanakan pemerintahan, eksekutif, dan 3. kekuasaan kehakiman, yudikatif. Terkenal dengan ajaran Trias politika. Ajaran ini diberi nama oleh Immanuel Kant. Apabila kekuasaan negara dipisahkan secara tegas menjadi tiga, ini akan menghilangkan timbulnya tindakan yang sewenang-wenang dari seorang penguasa, atau tegasnya tidak memberikan kemungkinan dilaksanakannya sistem pemerintahan absolutisme. David Hume (1711 – 1766) David Hume (lahir 26 April 1711 – meninggal 25 Agustus 1776 pada umur 65 tahun) adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukkan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia. Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat pengakuan dan penghormatan. Karyanya The History of England merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70 tahun sampai Karya Macaulay Hume merupakan filusuf besar pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis . Hume menolak kontrak sosial sebagai asal mula pemerintah. Menurutnya, kesetiaan pada pemerintah tidak didasarkan pada kontrak sosial, melainkan pada pemahaman kita secara umum bahwa masyarakat tidak dapat dipertahankan tanpa sistem pemerintahan. Hume sangat dipengaruhi oleh empirisis John Locke dan George Berkeley, dan juiga bermacam penulis berbahasa Perancis seperti Pierre Bayle, dan bermacam figur dalam landasan intelektual berbahasa Inggris seperti Isaac Newton, Samuel Clarke, Francis Hutcheson, Adam Smith, dan Joseph Butler. J.J. Rousseau (1712 – 1778) Jean Jacques Rousseau berasal dari Swiss. Ajarannya tentang negara dan hukum ditulis dalam buku-bukunya: Discours sur 1 inegalite parmi le hommes (tinjauan- tinjauan tentang ketidaksamaan antara orang-orang). Lettres ecrites de la montagne (surat-surat yang ditulis di gunung-gunung). Dan bukunya yang terkenal ke seluruh dunia Contrac Sosial (Perjanjian masyarakat). Rousseau di dalam ajaran filsafatnya telah memasukkan unsur perasaan, sedang pada zaman sebelumnya, ajaran tentang filsafat itu hanya disusun secara abstrak rasional. Akibat diselenggarakannya perjanjian masyarakat adalah: 1. Terciptanya kemauan umum atau volunte generale, yaitu kesatuan daripada kemauan orang-orang yang telah menyelenggarakan perjanjian masyarakat tadi, inilah yang merupakan kekuasaan tertinggi, atau kedaulatan. 2. Terbentuknya masyarakat, atau Gemeinschaft, yaitu kesatuan daripada orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian masyarakat. Masyarakat inilah yang memiliki kemauan umum, yaitu suatu kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang tidak dapat dilepaskan. Oleh karena itulah kekuasaan yang tertinggi tadi, atau kedaulatan disebut kedaulatan rakyat. Kekuasaan ini tidak boleh dipindahkan ke lain tangan, atau tidak dapat diserahkan baik secara mutlak (seluruhnya), maupun sebagian. Jadi kemauan umum atau kedaulatan itu tetap ada pada masyarakat atau keseluruhan daripada rakyat. Tetapi bukan rakyat secara perseorangan, melainkan rakyat yang sudah berganti menjadi suatu kesatuan yang disebut masyarakat. Kekuasaan yang ada pada penguasa atau raja sebagai suatu kekuasaan yang diwakilkan saja, bukan kekuasaan asli. Jadi Raja bukanlah pemilik kekuasaan. Immanuel Kant (1724 – 1804) Immanuel Kant adalah seorang guru besar Prusia dan juga seorang nasionalis. Ajaran filsafatnya bersifat kritis yang menguraikan tentang negara dan hukum. Pemikirannya tentang negara dan hukum ditulis dalam bukunya Metaphysische Anfangsriinde der Rechtslehre (Azas-azas metaphisis dari imu hukum). Menurut Kant, negara adalah suatu keharusan adanya, karena negara harus menjamin terlaksananya kepentingan umum di dalam keadaan hukum. Artinya negara harus menjamin setiap warga negara bebas di dalam lingkungan hukum. Bebas bukan berarti dapat berbuat semaunya atau sewenang-wenang, tetapi semua perbuatannya itu meskipun bebas harus sesuai dengan atau menurut apa yang telah diatur dalam undang-undang, jadi harus menurut kemauan rakyat, karena undang-undang itu adalah merupakan penjelmaan daripada kemauan umum. Kant menerima pendapat bahwa negara terjadi karena perjanjian masyarakat, sama dengan Rousseau. Kedaulatan ada pada rakyat dan kemauan umum menjelma dalam perundang-undangan negara. Zaman Berkembanganya Teori Kekuatan/Kekuasaan
Teori ini lahir dengan idak membenarkan premis hukum alam.
Sebab manusia meskipun masih dalam keadaan alam bebas, keadaannya tidak seperti yang digambarkan oleh Thomas Hobbes atau oleh John Lokce yang seolah-olah menurut alam manusia itu hidupnya berdiri sendiri, karena di mana-mana selamanya manusia hidup dalam suatu kesatuan meskipun sangat kecil. Teori kekuatan juga berpokok pangkal pada manusia dalam keadaan alam bebas, manusia in abstrakto, seperti halny teori hukum alam. Tetapi gambarannya tentang keadaan berbeda. Menurut teori kekuatan manusia dalam keadaan alamiah sudah selalu hidup berkelompok. Jadi satu sama lain sudah saling mengadakan hubungan, walaupun pada waktu itu masih dalam keadaan promissoiteit. Keadaan di mana belum ada lembaga perkawinan. Menurut ajaran teori kekuatan kelompok manusia yang terkecil dalam keadaan alamiah adalah keluarga. Keluarga terdiri dari seorang ibu ditambah dengan anak-anaknya. Sebagaimana manusia adalah makhluk hidup. Siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Yang dimaksud dengan kekuatan adalah kekuatan jasmani, kekuatan pisik. Kalau keluarga telah berkembang menjadi masyarakat, dan akhirnya negara. Maka bekas-bekas daripada kekuasaan yang asli ini masih terbawa. Sehingga pada akhirnya dia itulah yang tetap berkuasa di dalam masyarakat atau negara tadi F. Oppenheimer (1864 – 1943) Bukunya Die Sache, mengatakan bahwa negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat, yang oleh golongan yang kuat tadi dilaksanakan kepada golongan yang lemah, dengan maksud untuk menyusun dan membela kekuasaan ari golongan yang kuat tadi, terhadap orang-orang baik dari dalam maupun dari luar, terutama dalam sistem ekonomi. Sedangkan tujuan terakhir dari semuanya ini adalah penghisapan ekonomis terhadap golongan yang lemah oleh golongan yang kuat. Karl Marx (1818 – 1883) Negara merupakan penjelmaan daripada pertentangan kekuatan ekonomi. Negara digunakan sebagai alat dari mereka yang kuat untuk menindas golongan-golon gan yang lemah ekonominya. Yang dimaksud dengan orang yang kuat atau golongan yang kuat adalah mereka yang memiliki alat-alat produksi. Negara menurut Marx akan lenyap dengan sendirinya kalau di dalam masyarakat itu sudah tidak terdapat lagi perbedaan-perbedaan kelas dan pertentangan- pertentangan ekonomi. H.J. Laski Bukunya The State in Theory and Practice dan pengantar ilmu politika. Dia mengatakan bahwa negara itu adalah merupakan suatu alat pemaksa, atau Dwang Organizatie, untuk melaksanakan dan melangsungkan suatu jenis sistem produksi yang stabil, dan pelaksanaan sistem produksi ini semata-mata akan menguntungkan golongan yang kuat, yang berkuasa. Leon Duguit Bukunya berjudul Traite d Droit Constitusionel, memberikan keterangan tentang pelajaran hukum dan negara yang semata-mata bersifat realistis. Dia tidak mengakui adanya hak subyektif atas kekuasaan, juga menolak ajaran yang mengatakan bahwa negara dan kekuasaan itu adanya atas kehendak Tuhan, ditolaknya juga ajaran perjanjian masyarakat tentang terjadinya negara dan kekuasaan. kebenaran itu bersifat mutlak, adalah bahwa le plu forts, orang- orang yang paling kuat, memaksakan kemauannya kepada orang- orang lain yang dianggapnya lemah. Orang-orang yang paling kuat itu dapat mendapatkan kekuasaan dan memerintah disebabkan karena beberapa faktor. Faktor-faktor itu ialah tidak lain karena mereka memiliki keunggulan dalam lapangan pisik, ekonomi, kecerdasan, agama, dan sebagainya. Bahkan nanti dalam negara modern politik sangat menentukan. Zaman Berkembangnya Teori Positivisme
Perkembangan teori positivisme ini dibagi ke
dalam tiga fase, yaitu fase pertama yang merupakan tumbuhnya dipelopori oleh K.F. von Gerber dan Paul Laband (1838 – 1918); Fase kedua diwakili oleh Bluntschli dan George Jellinek; dan Fase ketiga yang diwakili oleh Hans Kelsen; Fase pertama: K.F. von Gerber dan Paul Laband (1838 – 1918) K.F. von Gerber dan Paul Laband adalah tokoh yang mejadi pelopor tumbuhnya aliran Deutsche Publisizten Schule. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap hukum romawi dan hukum alam. Reaksi terhadap hukum Romawi yang menghendaki agar cara menjalankan hukum publik janganlah disesuaikan dengan cara yang dilakukan terhadap hukum perdata. Hal ini berarti bahwa bagi hukum publik sewajarnya mencari objek dan metode tersendiri yang serasi dengan sifat-sifat hukum publik, sehingga hukum publik akan dijadikan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. • Positivisme sama artinya dengan relatif. Dalam kaitannya dengan hukum muncul konsep hukum positif (positief recht), hukum itu relatif, tidak terdapat hukum yang bersifat abadi dan langgeng seperti hukum alam. Hal ini disebabkan karena berlainannya waktu, tempat, keadaan, dan bangsa. Atas dasar inilah, von Gerber dan Paul Laband berusaha mencari konstruksi dan sistem sendiri bagi hukum publik. Mereka menemukan suatu metode penyelidikan yang disebut rechtsdogmatisch. • Fase Kedua: Bluntschli dan George Jellinek
Bluntschli adalah seorang mahaguru dalam mata
kuliah ilmu negara di Universitas Heidelberg Jerman dan Sedangkan George Jellinek adalah murid dari Bluntschli. George Jellinek termasuk paham kedua dari perkembangan positivisme, pandangan terhadap negara tidak semata-mata nur yuridis saja, akan tetapi juga memperhatikan faktor-faktor non yuridis. Oleh karena itulah muridnya Hans Kelsen menamakannya dengan metode sinkretis Fase Ketiga: Hans Kelsen
Berasal dari Austria yang kemudian menjadi warga negara
Amerika. Bukunya antara lain, Allegemeine Staatslehre, terbit pada tahun 1925, dan Der Soziologische und der juritische Statesbegriff terbit pada tahun 1922. Ia mendirikan sekolah Wiena. Menurut Hans Kelsen bahwa ilmu negara itu harus menarik diri atau melepaskan pemikirannya secara prinsipil dari tiap-tiap percobaan untuk menerangkan negara serta bentuk-bentuknya secara kausal atau sebab musabab yang bersifat abstrak. Dan mengalihkan pembicaraanya atau pemikirannya secara yuridis murni. tiap-tiap negara hanya dapat dipelajari dan dipahami di dalam setiap hukumnya itu sendiri. Ursprungsnorm dari tiap-tiap negara telah menetapkan dan membatasi konstruksi atau bentuknya. pertanyaan tentang timbulnya atau adanya Ursprungsnorm adalah masalah atau persoalan yang sifatnya meta yuridis, ini tidak termasuk dalam lapangan atau objek Ilmu Negara, melainkan masuk dalam lapangan atau objek pembicaraan Filsafat Hukum. Jadi ilmu hukum tidak perlu lagi mencari dasar negara, kelahiran negara untuknya hanya merupakan suatu kenyataan belaka, yang tidak dapat diterangkan dan ditangkap dalam sebutan yuridis. Negara identik dengan hukum, namun negara juga terikat oleh hukum. Negara itu adalah Zwangs Ordnung, suatu tertib hukum, atau suatu tertib masyarakat yang bersifat memaksa. Zaman Berkembangnya Teori Modern Menurut teori modern, kalau hendak menyelidiki dan mempelajari negara, maka baiklah negara itu dianggap saja sebagai suatu fakta atau suatu kenyataan, yang terikat pada keadaan, tempat, dan waktu. Harus disadari terlebih dahulu negara itu ditinjau dari segi apa. Sebab tergandung dari segi penyelidikannya ini akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda tentang pengertian, bentuk serta hakekat negara R. Kranenburg Negara itu pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Terlebih dahulu harus ada sekelopkm manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi, dengan tujuan untuk memelihara kepentingan kelompok tersebut. Maka yang primer atau yang lebih dahulu harus ada adalah kelompok manusia, sedangkan negara adalah sekunder, artinya adanya itu menyusul kemudian dan adanya hanya dapat kalau berdasarkan atas suatu kelompok manusia yang disebut bangsa. Pendapat Kranenburg dikuatkan dengan alasan-alasan bahwa pada zaman modern tercatat formasi-formasi kerjasama internasional, atau antara bangsa-bangsa, misalnya PBB, di sini yang menjadi anggota itu adalah negara-negara, tetapi mengapa tidak disebut dengan istilah perserikatan negara-negara melainkan disebut perserikatan bangsa-bangsa. Bukan United States, melainkan united nations. Hal ini menunjukkan bahwa menurut pandangan modern, bangsa itu menjadi dasar daripada negara . jadi bangsa lah yang primer yag harus ada terlebih dahulu, baru kemudian menyusul adanya negara (sekunder). Bangsa itu adalah bangsa dalam arti ethnologis, seperti bangsa Jawa, Sunda, dayak, dan sebagainya. Logemann Negara itu pada haekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa. Jadi pertama- tama negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan, maka organisasi ini memiliki suatu kewibawaan, atau gezag. Dapat memaksakan kehendaknya kepada semua orang yang diliputi oleh organisasi itu. Yang primer itu adalah organisasi kekuasaannya yaitu negara. Sedangkan kelompok manusianya adalah sekunder. Organisai menciptakan bangsa, maka bangsa inilah yang tergantung pada organisasi. Bangsa dalam artian rakyat dari suatu negara. Teori-teori tentang Asal Mula Negara Teori-teori tentang asal mula negara dapat dimasukkan ke dalam dua golongan besar, yaitu: (1) teori-teori yang spekulatif; dan (2) teori yang historis (evolusionistis). Teori-teori yang spekulatif antara lain adalah teori perjanjian masyarakat, teori teokratis (ketuhanan), teori kekuatan, teori patriarkhal dan matriarkhal, teori organis, teori daluwarsa, dan teori idealistis (alamiah). Sedangkan golongan yang kedua adalah teori yang historis. Teori Perjanjian Masyarakat Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak sosial menganggap perjanjian sebagai dasar negara dan masyarakat. Negara dan masyarakat yang dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat adalah teori asal mula negara yang ditemukan dalam tulisan-tulisan sepanjang zaman. Teori perjanjian masyarakat adalah teori tertua dan terpenting mengenai asal mula negara. Teori tersebut juga bersifat universal, karena ditemukan dalam tulisan- tulisan sarjana barat maupun timur. Pembahasan tentang asal mula negara atas dasar teori perjanjian masyarakat dimulai dari zaman Yunani Purba. Karena pada saat itu timbul suatu pemerintahan yang demokratis di mana setiap orang bebas menyatakan hasil pikirannya dan isi hatinya Indikasi yang menunjukkan bahwa sejak masa Yunani Purba telah muncul teori perjanjian masyarakat sebagai teori yang menunjukkan asal mula negara di antaranya adalah: a. Menurut Sokrates, negara merupakan suatu susunan yang objektif bersandarkan kepada sifat dan hakikat manusia yang bertugas untuk melaksanakan dan menerapkan hukum-hukum yng objektif, memuat keadilan bagi umum. Negara bukan suatu organisasi yang dibuat untuk manusia demi kepentingan diri pribadi dan tidak hanya melayani kebutuhan para penguasa negara yang saling berganti-ganti orangnya. b. Plato dalam bukunya yang berjudul Republik (buku II) menguraikan semacam perjanjian untuk membentuk negara. Menurut Samidjo, dengan demikian Plato termasuk penganut teori perjanjian masyarakat C. Berdasarkan pendapat Aristoteles dapat diketahui bahwa terjadinya negara karena penggabungan keluarga menjadi suatu kelompok besar, kemudian kelompok besar itu bergabung lagi hingga menjadi suatu desa. Kemudian desa-desa itu bergabung lagi hingga timbul negara yang sifatnya masih merupakan kota atau polis d. Menurut Epicurus, asal mula negara merupakan hasil dari perbuatan manusia. Negara diciptakan untuk melaksanakan kepentingan anggota-anggotanya. Negara tidak mempunyai dasar kehidupan sendiri. Manusialah sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang mempunyai dasar-dasar kehidupan yang mandiri dan merupakan realita.
Sarjana-sarjana terkenal yang membahas teori perjanjian masyarakat adalah Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, dan Immanuel Kant. Teori Ketuhanan (Teocratie)
Pengaruh teori ketuhanan dimulai pada abad
pertengahan (abad V sampai dengan abad XV). Para sarjana yang menganut teori ketuhanan adalah Augustinus, Thomas Aquinas, Dante Alighieri, dan Marsilius. Prinsip yang dianut tentang asal mula negara menurut teori ketuhanan adalah bahwa negara berasal dari kehendak Tuhan. Teori Kekuasaan/Kekuatan Menurut teori ini, negara terbentuk karena ada kekuasaan dan kekuatan. Hal ini diketahui dari berbagai pendapat berikut ini : Manusia perseorangan adalah makhluk yang pasif dalam segenap peristiwa historis, kehidupan kerohaniaannya ditentukan oleh kehendak golongan belaka. Negara tidak lain daripada “eine organisation der herrschaft einer minoritat uber en majoritat” (negara bersandar pada penaklukan yang lemah oleh yang kuat Orang yang lebih baik telah memperoleh kekuasaan yang lebih besar daripada yang kurang baik, maka disitulah hukum. Demikian juga orang yang lebih kuat terhadap orang yang lemah. Sudah sewajarnya orang yang memiliki kemampuan dan berhasil mengumpulkan kekuasaan berhak memegang pimpinan negara, sedang warga yang lain harus tunduk karena mereka tidak memiliki kualitas untuk berkuasa (Kallikles). Raja yang pertama ialah pahlawan yang menang (Voltaire) Kelas pemenang produksi menghisap kelas lainnya. Bentuk lain daripada penghisap itu adalah negara dan pemerintahan (Marx) Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat. Pelaksanaannya diterapkan oleh golongan yang kuat terhadap yang lemah dengan maksud untuk menyusun dan membela kekuasaan golongan yang kuat (F. Oppenheimer). Dapat dipahami bahwa menurut teori kekuatan, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Kekuatan itu maksudnya adalah kekuatan jasmani dan kekuatan fisik. Penganut teori kekuasaan berpendapat bahwa asal mula kekuasaan disebabkan adanya keunggulan kekuatan dari yang lainnya. Teori Patriarkhal dan Matriarkhal Teori ini bertitik tolak dari paham bahwa negara merupakan perkelompokan suku. Kondisi ini dipengaruhi oleh perkembangan sejarah yang menurut konsep evolusi masyarakat manusia yang dikemukakan Wilken, semua bangsa di muka bumi berkembang dan berevolusi. Menurutnya, manusia pada awalnya hidup tanpa ikatan, belum ada yang disebut dengan keluarga inti di masa itu Pada perkembangan selanjutnya manusia akan hubungan ibu dan anak-anaknya sebagai suatu kelompok keluarga inti dalam masyarakat. Karena anak-anak lebih dekat dengan ibunya, tidak mengenal ayahnya, maka ibulah yang menjadi kepala keluarga sehingga dikenallah stelsel persekutuan yang disebut matriarkhal. Garis keturunan ditarik dari garis ibu. Berikutnya, laki-laki tidak puas dengan keadaan ini sehingga mulai mengambil calon istri mereka dari kelompok lain dan membawa gadis-gadis itu ke kelompok mereka sendiri. Keturunan yang dilahirkan tetap tinggal dalam kelompok laki-laki. Timbullah kelompok keluarga yang dipimpin oleh ayah (disebut dengan istilah patriarkhal). Setelah itu, terjadi perkembangan bahwa dalam keluarga, anak-anak berhubungan langsung dengan anggota keluarga ayah dan ibu sehingga muncullah susunan keluarga parental. Perkembangan seperti yang diilustrasikan di atas, pada tahap lambat laun akan melahirkan kesatuan etnis yang besar dan membentuk suku sampai terbentuk semacam pemerintahan yang disentralisir. Selanjutnya pemerintahan suku meluas sehingga menjadi persekutuan-persekutuan etnis yang bercorak tagam dan inilah benih-benih pertama dari negara Teori Organis Tinjauan teori organis tentang asal mula negara menggunakan konsep biologis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam. Negara dipersamakan dengan makhluk-makhluk hidup seperti manusia. Individu merupakan komponen-komponen negara dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup tersebut. Gambarannya seperti yang diungkapkan oleh Nicholas bahwa negara disamakan dengan anatomi makhluk hidup bahwa pemerintah dapat disamakan dengan tulang kerangka manusia, undang-undang disamakan dengan urat syaraf, raja disamakan dengan kepala dan para individu sebagai dagingnya. Fisiologi negara disamakan dengan fisiologi makhluk hidup yang mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan dan kematian. Menurut catatan Samidjo, teori ini hanya dapat bertahan sampai abad XIX. Teori Daluwarsa Teori daluwarsa (prescriptive possession theory) dikenal juga sebagai doktrin legitimisme. Teori ini mengungkapkan bahwa raja bertahta bukan karena kekuasaan berdasarkan hak-hak ketuhanan melainkan berdasarkan kebiasaan raja dan negara timbul karena adanya milik yang sudah lama ada yang kemudian melahirkan hak milik. Raja bertahta karena hak milik itu yang didasarkan atas hukum kebiasaan. Teori Alamiah (Natural Theory) Asal mula negara menurut teori alamiah adalah ciptaan alam. Kodrat manusia membenarkan adanya negara, karena manusia adalah makhluk politik (zoon politicon) yang kemudian menjadi makhluk sosial. Karena kodrat itulah manusia ditakdirkan untuk hidup bernegara. Tokoh yang dianggap menggagas teori ini adalah Aristoteles. Teori Idealistis Dasar dari pemahaman teori idealistis adalah pemikiran tentang negara sebagaimana negara itu “seharusnya ada”. Negara itu sebagai “idea.” Negara memiliki kemauan sendiri, kepentingan sendiri dan nilai-nilai moralitas sendiri. Menentang kekuasaan negara tidak pernah dapat dibenarkan. Bapak teori ini adalah Immanuel Kant (1724-1804), ia memandang negara sebagai kesatuan yang mistis dan bersifat supra natural. Termasuk pelopor idealisme adalah G.W.F. Hegel (1770- 1831) yang sangat konsekuen dalam idealismenya. Menurut Hegel, negara merupakan organisme berdasarkan kesusilaan dan hanya negara yang memberi kemerdekaan kepada manusia. Negara adalah kekuatan tertinggi dan mempunyai kekuasaan tertinggi di dunia. Teori Historis Teori ini didasari oleh perkembangan hukum dalam sejarah (historische rechts schule). Ahli yang membangkitkan aliran ini adalah Friedrich Carl Von Savigny (1779-1861), seorang yang berkebangsaan Jerman. Pendapat von Savigny berawal pada kenyataan bahwa masyarakat bangsa (rakyat) dan tiap-tiap masyarakat bangsa mempunyai “volksgeist” (jiwa rakyat) masing-masing. Jiwa rakyat tersebut berbeda-beda menurut tempat dan zaman. Oleh karenanya, isi hukum ditentukan oleh sejarah masyarakat manusia tempat hukum itu berlaku.
Teori tentang Pertentangan Kelas Menurut teori pertentangan kelas, negara baru ada setelah masyarakat terbagi dalam kelas-kelas yang bertentangan. Jadi, di dalam masyarakat yang sederhana dan komunis belum ada negara. Pertentangan kelas dimulai ketika terjadinya pemilikan perseorangan atas alat-alat produksi, sehingga menimbulkan dua kelas dalam masyarakat. Dua kelas tersbut adalah kelas pemilik alat-alat produksi dam kelas yang tidak memiliki alat-alat produksi Kelas yang memiliki alat-alat produksi belum merasa aman dengan kelebihannya dalam bidang ekonomi. Untuk mempertahankan kedudukannya dan untuk menggiatkan pemerasannya atas kelas yang tidak memiliki alat-alat produksi dibentuklah satu organisasi dalam bidang politik yang dilengkapi oleh kekuasaan dan alat-alatnya, yaitu negara. Penganut teori ini adalah Karl Marx (1818- 1883) dan Harold Laski (1893-1950).