Anda di halaman 1dari 123

BAB VIII

 SEJARAH DAN TEORI-TEORI TENTANG NEGARA


 
 
Adanya negara telah ada lebih dahulu dari
adanya pemikiran tentang negara dan hukum.
Selama itu peradaban-peradaban tinggi telah
lahir dengan tidak menginsafi orang dasar-
dasar apa yang menyebabkan masyarakat
boleh mengadakan peraturan-peraturan yang
mengikat penduduk, menerapkan suruhan-
suruhan dan larangan-larangan untuk
perbuatan mereka.
Zaman Yunani Kuno (Purba)
Sokrates (469 – 399 s.M.)
 Negara tidak boleh dipandang sebagai ciptaan
manusia tetapi sebagai keharusan objektif
yang asal mulanya pada tindakan manusia.
Dalam pemikiran Sokrates, negara bukanlah
semata-mata merupakan suatu keharusan
yang bersifat obyektif, yang asal mulanya
berpangkal dari pekerti manusia.
 Tugas negara adalah menciptakan dan
melaksanakan hukum yang sejati, objektif dan
dapat dilaksanakan oleh pemimpin yang
dipilih oleh rakyat.
 Ia mencari dasar-dasar keadilan hukum yang
sejati, objektif dan dapat diperlakukan
terhadap sesama manusia.
 Pendidikan sangatlah penting, karena penduduk
yang terdidik dengan baik, dengan sendirinya akan
memahami apa yang harus mereka tempuh untuk
segala kepentingan kehidupannya. Negara adalah
susunan yang objektif yang berdasarkan pada sifat
hakikat manusia, karena itu bertugas melaksanakan
hukum yang objektif yang mengandung keadilan
bagi masyarakat secara umum dan bukan hanya
melayani kepentingan penguasa.
 Ajaran Socrates terhadap pemuda Yunani dianggap
penguasa sangat membahayakan. Akhirnya ia
dipaksa minum racun
Plato (429 – 347 s.M.)

 Plato meninggalkan banyak karya tulisnya, yang


terpenting adalah Politeia, Politicos, Nomoi.
Politeia atau negara, buku ini memuat ajaran
tentang negara dan hukum. Politicos tentang ahli
kenegaraan, Nomoi tentang Undang-undang.
 Ia pencipta ajaran idealisme, menurut ajaran ini
ada 2 dunia yaitu dunia idea yang bersifat
immateril dan dunia alam. Dunia alam adalah
dunia fana tempat manusia hidup
 Asal mula terbentuk negara karena adanya
kebutuhan manusia yang beranekaragam yang
menyebabkan mereka harus bekerjasama
untuk memenuhi kebutuhan mereka, karena
masing-masing orang tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu, sesuai dengan
kecakapan mereka masing-masing, setiap
individu mempunyai tugas dan bekerjasama
untuk memenuhi kepentingan bersama.
Kesatuan mereka inilah yang disebut
masyarakat atau negara.
Aristoteles (384 – 322 s.M.)
 Aristoteles terkenal dengan ajarannya realisme,
karena itu ajaran Aristoteles adalah ajaran
kenyataan, ia tidak mengakui perbedaan dunia tetapi
pikirannya langsung ditujukan kepada kenyataan
yang sebenarnya melalui panca indera
 Ia membedakan apa yang bersifat ideal yang
merupakan pengertian abstrak seperti hukum,
keadilan, kesusilaan. Hal-hal ini dibahas dalam
bukunya “ Ethica”. Hal yang bersifat riil seperti ajran
tentang negara dibahas dalam bukunya “Politica”.
 Ethica merupakan pengantar untuk
memahami politica,
 Mengenai tujuan negara ia sependapat
dengan Plato, yaitu menyelenggarakan
kepentingan warga negaranya. Berusaha agar
warga negaranya dapat hidup bahagia dan
sejahtera yang didasarkan atas keadialn
(keadilan harus menjelma dalam negara).
Epicurus (342 – 271 s.M.)

 Epicurus adalah pencipta ajaran individualisme yang


menganggap bahwa elemen atau bagian terpenting
bukanlah negara atau masyarakat--sebagaimana
ajaran universalisme Aristoteles—tapi individu sendiri
sebagai anggota masyarakat.
 Negara terdiri dari individu-individu sebagai atom dan
individu-individu diyakini sebagai bagian terpenting,
maka ajaran Epicurus tentang sifat susunan
masyarakat atau negara disebut ajaran atomisme. Ini
adalah lawan dari organismenya Aristoteles.
 Kepentingan individu harus diutamakan yang lantas
menjadi dasar sebagai dasar daripada kepentingan
negara. Apabila individu bahagia, maka negara juga
akan bahagia.
 Untuk mencegah jangan sampai timbul kekerasan
dan ketidakadilan, negara lalu mengeluarkan
undang-undang. Akan tetapi, undang-undang belum
dapat berlaku jika belum mendapat persetujuan dari
para individu. Jadi untuk berlakunya suatu undang-
undang, suara dari individu-individu untuk
menyetujui adalah sangat menentukan. Di sinilah
letak benih-benih dari perjanjian masyarakat.
 Negara adalah merupakan hasil daripada
perbuatan manusia, yang diciptakan untuk
menyelenggarakan kepentingan anggota-
anggotanya. Negara atau masyarakat adalah
buatan daripada individu-individu.
 
Zeno (300 M.)

 Ajaran filsafat Zeno sangat berlawanan dengan Epicurus.


Sebab ajaran epicurus berpokok pangkal pada manusia sebagai
atoom dan pandangan hidupnya yang individulistis, sedangkan
ajaran Zeno bersifat universalistis
 Universalismenya itu tidak hanya meliputi bangsa yunani saja,
tetapi meliputi seluruh manusia dan bersifat kejiwaan, seluruh
kemanusiaan, oleh karena itu lenyaplah perbedaan antara
orang Yunani dengan orang biadab, antara orang yang
merdeka dengan budak. Kemudian timbullah moral yang
memungkinkan terbentuknya kerajaan dunia, di mana setiap
orang mempunyai kedudukan yang sama sebagai warga dunia.
 Hukum yang berlaku adalah hukum alam.
Hukum ini bersifat abadi tidak berubah-ubah.
Di antara hukum alam ini ada akal kita yang
memungkinkan kita dapat mengetahui segala
hal. Dan inilah yang memberi kemungkinan
kepada manusia untuk membentuk negara
dunia.
Zaman Romawi Kuno
Polybius (204 – 122 s.M.)
 Melahirkan teori tentang perubahan bentuk-bentuk
negara yang akhirnya dikenal dengan nama cyclus theori.
Menurut Polybius bentuk negara atau pemerintahan
yang satu sebenarnya adalah merupakan akibat
daripada bentuk negara yang lain yang telah langsung
mendahuluinya. Dan bentuk negara yang terakhir
kemudian meruapakan sebab daripada bentuk negara
yang berikutnya, demikianlah seterusnya, sehingga nanti
bentuk-bentuk negara itu dapat terulang kembali.
 Menurut Polybios, bentuk negara itu dapat
digolongkan menjadi 3 golongan besar yang
kemudian masing-masing bentuk dibedakan
menjadi 2 jenis maka akan ada 6 bentuk negara
 Monarchi adalah bentuk negara yang tertua,
dalam pemerintahan monarchi kekuasaan
negara dipegang oleh satu orang yang sifatnya
baik yang pemerintahan untuk kepentingan
umum, tetapi lama kelamaan generasi
selanjutnya tidak lagi memperhatikan
kepentingan umum disebut Tirani.
 Pemerintahan seorang tirani yang sewenang-
wenang akhirnya muncul beberapa orang yang
berani, mereka bersatu mengadakan
pemberontakan. Setelah kekuasaan beralih ke
tangan mereka dan untuk kepentingan umum,
pemerintahan ini disebut Aristokrasi.
Pemerintahan ini yang pada mulanya baik,
pemegang kekuasaan tidak lagi
memperhatikan kepentingan umum, ini
disebut Oligarki
 Dalam oligarki tidak ada keadilan maka rakyat,
memberontak, mengambil alih kekuasaan
negara untuk memperbaiki nasib, maka
pemerintahan dijalankan oleh rakyat dan
ditujukan untuk kepentingan rakyat, ini
disebut Demokrasi
 Pemerintahan demokrasi untuk kepentingan umum
dan menghargai adanya persamaan dan kebebasan
tetapi kemudian ingin bebas dari peraturan yang
ada, akhirnya timbul kekacauan ini disebut
Okhlorasi. Dalam keadaan yang kacau tersebut
timbul keinginan untuk memperbaiki keadaannya,
kemudian muncul seorang yang kuat dan berani
yang dengan jalan kekerasan akhirnya dapat
memegang kekuasaan, maka kembali ke Monarchi.
Cicero (106 – 43 s.M.)
Negara menurut Cicero adanya merupakan suatu
keharusan, dan yang harus didasarkan atas ratio
manusia. Ajaran cicero ini sebetulnya meniru dan
disesuaikan dengan ajaran kaum Stoa. Pengertian
ratio di sini dimaksud oleh Cicero adalah ratio
yang murni, yaitu yang didasarkan atas hukum
alam kodrat. Jadi tidaklah seperti ajaran Epicurus
yang menganggap bahwa negara itu adaah
merupakan hasil daripada perbuatan manusia,
dan fungsinya hanya sebagai alat saja daripada
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Seneca ( - 65 s.M.)
Seneca pernah menjadi guru kaisar Nero. Pada waktu
hidupnya Romawi sedang mengalami bobrok. Kekuasaan
negara hanya tinggal pada kekuatan bala tentaranya, raja-
raja yang memegang pemerintahan telah rusak akhlaknya.
Sedangkan orang hanya mempunyai kemungkinan
menarik diri ke alam kebathinannya sendiri. Demikian juga
yang dilakukan oleh Seneca. Mulai saat itu orang mulai
melepaskan dari adat kebiasaan yang luhur yang turun-
temurun pada bangsa romawi untuk mengabdi pada
negara. Ini adalah merupakan suatu perubahan yang
besar sesudah orang berabad-abad lamanya memegang
teguh adat kebiasaan yang demikian. Orang mulai
menjauhkan diri dari urusan-urusan kenegaraan dan
mendalami kebathinannya.
Zaman Abad Pertengahan (abad V – XV)

Augustinus (354 -430):


 Ia menulis buku dengan nama De civita te Dei
tentang negara Tuhan. Isi pokok bukunya
ditujukan untuk mengadakan pebelaan
terhadap agama kristen, serta berisi suatu
polemik antara penganut-penganut agama
kristen dengan orang yang tidak beragama.
 Ajarannya sangat bersifat teokratis, dikatakan
bahwa kedudukan gereja yang dipimpin oleh
Paus itu lebih tinggi daripada kedudukan
negara yang diperintah oleh raja. Adanya
negara di dunia merupakan suatu kejelekan,
tetapi adanya itu merupakan suatu keharusan.
Yang penting itu adalah teriptanya suatu
negara seperti yang diangan-angankan atau
dicita-citakan oleh agama, yaitu kerajaan
Tuhan.
 Sebanarnya negara yang ada di dunia ini hanya
merupakan suatu organisasi yng bertugas
untuk memusnahkan perintang-perintang
agama dan musuh-musuh gereja. Negara
mempunyai kedudukan dan kekuasaan yang
lebih rendah dan ada di bawah gereja. Negara
sifatnya hanyalah sebagai alat daripada gereja
untuk membasmi musuh-musuh gereja.
Thomas Aquino (1225 – 1274)

 Alam pikirannya tentang negara dan hukum


dapat ditemukan dalam bukunya De Regimine
Principum atau tentang pemerintahan raja-
raja, dan dalam bukunya yang lain yang diberi
nama Summa Theologica, atau pelajaran
tentang ketuhanan
 Filsafat Thomas Aquinas bersifat finalistis. Ini
berarti bahwa apa yang menjadi tujuannya itu
dikemukakan terlebih dahulu, baru kemudian
harus diusahakan supaya tujuan itu dapat
tercapai.
 Manusia sebagai makhluk sosial yang berhasrat
untuk bermasyarakat, tetapi manusia hanyaah
salah satu unsur dalam pembentukan
masyarakat, yang terpenting adalah masyarakat
itu sendiri. Di dalam masyarakat harus ada
penguasa, harus ada yang memerintah.
 Bentuk pemerintahan :
1.Pemerintahan oleh satu orang. Ini yang baik
disebut Monarki, yang jelek disebut Tyranni.
2.Pemerintahan oleh beberapa orang, ini yang
baik disebut Aristokrasi, yang jelek disebut
oligarki.
3.Pemerintahan oleh seluruh rakyat. Ini yang baik
disebut politeia, ini kalau menurut Aristoteles
disebut Republik Konstitusional, yang jelek
disebut demokrasi.
 Bentuk pemerintahan yang paling baik
adalah Monarki. Oleh karena tujuan
negara itu selain memberi kemungkinan
supaya manusia dapat mencapai
kemuliaan abadi, juga supaya manusia
hidup susila. Hal ini dapat terlaksana
apabila terdapat perdamaian di dalam
masyarakat dan untuk ini yang terpenting
adalah adanya persatuan dan kesatuan.
 Thomas Aquinas membedakan hukum dalam empat golongan:
1.Hukum abadi atau lex aeterna, hukum dari keseluruhannya
yang berakar dalam jiwa Tuhan.
2. Hukum alam. Manusia adalah sebagai makhluk yang
berpikir, maka ia merupakan bagian daripada-Nya. Ini adalah
merupakan hukum alam.
3.Hukum positif. Ini adalah pelaksanaan daripada huum alam
oleh manusia, yang disesuaikan dengan syarat-syarat khusus
yang diperlukan untuk mengatur soal-soal keduniawian di
dalam negara.
4.Hukum Tuhan. Ini adalah yang mengisi kekurangan-kekurangan
daripada pikiran manusia dan memimpin manusia dengan
wahyu-wahyunya ke arah kesucian untuk hidup di alam baka,
dan ini dengan cara yang tidak mungkin salah. Wahyu-wahyu
inilah yang akhirnya terhimpun dalam kitab suci.
Dante Alleghiere (1265 – 1321)

 Bukunya “Die Monarchia” (1313) berisi ajaran anti Paus. Ia


menulis tentang kekuasaan keduniawian dan menolak setiap
kekuasaan Paus dalam urusan keduniawian. Sebagai akibat
dari tulisan Dante tersebut, pada permulaan abad ke-14
terjadi perselisihan antara Paus dengan Raja yang berakhir
dengan kemenangan raja.
 Dalam bukunya Dante memimpikan suatu kerajaan dunia
sebagai lawan dari kerajaan paus. Kerajaan dunia itulah yang
dia impikan guna penyelenggaraan perdamaian dunia.
Sehingga tujuan negara menurut Dante untuk
menyelenggarakan perdamaian dunia dengan jalan
mengadakan undang-undang yang sama bagi semua ummat.
Marsilius van Padua (1270 – 1340)
 Seorang tokoh terbesar dari aliran filsafat nominalist.
Sikapnya adaah bahwa hal-hal yang bersifat khusus
bernilai tinggi, sedangkan hal-hal yang bersifat umum
itu hanya merupakan abstraksi dari pikiran saja
 Mengenai ajarannya tentang kenegaraan, marsilius
sangat dipengaruhi oleh ajaran aristoteles. Negara
adalah suatu badan atau organisme yang mempunyai
dasar-dasar hidup dan mempunyai tujuan tertinggi,
yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan
perdamaian
 Ajaran Marsilius ini untuk selanjutnya adalah
sangat berbeda dengan ajaran dari Augustius
dan Thomas Aquinas. Dalam ajaran Marsilius
nampak benar peranan orang atau individu
dalam pembentukan negara atau masyarakat.
Menurut Marsiius terbentuknya negara itu
tidaklah semata-mata karena kehendak tuhan
atau karena kodrat Tuhan, melainkan negara
itu terjadi karena perjanjian daripada orang-
orang, yang hidup bersama untuk
menyelenggarakan perdamaian
 Dari ajaran Marsilius tentang terjadinya
negara telah terlihat dasar-dasar daripada
perjanjian masyarakat, yang merupakan
lanjutan dari ajaran Epicurus yang telah
meletakkan benih-benihnya. Dalam perjanjian
itu menurut marsilius, rakyat menunjuk
seseorang yang diserahi untuk memelihara
perdamaian. Terhadap orang mereka tunjuk
tersebut mereka saling menundukkan diri.
Inilah yang disebut dengan perjanjian
penundukan atau Factum Subjektiones
 Ada dua macam factum subjektiones, yaitu:
1.Jika kekuasaan penguasa, atau raja, hanya untuk
menyelenggarakan atau menjalankan kekuasaan dari rakyat.
Jadi sifatnya hanya eksekutif. Raja tidak boleh dan tikdak
wenang menentukan peraturan atau undang-undang. Yang
menciptakan atau membuat peraturan dan undang-undang itu
adalah rakyat sendiri. Penyerahan Bila penundukan itu sifatnya
terbatas pada apa yang dikehendaki oleh rakyat kekuasaan atau
sifat penundukan yang demikian ini disbeut concessio.
2. Sedang kalau rakyat itu secara mutlak tunduk kepada penguasa
atau raja yang mereka pilih itu dan hak untuk membuat
peraturan atau undang-undang itu ada pada tangan raja, maka
kekuasaan yang mereka serahkan kepada raja itu tidak hanya
bersifat eksekutif melainkan juga bersifat konstitutif.
Penyerahan kekuasaan yang demikian ini disebut translatio.
Zaman Renaissance (abad XVI)
Niccolo Machiavelli (1469 – 1527)
 Menurut Machiavelli, seorang raja harus belajar supaya
menjadi orang tidak baik, harus sanggup tidak menepati janji.
Sebab yang melakukan demikian yang telah menghasilkan
hasil-hasil yang besar
 Orng seharusnya berjuang menggunakan kekerasan dan
kekuasaan seperti binatang-binatang dan tidak menggunakan
hukum. Seorang raja harus dapat menjadi binatang, kancil
dan singa sekaligus; merupakan kancil supaya ia tidak terjerat
dalam jaring orang lain dan merupakan singa supaya ia tidak
gentar mendengar raungan serigala.
 Ia menulis buku karangannya “I L Principe”.
artinya Sang Raja, yang dimaksudkan untuk
pedoman bagi raja dalam menjalankan
pemerintahannya agar dapat menjalankannya
dengan baik, untuk menyatukan kembali
negara Italia yang kacau dan terpecah-pecah.
Pemimpin negara harus mempunyai sifat
bagaikan seekor kancil dan seekor singa,
maksudnya orang yang cerdik pandai tetapi
sekaligus juga harus dapat bersikap keras,
kejam untuk kepentingan negara.
 Nicollo Machiaveli memisahkan secara tegas antara
azas kesusilaan dan kenegaraan, bahwa dalam
kenegaraan dapat saja tidak menghiraukan moral dan
kesusilaan bahkan pada saat tertentu negara akan
dirugikan apabila menghiraukan kesusilaan.
 Ajarannya lebih bersifat ilmu kenegaraan praktis, ia
memisahkan dengan tegas moral dan kesusilaan dari
ajaran kenegaraan karena moral dan kesusilaan adalah
suatu hal yang diharapkan sedangkan ketatanegaraan
adalah merupakan suatu kenyataan. Orang akan
binasa apabila lupa kenyataan yang sesungguhnya.
Ajarannya yang terkenal adalah ajaran Staats-raison
atau kepentingan negara
Thomas Morus (1478 – 1535)
Thomas Morus lahir di London, mrupakan putera seorang hakim.
Pikirannya dituangkan dalam dua buah buku “utopia”
 Buku pertama menggambarkan tentang kesukaran-kesukaran
kenegaraan dan sosial di Inggris dan masanya. Kaum bangsawan
yang menganggur mengisap rakyatnya. Rakyat kehilangan mata
penghidupan.
 Buku kedua menggambarkan negara yang dikhayalkan oleh
Thomas Morus, bahwa keadaannya di Utopia lain. Seorang
utopos telah membuat penduduk aslinya yang biadab menjadi
suatu nasion. Maka muncullah 54 kota yang indah. Pusatnya ialah
kota Amaurotum. Ia adalah negara pertanian letak Aumorotum
banyak persamaan dengan kota london
Utopia ini dianggap sebagai gugatan secara
diam-diam terhadap hasrat keluarga raja
Tudor yang memerintah di Inggris untuk
mencapai kekuasaan absolut di lapangan
kenegaraan
Jean Bodin (1530 – 1595)
 Buku karangannya yang terkenal adalah “Lex Six
Livres de la Republique” dan “Heptaplomeres” . Jean
bodin hidup dalam sistim pemerintahan absolut dan
kekuasaan absolut telah berlangsung lama pada
sistim ketatanegaraan prancis. Dalam bukunya ia
memberi dasar yuridis kekuasaan absolut dari raja. Ia
juga menyatakan sependapat dengan Machiaveli
tentang tujuan negara adalah adanya kekuasaan yang
kuat. Perbedaan pendapatnya dengan Machiaveli
terletak atas pengakuannya bahwa hukum itu
mengandung moral dan moral tidak boleh diabaikan.
 Negara dirumuskannya sebagai keseluruhan dari
keluarga dengan segala kepentingannya yang
dipimpin oleh akal dari seorang penguasa yang
berdaulat. Jadi ia sependapat dengan Aristoteles
bahwa keluarga adalah awal dari adanya negara.
Untuk memperkuat pendapatnya tentang negara
merupakan perwujudan kekuasaan maka ia
merumuskan kedaulatan. Kedaulatan adalah
kekuasaan tertinggi terhadap warga negara dan
rakyatnya tanpa ada suatu pembatasan apapun dari
undang-undang. Raja tidak terikat dari kekuasaan
undang-undang karena raja yang menetapkannya.
 Dari rumusan Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan
tertingggi untuk membuat undang-undang dalam suatu
negara yang sifatnya:
a.Tunggal, ini berarti hanya negaralah yang memiliki
kedaulatan itu, di dalam negara tidak ada kekuasaan lain
yang berhak membuat UU.
b.Asli, berarti bahwa kekuasaan itu tidak berasal dari
kekuasaan lain atau tidak diberikan oleh kekuasaan lain.
c. Abadi, berarti bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi
atau kedaulatan adalah negara, yang menurut pendapat
Jean Bodin negara itu adanya abadi. Tidak dapat dibagi-
bagi, berarti bahwa kedaulatan itu tidak dapat diserahkan
kepada orang atau badan lain baik sebahagian maupun
seluruhnya.
Aliran Monarchomachen

Istilah Monarkomaken dalam pengertian yang


umum berarti anti raja atau menentang raja. Tetapi
sesungguhnya pengertian ini adalah kurang tepat
sebab ajaran-ajaran dari para ahli pemikir tentang
negara dan hukum yang dimasukkan dalam
golongan kaum monarkomaken sama sekali tidak
anti atau melawan raja-raja, bahkan tidak anti atau
melawan sistem absolutisme pada umumnya,
melainkan yang ditentang atau dilawan itu adalah
eksesnya.
Hotman

Hotman pada tahun 1573 menerbitkan buku


karangannya yang diberi nama Pranco Gallia.
Dasar-dasar yang digunakan oleh Hotman
untuk menentang absolutisme bukanlah
dasar-dasar ajaran agama,melaikan dasar-
dasar ajaran sejarah. Jadinya ia bukanlah
seorang monarkomaken yang sebenarnya,
meskipun orang selalu menggolongkan ke
dalam pengertian itu.
Brutus :
Buku tulisan kaum monarkomaken yang
sesungguhnya, pertama-tama terbit pada
tahun 1579, nama bukunya Vindiciae contra
Tyrannos, (alat-alat hukum melawan tyranni).
Pengarangnya bersembunyi di belakang nama
Brutus, buku ini merupaan salah satu tinjauan
yang pinsipil tentang perlawanan terhadp raja-
raja yang mempunyai kekuasaan absolut.
Buchanan :
 Nama lengkapnya George Buchanan. Ia adalah seorang
Skot. Pada tahun 1579 ia menerbitkan bukunya De Jure
regni apud Scotos (Tentang kekuasaan raja pada bangsa
Skot). Buchanan hidup pada tahun 1506-1582. ia adalah
seorang pendidik, antara lain ia mendidik James, yang
kemudian menjadi raja di Skotlandia dan Inggris.
 Buchanan adalah seorang humanist. Pertama-tama ia
mencari perbedaan antara raja dengan tyran. Raja itu
adalah orang yang memegang pemerintahan, yang
memperoleh kekuasaannya itu dengan bantuan rakyat, dan
yang melaksanakan pemerintahannya atas dasar keadilan.
Jika tidak demikian, ia adalah seorang tyran. Dan ia boleh
dibunuh tanpa hukuman.
Mariana:
Nama lengkapnya Juan de mariana. Ia adalah seorang
sarjana dari spanyol. Pada tahun 1599 ia menerbitkan
bukunya De rege ac Regis Institusione (tentang hal raja
dan kedudukannya). Buku ini khusus ditujukan sebagai
pegangan dari raja Philip III yang memerintah di Spanyol.
Ajarannya banyak persamaannya dengan ajaran Buchanan,
terutama mengenai batas-batas kekuasaan raja dan
pembunuhan terhadap Tyran. Banyak pula persamaannya
dengan ajaran Niccolo Machiavelli, Cuma sifatnya agak
samar-samar. Sedang semangat daripada seluruh bukunya
menyatakan bahwa negara itu sebagai suatu masyarakat
lebih rendah kedudukannya daripada gereja dan tidak ada
sangkut pautnya sama sekali dengan kesusilaan.
Bellarmin
 Ia adalah seorang kardinal, hidup pada tahun 1542-1621. ia
adalah seorang kontroversialis. Filsafat negaranya bersifat
kontroversialis, karena sifat james yang membela pendirian
tentang kedaulatan Tuhan, yang kemudian mendapat perlawanan
dari kaum Jesuit dengan kedaulatan rakyatnya. Bellarmin
berpendapat bahwa sungguhpun monarki absolut adalah bentuk
pemerintahan yang paling baik dalam teri, akan tetapi karena
kekurangan-kekurangan daripada akhlak manusia telah
menyebabkan praktekny berlainan sekali.
 Buku karangan Bellarmin yang terkenal adalah Disputationes,
yang mengajarkan bahwa Paus tidak mempunyai kekuasaan
dalam lapangan keduaniawian, juga buku yang berjudul Tractatus
de Potestate Summi Pontivicus in Rebus Temporalibus tentang
kekuasaan Paus dalam lapangan keduniawian.
Francesco Suarez
 Ia juga seoang kontroversial. Ia seorang sarjana Spanyol, yang
hidup pada tahun 1548-1617. ajarannya ditulis dalam bukunya
Tractatus de Ligibus ac Deo Legislatore (uraian tentang
undang-undang dan Tuhan, pembentuk undang-undang).
Alirannya disebut sebagai pelopor dari Hugo de Groot. Karena
ia telah menciptakan hukum antar negara, dan memberikan
kemungkinan untuk dibangunnya kembali hukum alam. Ini
sesuai dengan pendapatnya bahwa tidak ada satu negara pun
yang dapat berdiri sendiri tanpa mengadakan hubungan dengn
negara-negara lain.
 Menurut Suarez, negara adalah gabungan dari pada orang-
orang yang merupakan suatu kesatuan karena perbuatan yang
berdasarkan kemauan atau karena persetujuan umum. Adanya
kedaulatan rakyat.
John Milton
Nama lengkapnya John Milton. Ia adalah
seorang penyair yang termasyhur. Ketika
hidunya ia mengalami masa pembunuhan raja
Charles I, dan karena pembelaan-
pembelaannya ia menjadi terkenal.
 
Johannes Alhtusius (Johan Althaus)
 Seorang monarkamaken yang Calvinis. Pada tahun 1610 ia
menerbitkan buku karangannya yang sangat terkenal, politica
Methodice Digesta (Susunan ketatanegaraan yang sistematis,
yang diperkuat dengan contoh-contoh dari sejarah biasa dan
sejarah suci). Ia hidup pada tahun 1568-1638.
 Dalam pendapatnya tentang terjadinya negara, Althusius
banyak persamaannya dengan pendapat Aristoteles, yaitu
yang mengatakan bahwa negara adalah merupakan kesatuan
keluarga dalam bentuknya yang tertinggi, dan yang
mempunyai tujuan yang beraneka macam, dengan secara
berangsur-angsur kesatuan itu berkembang dan akhirnya
mencapai bentuknya sebagai negara. Jadi ajarannya bersifat
organistis.
 Penguasa atau raja diangkat oleh rakyat untuk menjalankan uu,
pengangkatan tersebut dilakukan dalam suatu perjanjian, maka raja
terikat oleh perjanjian dengan rakyat untuk menjalankan uu,
sementara itu rakyat berjanji akan taat dan tunduk kepada penguasa
atau raja. Rakyat sebagai satu kesatuan boleh mengadakan
perlawanan terhadap raja yang betindak sewenang-wenang sebagai
seorang tyran. Di sinilah sifat monakomakis althusius terlihat dengan
jelas.
 Sifat calvinisnya terlihat pada pendapatnya yang mengatakan bahwa
negara seharusnya tidak hanya menyelenggarakan kepentingan
jasmani daripada para warga negaranya, tetapi juga kepentingan
rohani, agama, kesusilaan, pendidikan dan menetapkan peraturan
tentang tingkah laku manusia.
 Tentang bentuk negara althusius berpendapat
bahwa tidak ada bentuk negara yang lain kecuali
bentuk kedaulatan rakyat. Tetapi cara
pemerintahannya dapat berbeda-beda. Sebab
pemerintahan itu dapat dilaksanakan oleh satu
orang tunggal atau oleh suatu dewan. Di sampin
kepala negara atau raja selalu akan ada dewan yng
turut bertanggungjawab. Maka bentuk
pemerintahan adalah selalu bersifat campuran, dan
tidak pernah akan ada bentuk monarki, atau
aristokrasi, ataupun demokrasi sebagai bentuk yang
murni.
Zaman Berkembangnya Hukum Alam (abad
XVII – XVIII)
Grotius/Hugo de Groot (1583 – 1645)
 Ia pernah mengikuti perjalanan Oldenbarneveld ke
Perancis. Pada tahun 1619 dijatuhi hukuman seumur
hidup, karena ia menjadi penganut kaum
Remonstran, akan tetapi pada tahun 1621 ia dapat
melarikan diri dari Loevestein ke Perancis. Dalam
penjara itu ia telah mulai menulis buku karangannya
yang terkenal De Jure Belli an Pacis (Hukum perang
dan damai), yang kemudian setelah selesai
dipersembahkannya kepada raja Perancis Louis XII.
 Dengan bukunya itulah Grotius menjadi seorang ahli
pemikir besar tentang negara dan hukum, serta dianggap
sebagai peletak dasar pertama atau pelopor, bahkan
pencipta daripada hukum alam modern. Filsafat Grotius
tentang negara dan hukum adalah suatu usaha untuk
mengatasi segala perpecahan di lapangan agama, dengan
berdasarkan pada akal manusia yang berlaku umum. Tidak
hanya terbatas pada kaum Kristen saja,melainkan juga
berlaku untuk dan mengikat semua orang kafir dan atheis.
 Ajaran Grotius banyak diilhami oeh hukum alam zaman
kuno (Yunani Kuno-Aristoteles), kaum Stoa (Zeno), dan
Cicero, daripada dengan Thomas Aquinas dan Francesco
Suarez.
 Hukum alam menurut Grotius adalah segala ketentuan yang
benar dan baik menurut rasio dan tidak mungkin salah lagi pula
adil. Contohnya: Orang harus menghormati milik orang lain.
 Semua penganut hukum alam mengatakan bahwa negara itu
adanya atau terjadinya karena diselenggarakannya suatu
perjanjian. Penyebab orang menyelenggarakan perjanjian
adalah karena orang itu makhluk sosial, karena itu padanya
selalu ada hasrat untuk hidup bermasyarakat dan yang penting
ialah karena manusia mempunyai rasio. Karena faktor-faktor
inilah manusia hidup bermasyarakat untuk mencapai tujuan
ketertiban dan keamanan umum. Tugas ini diserahkan kepada
seorang raja dalam suatu perjanjian. Penyebab orang tunduk
pada perjanjian adalah karena hal itu baik dan benar menurut
rasio.
Thomas Hobbes (1588 – 1645)
 Sumbangan Thomas Hobbes dalam sejarah pemikiran
tentang negara dan hukum adalah suatu sistem
materialistis yang besar, termasuk juga peri kehidupan
organis dan rohaniah Artinya bahwa tujuan hidup, yaitu
kebahagiaan itu hanya dapat dicapai dengan cara
berlomba, dengan gerak.
 Alat-alat untuk dapat mencapai kebahagiaan adalah
kekuasaan, kekayaan, nama baik atau keagungan
pribadi dan kawan. Sedang kekuasaan terbesar untuk
kepentingan manusia adalah negara. Ajarannnya ditulis
dalam dua bukunya yang sangat terkenal, yaitu “De Cive
(tentang warga negara) dan leviathan (tentang negara).
 ajaran Thomas Hobbes berpokok pangkal pada
keadaan manusia sebelum adanya negara, jadi
masih dalam keadaan alamiah, di mana
manusia itu hidup dalam keadaan alam bebas
tanpa ikatan suatu apapun, dalam keadaan ini
mereka disebut manusia in abstrakto
 Manusia selalu saling bermusuhan, saling menganggap lawan,
dan saling merasa takut kalau-kalau manusia lain akan
mendahului dan akan mendapatkan lebih banyak pujian
daripada dirinya sendiri. Maka selalu terjadi perlawanan atau
peperangan seorang melawan seorang, seorang melawan
semua orang, semua orang melawan semua orang. Keadaan
ini lah yang disebut Bellum omnium contra omnes,
 Setiap orang selalu memperlihatkan keinginan-keinginannya
yang betul-betul bersifat egoistis. Jadi dalam keadaan itu tidak
ada pengertian adil dan tidak adil sama sekali, sedangkan yang
berlaku hanyalah nafsu-nafsu manusia saja. Sebab untuk
adanya keadilan harus ada peraturan yang mengatur serta
mengukur perbuatan manusia. Ini berarti harus adanya si
pembuat peraturan atau undang-undang, jadi berarti juga
harus ada negara.
 Keadaan bellum omnium contra omnes disebabkan oleh
bahwa manusia dalam keadaan in abstracto telah memiliki
sifat-sifat tertentu, yaitu:
1. Competitio, competition, persaingan. Ini berarti bahwa
manusia selalu berlomba untuk mengatasi manusia yang lain,
karena adanya rasa takut bahwa dia tidak akan mendapatkan
pujian. Dalam hal bersaing ini mereka dapat mempergunakan
cara apapun. Ini menimbulkan sifat yng kedua yaitu:
2.Defentio, defend, mempertahankan atau membela diri. Ini
berarti bahwa manusia itu tidak suka dikuasai atau diatasi oleh
orang lain. Karena manusia itu selalu mempunyai keinginan
untuk menguasai manusia yang lain, maka sifat membela diri
ini merupakan jaminan bagi keselamatannya. Ini menuju ke
3. Gloria. Ini adalah sifat keinginan dihormati, disegani, dan
dipuji
 Untuk terselenggaranya perdamaian menurut
Thomas Hobbes manusia mengadakan suatu
perjanjian, yang disebut perjanjian
masyarakat, untuk membentuk suatu
masyarakat dan selanjutnya negara. Di mana
setiap orang di dalam negara itu dapat bekerja
untuk memiliki sesuatu dan tidak selalu
terancam jiwanya.
Benedictus de Spinoza (1642 – 1677)

 Seorang sarjana Belanda. Bukunya yang


terpenting tentang negara dan hukum adalah
etika, yang disusun secara geometris, dan
Traktat teologis Politik. Menurutnya hukum
alam itu bukan suatu Sollen akan tetapi adalah
suatu Sein. Spinoza tidak mengatakan
bagaimana manusia itu seharusnya, tetapi
yang dinyatakan adalah bagaimana orang itu
dalam keadaan alam yang sewajarnya.
 Manusia baik waktu masih dalam keadaan alamiah maupun
sesuah bernegara, perbuatannya tidak semata-mata
berpedoman atau didasarkan pada ratio saja, akan tetapi
sebagian besar dari perbuatan manusia itu dipengaruhi oleh
hawa nafsunya. Malahan inilah yang memberi corak pada
perbuatan manusia.
 Tugas negara adalah menyelenggarakan perdamaian,
ketentraman dan menghilangkan ketakutan. Maka untuk
mencapai tujuan ini, warga negara harus mentaati segala
peraturan dan undang-undang negara, ia tidak boleh
membantah, meskipun peraturan atau undang-undang negara
itu sifatnya tidak adil dan merugikan. Sebab jika tidak demikian,
maka keadaan alamiah akan timbul kembali, jadi dengan
demikian kekuasan negara adalah mutlak terhadap warga
negaranya.
John Locke (1632 – 1704)
 Ajaran John Lokce tentang negara dan hukum
ditulis dalam bukunya yang terkenal, yaitu:
Two treatises on civil Government. Semula
tujuan dari aliran hukum alam adalah untuk
membatasi kekuasaan absolut dari negara
(Staats-absolutisme) yang diciptakan antara
lain oleh Niccolo Machiavelli dan John Bodin.
 John Lokce juga mendasarkan teorinya pada
keadaan manusia dalam alam bebas. Dan
memang menganggap bahwa keadaan alam
bebas atau keadaan alamiah itu mendahului
adanya negara, dan dalam keadaan itupun telah
ada perdamaian dan akal pikiran seperti halnya
dalam negara. Pendapatnya ini berbeda dengan
pendapat Thomas Hobbes, karena thomas
Hobbes menyatakan bahwa dalam keadaan
alamiah itu tidak ada aturan, tidak ada
perdamaian. Jadi keadaannya lain sekali dengan
keadaan negara.
 Menurut lokce dalam keadaan alam bebas
atau alamiah itu manusia telah mempunyai
hak-hak alamiah, yaitu hak-hak manusia yang
dimilikinya secara pribadi. Hak-hak alamiah
yang dimaksudkan itu adalah:
1. Hak akan hidup.
2. Hak akan kebebasan atau kemerdekaan.
3. Hak akan milik, hak akan memiliki sesuatu.
 Menurut kodratnya manusia sejak lahir telah
mempunyai hak-hak kodrat, hak-hak alamiah,
yang disebut hak-hak dasar atau hak-hak azasi.
Ini pun berbeda dengan pendapat Thomas
Hobbes yang berpendapat bahwa dalam keadaan
alam bebas manusia belum mempunyai hak apa-
apa, jadi menurut kodratnya manusia lahir tanpa
hak apa-apa, hak itu baru akan diperoleh
sesudah manusia itu hidup bernegara. Dalam
keadaan alam bebas itu, atau sejak manusia
dilahirkan menurut kodratnya baru memiliki
sifat-sifat dan bukan hak.
 Tugas negara adalah menetapkan dan
melaksanakan hukum alam. Hukum alam di
sini dalam pengertiannya yang luas, artinya
negara tidak hanya menetapkan dan
melaksanakan hukum alam saja, tetapi dalam
membuat peraturan-peraturan atau undang-
undang negara pun harus juga berpedoman
pada hukum alam. Ciri atau tanda hukum alam
ini adalah bahwa berlakunya hukum ini umum
dan sesuai dengan rasio
 Tugas negara adalah:
1. Membuat dan menetapkan peraturan. Negara
melaksanakan kekuasaan perundang-undangan,
legislatif.
2.Melaksanakan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini tugas negara tidak hanya
melaksanakan peraturan saja, tetapi juga mengawasi
pelaksanaan tersebut, eksekutif dan judikatif.
3.Kekuasaan mengatur hubungan dengan negara-
negara lain, federatif
Ketiga tugas inilah yang kemudian disebut Trias
politika yang disempurnakan oleh Montesquieu
dalam abad ke-18
 Dalam mebicarakan bentuk negara, John Lokce
mempergunakan kriteria pada siapa kekuasaan perundang-
undangan itu diserahkan. Negara dapat dibedakan menjadi:
1.Apabila kekuasaan perundang-undangan itu diserahkan
kepada satu orang saja, maka negara itu disebut monarki.
2.Apabila kekuasaan perundang-undangan itu diserahkan
kepada beberapa orang atau kepada suatu dewan, maka
negara ini disebut aristokrasi.
3.Apabila kekuasaan perundang-undangan diserahkan
kepada masyarakat seluruhnya atau rakyat, sedang
pemeirntah hanya melaksanakan saja, maka negara ini
disebut demokrasi.
Dalam abad ke-18, akal pikiran atau rasio
dipindahkan dari hal-hal yang abstrak ke hal-
hal yang konkrit, sepertinya hubungan yang
nyata antara negara dan hukum. Tokoh pada
abad XVIII adalah: Frederik Yang Agung (1712
– 1786); Montesquieu (1688 – 1755); David
Hume (1711 – 1766); J.J. Rousseau (1712 –
1778); Immanuel Kant (1724 – 1804):
Frederik Yang Agung (1712 – 1786)
 Frederik Yang Agung adalah Raja Prussia. Ia
juga mempunyai perhatian besar dalam
lapangan kesenian dan ilmu pengetahuan. Ia
adalah orang yang merasa paling tersinggung
oleh ajaran Niccolo Machiavelli, maka
ajarannya dalam banyak hal berisfat
menentang dan membantah ajaran Niccolo
Machiavelli, ajarannya ditulis dalam buku
karangannya Antimachiavelli.
 Pertentangan jiwa atau pertentangan ajaran atau pertentangan
cara berpikir antara Niccolo Machiavelli dengan Frederik Yang
Agung ini terjadi karena perbedaan keadaan yang dialami.
Berlainan dengan keadaan di Italia maupun di Perancis yang pada
waktu hidupnya Niccolo Machiavelli selalu mengalami kekacauan
dan perpecahan serta merosotnya akhlak sehingga kekusilaaan
tidak ada sama sekali dalam praktek ketatanegaraan dan hukum,
maka keadaan kehidupan di istana Prussia adalah sangat soleh
dan teratur di mana disingkirkan jauh-jauh semua nafsu dan
barang-barang mewah sehingga suasana dan keadaan menjadi
sedemikian tenang dan tentram dan yang demikian ini
memberikan banyak kemungkinan kepada orang untuk berpikir
tentang segala sesuatunya daripada dalam suasana dan keadaan
di mana orang hanya selalu mencari hiburan hati serta barang-
barang mewah dan mengumbar hawa nafsunya dengan tiada
mengenal batas.
 Di Prussia setiap orang diberi hak terhadap
rajanya dan tiap-tiap kesatuan diberi hak
untuk membuat peraturan sendiri. Hal yang
demikian ini tidak akan mungkin terjadi di
Perancis tanpa terlebih dahulu menggerakkan
suatu revolusi yang maha hebat.
Montesquieu (1688 – 1755)

 Ia ahli pemikir pertama tentang hukum dan


negara dari Perancis. Nama lengkapnya adalah
Charles Secondat baron de Labrede et de
Montesquieu. Ia adalah seorang sarjana hukum
yang otodidact, yaitu seorang yang dengan
pikiran dan tenaganya sendiri telah memperoleh
kemajuan terutama dalam lapangan ilmu
pengetahuan. Jabatannya yang pokok adalah
sebagai hakim Mahkamah di Bordeux.
 Ajarannya ditulis dalam buku-bukunya: Lettres
Persanes, berisi suatu kecaman yang tajam
terhadap keadaan agama, politik dan sosial di
Perancis. Bukunya yang lain adalah Grandeur
et decadence des Romains. Kemudian
bukunya yang sangat terkenal di seluruh dunia
tentang pemikiran negara dan hukum, Esprit
des Lois.
 Dalam bukunya Esprit des Lois,sifat ajarannya
adalah empiris-realistis berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang telah diperolehnya dari
perjalanannya tadi dan dari membaca buku-buku.
Seperti sarjana-sarjana lain pada umumnya, ia
berpendapat bahwa asas-asas daripada hukum
terletak pada alam, akan tetapi hal itu belum
berarti bahwa asas-asas itu dapat diketemukan
dengan akal pikiran yang abstrak. Asas-asas itu
terletak pada kejadian-kejadian dalam sejarah dan
selainnya itu dapat diketemukan dengan
mempelajari kejadian-kejadian tersebut.
 Kekuasaan negara dibagi atau dipisahkan
menjadi tiga, dan masing-maisng kekuasaan
itu dilaksanakan oleh suatu badan yang berdiri
sendiri, yaitu:
1. kekuasaan perundang-undangan, legislatif.
2. kekuasaan melaksanakan pemerintahan,
eksekutif, dan
3. kekuasaan kehakiman, yudikatif.
 Terkenal dengan ajaran Trias politika. Ajaran
ini diberi nama oleh Immanuel Kant. Apabila
kekuasaan negara dipisahkan secara tegas
menjadi tiga, ini akan menghilangkan
timbulnya tindakan yang sewenang-wenang
dari seorang penguasa, atau tegasnya tidak
memberikan kemungkinan dilaksanakannya
sistem pemerintahan absolutisme.
David Hume (1711 – 1766)
 David Hume (lahir 26 April 1711 – meninggal 25
Agustus 1776 pada umur 65 tahun) adalah filsuf
Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukkan
sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi
barat dan Pencerahan Skotlandia. Walaupun
kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada
tulisan filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat
pengakuan dan penghormatan. Karyanya The History
of England merupakan karya dasar dari sejarah Inggris
untuk 60 atau 70 tahun sampai Karya Macaulay
 Hume merupakan filusuf besar pertama dari
era modern yang membuat filosofi naturalistis
. Hume menolak kontrak sosial sebagai asal
mula pemerintah. Menurutnya, kesetiaan
pada pemerintah tidak didasarkan pada
kontrak sosial, melainkan pada pemahaman
kita secara umum bahwa masyarakat tidak
dapat dipertahankan tanpa sistem
pemerintahan.
 Hume sangat dipengaruhi oleh empirisis
John Locke dan George Berkeley, dan juiga
bermacam penulis berbahasa Perancis seperti
Pierre Bayle, dan bermacam figur dalam
landasan intelektual berbahasa Inggris seperti
Isaac Newton, Samuel Clarke,
Francis Hutcheson, Adam Smith, dan
Joseph Butler.
J.J. Rousseau (1712 – 1778)
 Jean Jacques Rousseau berasal dari Swiss. Ajarannya
tentang negara dan hukum ditulis dalam buku-bukunya:
Discours sur 1 inegalite parmi le hommes (tinjauan-
tinjauan tentang ketidaksamaan antara orang-orang).
Lettres ecrites de la montagne (surat-surat yang ditulis di
gunung-gunung). Dan bukunya yang terkenal ke seluruh
dunia Contrac Sosial (Perjanjian masyarakat).
 Rousseau di dalam ajaran filsafatnya telah memasukkan
unsur perasaan, sedang pada zaman sebelumnya, ajaran
tentang filsafat itu hanya disusun secara abstrak
rasional.
 Akibat diselenggarakannya perjanjian masyarakat adalah:
1. Terciptanya kemauan umum atau volunte generale,
yaitu kesatuan daripada kemauan orang-orang yang telah
menyelenggarakan perjanjian masyarakat tadi, inilah yang
merupakan kekuasaan tertinggi, atau kedaulatan.
2. Terbentuknya masyarakat, atau Gemeinschaft, yaitu
kesatuan daripada orang-orang yang menyelenggarakan
perjanjian masyarakat. Masyarakat inilah yang memiliki
kemauan umum, yaitu suatu kekuasaan tertinggi atau
kedaulatan yang tidak dapat dilepaskan. Oleh karena
itulah kekuasaan yang tertinggi tadi, atau kedaulatan
disebut kedaulatan rakyat.
 Kekuasaan ini tidak boleh dipindahkan ke lain
tangan, atau tidak dapat diserahkan baik secara
mutlak (seluruhnya), maupun sebagian. Jadi
kemauan umum atau kedaulatan itu tetap ada
pada masyarakat atau keseluruhan daripada
rakyat. Tetapi bukan rakyat secara perseorangan,
melainkan rakyat yang sudah berganti menjadi
suatu kesatuan yang disebut masyarakat.
Kekuasaan yang ada pada penguasa atau raja
sebagai suatu kekuasaan yang diwakilkan saja,
bukan kekuasaan asli. Jadi Raja bukanlah pemilik
kekuasaan.
Immanuel Kant (1724 – 1804)
 Immanuel Kant adalah seorang guru besar
Prusia dan juga seorang nasionalis. Ajaran
filsafatnya bersifat kritis yang menguraikan
tentang negara dan hukum. Pemikirannya
tentang negara dan hukum ditulis dalam
bukunya Metaphysische Anfangsriinde der
Rechtslehre (Azas-azas metaphisis dari imu
hukum).
 Menurut Kant, negara adalah suatu keharusan adanya,
karena negara harus menjamin terlaksananya kepentingan
umum di dalam keadaan hukum. Artinya negara harus
menjamin setiap warga negara bebas di dalam lingkungan
hukum. Bebas bukan berarti dapat berbuat semaunya
atau sewenang-wenang, tetapi semua perbuatannya itu
meskipun bebas harus sesuai dengan atau menurut apa
yang telah diatur dalam undang-undang, jadi harus
menurut kemauan rakyat, karena undang-undang itu
adalah merupakan penjelmaan daripada kemauan umum.
Kant menerima pendapat bahwa negara terjadi karena
perjanjian masyarakat, sama dengan Rousseau.
Kedaulatan ada pada rakyat dan kemauan umum
menjelma dalam perundang-undangan negara.
Zaman Berkembanganya Teori Kekuatan/Kekuasaan

 Teori ini lahir dengan idak membenarkan premis hukum alam.


Sebab manusia meskipun masih dalam keadaan alam bebas,
keadaannya tidak seperti yang digambarkan oleh Thomas Hobbes
atau oleh John Lokce yang seolah-olah menurut alam manusia itu
hidupnya berdiri sendiri, karena di mana-mana selamanya manusia
hidup dalam suatu kesatuan meskipun sangat kecil.
 Teori kekuatan juga berpokok pangkal pada manusia dalam
keadaan alam bebas, manusia in abstrakto, seperti halny teori
hukum alam. Tetapi gambarannya tentang keadaan berbeda.
Menurut teori kekuatan manusia dalam keadaan alamiah sudah
selalu hidup berkelompok. Jadi satu sama lain sudah saling
mengadakan hubungan, walaupun pada waktu itu masih dalam
keadaan promissoiteit. Keadaan di mana belum ada lembaga
perkawinan.
 Menurut ajaran teori kekuatan kelompok manusia
yang terkecil dalam keadaan alamiah adalah
keluarga. Keluarga terdiri dari seorang ibu ditambah
dengan anak-anaknya. Sebagaimana manusia adalah
makhluk hidup. Siapa yang kuat dialah yang
berkuasa. Yang dimaksud dengan kekuatan adalah
kekuatan jasmani, kekuatan pisik.
 Kalau keluarga telah berkembang menjadi
masyarakat, dan akhirnya negara. Maka bekas-bekas
daripada kekuasaan yang asli ini masih terbawa.
Sehingga pada akhirnya dia itulah yang tetap
berkuasa di dalam masyarakat atau negara tadi
F. Oppenheimer (1864 – 1943)
Bukunya Die Sache, mengatakan bahwa negara
merupakan suatu alat dari golongan yang kuat
untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat, yang
oleh golongan yang kuat tadi dilaksanakan kepada
golongan yang lemah, dengan maksud untuk
menyusun dan membela kekuasaan ari golongan
yang kuat tadi, terhadap orang-orang baik dari
dalam maupun dari luar, terutama dalam sistem
ekonomi. Sedangkan tujuan terakhir dari semuanya
ini adalah penghisapan ekonomis terhadap
golongan yang lemah oleh golongan yang kuat.
Karl Marx (1818 – 1883)
Negara merupakan penjelmaan daripada
pertentangan kekuatan ekonomi. Negara
digunakan sebagai alat dari mereka yang kuat
untuk menindas golongan-golon gan yang lemah
ekonominya. Yang dimaksud dengan orang yang
kuat atau golongan yang kuat adalah mereka yang
memiliki alat-alat produksi. Negara menurut Marx
akan lenyap dengan sendirinya kalau di dalam
masyarakat itu sudah tidak terdapat lagi
perbedaan-perbedaan kelas dan pertentangan-
pertentangan ekonomi.
H.J. Laski
Bukunya The State in Theory and Practice dan
pengantar ilmu politika. Dia mengatakan
bahwa negara itu adalah merupakan suatu
alat pemaksa, atau Dwang Organizatie, untuk
melaksanakan dan melangsungkan suatu jenis
sistem produksi yang stabil, dan pelaksanaan
sistem produksi ini semata-mata akan
menguntungkan golongan yang kuat, yang
berkuasa.
Leon Duguit
 Bukunya berjudul Traite d Droit Constitusionel, memberikan
keterangan tentang pelajaran hukum dan negara yang semata-mata
bersifat realistis. Dia tidak mengakui adanya hak subyektif atas
kekuasaan, juga menolak ajaran yang mengatakan bahwa negara
dan kekuasaan itu adanya atas kehendak Tuhan, ditolaknya juga
ajaran perjanjian masyarakat tentang terjadinya negara dan
kekuasaan.
 kebenaran itu bersifat mutlak, adalah bahwa le plu forts, orang-
orang yang paling kuat, memaksakan kemauannya kepada orang-
orang lain yang dianggapnya lemah. Orang-orang yang paling kuat
itu dapat mendapatkan kekuasaan dan memerintah disebabkan
karena beberapa faktor. Faktor-faktor itu ialah tidak lain karena
mereka memiliki keunggulan dalam lapangan pisik, ekonomi,
kecerdasan, agama, dan sebagainya. Bahkan nanti dalam negara
modern politik sangat menentukan.
Zaman Berkembangnya Teori Positivisme

Perkembangan teori positivisme ini dibagi ke


dalam tiga fase, yaitu fase pertama yang
merupakan tumbuhnya dipelopori oleh K.F.
von Gerber dan Paul Laband (1838 – 1918);
Fase kedua diwakili oleh Bluntschli dan George
Jellinek; dan Fase ketiga yang diwakili oleh
Hans Kelsen;
Fase pertama: K.F. von Gerber dan Paul
Laband (1838 – 1918)
 K.F. von Gerber dan Paul Laband adalah tokoh yang mejadi
pelopor tumbuhnya aliran Deutsche Publisizten Schule.
Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap hukum romawi
dan hukum alam.
 Reaksi terhadap hukum Romawi yang menghendaki agar
cara menjalankan hukum publik janganlah disesuaikan
dengan cara yang dilakukan terhadap hukum perdata. Hal
ini berarti bahwa bagi hukum publik sewajarnya mencari
objek dan metode tersendiri yang serasi dengan sifat-sifat
hukum publik, sehingga hukum publik akan dijadikan ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri.
• Positivisme sama artinya dengan relatif. Dalam
kaitannya dengan hukum muncul konsep hukum
positif (positief recht), hukum itu relatif, tidak
terdapat hukum yang bersifat abadi dan langgeng
seperti hukum alam. Hal ini disebabkan karena
berlainannya waktu, tempat, keadaan, dan
bangsa. Atas dasar inilah, von Gerber dan Paul
Laband berusaha mencari konstruksi dan sistem
sendiri bagi hukum publik. Mereka menemukan
suatu metode penyelidikan yang disebut
rechtsdogmatisch.

Fase Kedua: Bluntschli dan George Jellinek

 Bluntschli adalah seorang mahaguru dalam mata


kuliah ilmu negara di Universitas Heidelberg Jerman
dan Sedangkan George Jellinek adalah murid dari
Bluntschli.
 George Jellinek termasuk paham kedua dari
perkembangan positivisme, pandangan terhadap
negara tidak semata-mata nur yuridis saja, akan
tetapi juga memperhatikan faktor-faktor non yuridis.
Oleh karena itulah muridnya Hans Kelsen
menamakannya dengan metode sinkretis
Fase Ketiga: Hans Kelsen

 Berasal dari Austria yang kemudian menjadi warga negara


Amerika. Bukunya antara lain, Allegemeine Staatslehre,
terbit pada tahun 1925, dan Der Soziologische und der
juritische Statesbegriff terbit pada tahun 1922. Ia
mendirikan sekolah Wiena.
 Menurut Hans Kelsen bahwa ilmu negara itu harus
menarik diri atau melepaskan pemikirannya secara
prinsipil dari tiap-tiap percobaan untuk menerangkan
negara serta bentuk-bentuknya secara kausal atau sebab
musabab yang bersifat abstrak. Dan mengalihkan
pembicaraanya atau pemikirannya secara yuridis murni.
 tiap-tiap negara hanya dapat dipelajari dan dipahami
di dalam setiap hukumnya itu sendiri. Ursprungsnorm
dari tiap-tiap negara telah menetapkan dan
membatasi konstruksi atau bentuknya.
 pertanyaan tentang timbulnya atau adanya
Ursprungsnorm adalah masalah atau persoalan yang
sifatnya meta yuridis, ini tidak termasuk dalam
lapangan atau objek Ilmu Negara, melainkan masuk
dalam lapangan atau objek pembicaraan Filsafat
Hukum. Jadi ilmu hukum tidak perlu lagi mencari
dasar negara, kelahiran negara untuknya hanya
merupakan suatu kenyataan belaka, yang tidak dapat
diterangkan dan ditangkap dalam sebutan yuridis.
 Negara identik dengan hukum, namun negara
juga terikat oleh hukum. Negara itu adalah
Zwangs Ordnung, suatu tertib hukum, atau
suatu tertib masyarakat yang bersifat
memaksa.
Zaman Berkembangnya Teori Modern
Menurut teori modern, kalau hendak
menyelidiki dan mempelajari negara, maka
baiklah negara itu dianggap saja sebagai suatu
fakta atau suatu kenyataan, yang terikat pada
keadaan, tempat, dan waktu. Harus disadari
terlebih dahulu negara itu ditinjau dari segi
apa. Sebab tergandung dari segi
penyelidikannya ini akan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda-beda tentang
pengertian, bentuk serta hakekat negara
R. Kranenburg
 Negara itu pada hakekatnya adalah suatu organisasi
kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia
yang disebut bangsa. Terlebih dahulu harus ada
sekelopkm manusia yang mempunyai kesadaran untuk
mendirikan suatu organisasi, dengan tujuan untuk
memelihara kepentingan kelompok tersebut. Maka yang
primer atau yang lebih dahulu harus ada adalah
kelompok manusia, sedangkan negara adalah sekunder,
artinya adanya itu menyusul kemudian dan adanya hanya
dapat kalau berdasarkan atas suatu kelompok manusia
yang disebut bangsa.
 Pendapat Kranenburg dikuatkan dengan alasan-alasan
bahwa pada zaman modern tercatat formasi-formasi
kerjasama internasional, atau antara bangsa-bangsa,
misalnya PBB, di sini yang menjadi anggota itu adalah
negara-negara, tetapi mengapa tidak disebut dengan
istilah perserikatan negara-negara melainkan disebut
perserikatan bangsa-bangsa. Bukan United States,
melainkan united nations. Hal ini menunjukkan bahwa
menurut pandangan modern, bangsa itu menjadi dasar
daripada negara . jadi bangsa lah yang primer yag harus
ada terlebih dahulu, baru kemudian menyusul adanya
negara (sekunder).
 Bangsa itu adalah bangsa dalam arti ethnologis, seperti
bangsa Jawa, Sunda, dayak, dan sebagainya.
Logemann
 Negara itu pada haekatnya adalah suatu organisasi
kekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok
manusia yang kemudian disebut bangsa. Jadi pertama-
tama negara itu adalah suatu organisasi kekuasaan,
maka organisasi ini memiliki suatu kewibawaan, atau
gezag. Dapat memaksakan kehendaknya kepada
semua orang yang diliputi oleh organisasi itu. Yang
primer itu adalah organisasi kekuasaannya yaitu
negara. Sedangkan kelompok manusianya adalah
sekunder. Organisai menciptakan bangsa, maka
bangsa inilah yang tergantung pada organisasi. Bangsa
dalam artian rakyat dari suatu negara.
Teori-teori tentang Asal Mula Negara
Teori-teori tentang asal mula negara dapat
dimasukkan ke dalam dua golongan besar,
yaitu: (1) teori-teori yang spekulatif; dan (2)
teori yang historis (evolusionistis). Teori-teori
yang spekulatif antara lain adalah teori
perjanjian masyarakat, teori teokratis
(ketuhanan), teori kekuatan, teori patriarkhal
dan matriarkhal, teori organis, teori daluwarsa,
dan teori idealistis (alamiah). Sedangkan
golongan yang kedua adalah teori yang historis.
Teori Perjanjian Masyarakat
 Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak sosial
menganggap perjanjian sebagai dasar negara dan
masyarakat. Negara dan masyarakat yang dibentuk
berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat
adalah teori asal mula negara yang ditemukan dalam
tulisan-tulisan sepanjang zaman. Teori perjanjian
masyarakat adalah teori tertua dan terpenting
mengenai asal mula negara. Teori tersebut juga
bersifat universal, karena ditemukan dalam tulisan-
tulisan sarjana barat maupun timur.
 Pembahasan tentang asal mula negara atas dasar teori
perjanjian masyarakat dimulai dari zaman Yunani Purba.
Karena pada saat itu timbul suatu pemerintahan yang
demokratis di mana setiap orang bebas menyatakan hasil
pikirannya dan isi hatinya
 Indikasi yang menunjukkan bahwa sejak masa Yunani Purba
telah muncul teori perjanjian masyarakat sebagai teori yang
menunjukkan asal mula negara di antaranya adalah:
a. Menurut Sokrates, negara merupakan suatu susunan yang
objektif bersandarkan kepada sifat dan hakikat manusia yang
bertugas untuk melaksanakan dan menerapkan hukum-hukum
yng objektif, memuat keadilan bagi umum. Negara bukan
suatu organisasi yang dibuat untuk manusia demi kepentingan
diri pribadi dan tidak hanya melayani kebutuhan para
penguasa negara yang saling berganti-ganti orangnya.
b. Plato dalam bukunya yang berjudul Republik (buku II) menguraikan
semacam perjanjian untuk membentuk negara. Menurut Samidjo,
dengan demikian Plato termasuk penganut teori perjanjian masyarakat
C. Berdasarkan pendapat Aristoteles dapat diketahui bahwa terjadinya
negara karena penggabungan keluarga menjadi suatu kelompok besar,
kemudian kelompok besar itu bergabung lagi hingga menjadi suatu
desa. Kemudian desa-desa itu bergabung lagi hingga timbul negara
yang sifatnya masih merupakan kota atau polis
d. Menurut Epicurus, asal mula negara merupakan hasil dari perbuatan
manusia. Negara diciptakan untuk melaksanakan kepentingan
anggota-anggotanya. Negara tidak mempunyai dasar kehidupan
sendiri. Manusialah sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat
yang mempunyai dasar-dasar kehidupan yang mandiri dan merupakan
realita.

 
 Sarjana-sarjana terkenal yang membahas teori
perjanjian masyarakat adalah Thomas Hobbes,
John Locke, J.J. Rousseau, dan Immanuel Kant.
Teori Ketuhanan (Teocratie)

Pengaruh teori ketuhanan dimulai pada abad


pertengahan (abad V sampai dengan abad
XV). Para sarjana yang menganut teori
ketuhanan adalah Augustinus, Thomas
Aquinas, Dante Alighieri, dan Marsilius. Prinsip
yang dianut tentang asal mula negara
menurut teori ketuhanan adalah bahwa
negara berasal dari kehendak Tuhan.
Teori Kekuasaan/Kekuatan
Menurut teori ini, negara terbentuk karena ada
kekuasaan dan kekuatan. Hal ini diketahui dari
berbagai pendapat berikut ini :
 Manusia perseorangan adalah makhluk yang
pasif dalam segenap peristiwa historis,
kehidupan kerohaniaannya ditentukan oleh
kehendak golongan belaka. Negara tidak lain
daripada “eine organisation der herrschaft einer
minoritat uber en majoritat” (negara bersandar
pada penaklukan yang lemah oleh yang kuat
 Orang yang lebih baik telah memperoleh kekuasaan
yang lebih besar daripada yang kurang baik, maka
disitulah hukum. Demikian juga orang yang lebih kuat
terhadap orang yang lemah. Sudah sewajarnya orang
yang memiliki kemampuan dan berhasil mengumpulkan
kekuasaan berhak memegang pimpinan negara, sedang
warga yang lain harus tunduk karena mereka tidak
memiliki kualitas untuk berkuasa (Kallikles).
 Raja yang pertama ialah pahlawan yang menang
(Voltaire)
 Kelas pemenang produksi menghisap kelas lainnya.
Bentuk lain daripada penghisap itu adalah negara dan
pemerintahan (Marx)
 Negara merupakan suatu alat dari golongan yang
kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat.
Pelaksanaannya diterapkan oleh golongan yang
kuat terhadap yang lemah dengan maksud untuk
menyusun dan membela kekuasaan golongan yang
kuat (F. Oppenheimer).
 Dapat dipahami bahwa menurut teori kekuatan,
siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Kekuatan itu
maksudnya adalah kekuatan jasmani dan kekuatan
fisik. Penganut teori kekuasaan berpendapat
bahwa asal mula kekuasaan disebabkan adanya
keunggulan kekuatan dari yang lainnya.
Teori Patriarkhal dan Matriarkhal
 Teori ini bertitik tolak dari paham bahwa negara merupakan
perkelompokan suku. Kondisi ini dipengaruhi oleh
perkembangan sejarah yang menurut konsep evolusi
masyarakat manusia yang dikemukakan Wilken, semua bangsa
di muka bumi berkembang dan berevolusi. Menurutnya,
manusia pada awalnya hidup tanpa ikatan, belum ada yang
disebut dengan keluarga inti di masa itu
 Pada perkembangan selanjutnya manusia akan hubungan ibu
dan anak-anaknya sebagai suatu kelompok keluarga inti dalam
masyarakat. Karena anak-anak lebih dekat dengan ibunya, tidak
mengenal ayahnya, maka ibulah yang menjadi kepala keluarga
sehingga dikenallah stelsel persekutuan yang disebut
matriarkhal. Garis keturunan ditarik dari garis ibu.
 Berikutnya, laki-laki tidak puas dengan keadaan
ini sehingga mulai mengambil calon istri mereka
dari kelompok lain dan membawa gadis-gadis
itu ke kelompok mereka sendiri. Keturunan
yang dilahirkan tetap tinggal dalam kelompok
laki-laki. Timbullah kelompok keluarga yang
dipimpin oleh ayah (disebut dengan istilah
patriarkhal). Setelah itu, terjadi perkembangan
bahwa dalam keluarga, anak-anak berhubungan
langsung dengan anggota keluarga ayah dan ibu
sehingga muncullah susunan keluarga parental.
 Perkembangan seperti yang diilustrasikan di
atas, pada tahap lambat laun akan melahirkan
kesatuan etnis yang besar dan membentuk
suku sampai terbentuk semacam
pemerintahan yang disentralisir. Selanjutnya
pemerintahan suku meluas sehingga menjadi
persekutuan-persekutuan etnis yang bercorak
tagam dan inilah benih-benih pertama dari
negara
Teori Organis
 Tinjauan teori organis tentang asal mula negara
menggunakan konsep biologis yang melukiskan negara
dengan istilah-istilah ilmu alam. Negara dipersamakan
dengan makhluk-makhluk hidup seperti manusia. Individu
merupakan komponen-komponen negara dianggap sebagai
sel-sel dari makhluk hidup tersebut.
 Gambarannya seperti yang diungkapkan oleh Nicholas
bahwa negara disamakan dengan anatomi makhluk hidup
bahwa pemerintah dapat disamakan dengan tulang kerangka
manusia, undang-undang disamakan dengan urat syaraf, raja
disamakan dengan kepala dan para individu sebagai
dagingnya. Fisiologi negara disamakan dengan fisiologi
makhluk hidup yang mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan dan kematian. Menurut catatan Samidjo,
teori ini hanya dapat bertahan sampai abad XIX.
Teori Daluwarsa
Teori daluwarsa (prescriptive possession
theory) dikenal juga sebagai doktrin
legitimisme. Teori ini mengungkapkan bahwa
raja bertahta bukan karena kekuasaan
berdasarkan hak-hak ketuhanan melainkan
berdasarkan kebiasaan raja dan negara timbul
karena adanya milik yang sudah lama ada yang
kemudian melahirkan hak milik. Raja bertahta
karena hak milik itu yang didasarkan atas
hukum kebiasaan.
Teori Alamiah (Natural Theory)
Asal mula negara menurut teori alamiah
adalah ciptaan alam. Kodrat manusia
membenarkan adanya negara, karena manusia
adalah makhluk politik (zoon politicon) yang
kemudian menjadi makhluk sosial. Karena
kodrat itulah manusia ditakdirkan untuk hidup
bernegara. Tokoh yang dianggap menggagas
teori ini adalah Aristoteles.
Teori Idealistis
Dasar dari pemahaman teori idealistis adalah pemikiran
tentang negara sebagaimana negara itu “seharusnya
ada”. Negara itu sebagai “idea.” Negara memiliki
kemauan sendiri, kepentingan sendiri dan nilai-nilai
moralitas sendiri. Menentang kekuasaan negara tidak
pernah dapat dibenarkan. Bapak teori ini adalah
Immanuel Kant (1724-1804), ia memandang negara
sebagai kesatuan yang mistis dan bersifat supra natural.
Termasuk pelopor idealisme adalah G.W.F. Hegel (1770-
1831) yang sangat konsekuen dalam idealismenya.
Menurut Hegel, negara merupakan organisme
berdasarkan kesusilaan dan hanya negara yang memberi
kemerdekaan kepada manusia. Negara adalah kekuatan
tertinggi dan mempunyai kekuasaan tertinggi di dunia.  
Teori Historis
Teori ini didasari oleh perkembangan hukum dalam
sejarah (historische rechts schule). Ahli yang
membangkitkan aliran ini adalah Friedrich Carl Von
Savigny (1779-1861), seorang yang berkebangsaan
Jerman. Pendapat von Savigny berawal pada
kenyataan bahwa masyarakat bangsa (rakyat) dan
tiap-tiap masyarakat bangsa mempunyai “volksgeist”
(jiwa rakyat) masing-masing. Jiwa rakyat tersebut
berbeda-beda menurut tempat dan zaman. Oleh
karenanya, isi hukum ditentukan oleh sejarah
masyarakat manusia tempat hukum itu berlaku.
 
Teori tentang Pertentangan Kelas
 Menurut teori pertentangan kelas, negara baru ada
setelah masyarakat terbagi dalam kelas-kelas yang
bertentangan. Jadi, di dalam masyarakat yang
sederhana dan komunis belum ada negara.
Pertentangan kelas dimulai ketika terjadinya
pemilikan perseorangan atas alat-alat produksi,
sehingga menimbulkan dua kelas dalam
masyarakat. Dua kelas tersbut adalah kelas pemilik
alat-alat produksi dam kelas yang tidak memiliki
alat-alat produksi
 Kelas yang memiliki alat-alat produksi belum
merasa aman dengan kelebihannya dalam
bidang ekonomi. Untuk mempertahankan
kedudukannya dan untuk menggiatkan
pemerasannya atas kelas yang tidak memiliki
alat-alat produksi dibentuklah satu organisasi
dalam bidang politik yang dilengkapi oleh
kekuasaan dan alat-alatnya, yaitu negara.
Penganut teori ini adalah Karl Marx (1818-
1883) dan Harold Laski (1893-1950).

Anda mungkin juga menyukai