Perihal asal mula negara secara substansial sesungguhnya membahas teori-teori mengenai
bagaimana timbulnya negara atau bagaimana terjadinya negara. Dalam memetakan teori-teori
terbentuknya negara, maka sistematika periodesasi kesejarahan dari masa ke masa menjadi
pilihan yang bijak untuk mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mengenai terbentuknya negara.
4. Zaman Renaissance
Zaman kelahiran kembali, tokohnya antara lain Niccolo Machiavelli, Thomas Morus, Jean
Bodin, dan beberapa orang dari aliran Monarchomachen. Berdasar pada situasi Italia saat itu, yang
terpecah belah, Machiavelli menyatakan bahwa diperlukan sebuah negara dengan sistem
pemerintahan yang terpusat agar suatu negara terhindar dari kehancuran. Ajaran Machiavelli ini
merupakan awal mula logika bernegara berdasarkan kepentingankepentingannya.
Thomas Morus, seorang Inggris, menulis sebuah roman kenegaraan yang berjudul De optimo
rei publicae statu deque nova insula utopia (tentang susunan pemerintahan yang paling baik dan
tentang pulau yang tidak dikenal yang dinamakan negara antah berantah, atau dengan singkat
disebut Utopia). Karangan ini sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan masalah pemikiran
tentang negara dan hukum, karena buku tersebut bersifat roman kenegaraan. Meskipun begitu, isi
buku ini menggambarkan keadaan yang kemudian mengilhami Thomas Morus menciptakan model
negara ideal menurut khayalannya. Akhirnya diketahui bahwa negara model dalam Utopianya
Thomas Morus merupakan kritikan tajam terhadap ketidakadilan di Inggris pada waktu itu,
terhadap kaum feodal, kaum bangsawan dan terutama secara diam-diam merupakan gugatan
kepada hasrat keluarga raja Tudor yang pada waktu itu memerintah di Inggris untuk mencapai
kekuasaan absolut dalam lapangan ketatanegaraan.
Pemikir hebat lainnya pada massa ini adalah Jean Bodin, menurut Bodin mengatakan bahwa
negara dibentuk haruslah absolute secara hukum (kekuasaan absolute yang berdasarkan hukum),
karena negara adalah pemegang kekuasaan tertinggi terhadap para warga negara. Dengan
kekuasaan negara yang kuat warga negara akan merasa aman dan tertib.
Ada lagi yang disebut aliran Monarchomachen, yang secara harfiah berarti “pembantah raja”
atau “anti raja”. Aliran ini menentang absolutism raja-raja yang juga berakibat pada lapangan
keagaaman atau kepercayaan. Raja-raja dapat menentukan agama apa yang harus dianut rakyatnya.
Hal ini menimbulkan penolakan terhadap teori kenegaraan yang berdasarkan atas dalil-dalil
agama. Pandangan tentang negara dan hukum yang bersifat teologis tidak memuaskan lagi.
8. Teori Modern
Tokohnya antara lain R.Kranenburg dan Logemann. R.Kranenburg menyebutkan bahwa
negara itu pada hakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok
manusia yang juga disebut bangsa dengan tujuan memelihara kepentingan dari kelompok tersebut.
Logemann mengatakan bahwa negara pada hakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang
meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang disebut bangsa.
Pengelompokan Teori Asal mula Negara
Secara garis besar teori tentang asal mula negara dapat dikelompokkan dalam dua kelompok :
1) Teori yang bersifat spekulasi, yang terdiri dari teori Ketuhanan, Teori Kekuatan, dan Teori
Juridis
2) Teori yang bersifat Historis sosiologis, disebut juga sebagai teori evolusi.
Teori Ketuhanan
Yaitu suatu teori yang menganggap bahwa asal mula negara dan kekuasaan seorang penguasa
adalah semata-mata berasal dari Tuhan. Pelopor teori ini antara lain Agustinus, Thomas Aquino,
dan Frederick Julius Sthal Teori Ketuhanan (teokrasi) pada prinsipnya mengandung 3 pokok
masalah : Negara itu dibentuk dibawah kuasa Tuhan; Kekuasaan seorang Raja adalah atas
pemberian Tuhan; Mereka menganggap bahwa tidak ada kedaulatan selain kedaulatan Tuhan
Teori Kekuatan
Maksudnya, kekuatan menjadi sumber dan pencipta negara, negara dilahirkan karena
pertarungan kekuatan dimana yang paling kuat yang akan merupakan pemenang dan sekaligus
pembentuk negara. Faktor kekuatan itu juga dapat berupa kekuatan ekonomi dan kekuatan otak.
Tokoh dari teori kekuatan antara lain : Ludwig gunplowitz, Karl Marx, H.j.Laski, dan
Machiavelli. Beberapa pandangan dari teori kekuatan diantaranya: Negara adalah suatu
organisasi dari kekuasaan yang kuat untuk menindak organisasi yang lemah Negara adalah alat
kaum kapitalis yang menguasai alat-alat produksi Negara adalah organisasi pemaksa
Teori Juridis
Teori juridis di bagi dalam beberapa teori, yakni teori patrialchal, teori matrialchal, teori
patrimonial, dan teori perjanjian masyarakat. Teori patrialchal maksudnya, bahwa pemimpin
pertama dari manusia itu adalah semula dari seorang bapak yang merupakan kepala keluarga
kecil, yang kemudian akan menjadi keluarga yang lebih besar yang akhirnya membentuk suatu
masyarakat, dan masyarakat membentuk suatu negara dengan garis bapak sebagai pimpinan
Sedangkan teori matrialchal hampir sama dengan teori patrialchal, hanya garis ibu yang
menentukan Sedangkan teori patrimonial juga hampir sama dengan teori diatas, namun yang
menentukan adalah garis ibu dan bapak.
Terjadinya Negara
Terjadinya negara di bagi dalam 2 tahap, tahap 1 terjadinya negara secara primer dan tahap 2
secara sekunder.
Perkembangan negara secara Primer melalui 4 tahap, yakni :
1. GEMEINSCAFT atau GENOSSENSCAFT adalah suatu bentuk negara yang terdiri dari
perkelompokan orang-orang yang menggabungkan diri untuk memenuhi kepentingan
bersama dan didasarkan pada persamaan. Bentuknya masih sederhana, belum terorganisir,
organ-organ seperti parlemen, kepala negara belum ada. Disini yang nampak ialah unsur
masyarakat paguyuban. Kedudukan antara individu sama dan segala sesuatu diusahakan
bersama secara gotong royong. Yang memimpin dalam masyarakat yang homogen ini ialah
siapa yang dianggap paling kuat (Primus Interpares). Disinilah pertama kali bentuk dari
negara yang paling sederhana sekali, titik tolaknya ialah “unsur rakyat”
2. REICH atau RIJK, bentuk yang kedua ini lebih baik dari bentuk yang pertama. Bentuk
negara yang sederhana sudah mulai berkembang dengan mulai terlihat adanya pusat-pusat
kekuasaan, dimana diantara pemegang kekuasaan yang satu dengan yang lain mulai
bertentangan, disini siapa yang memegang kekuasaan berdaulat. Dalam tahap ini masih
belum ada pemerintahan yang tetap. Titik berlakunya adalah unsur “Pemerintahan yang
berdaulat”.
3. STAAT, yakni pengertian negara sekarang ini dimana unsur konstitutif (unsur pembentuk)
dari suatu negara sudah terpenuhi, serta pusat kekuasaan hanya ada satu. Dalam bentuk
“staat” ini unsur rakyat dan unsur pemerintah sudah pasti, dan unsur pemerintahan yang ada
tidak bersaing lagi. Disini batas-batas dari daerah sudah ditentukan. Dalam staat ini masih
banyak sekali adanya negara bukan atas kehendak rakyat, tetapi dipaksakan oleh penguasa
dengan adanya paksaan tersebut maka timbul gerakan-gerakan rakyat, gerakan tersebut
merupakan “Natie” untuk melepaskan tekanan-tekanan dari orang-orang yang berkuasa.
4. DEMOKRATIE NATIE, atau negara-negara nasional adalah hasil dari bentuk staat. Disini
perkembangan negara bukan secara historis, akan tetapi secara kewajaran dan
berkembangnya tersebut adalah karena tingkat peradaban/kecerdasan yang sudah meningkat
dan maju. Perkembangan negara semacam ini disebut perkembangan secara Prima, dan
perkembangan bentuk negara ini hanya sampai pada bentuk Demokratie natie, sedangkan
adanya Diktatur hanya merupakan variasi dari Demokratie natie dan timbulnya diktatur
tersebut adalah antara lain karena adanya keputusan-keputusan negara yang diambil secara
cepat tanpa menghiraukan kepentingan masyarakat yang lain.