Anda di halaman 1dari 43

Teori Terbentuknya Negara

Pendekatan faktual (primer), berdasarkan kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi (sudah menjadi 
pengalaman sejarah).

1. Occupatie: pendudukan suatu wilayah yang semula tidak bertuan oleh sekelompok manusia/ suatu
bangsa yang kemudian mendirikan negara di wilayah tersebut. Contoh: Liberia yang diduduki
budak-budak Negro yang dimerdekakan pada tahun 1847.
2. Separatie: Suatu wilayah yang semula merupakan bagian dari negara tertentu, kemudian
memisahkan diri dari negara induknya dan menyatakan kemerdekaan. Contoh: Belgia pada tahun
1839 melepaskan diri dari Belanda.
3. Fusi: beberapa negara melebur menjadi satu negara baru. Contoh: pembentukan Kerajaan Jerman
pada tahun 1871.
4. Inovatie: Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian di atas bekas wilayah negara itu timbul negara(-
negara) baru. Contoh: pada tahun 1832 Colombia pecah menjadi negara-negara baru, yaitu
Venezuela dan Colombia Baru (ingat pula negara-negara baru pecahan dari Uni Sovyet!).
5. Cessie: penyerahan suatu daerah kepada negara lain. Contoh: Sleeswijk diserahkan oleh Austria
kepada Prusia (Jerman).
6. Accessie: bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang timbul
dari dasar laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu ketika telah
memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara.
7. Anexatie: penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di wilayah itu
setelah 30 tahun tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.
8. Proklamasi: pernyataan kemerdekaan yang dilakukan setelah keberhasilan merebut kembali wilayah
yang dijajah bangsa/ negara asing. Contoh: Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pendekatan teoritis (sekunder), yaitu dengan menyoal tentang bagaimana asal mula terbentuknya negara
melalui metode filosofis tanpa mencari bukti-bukti sejarah tentang hal tersebut (karena sulit dan bahkan tak
mungkin), melainkan dengan dugaan-dugaan berdasarkan pemikiran logis.

Teori Kenyataan

Timbulnya suatu negara merupakan soal kenyataan. Apabila pada suatu ketika unsur-unsur negara (wilayah,
rakyat, pemerintah yang berdaulat) terpenuhi, maka pada saat itu pula negara itu menjadi suatu kenyataan.

Teori Ketuhanan

Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak-
Nya. Friederich Julius Stahl (1802-1861) menyatakan bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui
proses evolusi, mulai dari keluarga, menjadi bangsa dan kemudian menjadi negara. “Negara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan karena perkembangan dari dalam. Ia tidak tumbuh
disebabkan kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan,” katanya.

Demikian pada umumnya negara mengakui bahwa selain merupakan hasil perjuangan atau revolusi,
terbentuknya negara adalah karunia atau kehendak Tuhan. Ciri negara yang menganut teori Ketuhanan dapat
dilihat pada UUD berbagai negara yang antara lain mencantumkan frasa: “Berkat rahmat Tuhan …” atau “By
the grace of God”. Doktrin tentang raja yang bertahta atas kehendak Tuhan (divine right of king) bertahan
hingga abad XVII.
 

Teori Perjanjian Masyarakat

Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara, manusia hidup sendiri-sendiri dan
berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan
mudah terjadi di mana pun dan kapan pun. Tanpa peraturan, kehidupan manusia tidak berbeda dengan cara
hidup binatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes: Homo homini lupusdan Bellum omnium
contra omnes. Teori Perjanjian Masyarakat diungkapkannya dalam buku Leviathan. Ketakutan akan kehidupan
berciri survival of the fittest itulah yang menyadarkan manusia akan kebutuhannya: negara yang diperintah oleh
seorang raja yang dapat menghapus rasa takut.

Demikianlah akal sehat manusia telah membimbing dambaan suatu kehidupan yang tertib dan tenteram. Maka,
dibuatlah perjanjian masyarakat (contract social). Perjanjian antarkelompok manusia yang melahirkan negara
dan perjanjian itu sendiri disebut pactum unionis. Bersamaan dengan itu terjadi pula perjanjian yang
disebut pactum subiectionis, yaitu perjanjian antarkelompok manusia dengan penguasa yang diangkat
dalam pactum unionis. Isi pactum subiectionis adalah pernyataan penyerahan hak-hak alami kepada penguasa
dan berjanji akan taat kepadanya.

Penganut teori Perjanjian Masyarakat antara lain: Grotius (1583-1645), John Locke (1632-1704), Immanuel
Kant (1724-1804), Thomas Hobbes (1588-1679), J.J. Rousseau (1712-1778).

Ketika menyusun teorinya itu, Thomas Hobbes berpihak kepada Raja Charles I yang sedang berseteru dengan
Parlemen. Teorinya itu kemudian digunakan untuk memperkuat kedudukan raja. Maka ia hanya
mengakui pactum subiectionis, yaitu pactum yang menyatakan penyerahan seluruh haknya kepada penguasa dan
hak yang sudah diserahkan itu tak dapat diminta kembali. Sehubungan dengan itulah Thomas Hobbes
menegaskan idealnya bahwa negara seharusnya berbentuk kerajaan mutlak/ absolut.

John Locke menyusun teori Perjanjian Masyarakat dalam bukunya Two Treaties on Civil


Government bersamaan dengan tumbuh kembangnya kaum borjuis (golongan menengah) yang menghendaki
perlindungan penguasa atas diri dan kepentingannya. Maka John Locke mendalilkan bahwa dalam pactum
subiectionis tidak semua hak manusia diserahkan kepada raja. Seharusnya ada beberapa hak tertentu (yang
diberikan alam) tetap melekat padanya. Hak yang tidak diserahkan itu adalah hak azasi manusia yang terdiri:
hak hidup, hak kebebasan dan hak milik. Hak-hak itu harus dijamin raja dalam UUD negara. Menurut John
Locke, negara sebaiknya berbentuk kerajaan yang berundang-undang dasar atau monarki konstitusional.

J.J. Rousseau dalam bukunya Du Contract Social berpendapat bahwa setelah menerima mandat dari rakyat,
penguasa mengembalikan hak-hak rakyat dalam bentuk hak warga negara (civil rights). Ia juga menyatakan
bahwa negara yang terbentuk oleh Perjanjian Masyarakat harus menjamin kebebasan dan persamaan. Penguasa
sekadar wakil rakyat, dibentuk berdasarkan kehendak rakyat (volonte general). Maka, apabila tidak mampu
menjamin kebebasan dan persamaan, penguasa itu dapat diganti.

Mengenai kebenaran tentang terbentuknya negara oleh Perjanjian Masyarakat itu, para penyusun teorinya
sendiri berbeda pendapat. Grotius menganggap bahwa Perjanjian Masyarakat adalah kenyataan sejarah,
sedangkan Hobbes, Locke, Kant, dan Rousseau menganggapnya sekadar khayalan logis.

Teori Kekuasaan
Teori Kekuasaan menyatakan bahwa negara terbentuk berdasarkan kekuasaan. Orang kuatlah yang pertama-
tama mendirikan negara, karena dengan kekuatannya itu ia berkuasa memaksakan kehendaknya terhadap orang
lain sebagaimana disindir oleh Kallikles dan Voltaire: “Raja yang pertama adalah prajurit yang berhasil”.

Karl Marx berpandangan bahwa negara timbul karena kekuasaan. Menurutnya, sebelum negara ada di dunia ini
telah terdapat masyarakat komunis purba. Buktinya pada masa itu belum dikenal hak milik pribadi. Semua alat
produksi menjadi milik seluruh masyarakat. Adanya hak milik pribadi memecah masyarakat menjadi dua kelas
yang bertentangan, yaitu kelas masyarakat pemilik alat-alat produksi dan yang bukan pemilik. Kelas yang
pertama tidak merasa aman dengan kelebihan yang dimilikinya dalam bidang ekonomi. Mereka memerlukan
organisasi paksa yang disebut negara, untuk mempertahankan pola produksi yang telah memberikan posisi
istimewa kepada mereka dan untuk melanggengkan pemilikan atas alat-alat produksi tersebut.

H.J. Laski berpendapat bahwa negara berkewenangan mengatur tingkah laku manusia. Negara menyusun
sejumlah peraturan untuk memaksakan ketaatan kepada negara.

Leon Duguit menyatakan bahwa seseorang dapat memaksakan kehendaknya terhadap orang lain karena ia
memiliki kelebihan atau keistimewaan dalam bentuk lahiriah (fisik), kecerdasan, ekonomi dan agama.

Teori Hukum Alam

Para penganut teori hukum alam menganggap adanya hukum yang berlaku abadi dan universal (tidak berubah,
berlaku di setiap waktu dan tempat). Hukum alam bukan buatan negara, melainkan hukum yang berlaku
menurut kehendak alam.

Penganut Teori Hukum Alam antara lain:


 Masa Purba: Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM)
 Masa Abad Pertengahan: Augustinus (354-430) dan Thomas Aquino (1226-1234)
 Masa Renaissance: para penganut teori Perjanjian Masyarakat
Menurut Plato, asal mula terjadinya negara adalah karena:


 adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam sehingga menyebabkan mereka
harus bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup;
 manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa berhubungan dengan manusia lain
dan harus menghasilkan segala sesuatu yang bisa melebihi kebutuhannya sendiri untuk
dipertukarkan;
 mereka saling menukarkan hasil karya satu sama lain dan kemudian bergabung dengan
sesamanya membentuk desa;
 hubungan kerja sama antardesa lambat laun menimbulkan masyarakat (negara kota).
Aristoteles meneruskan pandangan Plato tentang asal mula terjadinya negara. Menurutnya, berdasarkan
kodratnya manusia harus berhubungan dengan manusia lain dalam mempertahankan keberadaannya dan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan itu pada awalnya terjadi di dalam keluarga, kemudian berkembang
menjadi suatu kelompok yang agak besar. Kelompok-kelompok yang terbentuk dari keluarga-keluarga itu
kemudian bergabung dan membentuk desa. Dan kerja sama antardesa melahirkan negara kecil (negara kota).

Maka, jika digambarkan, terbentuknya negara menurut Aristoteles adalah sebagai berikut:
 

Augustinus dan Thomas Aquino mendasarkan teori mereka pada ajaran agama. Augustinus menganggap


bahwa negara (kerajaan) yang ada di dunia ini adalah ciptaan iblis (Civitate Diaboli), sedangkan Kerajaan
Tuhan (Civitate Dei) berada di alam akhirat. Gereja dianggap sebagai bayangan Civitate Dei yang akan
mengarahkan hukum buatan manusia kepada azas-azas Kristen yang abadi. Sedangkan Thomas Aquino
berpendapat bahwa negara merupakan lembaga alamiah yang lahir karena kebutuhan sosial manusia. Negara
adalah lembaga yang bertujuan menjamin ketertiban dalam kehidupan masyarakat, penyelenggara kepentingan
umum, dan penjelmaan yang tidak sempurna dari kehendak masyarakatnya.

Teori Hukum Murni

Menurut Hans Kelsen, negara adalah suatu kesatuan tata hukum yang bersifat memaksa. Setiap orang harus taat
dan tunduk. Kehendak negara adalah kehendak hukum. Negara identik dengan hukum.

Paul Laband (1838-1918) dari Jerman memelopori aliran yang meneliti negara semata-mata dari segi hukum.
Pemikirannya diteruskan oleh Hans Kelsen (Austria) yang mendirikan Mazhab Wina. Hans Kelsen
mengemukakan pandangan yuridis yang sangat ekstrim: menyamakan negara dengan tata hukum nasional
(national legal order) dan berpendapat bahwa problema negara harus diselesaikan dengan cara normatif. Ia
mengabaikan faktor sosiologis karena hal itu hanya akan mengaburkan analisis yuridis. Hans Kelsen dikenal
sebagai pejuang teori hukum murni (reine rechtslehre), yaitu teori mengenai mengenai pembentukan dan
perkembangan hukum secara formal, terlepas dari isi material dan ideal norma-norma hukum yang
bersangkutan. Menurut dia, negara adalah suatu badan hukum (rechtspersoon, juristic person), seperti halnya
NV, CV, PT. Dalam definisi Hans Kelsen, badan hukum adalah “sekelompok orang yang oleh hukum
diperlakukan sebagai suatu kesatuan, yaitu sebagai suatu person yang memiliki hak dan kewajiban.” (General
Theory of Law and State, 1961). Perbedaan antara negara sebagai badan hukum dengan badan-badan hukum
lain adalah bahwa negara merupakan badan badan hukum tertinggi yang bersifat mengatur dan menertibkan.

Teori Modern

Teori modern menitikberatkan fakta dan sudut pandangan tertentu untuk memeroleh kesimpulan tentang asal
mula, hakikat dan bentuk negara. Para tokoh Teori Modern adalah Prof.Mr. R. Kranenburg dan Prof.Dr. J.H.A.
Logemann.
Kranenburg mengatakan bahwa pada hakikatnya negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan
sekelompok manusia yang disebut bangsa. Sebaliknya, Logemann mengatakan bahwa negara adalah suatu
organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa. Perbedaan
pandangan mereka sesungguhnya terletak pada pengertian istilah bangsa. Kranenburg menitikberatkan
pengertian bangsa secara etnologis, sedangkan Logemann lebih menekankan pengertian rakyat suatu negara dan
memperhatikan hubungan antarorganisasi kekuasaan dengan kelompok manusia di dalamnya.

Menurut Georg Jellinek pun, terjadinya negara dapat dilihat secara primer dan sekunder dengan pembahasan
yang agak berbeda sebagai berikut:

a)  Terjadinya negara secara primer melalui empat tahap:


Persekutuan masyarakat (genootschap)

Tahap ini merupakan suatu masa ketika masyarakat hidup dalam suatu kelompok dengan kedudukan yang sama.
Mereka bergabung dalam kelompok untuk kepentingan bersama dan didasarkan pada persamaan. Untuk
mengurus kepentingan mereka, dipilihlah seorang yang terkemuka di antara mereka (primus inter pares) yang
diberi wewenang memimpin menurut adat istiadat.

Kerajaan (rijk)

Primus inter pares dari suatu persekutuan lambat laun menguasai pula kelompok-kelompok lain sebagai akibat
dari kemenangannya dalam pertentangan antarkelompok. Berkat kekuasaannya itu ia menjadi raja.

Negara (staat)

Pada masa kerajaan, sudah ada pemerintah pusat, tetapi belum mampu mengurus dan mengendalikan
pemerintah daerah-daerah taklukannya. Karena itu raja kemudian bertindak sewenang-wenang untuk
menyebarkan kewibawaannya di seluruh daerah yang dikuasainya dan menyatukan semuanya dalam suatu
pemerintahan absolut. Kesatuan kewibawaan itu melahirkan negara.

Negara demokrasi (democratische natie)

Negara demokrasi lahir sebagai reaksi terhadap kekuasaan raja yang sewenang-wenang. Pada masa ini, rakyat
yang menyadari kedaulatannya bertindak merebut kekuasaan pemerintahan dari raja. Untuk mencegah
kembalinya kekuasaan absolut, rakyat membentuk undang-undang yang menjamin hak-hak rakyat dan
membatasi kekuasaan raja.

Diktatur (dictatuur)

Diktatur adalah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pilihan rakyat yang kemudian berkuasa secara
mutlak. Istilah Kranenburg untuk diktatur adalah autokrasi, sedangkan Otto
Koelreuter menyebutnya autoritaire fuhrerstaat.

Ada dua kelompok pendapat yang berlainan tentang diktatur. Kelompok pertama berpendapat bahwa diktatur
merupakan perkembangan lebih lanjut dari negara demokrasi, sedangkan kelompok lainnya menganggap
diktatur sebagai variasi atau penyelewengan dari negara demokrasi.

Diktatur dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

 diktatur legal (legale dictatuur), yaitu suatu pemerintahan yang dipegang oleh seseorang dalam suatu
masa tertentu untuk mengatasi keadaan bahaya yang mengancam negara;
 diktatur nyata (feitelijk dictatuur) atau diktatur ilegal yang terjadi dalam keadaan negara masih
berstatus negara demokrasi;
 diktatur partai (party dictatuur), yaitu diktatur yang didukung oleh satu partai politik saja (misalnya:
Partai Fascis di Italia pada masa Mussolini dan Partai Nazi di Jerman pada masa Hitler);
 diktatur proletar (proletare dictatuur), yaitu diktatur yang didukung oleh kaum proletar (buruh dan
petani kecil). Dalam diktatur proletariat ini kekuasaan negara dipegang oleh sekelompok pemimpin
Partai Komunis yang menganggap dirinya sebagai wakil dari golongan proletar.
b)  Terjadinya negara secara sekunder:
Terjadinya negara secara primer membicarakan bagaimana kelompok atau persekutuan masyarakat yang
sederhana berkembang menjadi suatu negara. Sedangkan terjadinya negara secara sekunder membicarakan
bagaimana terbentuknya negara baru yang dihubungkan dengan pengakuan dari negara lain.

Pengakuan dari negara lain dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengakuan de facto dan pengakuan de jure.
Pengakuan de facto adalah pengakuan menurut kenyataan bahwa di suatu wilayah telah berdiri suatu negara.
Pengakuan ini bersifat sementara karena masih perlu dilakukan penelitian mengenai prosedur terjadinya negara
tersebut berdasarkan hukum yang berlaku. Pengakuan de facto dapat meningkat menjadi pengakuan de
jure (menurut hukum) setelah persyaratan hukum berdirinya suatu negara baru dipenuhi. Pengakuan de
jure yang bersifat tetap dan seluas-luasnya biasa diberikan kepada negara baru setelah pemerintahannya relatif
stabil.

1) Teori Organis

Tokoh: Herbert Spencer, F.J. Schmittenner, Constantin Frantz, dan Bluntschi.

Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme, selayaknya makhluk hidup. Individu
yang menjadi komponen negara diibaratkan sebagai sel-sel makhluk hidup itu. Fisiologi negara sama dengan
makhluk hidup yang mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan dan kematian.

2) Teori Anarkhis

3) Teori Mati Tuanya Negara


 Faktor Alam: suatu negara dapat lenyap secara alamiah, misalnya karena gunung meletus,
tenggelamnya pulau atau bencana alam lain. Lenyapnya suatu wilayah berarti lenyapnya negara
dari percaturan dunia.
 Faktor Sosial: suatu negara yang sudah diakui negara-negara lain suatu ketika dapat lenyap
antara lain karena: terjadinya revolusi (kudeta yang berhasil), penaklukan, persetujuan,
penggabungan
Pengertian Negara dan Teori
Terbentuknya Negara
Apa itu negara? Pengertian negara sebelumnya dalam artikel pengertian
negara dan unsurnya, akan ditambahkan dan dijelaskan tentang teori
terbentuknya negara.

Pengertian Negara
Dalam KBBI di tuliskan bahwa Negara dapat berarti sebuah organisasi dan
dapat pula berarti kelompok sosial yang terorganisir. Pengertian negara
dalam KBBI dijelaskan bahwa sebuah organisasi yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang saat dan ditaati oleh rakyatnya dan juga sebagai kelompok
sosial yang menduduki wilayah ataupun daerah tertentu yang diorganisasi di
bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif.

Menurut Kraneburk bahwa pengertian negara adalah organisasi yang timbul


karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri (organization
arising due the will of a group or his own people). Senada akan hal itu,
menurut George Wilhelm Fredrich Hegel, bahwa pengertian negara adalah
suatu organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan
individual dan kemerdekaan universal (a decency organization that appears
as a synthesis of individual freedom and universal freedom).

Menurut Soenarko, negara adalah suatu organisasi kekuasaan masyarakat


yang memiliki daerah tertentu dimana kekuasaan negara berlaku
sepenuhnya sebagai sovereign. Kemudian dalam buku Dasar Dasar Ilmu
Politik Mirriam Budiardjo dikatakan bahwa pengertian negara adalah suatu
daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang
berhasil menuntut dari warganya ketaatan pada perundang undangan
melalui penguasaan kontrol dari kekuasaan yang sah.
Setelah beberapa pengertian negara diatas, learniseasy.com, kemudian akan
menjelaskan tentang proses terbentuknya negara atau teori terbentuknya
negara.

Pada teori terbentuknya negara, terdapat dua jenis yaitu secara teoritis dan
berdasarkan sejarah yang ada.

Pengertian negara dan teori terbentuknya


negara

Teori Terbentuknya Negara Secara Teoritis


Apa yang dimaksud dengan teoritis? Terbentuknya negara secara teoritis
adalah anggapan para ahli pada wilayah hukum dan tata negara tentang
terbentuknya negara. Bukan murni berdasarkan keadaan faktual yang terjadi
di lapangan akan tetapi hasil pemikiran tentang bagaimana asal mula
terbentuknya negara.

Terdapat tiga teori terjadinya negara yaitu teori hukum alam, teori
ketuhanan dan teori perjanjian. Berikut penjelasannya:

1. Teori hukum alam adalah teori awal tentang terbentuknya suatu


negara. Teori ini menurut sejarah ada pada zaman Plato dan
Aristoteles. Menurut teori ini, terjadinya negara adalah hal yang
natural atau alami. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan hukum
alam, begitupun dengan negara. Teori pembentukan negara ini juga
didasari atas kecenderungan manusia untuk selalu bersosial,
berkumul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan
hidupnya.
2. Teori kedua terbentuknya negara adalah teori ketuhanan. Teori
ketuhanan adalah teori yang ada saat agama agama besar telah
tersebar ke dunia ini contohnya Islam dan Kristen. Teori ini sesuai
namanya tentu saja dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan
berdasarkan itulah, teori ketuhanan terbentuknya negara didasari
anggapan bahwa negara terbentuk atas dasar keinginan Tuhan.
Berdasar terhadap kepercayaan bahwa segala sesuatu berawal dari
Tuhan dan berjalan sesuai kehendaknya. Paham dan teori ini
diajukan oleh beberapa ahli seperti Freidericch Julius Stahl, Thomas
Aquinas, dan Agustinus. Paham ini, sesuai dengan ketentuannya,
Tuhan yang menciptakan negara sehingga negara dianggap
penjelmaan kekuasaan Tuhan. Hal ini mengakibatkan paham bahwa
raja atau penguasa adalah pilihan Tuhan untuk memerintah
sehingga raja memiliki kekuasaan mutlak pada suatu negara atau
kerajaan, contohnya saja Inggris Raya pada zaman kerajaan.
3. Teori ketiga terbentuknya negara adalah teori perjanjian. Teori
perjanjian ada atas reaksi terhadap kedua teori sebelumnya. Atas
dasar apa? Atas dasar kedua teori yang ada sebelumnya tidak
mampu menjelaskan asal dan bagaimana terbentuknya negara.
Selain itu, teori ini merupakan bentuk perlawanan atas kekuasaan
raja ataupun penguasa yang menganggap memiliki kekuasaan
mutlak akibat kepercayaan sebagai titisan Tuhan. Teori perjanjian
ini ada dimasa abad pencerahan dan dipelopori oleh ahli ahli seperti
Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, dan Montesquieu.
Berdasarkan teori perjanjian, negara ada semata mata akibat
perjanjian antarmanusia. Menurut teori ini, negara merupakan
wujud perjanjian masyarakat sebelum bernegara dan kemudian
menjadi masyarakat bernegara.  Hal ini senada dengan pengertian
negara oleh Jean Bodin bahwa negara adalah bentuk persekutuan
keluarga dengan segala kepentingannya.

Ditambahkan oleh Jellinek bahwa terdapat dua tahap terbentuknya negara


yaitu primer dan sekunder. Tahap primer terbentuknya negara adalah
tentang bagaimana negara tumbuh mulai dari persekutuan atau kelompok
masyarakat yang sederhana hingga menjadi negara yang modern.
Menurutnya terdapat 4 tahapan primer terbentuknya negara yaitu:

a. Persekutuan Masyarakat / Kelompok sosial


b. Kerajaan
c. Negara
d. Negara demokrasi

Lalu apa itu perkembangan negara secara sekunder? Ini merupakan


terbentuknya negara baru yang memiliki unsur deklaratif seperti dijelaskan
sebelumnya pada unsur unsur negara.

Lalu bagaimana proses terbentuknya negara sesuai sejarah atau di zaman


modern ini? Berikut beberapa proses yang ada.

Terjadinya Negara di Zaman Modern


Menurut hal ini, negara tidak terbentuk akibat teori teori diatas, melainkan
dengan cara cara atau proses proses terbentuknya negara yang ada dibawah
ini:

a. Penaklukan atau occupatie


b. Peleburan atau fusi
c. Pemecahan
d. Pemisahan diri
e. Perjuangan atau revolusi
f. Penyerahan/Pemberian dan
g. Pendudukan atas wilayah yang belum memiliki pemerintahan atau
explore tapi memiliki penduduk.

Penaklukan merupakan terbentuknya negara pada daerah atau wilayah


kosong yang dikuasai. Hal ini terjadi pada Liberia yang diambil ali oleh para
bekas budak negro orang Amerika yang selanjutnya Liberia dimerdekakan
pada tahun 1847.
Peleburan adalah penggabungan dua negara atau lebih menjadi suatu negara
baru yang berdaulat contohnya saja, di Eropa yaitu Jerman Barat dan Jerman
Timur yang kemudian bergabung menjadi satu negara yaitu Jerman.

Pemecahan adalah terbentuknya suatu negara negara baru akibat negara


lama pecah sehingga negara yang lama hilang atau tidak ada lagi. Masih
ingat Yugoslavia, sekarang Yugoslavia terpecah menjadi Negara Bosnia,
Montenegro, dan Serbia. Masing ingat Negara adidaya Uni Soviet yang
kemudian pecah menjadi banyak negara baru salah satunya Rusia. Contoh
lain akhir akhir ini yaitu Cekoslovakia yang akhirnya pecah menjadi Ceko dan
Slovakia.

Pemisahan diri atau separation merupakan terbentuknya suatu negara akibat


suatu bagian wilayah ingin memisahkan diri dari suatu pemerintahan
sehingga membentuk negara baru, akan tetapi hal ini berbeda dengan
pemecahan. Dalam pemisahan diri, negara yang lama tetap ada. Contohnya
negara India, yang dulunya merupakan daerah yang cukup besar kemudian
terjadi pemisahan beberapa wilayah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh.

Perjuangan atau Revolution adalah suatu wilayah yang belum memiliki


negara akan tetapi berpenduduk dan kemudian di jajah dan selanjutnya
mengadakan perlawanan atau revolusi sehingga membentuk negara baru.
Contohnya negara kita Indonesia. Indonesia pada awalnya tidak ada, akan
tetapi Belanda dan penjajah lain masuk dan menghancurkan kerajaan
kerajaan yang ada dan kemudian menjajah kita. Terbentuklah dasar
penyatuan kepulauan Indonesia, kemudian hadir Jepang yang menjajah lagi.
Pada akhirnya para pejuang dan kaum revolusioner membentuk Negara
Indonesia yang berdaulat sebagai NKRI.

Penyerahan atau pemberian kemerdekaan banyak terjadi pada negara


negara bekas jajahan suatu kolonial seperti Inggris dan Prancis. Contohnya
Kongo yang dimerdekakan oleh Prancis.

Pendudukan wilayah adalah terbentuknya suatu negara akibat terjadinya


eksplorasi ke suatu wilayah yang berpenghuni akan tetapi tidak memiliki
pemerintahan, contohnya Australia yang dihuni oleh suku Aborigin yang
kemudian bangsa Inggris masuk dan membentuk koloni koloni
menjadikannya negara Australia.

. Teori Ketuhanan

Penganut teori ini adalah F.Y. Stahl, Kranenburg, Thomas Aquino, Haller, dan
Agustinus. Lewat teori ini, para ahli berpendapat bahwa segala sesuatu terjadi atas
kehendak Tuhan. So, terbentuknya suatu negara juga bisa terjadi atas kehendak
Tuhan. Bukti nyata teori ini dapat dilihat dalam kalimat 'by the Greece of God'
(dengan rahmat Tuhan) pada undang-undang dasar suatu negara, seperti
Pembukaan UUD 1945.

2. Teori Kekuasaan

Nah, yang ini beda dari teori pertama. Kalau menurut para ahli yang mendukung hal
ini, negara bisa terbentuk karena adanya kekuasaan. Kekuasaan berarti perjuangan
hidup yang terkuat, memaksakan kemauannya kepada yang lemah. Kekuasaan
yang dimaksud ada 2, yaitu fisik dan ekonomi.

3. Teori Perjanjian

Menurut teori ini, negara bisa ada karena perjanjian masyarakat. Semua warga
mengadakan perjanjian untuk mendirikan suatu organisasi yang melindungi dan
menjamin kelangsungan hidup bersama. So, nggak ada paksaan untuk bernegara
dalam teori ini. Penganut teori ini adalah Thomas Hobbes, John Locke, J.J.
Rousseau, dan Montesquieu.

4. Teori Hukum Alam

Pada teori ini, negara dianggap terjadi karena faktor alamiah, sama seperti waktu
seseorang lahir atau meninggal. Negara terjadi secara alamiah dengan bersumber
dari manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderungan berkumpul dan
saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya. Penganut teori ini
adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.

5. Teori Kedaulatan
Ada 2 sub-teori yang berhubungan dengan kedaulatan, yaitu:

a. Teori kedaulatan negara, yaitu negara memegang kekuasaantertinggi untuk


menciptakan hukum demi mengatur kepentingan rakyat. Penganut teori ini adalah
Paul Laband dan Jellinek.
b. Teori kedaulatan hukum, yaitu hukum memegang peranan tertinggi dan
kedudukannya lebih tinggi dari negara. Penganut teori ini adalah Krabbe

TEORI TERBENTUKNYA SUATU NEGARA


TEORI TERBENTUKNYA NEGARA
TEORI TERBENTUKNYA NEGARA DAN UNSUR NEGARA

Negara adalah suatu organisasi dr sekelompok atau beberapa kelompok manusia yg bersama-
sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yg mengurus
tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
Teori terbentuknya Negara:
1. Teori hukum alam. Pemikiran pada masa plato dan aristoteles kondisi alam tumbuhnya
manusia berkembangnya Negara.
2. Teori ketuhanan (islam + Kristen) segala sesuatu adalah ciptaan tuhan.
3. Teori perjanjian. Manusia menghadapi kondisi alam dan timbullah kekerasan. Manusia
akan musnah bila ia tidak mengubah cara-caranya. Manusia pun bersatu utk mengatasi
tantangan dan menggunakan persatuan dlm gerak tunggal utk kebutuhan bersama.
Proses terbentuknya Negara di zaman modern. Proses tersebut dapat berupa penaklukan,
peleburan, pemisahan diri, dan pendudukan atas Negara atau wilayah yg blm ada
pemerintahan sebelumnya
Unsur Negara :
- Bersifat konstitutif. Berarti bahwa dalam Negara tsb terdapat wilayah yg meliputi udara,
darat, dan perairan(dalam hal ini unsur perairan tdk mutlak), rakyat atau masyarakat dan
pemerintahan yg berdaulat.
- Bersifat deklaratif. Sifat ini ditunjukan oleh adanya tujuan Negara, UUD, pengakuan dari
Negara lain baik secara de jure maupun de facto dan masuknya Negara dalam perhimpunan
bangsa2 mis PBB
Bentuk Negara: sebuah Negara dpt berbentuk Negara kesatuan dan Negara serikat
Bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya Negara merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. secara ringkas, proses tersebut adalah sebagai berikut :
a. perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
b. proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan
c. keadaan bernegara yg nilai2 dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur

Teori tentang asal mula atau teori terbentuknya Negara dapat dilihat dari dua segi, yakni : (a)
teori yang bersifat spekulatif, dan (b) teori yang bersifat evolusi.
a) Teori yang Bersifat Spekulatif
Teori yang bersifat spekulatif, meliputi antara lain : teori teokratis, teori perjanjian
masyarakat, dan teori kekuatan/ kekuasaan.

1. Teori Teokrasi (ketuhanan) menurut teori ketuhanan, segala sesuatu di dunia ini adanya
atas kehendak ALLOHU Subhanahu Wata’ala, sehingga negara pada hakekatnya ada atas
kehendak ALLOH. Penganut teori ini adalah Fiedrich Julius Stah, yang menyatakan bahwa
negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses bertahap mulai dari keluarga menjadi
bangsa dan negara.

2. Teori perjanjian masyarakat. Dalam teori ini tampi tiga tokoh yang paling terkenal, yaitu
Thomas Hobbes, John Locke dan J.J. Rousseau. Menurut teori ini negara itu timbul karena
perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu
sama lain tanpa ikatan kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar kepentingan bersama dapat
terpelihara dan terjamin, supaya ”orang yang satu tidak merupakan binatang buas bagi orang
lain” (homo homini lupus, menurut Hobbes). Perjanjian itu disebut perjanjian masyarakat
(contract social menurut ajaran Rousseau). Dapat pula terjadi suatu perjanjian antara daerah
jajahan, misalnya : Kemerdekaan Filipina pada tahun 1946 dan India pada tahun 1947. 

3. Teori kekuasaan/ kekuatan. Menurut teori kekuasaan/kekuatan, terbentuknya negara


didasarkan atas kekuasaan/kekuatan, misalnya melalui pendudukan dan penaklukan. 
Ditinjau dari teori kekuatan, munculnya negara yang pertama kali, atau bermula dari adanya
beberapa kelompok dalam suatu suku yang masing-masing dipimpin oleh kepala suku
(datuk). Kemudian berbagai kelompok tersebut hidup dalam suatu persaingan untuk
memperebutkan lahan/wilayah, sumber tempat mereka mendapatkan makanan. Akibat lebih
jauh mereka kemudian berusaha untuk bisa mengalahkan kelompok saingannya. Adagium
thomas Hobbes yang menyatakan ”Bellum Omnium Contra Omnes” semua berperang
melawan semua, kiranya tepat sekali untuk memotret kondisi mereka dalam persaingan untuk
memperebutkan sesuatu. Kelompok yang terkalahkan kemudian harus tunduk serta wilayah
yang dimilikinya diduduki dan dikuasai oleh sang penakluk, dan demikian seterusnya. 

b) Teori yang Bersifat Evolusi


Teori yang evolusi atau teori historis ini merupakan teori yang menyatakan bahwa lembaga –
lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan –
kebutuhan manusia. Sebagai lembaga sosial yang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan
– kebutuhan manusia, maka lembaga – lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempat, waktu,
dan tuntutan – tuntutan zaman. Menurut teori yang bersifat evolusi ini terjadinya negara
adalah secara historis-sosio (dari keluarga menjadi negara).
Termasuk dalam teori ini yang bersifat evolusi ini antara lain teori hukum alam. Berdasarkan
teori hukum alam ini, negara terjadi secara alamiah. 

Asal mula terjadinya negara dibagi menjadi 2 yaitu Secara


Primer atau Asal mula terjadinya negara berdasarkan
pendekatan teoritis dan Secara Sekunder atau Asal mula
terjadinya negara berdasarkan fakta.

1. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer adalah bertahap yaitu
dimulai dari adanya masyarakat hukum yang paling
sederhana, kemudian berevolusi ketingkat yang lebih maju
dan tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada
sebelumnya. Dengan demikian terjadinya negara secara
primer adalah membahas asal mula terjadinya negara yang
pertama di dunia.
Menurut G. Jellinek, terjadinya negara secara primer melalui
4 tahapan (Fase) yaitu :
• Fase Persekutuan manusia.
• Fase Kerajaan.
• Fase Negara.
• Fase Negara demokrasi dan Diktatur
.

Tahapan terjadinya Negara:

 Genoot Schaft (Suku)


Terdapat istilah Primus Interpares yang artinya Yang
utama di antara sesama.

 Rijk/Reich (Kerajaan)
Di sini muncul kesadaran hak milik dan hak atas tanah.

 Staat
Kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan
rakyat.

 Diktatur Natie
Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pilihan rakyat
yang kemudian berkuasa secara mutlak

1. Secara Sekunder
Terjadinya negara secara sekunder adalah membahas
terjadinya negara baru yang dihubungkan dengan negara
lain yang telah ada sebelumnya, berkaitan dengan hal
tersebut maka pengakuan negara lain dalam teori
sekunder merupakan unsur penting berdirinya suatu
negara baru.
Untuk mengetahui terjadinya negara baru dapat
menggunakan pendekatan faktual yaitu suatu pendekatan
yang didasarkan pada kenyataan dan pengalaman sejarah
yang benar–benar terjadi.
Menurut kenyataan sejarah, terjadinya suatu negara
karena :

a. Penaklukan/Pendudukan (Occupasi).
Suatu daerah belum ada yang menguasai kemudian
diduduki oleh suatu bangsa. Contoh : Liberia diduduki
budak–budak negro yang dimerdekakan tahun 1847.

b. Pelepasan diri (Proklamasi).


Suatu daerah yang semula termasuk daerah negara
tertentu melepaskan diri dan menyatakan
kemerdekaannya. Contoh : Belgia melepaskan diri dari
Belanda tahun 1839, Indonesia tahun 1945, Pakistan
tahun 1947 (semula wilayah Hindustan), Banglades tahun
1971 (semula wilayah Pakistan), Papua Nugini tahun1975
(semula wilayah Australia), 3 negara Baltik (Latvia,
Estonia, Lituania) melepaskan diri dari Uni Soviet tahun
1991, dsb.c. Peleburan menjadi satu (Fusi).
Beberapa negara mengadakan peleburan menjadi satu
negara baru. Contoh : Kerajaan Jerman (1871), Vietnam
(1975), Jerman (1990), dsb.

d. Pencaplokan / Penguasaan ( Anexatie )


Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai
( dicaplok ) oleh bangsa lain tanpa reaksi berarti. Contoh:
negara Israel ketika dibentuk tahun 1948 banyak
mencaplok daerah Palestina, Suriah, Yordania dan Mesir.

e. Pelenyapan dan pembentukan negara baru.


Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian diatas wilayah
itu muncul negara baru.
Contoh : Jerman menjadi Jerman Barat dan Jerman
Timur tahun 1945.

f. Fusi – Peleburan 2 negara atau lebih dan membentuk 1


negara.

g. Acessie – Penarikan. Bertambahnya suatu wilayah


karena proses pelumpuran laut dalam kurun waktu yang
lama dan dihuni oleh kelompok.

h.Cessie – Penyerahan. Sebuah daerah diserahkan kepada


Negara lain berdasarkan perjanjian.

i. Inovasi – Suatu Negara pecah, kemudian lenyap dan


memunculkan Negara baru di atasnya.

j. Separasi – Suatu wilayah yang semula merupakan


bagian dari negara tertentu, kemudian memisahkan diri
dari negara induknya dan menyatakan kemerdekaan.
Contoh: Belgia pada tahun 1839 melepaskan diri dari
Belanda
Di samping itu untuk mempelajari asal mula terjadinya
negara yang pertama dapat pula menggunakan
pendekatan teoritis yaitu suatu pendekatan yang
didasarkan kerangka pemikiran logis yang hipotesanya
belum dibuktikan secara kenyataan. Atas dasar
pendekatan tersebut, ada beberapa teori tentang asal
mula terjadinya negara :

a. Teori Ketuhanan (Theokratis).


Dasar pemikiran teori ini adalah suatu kepercayaan
bahwa segala sesuatu yang ada atau terjadi di alam
semesta ini adalah semuanya kehendak Tuhan, demikian
pula negara terjadi karena kehendak Tuhan. Sisa–sisa
perlambang teori theokratis nampak dalam kalimat yang
tercantum di berbagai Undang–Undang Dasar negara,
seperti : “….. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”
atau “By the grace of God”.

Teori ini dipelopori oleh Agustinus, Friedrich Julius Stahl,


dan Kraneburg.

b. Teori Kekuasaan.
Menurut teori ini negara terbentuk karena adanya
kekuasaan, sedangkan kekuasaan berasal dari mereka-
mereka yang paling kuat dan berkuasa, sehingga dengan
demikian negara terjadi karena adanya orang yang
memiliki kekuatan/kekuasaan menaklukkan yang lemah.

c. Teori Perjanjian Masyarakat .


Menurut teori ini, negara terbentuk karena sekelompok
manusia yang semula masing–masing hidup sendiri–
sendiri mengadakan perjanjian untuk membentuk
organisasi yang dapat menyelenggarakan kepentingan
bersama. Teori ini didasarkan pada suatu paham
kehidupan manusia dipisahkan dalam dua jaman yaitu
pra negara (jaman alamiah) dan negara.

Teori ini dipelopori oleh Thomas Hobbes.

d. Teori Hukum Alam.


Menurut teori ini, terbentuknya negara dan hukum
dengan memandang manusia sebelum ada masyarakat
hidup sendiri–sendiri. Pemikiran pada masa plato dan
Aristoteles

e. Teori Perjanjian Manusia menghadapi kondisi alam dan


timbullah kekerasan. Manusia akan musnah bila ia tidak
mengubah cara-caranya. Manusia pun bersatu untuk
mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan dalam
gerak tunggal untuk kebutuhan bersama.

Sedangkan Tenggelamnya Negara dibagi menjadi 3 teori :

1.    Teori organis : Negara diibaratkan suatu organism


yang diliputi hukum perkembanganhidup.

2.    Teori Anarkhis: Negara adalah suatu bentuk tata


paksa yang hanya sesuai bagi masyarakat primitive. Pada
saatnya Negara akan lenyap, masyarakat tanpa paksaan
dan tanpa Negara.

Cara melenyapkannya :

a)      Dengan kekerasan (revolusi) :


Proudhon,Kropatkin,Bakunin.
b)      Dengan pendidikan & evolusi : Leo Tolstoy.

3.    Teori Marxis : Negara pada saatnya akan lenyap


dengan sendirinya, jika syarat-syarat bagi hidupnya tidak
ada lagi.

4.    Teori Lain Mengenai Lenyapnya Negara

a)    Karena factor alam : Negara yang tadinya sudah


berdiri karena factor alam lalu lenyap/hilang.

Contohnya:

1.    Gunung meletus.

2.    Pulau ditelan air laut.

b)    Karena factor social : Negara sudah berdiri dan di


akui Negara lain, tetapi karena factor social lalu lenyap.

c)   Karena penaklukan.

d)    Adanya revolusi.

e)     Adanya perjanjian.

f)   Adanya penggabungan.

WARGA NEGARA
Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang
menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur
negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan
dengan istilah hamba atau kawula Negara. karena warga
negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari
suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang
didirikan dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap
warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan
hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak,
privasi, dan tanggung jawab.

Pengertian waga negara Menurut:


• A.S. Hikam : Mendefinisikan bahwa warga negara
merupakan terjemahan dari “citizenship” yaitu anggota
dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu
sendiri. Istilah ini menurutnya lebih baik ketimbang
istilah kawula negara lebih berarti objek yang berarti
orang- orang yang dimiliki dan mengabdi kepada
pemiliknya.
• Koerniatmanto S : Mendefinisikan warga negara dengan
anggota negara. Sebagai anggota negara, seorang warga
negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap
negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban
yang bersifat timbal – balik terhadap negaranya.
• UU No. 62 Tahun 1958 : menyatakan bahwa negara
republik Indonesia adalah orang – orang yang
berdasarkan perundang – undangan dan atau perjanjian
– perjanjian dan atau peraturan – peraturan yang berlaku
sejak proklamasi 17 agustus 1945 sudah menjadi warga
negara republik Indonesia.
Jadi dari ketiga pendapat diatas warga negara dapat
disimpulkan sebagai sebuah komunitas yang membebtk
negara itu sendiri yang berdasarkan perundang –
undangan atau perjanjian – perjanjian dan mempunyai
hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik.

Kriteria Menjadi Warga Negara :


Untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi
warganegara, digunakan dua kriteria :
Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini masih
dibedakan menjadi dua yaitu :
– kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau
disebut juga Ius Sanguinis. Didalam asas ini seorang
memperoleh kewarganegaraann suatu Negara
berdasarkan asa kewarganegaraan orang tuanya,
dimanapun ia dilahirkan
– kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau
ius soli. Didalam asas ini seseorang memperoleh
kewarganegaraannya berdasarkan Negara tempat dimana
dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan
warganegara dari Negara tersebut.
– naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses
hukum yang menyebabkan seseorang dengan syarat-
syarat tertentu mempunyai kewarganegaraan Negara lain.
1.Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah
Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-
Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara
Indonesia
2.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara Indonesia
3.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara asing
4.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia
5.Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang
ibu Warga Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal
ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada
anak tersebut
6.Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus)
hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan
yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia
7.Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari
seorang ibu Warga Negara Indonesia
8.Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari
seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang
ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 (delapan belas) tahun atau belum kawin
9.Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia
yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan
ayah dan ibunya
10.Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah
negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak
diketahui
11.Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia
apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
12.Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik
Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada
anak yang bersangkutan
13.Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan
permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau
ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah
atau menyatakan janji setia.

Kewarganegaraan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang
dalam kontrol satuan politik tertentu (secara khusus:
negara) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan
keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara
yang dianggotainya.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari


konsep kewargaan(bahasa Inggris: citizenship). Di
dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten
disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena
keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi
daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-
masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya
sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan


kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang
membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam
perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh,
secara hukum merupakan subyek suatu negara dan
berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak
berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk
memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari
suatu negara.

Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan


memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam filosofi
“kewarganegaraan aktif”, seorang warga negara
disyaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi
perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi,
layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan
serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya.
Dari dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran
Kewarganegaraan (bahasa Inggris: Civics) yang diberikan
di sekolah-sekolah.

Pandangan  Pakar Tentang Pengertian


Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan


dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan
berbagai istilah atau nama. Mata kuliah tersebut sering
disebut sebagai civic education, Citizenship
Education, dan bahkan ada yang menyebutnya
sebagai democrcy education. Tetapi pada umumnya
pendapat para pakar tersebut mempunyai maksud dan
tujuan yang sama.

Beberapa pandangan para pakar tentang pendidikan


kewarganegaraan adalah sebagai berikut[1][2]:
1.      Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The
Citizendan Civics, pada tahun 1886, merumuskan
pengertian Civics dengan The sciens of citizenship, the
relation of man, the individual, to man in organized
collections, the individual in his relation to the state. Dari
definisi tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu
Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan
manusia dengan manusia dalam perkumpulan-
perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial,
ekonomi, politik) dan antara individu- individu dengan
negara.

2.      Stanley E. Dimond berpendapat


bahwa civics adalah citizenship mempunyai dua makna
dalam aktivitas sekolah. Yang pertama, kewarganegaraan
termasuk kedudukan yang berkaitan dengan hukum yang
sah. Yang kedua, aktivitas politik dan pemilihan dengan
suara terbanyak, organisasi pemerintahan, badan
pemerintahan, hukum, dan tanggung jawab

3.       Edmonson (1958) mengemukakan bahwa civics


adalah kajian yang berkaitan dengan pemerintahan dan
yang menyangkut hak dan kewajiban warga negara.

4.      Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan


Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga
negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu
pendidikan yang dialogial. Sementara Soedijarto
mengartikanPendidikan Kewarganegaraan sebagai
pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara
politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik
yang demokratis

5.      Menurut Muhammad Numan Soemantri, ditandai


oleh ciri-ciri sebagai berikut :

a.       Civic Education adalah kegiatan yang meliputi


seluruh program sekolah;

b.      Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan


mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan prilaku
yang lebih baik dalam masyarakat demokrasi;
c.       dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang
menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat,
pribadi dan syarat- syarat objektif untuk hidup bernegara

6.       Menurut Azyumardi Azra, pendidikan


kewarganegaraan, civics education dikembangkan
menjadi pendidikan kewargaan yang secara substantif
tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara
yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam
konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi
juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga
dunia, global society.

7.      Soedijarto mengartikan Pendidikan


Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang
bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi
warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis.

Dari definisi tersebut, semakin mempertegas


pengertian civic education (Pendidikan
Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh
positif dari pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah,
dan pendidikan di luar sekolah. Unsur-unsur ini harus
dipertimbangkan dalam menyusun program Civic
Education yang diharapkan akan menolong para peserta
didik (mahasiswa) untuk:

a.       Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita


nasional.
b.      Dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas
dan bertanggung jawab dalam berbagai macam masalah
seperti masalah pribadi, masyarakat dan negara.

Jadi, pendidikan kewarganegaraan (civic education)


adalah program pendidikan yang memuat bahasan
tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam
hubungan Hakekat pendidikan kewarganegaraan adalah
upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela
negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan adalah
mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan siswa
sebagai warga negara yang baik atau sering disebut to be
good citizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan
baik intelektual, emosional,

sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan


tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh
rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Secara istilah Civics Education oleh sebagian pakar


diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili
oleh Azyumardi Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center
for Civic Education) UIN Jakarta sebagai Pengembang
Civics Education di Perguruan Tinggi yang pertama.
Sedangkan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili
oleh Zemroni, Muhammad Numan Soemantri, Udin S.
Winataputra dan Tim CICED ( Center Indonesian for
Civics Education), Merphin Panjaitan, Soedijarto dan
pakar lainnya.[2][3]
Pendidikan Kewargaan semakin menemukan
momentumnya pada dekade 1990-an dengan pemahaman
yang berbeda- beda. Bagi sebagian ahli, Pendidikan
Kewargaan diidentikkan dengan Pendidikan Demokrasi
( democracy Education), Pendidikan HAM ( human rights
education ) dan Pendidikan Kewargaan ( citizenship
education ). Menurut Azra, Pendidikan Demokrasi
(democracy Education) secara subtantif menyangkut
sosialisai, diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem, nilai,
budaya dan praktik demokrasi melalui pendidikan. Masih
menurut Azra, Pendidikan Kewargaan adalah pendidikan
yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi
dan pendidikan HAM. Karena, Pendidikan Kewargaan
mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan,
konstitusi, lembaga- lembaga demokrasi, rule of law , hak
dan kewajiban warga negara, proses demokrasi,
partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam
masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-
lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan,
warisan politik, administrasi publik dan sistem hukum,
pengetahuan tentang proses seperti kewarganegaraan
aktif, refleksi kritis, penyelidikan dan kerjasama, keadilan
sosial, pengertian antarbudaya dan kelestarian
lingkungan hidup dan hak asasi manusia.

Sedangkan Zamroni berpendapat bahwa Pendidikan


Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat.
Kewarganegaraan Republik Indonesia
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang
yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik
Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda
Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI
Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor
identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK)
apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di
kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara
kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang
bersangkutan dalam tata hukum internasional.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi


seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai berikut:

1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada


dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang
ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun
yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan
sebagai anak oleh warga negara Indonesia
Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti
tersebut di atas, dimungkinkan pula perolehan
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses
pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara
sah dengan warga negara Indonesia dan telah tinggal di
wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya lima tahun
berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut
dapat menyampaikan pernyataan menjadi warga negara
di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan tidak
mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
Berbeda dari UU Kewarganegaraan terdahulu, UU
Kewarganegaraan tahun 2006 ini memperbolehkan
dwikewarganegaraan secara terbatas, yaitu untuk anak
yang berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai
usia tersebut. Pengaturan lebih lanjut mengenai hal ini
dicantumkan pada Peraturan Pemerintah no. 2 tahun
2007.

Dari UU ini terlihat bahwa secara prinsip Republik


Indonesia menganut asas kewarganegaraan ius sanguinis;
ditambah dengan ius soli terbatas (lihat poin 8-10) dan
kewarganegaraan ganda terbatas (poin 11).

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak Warga Negara

Hak adalah sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan,


kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu.Setiap
warga negara memiliki hak yang sama satu sama lain
tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu
dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai
kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai
permasalahan di kemudian hari.Namun biasanya bagi yang
memiliki banyak uang atau tajir bisa memiliki tambahan
hak dan pengurangan kewajiban sebagai warga negara
kesatuan republik Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Notonagoro:

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu


yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh
pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya..

Berikut Ini adalah contoh Hak sebagai warga negara:

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan


hukum.

Maksudnya adalah Setiap warga negara derajatnya sama


di mata hukum, sekalipun fakir miskin dan anak terlantar
juga dilindungi oleh negara

2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan


penghidupan yang layak

Setiap warga negara berhak mendapat pekerjaan seperti


yang tertera dalan dalam pasal 23 ayat (1) menentukan
“setiap orang berhak atas pekerjaan berhak dengan bebas
memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan
yang adil serta baik dan atas perlindungan terhadap
pengangguran.

3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di


mata hukum dan di dalam pemerintahan.

Terdapat di Pasal 27 (1) menyatakan tentang kesamaan


kedudukan warga Negara dalam hukum dan
pemerintahan tanpa pengecualian. Pasal ini menunjukkan
kepedulian kita terhadap hak asasi sekaligus
keseimbangan antara hak dan kewajiban daan tidak
adanya diskriminasi diantara warga negara.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk
dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing
yang dipercayai.

Pasal 29 (1),(2) UUD 1945 mengatur kemerdekaan


beragama di Indonesia. Hak atas kebebasan beragama
bukan pemberian Negara atau golongan melainkan
berdasarkan keyakinan sehinga tidak dapat dipaksakan.

5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan


dan pengajaran.

Terdapat dalam pasal 31 (1),(2) UUd 1945, ini sesuai


dengan tujuan Negara kta dalam pembukaan UUD 1945
bahwa bangsa Indonesia antara lain berkewajiban
mencerdaskan kehidupan bangsa.

6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah


negara kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh

Pasal 30 (1) UUD 1945 menyatakan keewajiban dan hak


setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan ayat (2) menyatakan bahwa
pengaturannya lebih lanjut dilakukan dengan undang-
undang. Undang-undang yang dimaksudkan adalah UU
No. 20 tahun 1982.

7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam


kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan
pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang
yang berlaku.
Pasal 28 UUD 1945 menetapkan hak warga negara dan
penduduk untuk berserikat daan berkumpul,
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan dan
sebagainya. Syarat-syaratnya akan diatur dalam undang-
undang.

Kewajiban sebagai warga negara Indonesia


kewajiban warga negara tertuang dalam pasal 30
UUD 1945. Pemahaman kewajiban telah
dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28,
dan 30, yaitu sebagai berikut. 
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat
mengenai kewarganegaraan ditetapkandenganundang-
undang.

2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan


dengan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat
(2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang. 

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara


untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Dan ayat (2)
menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan
undang-undang.

Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang


sama satu sama lain tanpa terkecuali. Hak dan kewajiban
ini adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi sering terjadi pertentangan karena hak dan
kewajiban tidak seimbang. Sudah sangat jelas bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk
mendapatkan penghidupan yang layak, akan tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum
merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan
kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita
sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam
hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan
kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Akan tetapi, sampai
saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan
haknya sehingga rakyat tidak dapat memenuhi
kewajibannyasebagaiwarganegara.

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia

1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk


berperan serta dalam membela, mempertahankan
kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh

2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan


retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (pemda)
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung
tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa
terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya

4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan


patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah
negara Indonesia

5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam


pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa
kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik

Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang


sama tapi tidak terwujud dengan baik karena masih ada
perdebatan mana yang harus didahulukan apakah
kewajiban terlebih dahulu atau hak terlebih dahulu untuk
diwujudkan.

Sering kita mendengar ucapan istilah penduduk “Pribumi


dan Non Pribumi”, yang dapat memecah belah persatuan
dan kesatuan bangsa. Berdasarkan pasal 26 UUD 1945,
pantaskah isu tersebut dikemukakan, siapa yang
dimaksud WNI dan penduduk? Bagaimana Anda sebagai
mahasiswa menyikapinya?
Adalah satu hal yang cukup menyedihkan bahwa di jaman
manusia ber-adab dan
di negeri berfalsafah PANCASILA, masih tak sedikit orang
yang berpandangan
rasialis. Dan seandainya pandangan-pandangan rasialis
demikian ini dibiarkan
menguasai bumi Nusantara, maka akan hancur-leburlah
persatuan Bangsa Indonesia.
Macam-Macam Jenis Teori Terjadinya Suatu Negara ; Teori
Kenyataan, Teori Ketuhanan, Teori Perjanjian, dan Teori
Penaklukan
 NEGARA

Edukasippkn.com - Dalam konteks organisasi kekuasaan, di dalam negara terdapat suatu


mekanisme/tata hubungan kerja yang mengatur suatu kelompok manusia (rakyat) agar berbuat, atau
bersikap sesuai dengan kehendak negara.   

Untuk menghindari adanya kekuasaan yang sewenang-wenang, di sisi lain negara juga menetapkan
cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan itu dapat digunakan dalam kehidupan
bersama, baik oleh individu, golongan, organisasi maupun oleh negara itu sendiri.

Mengenai terjadinya suatu negara terdapat beberapa teori, antara lain sebagai berikut:

1. Teori Kenyataan

Timbulnya suatu negara itu adalah soal kenyataan. Apabila pada suatu ketika telah terpenuhi unsur-
unsur Negara (daerah, rakyat dan Pemerintah yang berdaulat) maka pada saat itu juga negara sudah
menjadi suatu kenyataan.

2. Teori KeTuhanan

Timbulnya suatu negara adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu, tidak akan terjadi apabila
Tuhan tidak menghendakinya. Kalimat-kalimat seperti "Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa .........."by the grace of God ..." menunjuk ke arah teori ini.

3. Teori Perjanjian

Negara itu timbul karena perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang tadinya hidup bebas
merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar kepentingan
bersama dapat terpelihara dan terjamin, supaya "orang yang satu tidak merupakan binatang buas
bagi orang yang lain" (homo homini lupus menurut Hobbes).
Perjanjian itu disebut perjanjian masyarakat (Contract Social menurut ajaran Rousseau). Dapat pula
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 9 terjadi suatu perjanjian antara daerah jajahan, misalnya:
Kemerdekaan Filipina pada tahun 1946 dan India pada tahun 1947.
4. Teori Penaklukan

Suatu negara timbul karena serombongan manusia menaklukkan daerah dan rombongan manusia
lain.
Agar daerah/rombongan itu tetap dapat dikuasai, maka dibentuklah suatu organisasi yang berupa
negara.  Selain itu suatu negara dapat pula terjadi karena:

a.   Pemberontakan terhadap negara lain yang menjajah, seperti: Amerika Serikat terhadap Inggris pada
tahun 1776 - 1783;
b.  Peleburan (fusi) antara beberapa negara menjadi satu negara baru, misalnya: Jerman bersatu pada
tahun 1871;
c.   Suatu daerah yang belum ada rakyatnya/pemerintahannya diduduki/dikuasai oleh bangsa/Negara
lain, misalnya: Liberia;
d.  Suatu daerah tertentu melepaskan diri dari yang tadinya menguasainya dan menyatakan dirinya
sebagai suatu negara baru (misalnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945).

Hal ini dapat terjadi secara damai (persetujuan dari Negara yang tadinya menguasainya), dan dapat
juga terjadi secara kekerasan. Cara yang pertama timbul dengan perjanjian dan penyerahan
kedaulatan, sedangkan cara yang kedua timbul dengan cara kekerasan (revolusi). 

TEORI TERBENTUKNYA NEGARA

Teori asal mula terjadinya negara selain dapat dilihat berdasarkan pendekatan teoretis,
juga dapat dilihat berdasarkan proses pertumbuhannya. Asal mula terjadinya negara dilihat
berdasarkan pendekatan teoretis ada beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
Teori Ketuhanan, menurut teori ini negara terbentuk atas kehendak Tuhan.
Teori Perjanjian, teori ini berpendapat, bahwa negara terbentuk karena antara sekelompok
manusia yang tadinya masing-masing hidup sendiri-sendiri, diadakan suatu perjanjian untuk
mengadakan suatu organisasi yang dapat menyelenggarakan kehidupan bersama.
Teori Kekuasaan, kekuasaan adalah ciptaan mereka-mereka yang paling kuat dan berkuasa
Teori Kedaulatan, setelah asal usul negara itu jelas maka orang-orang tertentu didaulat
menjadi penguasa (pemerintah). Teori kedaulatan ini meliputi:
 Teori Kedaulatan Tuhan, menurut teori ini kekuasaan tertinggi dalam negara itu
adalah berasal dari Tuhan.
 Teori Kedaulatan Hukum, menurut teori ini bahwa hukum adalah pernyataan
penilaian yang terbit dari kesadaran hukum manusia dan bahwa hukum merupakan sumber
kedaulatan.
 Teori Kedaulatan Rakyat, teori ini berpendapat bahwa rakyatlah yang berdaulat dan
mewakili kekuasaannya kepada suatu badan, yaitu pemerintah.
 Teori Kedaulatan negara, teori ini berpendapat bahwa negara merupakan sumber
kedaulatan dalam negara.
Kemudian, teori asal mula terjadinya negara, juga dapat dilihat berdasarkan proses
pertumbuhannya yang dibedakan menjadi dua, yaitu terjadinya negara secara primer dan teori
terjadinya negara secara sekunder.
Asal mula terjadinya negara dilihat berdasarkan pendekatan teoretis ada beberapa macam,
yaitu sebagai berikut:
1. Teori Ketuhanan, Menurut teori ini negara terbentuk atas kehendak Tuhan.
2. Teori Perjanjian, Teori ini berpendapat, bahwa negara terbentuk karena antara
sekelompok manusia yang tadinya masing-masing hidup sendiri-sendiri, diadakan suatu
perjanjian untuk mengadakan suatu organisasi yang dapat menyelenggarakan kehidupan
bersama.
3. Teori Kekuasaan, Kekuasaan adalah ciptaan mereka-mereka yang paling kuat dan
berkuasa
4. Teori Kedaulatan, Setelah asal usul negara itu jelas maka orang-orang tertentu
didaulat menjadi penguasa (pemerintah). Teori kedaulatan ini meliputi:
 Teori Kedaulatan Tuhan, Menurut teori ini kekuasaan tertinggi dalam negara itu
adalah berasal dari Tuhan.
 Teori Kedaulatan Hukum, Menurut teori ini bahwa hukum adalah pernyataan
penilaian yang terbit dari kesadaran hukum manusia dan bahwa hukum merupakan sumber
kedaulatan.
 Teori Kedaulatan Rakyat, Teori ini berpendapat bahwa rakyatlah yang berdaulat dan
mewakili kekuasaannya kepada suatu badan, yaitu pemerintah.
 Teori Kedaulatan Negara, Teori ini berpendapat bahwa negara merupakan sumber
kedaulatan dalam negara. Kemudian, teori asal mula terjadinya negara, juga dapat dilihat
berdasarkan proses pertumbuhannya yang dibedakan menjadi dua, yaitu terjadinya negara
secara primer dan teori terjadinya negara secara sekunder.

PENGERTIAN NEGARA
Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia
Sejarah lahirnya bangsa Indonesia cukup panjang dan ini tidak lepas dari upayaVereenigde
Oost Indische Companie (VOC) yang dilanjutkan Pemerintahan Belanda memecah belah
rakyat nusantara, melalui kebijaksanaan pemilihan penduduk. Namun reaksi rakyat nusantara
malah ingin bersatu dan berkelompok atas dasar kesamaan: tempat tinggal, daerah asal dan
agama. Inilah embrio semangat persatuan dalam pluralism terbentuk.
Gerakan Etika Politik di Eropa dilaksanakan juga di nusantara dengan maksud ingin
membalas jasa rakyat. Denga demikian rakyat akan mudah diatur oleh Belanda. Ternyata
gerakan ini disambut baik oleh kaum pergerakan dan dibantu oleh para penguasa lokal.Para
pemimpin pergerakan melakukan upaya pendidikan dan mendirikan sekolah-sekolah untu
kaum pribumi.Boedi Oetomo merupakan organisasi masyarakat pribumi pertama melakukan
pendidikan untuk kaum pribumi.Kaum pribumi menjadi haus bacaan dan ilmu
pengetahuan.Sastra Barat mulai diterjemahakan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu dan
Jawa yang akhirnya membangkitkan semangat egaliter.Dari semangat egaliter
membangkitkan kesadaran berbangsa dan berpolitik, yang selanjutnya menjadi gerakan
politik sehingga alhirnya bangsa Indonesia. Oleh karena itu Ben Anderson berpendapaat
bahwa nation state  merupakan komunitas terbayang yang menyatu.
Pengertian Negara
Negara menurut Logemann adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan
kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat. Lebih jauh menurut Max
Weber negara merupakan struktur politik yang diatur oleh hukum, yang mencakup suatu
komuniti manusia yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dan menganggap wilayah yang
bersangkutan sebagai milik mereka untuk tempat tinggal dan penghidupan mereka (Naning,
1983:3-4). Ada pengadaan dan pemeliharaan tata keteraturan (hukum) bagi kehidupan
mereka.Ada monopoli kepemilikan dan penggunaan kekuatan fisi secara sah (legitemasi).
Dengan demikian Negara merupakan alat masyrakat untuk mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan manusia dengan Negara.Adanya legitemasi pada Negara, organisasi ini
dapat memaksa kekuasaannya secara sah terhadap semua kolektiva dalam masyarakat. Ada
tiga sifat yang merupakan kedaulatan. Pertama, sifat memaksa yaitu negara memiliki
keuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara sah (legal) agar dapat tertib dan
aman.Kedua, sifat monopoli yaitu negara berhak dan kuasa tunggal dalam menetepkan tujuan
bersama dari masyarkat/bangsa.Ketiga, sifat mencakup semua yaitu semua peraturan
perundang-undangan mengenai semua orang, baik warga negara maupun bukan warga
negara.
Menurut Konvensi Montevido diperlukan 3 syarat yang bersifat konstitutif. Pertama harus
ada wilayah, yaitu suatu daerah yang telah dinyatakan sebagai milik bangsa tersebut, dan
batas-batas wilayah ditentukan oleh perjanjian internasional. Kedua harus ada rakyat, yaitu
orang yang mendiami di wilayah tersebut dan dapat terdiri dari atas berbagai
golongan/kolektiva social; yang harus patuh pada hukum dan Pemerintah yang sah. Ketiga
harus ada Pemerintah, yaitu suatu organisasi yang berhak mengatur dan berwewenang
merumuskan serta melaksanakan peraturan perundang-undangan yang mengikat warganya.
Lebih lanjut menurut Prof DR Sri Soemantri, SH (Diknas, 2001: 50) dapat pula
ditambahkan ada pengakuan kedaulatan dari negara lain. Kedaulatan merupakan unsur
mutlak yang harus ada dan merupakan ciri yang membedakan antara organisasi pemerintah
dengan prganisasi kemasyarakatan/social. Untuk lebih mampu menghadapi lawan, negara
berhak menuntut kesetiaan para warganya. Demikian pula dapat ditambahkan adanya tujuan
negara yang tersurat/tersirat melalui konstitusi.

Pengertian Umum
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya
baik politik,militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang
berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem
atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara
independent.
Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan
dari negara lain.
Beberapa pengertian Negara menurut pakar kenegaraan :
1. 1.      George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia
yang mendiami wilayah tertentu.
2. 2.      G.W.F Hegel : Negara adalah organisasi kesusilaan yang muncul sebagai
sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
3. 3.      Logeman : Negara adalah organisasi kemasyarakatan (ikatan kerja) yang
mempunyai tujuan untuk mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan
kekuasaannya.
Asal usul terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah
Pendudukan (Occupatie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian
diduduki dan dikuasai.Misalnya, Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang
dimerdekakan tahun 1847.
Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan
perjanjian untuk saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang baru. Misalnya
terbentuknya Federasi Jerman tahun 1871.
Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu
perjanjian tertentu. Misalnya, Wilayah Sleeswijk pada Perang Dunia I diserahkan
olehAustria kepada Prusia,(Jerman).
Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan LumpurSungai atau dari
dasar Laut (Delta). Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga
terbentuklah negara. Misalnya wilayah negara Mesir yang terbentuk dari Delta Sungai Nil.
Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan begitu
saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya.
Contohnya, Indonesia yang pernah di tinggalkan Jepang karena pada saat itu jepang dibom
oleh Amerika di daerah Hiroshima dan Nagasaki.

Teori tentang asal mula atau teori terbentuknya negara dapat dilihat dari dua segi,
yakni teori yang bersifat spekulatif dan teori yang bersifat evolusi.

1.  Teori yang bersifat Spekulatif


Teori ini meliputi teori teokratis, teori perjanjian masyarakat, dan teori kekuatan atau
kekuasaan.
a. Teori Teokrasi (ketuhanan) menurut teori ketuhanan, segala sesuatu di dunia ini adanya
atas kehendak Allohu Subhanahu Wata’ala, sehingga negara pada hakekatnya ada atas
kehendak Allah. Penganut teori ini adalah Fiedrich Julius Stah, yang menyatakan bahwa
negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses bertahap mulai dari keluarga menjadi
bangsa dan negara.
b. Teori perjanjian masyarakat. Dalam teori ini tampil tiga tokoh yang paling terkenal, yaitu
Thomas Hobbes, John Locke dan J.J. Rousseau. Menurut teori ini negara itu timbul karena
perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu
sama lain tanpa ikatan kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar kepentingan bersama dapat
terpelihara dan terjamin, supaya ”orang yang satu tidak merupakan binatang buas bagi orang
lain” (homo homini lupus, menurut Hobbes).
c. Teori kekuasaan/ kekuatan. Menurut teori kekuasaan/kekuatan, terbentuknya negara
didasarkan atas kekuasaan/kekuatan, misalnya melaluipendudukan dan penaklukan. Ditinjau
dari teori kekuatan, munculnya negara yang pertama kali, atau bermula dari adanya beberapa
kelompok dalam suatu suku yang masing-masing dipimpin oleh kepala suku (datuk).
Kemudian berbagai kelompok tersebut hidup dalam suatu persaingan untuk memperebutkan
lahan/wilayah, sumber tempat mereka mendapatkan makanan. Akibat lebih jauh mereka
kemudian berusaha untuk bisa mengalahkan kelompok saingannya.

2. Teori yang Bersifat Evolusi


Teori yang evolusi atau teori historis ini merupakan teori yang menyatakan bahwa lembaga –
lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan –
kebutuhan manusia. Sebagai lembaga sosial yang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan
– kebutuhan manusia, maka lembaga – lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempat, waktu,
dan tuntutan – tuntutan zaman. Menurut teori yang bersifat evolusi ini terjadinya negara
adalah secara historis-sosio (dari keluarga menjadi negara). Termasuk dalam teori ini yang
bersifat evolusi ini antara lain teori hukum alam. Berdasarkan teori hukum alam ini, negara
terjadi secara alamiah.
Unsur – unsur terbentuknya negara 
1. Rakyat adalah orang yang tinggal dalam suatu negara atau menjadi penghuni suatu
wilayah tertentu. Rakyat diartikan sebagai kumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa
persamaan dan persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah negara.
Pengertian rakyat dengan penduduk dan juga warga negara berbeda, satu dan yang lainnya
merupakan konsep yang serupa tapi tak sama.
Rakyat sebuah negara dibedakan atas dua, yakni:
a. penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal atau
menetap dalam suatu negara, sedang yang bukan penduduk adalah orang yang berada di suatu
wilayah suatu negara dan tidak bertujuan tinggal atau menetap di wilayah negara tersebut.
b. warga negara dan bukan warga negara.Warga negara ialah orang yang secara hukum
merupakan anggota dari suatu negara, sedangkan bukan warga negara disebut orang asing
atau warga negara asing.
2. Wilayah adalah tempat manusia dan juga negara dalam melangsungkan pemerintahannya.
Wilayah merupakan ruangan yang terdiri atas tanah, dratan, perairan, ruang uadara yang ada
diatasnya serta wilayah teritorial.
3. Pemerintah yang berdaulat 
Pemerintah memiliki kedaulatan yang bersifat:
a. Asli, Kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
b. Permanen, kedaulatan itu akan ada selama negara masuh berdiri. Kedaulatan dalam negara
bersifat abadi, karena kedaulatan itu akan tetap ada walaupun pemerintahannya sudah
berganti.
c. Tidak terbagi-bagi, kedaulatan merupakan satu-satunya kekuasaan yang tertinggi dalam
negaranya.
d. Tidak terbatas, kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapapun.
4. Pengakuan dari negara lain 
Pengakuan dari negara lain dapat dibedakan secara de facto dan de jure
a. Pengakuan secara de facto adalah pengakuan tentang kenyatan adanya suatu negara yang
dapat mengadakan hubungan dengan negara lain yang mengakuinya.
b. Pengakuan secara de jure adalah pengakuan secara resmi berdasarkan hukum oleh Negara
lain dengan segala akibatnya.
WARGA NEGARA

Rakyat didefinisikan sebagai segenap penduduk suatu negara (KBBI, 1988: 722).Sedangkan
bukan penduduk adalah orang yang tinggal sementara di kawasan tersebut.Selanjutnya
penduduk dibedakan antara warga negara dan bukan warga negara/warga negara asing.
Warga Negara (citizen, citoyen, staatsburger) adalah peserta dari otoritas Negara.Istilah ini
bermula dari keiginan manusia mempersatukan diri dalam kebersamaan, semua daya
kekuatan ditempatkan dibawah kehendak umum sebagai satu kekuatan kelompok. Jadi
bermula dari pribadi umum membentuk persatuan semua orang yang disebut “kota” (city) dan
sekarang disebut “republic” atau “negara hukum” (body politic), yakni kumpulan manusia
dalam suatu negara. Unit in oleh warganya disebut negara (state),apabila bersifat pasif,
sedangkan bersifat aktif diebut penguasa.
Untuk menentukan kewarganegaraan dikenal ada 2 pendekatan, ditinjau dari segi
kelahiran dan segi perkawinan.
1. Dari kelahiran ada dua pendekatan asa kewarganegaraan (Soetoprawiro, 1996: 10): 
1. Ius Sanguinis (law of blood) Dalam asas ini kriteria kewarganegaraan
ditentuan berdasarkan garis orang tua si anak.
2. Ius Soli (law of soil) Dalam asas ini seseorang diakui kewarganegaraannya
berdasarkan tempat dilahirkan, neski orangtuanya adalah warga negara asing.
Kedua asas ini dapat digunakan bersama dengan mengutamaan salah satu, namun dengan
tidak menanggalkan kewarganegaraan yang lainnya. Sebagai akibatnya terjadi dwi
kewarganegaraan (bipatride) dan sebaliknya dapat saja seseorang tidak memiliki
kewarganegaraan (apatride). Penyelesaiannya biasanya digunakan hak opsi yaitu hak
memilih kewarganegaraan dan hak repudansi (hak menolak kewarganegaraan). Cara lain
untuk memperoleh kewarganegaraan melalui cara naturalisasi yaitu melalui proses hukum
dengan syarat-syarat tertentu.
1. Dari segi perkawinan dengan dasar:
1. Kesatuan hukum, dalam kaitan ini isteri mengikuti kewarganegaraan suami,
apabila terjadi perkawinan antar bangsa (campuran)
2. Persamaan derajat, dalam kaitan ini kewarganegaraan isteri tidak hilang
setelah perkawinan campuran.
Seseorang dikatakan warga negara apabila :
• Yang menjadi warga negara adalah orang – orang bangsa Indonesia asli dan orang – orang
bangsa lain yang disahkan dengan Undang – Undang sebagai warga Negara.
• Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia
• Hal – hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang – undang (pasal 26
UUD 1945)
• Undang – undang yang diatur tentang warga negara adalah UU No. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia. UU ini sebagai pengganti atas UU No. 62 tahun 1958.
Kesimpulan, Negara terbentuk berdasarkan dari beberapa teori-teori dan fakta sejarah.Teori
Ketuhanan, menurut teori ini negara terbentuk atas kehendak Tuhan.
Teori Perjanjian, teori ini berpendapat, bahwa negara terbentuk karena antara sekelompok
manusia yang tadinya masing-masing hidup sendiri-sendiri, diadakan suatu perjanjian untuk
mengadakan suatu organisasi yang dapat menyelenggarakan kehidupan bersama.
Teori Kekuasaan, kekuasaan adalah ciptaan mereka-mereka yang paling kuat dan berkuasa
Teori Kedaulatan, setelah asal usul negara itu jelas maka orang-orang tertentu didaulat
menjadi penguasa (pemerintah). Teori kedaulatan ini meliputi:
 Teori Kedaulatan Tuhan, menurut teori ini kekuasaan tertinggi dalam negara itu
adalah berasal dari Tuhan.
 Teori Kedaulatan Hukum, menurut teori ini bahwa hukum adalah pernyataan
penilaian yang terbit dari kesadaran hukum manusia dan bahwa hukum merupakan sumber
kedaulatan.
 Teori Kedaulatan Rakyat, teori ini berpendapat bahwa rakyatlah yang berdaulat dan
mewakili kekuasaannya kepada suatu badan, yaitu pemerintah.
 Teori Kedaulatan negara, teori ini berpendapat bahwa negara merupakan sumber
kedaulatan dalam negara.

Anda mungkin juga menyukai