Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mahesa Al Ghazali 202010115033

Kelas : A1
Mata Kuliah : Ilmu Negara

Asal Mula Dan Lenyapnya Negara

Asal Mula Negara


 Keberadaan negara lebih tua dari pemikiran negara dan hukum. Pada abad XVIII SM,
beberapa negara telah muncul seperti Babylonia, Mesir, dan Assyria.
 Negara di era Purba, ditunjukkan dengan kepemimpinan yang absolut. Tidak ada
ruang diskusi, mengapa si A memimpin dan si B dipimpin. Karenanya, tidak ada
pemikiran tentang negara dan hukum.
 Wacana tentang pemikiran negara dan hukum baru muncul setelah muncul sistem
ketatatanegaraan yang memungkinkan warga negara bebas mengeluarkan pendapat
dan pikiran.
 Abad V SM, Bangsa Yunani Kuno berdiri negara Athena.Dari sini dimulai pemikiran
tentang negara dan hokum pertama kali muncul. Faktor yang mempengaruhi
munculnya pemikiran tentang negara dan hukum: (i) adanya sifat agama yang tidak
mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan sebagai kaidah (ii) kondisi geografis yang
mengondisikan perdagangan dan perantauan sehingga saling tukar informsi satu
dengan lainnya (iii) bentuk negara republik-demokrasi (iv) kesadaran bangsa Yunani
sebagai suatu kesatuan.

Zaman Yunani Kuno


 Socrates (w 399 SM) : Negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan
yang bersifat obyektif, yang asal mulanya pada pekerti manusia. Tugas negara→
menciptakan hukum yang harus dilakukan oleh para pemimpin atau para penguasa
yang dipilih secara sesksama oleh rakyat.
 Plato (W 347 SM): Negara timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia
yang beraneka ragam, yang menuntut kerjasama untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kesatuan mereka inilah kemudian disebut masyarakat/negara.
 Aristoteles (W 322 SM): Negara terjadi karena penggabungan keluarga-keluarga
menjadi suatu kelompok yang lebih besar, kelompok bergabung menjadi desa, desa
bergabung dengan desa lainnya hingga timbul negara yang sifatnya masih kota
(polis). Keberadaan Negara merupakan kodrat dari manusia yang merupakan mahluk
sosial (zoonpoliticon).
 Epicurus (W 271 SM): Negara disebabkan oleh kepentingan individu-individu itu
sendiri. Negara berasal dari kesepakatan-kesepakatan individu untuk
mengorganisasikan dirinya ke dalam bentuk negara. Tujuannya untuk keamanan dan
ketertiban dalam hubungan individu-individu. Pendapat ini bertolak belakang dengan
Aristoteles (universalisme), Eipcurus mendorong individualisme.

Zaman Romawi Kuno


 Polybius: Asal mula negara ditandai dengan teori siklus perubahan bentuk dan
wilayah negara. Dari system monarkhi kembali ke sistem monarkhi.
 Cicero: Negara merupakan suatu keharusan yangdidasarkan rasio murni manusia yang
didasarkan hokum alam kodrat. Ada kesamaan dengan ajaran Stoa (ajaran Zeno)
terkait dengan hukum alam kodrat. Bedanya, menurut Stoa, negara merupkan hasil
perbuatan manusia dan berfungsi sebagai alat bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.

Zaman Abad Pertengahan


 Agustinus (W 430): Asal mula negara adalah ciptaan Tuhan sehingga yang harus
dibentuk negara Tuhan (civitas Dei).Pendapat ini juga menjadi koreksi atas
keruntuhan Romawi karena sebagai civitas terrena (negara dunia/negara iblis).
 Thomas Aquinas (W 1274): asal muasal negara berasal dari manusia yang berhasrat
untuk hidup bermasyarakat, kemudian terbentuklah masyarakat, dan masyarakat
menunjuk penguasa untuk memerintah masyarakat hingga terbentuklah negara.
Ajaran ini dipengaruhi ajaran Aristoteles tentang universalisme.
 Dente Alighieri (W 1321): asal muasal negara adalahgagasannya yang menginginkan
agar dibentuk negara dunia untuk kepentingan dunia sebagai penyelenggaraan
perdamaian umum.
 Marsilius (W 1340): Asal mula negara dari perjanjian masyarakat dan yang
menggerakkan sehingga masyarakat melakukan perjanjian adalah ilham dari Tuhan.
Zaman Renaissance
 Nicolo Machaiavelli (1469 - 1527): Negara harus terbentuk dengan pola sistem
pemerintahan terpusat (zentral gewalt) agar negara terhindari dari kehancuran. Ide ini
dilatarbelakangi dengan terpecahnya wilayah di ltalia ke beberapa wilayah. Ide ini
pula menandai semangat renaisance karena teori di era abad pertengahan ditinggalkan
tidak membekas termasuk teori yang bersifat teologis.
 Thomas Morus (1478-1535): Melalui buku roman kenegaraan yang bersifat utopis,
menggambarkan keadaan masyarakat yang amburadul yang disebabkan oleh tekanan
dari raja. Di buku lainnya, Morus mengidealkan suatu wilayah yang mulanya
penduduknya tidak beradab menjadi bangsa. Digambarkan negara tersebut
menerapkan sistem perwakilan dimana bertugas memiliki raja dan senat yang
bertugas membuat UU. Gambaran Thomas Morus ini mengidealkan adanya "Surga
Dunia".
 Jean Bodin (1530-1596): negara terbentuk karena kekuasaan absolut berdasarkan
hukum. Negara merupakan kekuasaan tertinggi terhadap warga negara.
 Aliran Monarchomacen: Aliran ini juga berarti "pembantah raja", "anti raja",
"pembenci raja" dan "musuh-musuh raja". Aliran ini muncul sebagai respons atas
sikap raja dengan kekuasaan absolut hingga masuk dalam wilayah agama dan
kepercayaan. Agama warga ditentukan oleh raja. Munculah gelombang reformasi
yang tidak setuju bahwa teori negara berdasarkan dalil-dalil agama.
 Di aliran ini melahirkan pemikiran reformis seperti Hotman (menentang abolutisme
bukan dengan ajaran agama namun dengan ajaran sejarah), Brutus (menentang
terhadap raja-raja yang mempunyai kekuasaan absolut), George Buhanan (Raja yang
memegang pemerintahan dengan bantuan rakyat serta memerintah dengan rasa
keadilan).

Zaman Berkembangnya Hukum Alam (Abada XVII-XVIII)


 Periode ini merupakan titik pijak baru bagi pemikiran negara dan hukum. Manusia
sudah sadar akan hak-haknya sebagai warga negara dan kesewenang-wenangan para
penguasa yang memerintah dengan kekuasaan yang absolut. Sebelum adanya negara,
telah ada manusia yang hidup bebas yang selalu mengalami kekacauan, menganggap
yang lain musuh.
 Grotius/Hugo de Groot (1583-1645): asal mula negara dari perjanjian karena manusia
memiliki rasio dan sekaligus makhluk sosial yang selalu ingin hidup bermasyarakat.
Manusia tunduk pada perjanjian karena memiliki rasio
 Thomas Hobbes (1588-1679): Tujuan hidup itu untuk kebahagiaan, adapun alat untuk
mencapai kebahagian dengan kekuasaan, kekayaan, dan nama baik(keagungan
pribadi). Kekuasaan yang terbesar untuk kepentingan manusia adalah negara. Sifat
manusia; persaingan (competitio), membela diri (defentio) dan ingin dihormati
(gloria). Serta sifat yang menyebabkan tiga sifat sebelumnya tidak terlaksana yakni:
takut mati, ingin memiliki sesuatu dan ingin memiliki kesempatan agar dapat
memiliki sesuatu. Untuk mencapai perdamaian, manusia mengadakan perjanjian
untuk membentuk negara.
 Benedictus de Spinoza (1632-1677): Negara sebagai alat untuk mencapai perdamaian,
keamanan, kententraman dan tanpa rasa takut.
 John Lock (1632-1704): Hak alamiah manusia tidak dapat diserahkan dengan jalan
suatu perjanjian. Ia mendorong ajaran tentang hak-hak dasar manusia. Salah satu inti
ajaran John Lock yakni pembatasan kekuasaan negara yang bertujuan untuk
melindungi kepentingan individu.
 Montesquieu (1688-1755): Ajaran Montesquieu bersifat revolusioner yang
mendorong perubahan system ketatanegaraan dengan mendorong pemerintahan yang
tidak absolut yang tidak bertumpu pada satu tangan saja. Maka munculah gagasan
trias politica.
 Immanuel Kant(1724-1804): Negara adalah suatu keharusan karena negara harus
menjamin terlaksananya kepentingan umum di dalam keadaan hukum (UU) yang
merupakan penjelmaan dari kemauan umum. Sama dengan Rousseue tentang
perjanjian masyarakat, namun menurut Kant, perjanjian masyarakat merupakan
kontruksi yuridis yang dapat menolong orang dalam menerangkan bagaimana negara
terjadi, bagaimana negara ada, bagaimana adanya kekuasaan dalam negara, apa sifat
negara dan ada pada siapa kekuasaan itu?

Zaman Teori Kekuatan


 Era ini ingin menganulir pemahaman di era hukum alam yang mengidealkan sebelum
adanya negara telah ada manusia yang hidup bebas. Bagi era ini, sebelum adanya
negara, manusia telah hidup berkelompok, interaksi satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Kelompok terkecil dari manusia adalah keluarga. Beberapa tokoh penganut
ajaran ini F. Oppenheimer, Karl Marx, Harold J. Laski, dan Leon Deguit.
 F. Oppenheimir: negara merupakan alat dari golongan kuat untuk melaksanakan suatu
tertib masyarakat kepada golongan lemah dengan tujuan untukmenyusun dan
membela kekasuaan dair golongan khususnya dalam system ekonomi.
 Karl Marx: Negara merupakan penjelmaan dari pertentangan ekonomi. Negara
menjadi alat bagi yang kuat (pemilik alat-alat produksi) untuk menindas kelompok
yang lemah. Negara tak lagi dibutuhkan jika tidak ada lagi kelas dalam masyarakat.
 Harold J Laski: Negara alat pemaksa (dawn organizatie) untuk melaksanakan dan
melangsungkan suatu jenis sistem produksi yangs tabil dan pelaskana sistem produksi
semata-mata untuk menguntungkan golongan yag kuat dan berkuasa.
 Leon Duguit: Kebenaran bersifat mutlak dan orang-orang yang paling kuat selalu
memaksakan kemauannya kepada orang-orang lain yang dianggapnya lemah. Orang
yang paling kuat mendapatkan kekuasaan dan memerintah disebabkan keunggulan
fisik, ekonomi, kecerdasan, agama. Keunggulan inilah yang disebut dengan "teori
kekuatan"

Teori Positivisme Hans Kelsen


 Teori ini tidak mempersoalkan darimana negara berasal, sifat dan hakikat negara.
Kelsen menyebutkan Ilmu Negara harus menarik diri dari upaya untuk menjelaskan
negara serta bentuknya secara kausal yang bersifat abstrak, namun ilmu negara harus
dipahami dengan berpijak pada yuridis murni. Negara hanya bisa dipahami di dalam
system hukumnya sendiri.

Teori Modern
 Negara dinilai sebagai suatu fakta yang terikat pada kenyataan, keadaan, tempat dan
waktu.
 R. Karenburg: Negara diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut sebagai
bangsa. Karenburg menempatkan manusia sebagai hal yang primer dan negara
merupakan hal sekunder. Negara harus didahului adanya sekelompok bangsa.
 Logemann: Negara merupakan organisasi kekuasaan yang meliputi kelompok
manusia yang kemudian disebut bangsa. Negara (organisasi kekuasaan) adalah primer
sedangkan kelompok manusia (Bangsa) adalah sekunder.
 Fase Staat: Fase ini masuk pada kesadaran akan pentingnya bernegara dan kesadaran
tentang keadaan mereka yang berkelompok. Fase ini ketiga unsur negara terpenuhi,
bangsa, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat.
 Fase Democratische Natie & Dictatuur: (i) Fase democratische natie: kesadaran
demokrasi nasional, kesadaran akan adanya kedaulatan rakyat. (ii) fase dictatuur: ada
yang menyebut perkembangan dari demoractische natie tapi ada juga yang menyebut
bukan perkembangan dari demcratische natie.

Anda mungkin juga menyukai