NPM : 202010115033
Kelas : 2/ A1
FALKUTAS HUKUM
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan ‘’Makalah Kemajuan
Teknologi Pada Era Modernisasi dan Dampak Bagi Generasi Milenial Masa Kini” ini
hingga selesai dengan tepat waktu. Atas tersusunnya makalah ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Andang Sari, SH, MH selaku dosen mata kuliah Antropologi
Hukum serta orang-orang sekitar yang turut memberikan saran yang bermanfaat bagi
saya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena, keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak terdapat kekurangan
dalam makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
iii
BAB I
.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
1.1.Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3.Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II
................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................
3
2.1.Definisi Hukum Perdata Internasional (HPI) ................................................ 3
2.2.Sejarah HPI ....................................................................................................... 3
2.3.Peranan dan Manfaat HPI ............................................................................... 6
2.4.Asas-asas HPI .................................................................................................... 7
2.5.Ruang Lingkup HPI ......................................................................................... 7
2.6.Peraturan Perundang-undangan terkait HPI ................................................ 9
2.7.Perbedaan Hukum Perdata Indonesia dan Hukum Perdata Internasional..10
2.8.Istilah Hukum Perdata Internasional ................................................................. 11
2.9.Contoh Kasus Hukum Perdata Internasional ..................................................... 12
BAB III ......................................................................................................................... 13
PENUTUP .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15
2
iii
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
Hukum Perdata Internasionalnya sendiri.
2
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami hukum perdata internasional.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Hukum Perdata
Internasional.
3. Untuk mengetahui peranan dan manfaat Hukum Perdata Internasional.
4. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum yang berkaitan dengan
Hukum Perdata Internasional.
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
Menurut Dr. Bayu Seto Hardjowahono dalam bukunya "Dasar-
Dasar Hukum Perdata Internasional" Hukum Perdata Internasional pada
dasarnya merupakan bagian dari hukum nasional suatu negara dan bukan
merupakan bagian dari hukum internasional publik. Artinya:
• Hukum Perdata Internasional merupakan salah satu subbidang
hukum dalam sebuah sistem hukum nasional yang bersama-sama
dengan sub-subbidang hukum lain, seperti hukum keperdataan,
hukum dagang, hukum pidana, dan sebagainya membentuk suatu
sistem hukum nasional yang utuh.
• Sistem hukum dari sebuah negara seharusnya diperlengkapi dengan
suatu sistem HPI nasional yang bersumber pada sumber-sumber
hukum nasional.
Sedangkan menurut Prof. DR. Mr. Sudargo Gautama, Hukum
Perdata Internasional merupakan hukum nasional yang mengatur
hubungan-hubungan perdata yang mempunyai unsur-unsur asing. Artinya,
unsur-unsur luar negeri. Jadi Hukum Perdata Internasional adalah hukum
perdata untuk hubungan-hubungan internasional, "international relation".
Tetapi sumbernya adalah nasional dan bukan supra nasional.
Berdasarkan pengertian dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa Hukum Perdata Internasional merupakan hukum perdata bagian dari
hukum nasional untuk hubungan-hubungan internasional.
6
undang-undang yang dibuat oleh kaum elit Romawi. Ia menjadi
dasar dari konstitusi Romawi dan hukum perdata Romawi. Ia
menjadi dasar hukum untuk pemberian hak-hak istimewa
(privilege) kepada para patrician (keluarga-keluarga elit)
dibandingkan dengan hak-hak yang dimiliki oleh kaum plebeian
(yang dapat kita sebut sebagai kelas menengah) di kalangan warga
negara Roma. Seiring dengan keberhasilan Romawi menaklukkan
wilayah-wilayah lain di luar Roma, maka terbentuklah Imperium
Romawi yang terdiri atas warga negara Roma dan bukan warga
negara Roma.
Bangsa Romawi berusaha untuk mengodifikasi hukum-
hukum yang berlaku dalam bentuk codex. Kodifikasi yang terakhir
dan termasyhur adalah Corpus Iuris Civilis yang disusun di era
Kaisar Justinianus (527-565 M), dan karenanya juga dikenal
dengan Justinian Corpus Iuris atau Codex Justinianus.
2. Kejatuhan Imperium Romawi dan Abad Pertengahan
Semakin luasnya wilayah Imperium Romawi menimbulkan
banyak persoalan, antara lain karena banyaknya kerusuhan (chaos)
pada abad ke-3 M. Untuk mencermati hal tersebut, bangsa Romawi
melakukan reformasi pemerintahan dengan membagi Imperium
menjadi Kerajaan Romawi Barat dan Kerajaan Romawi Timur.
Pembagian kerajaan ini ternyata memperlemah posisi Romawi
terhadap bangsa-bangsa Jerman dan barbar. Invasi bangsa Jerman
akhirnya berhasil menghancurkan Kerajaan Romawi Barat, dan
mengambil alih wilayahnya pada penghujung abad ke-5 M.
Kerajaan Romawi Timur baru berakhir seribu tahun kemudian
dengan penaklukan ibukotanya, Konstantinopel, oleh bangsa Turki
pada tahun 1453.
Hancurnya Kerajaan Romawi Barat secara umum disepakati
7
oleh para sejarawan sebagai awal masuknya Barat ke Zaman
Pertengahan, yang berakhir sampai dengan abad ke-12. Sepanjang
5
8
Mancini menyatakan bahwa koeksistensi hukum dari aneka ragam
nasionalitas merupakan konsepsi yang melingkupi hukum
internasional, negara sebagai unit dalam hukum internasional
terbentuk atas dasar kesadaran kesamaan nasional. Oleh karena itu,
setiap individu terikat kepada negara nasionalnya, dan lex origin
menggantikan lex domicili sebagai hukum yang berlaku untuk
status personalia.
6
9
dapat mempermudah para pembaca, baik mahasiswa, dosen, maupun
stakeholder lainnya agar lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
apa itu HPI, perbedaan antara HPI dengan Hukum Internasional (publik)
baik dari subyek hukum, sumber hukum maupun permasalahan yang
diatur.
Manfaat dan peranan ilmu begitu besar bagi para pembaca dan
orang-orang yang menekuni profesi di bidang hukum dalam menerapkan
teori-teori maupun kaidah dan asas hukum yang terkait dengan peristiwa
HPI untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam praktek di setiap
negara.
10
dibuatnya kontrak dalam perjanjian.
6. Asas Lex Loci Solutionis, asas yang menganut hukum tempat
dilaksanakannya perjanjian.
7. The Proper Law of The Contract, adalah hukum yang berlaku dalam
suatu kontrak adalah hukum negara yang memiliki titik taut
terbanyak.
8. The Most Characteristic Connection, adalah hukum yang berlaku
dalam suatu kontrak adalah hukum pihak yang memiliki pribadi
yang paling karakteristik.
11
masalah HPI menurut konsepsi Anglo Saxon ini dianggap pula
termasuk bidang HPI.
3. Yang lebih luas lagi.
Konsepsi yang ketiga, adalah konsepsi yang lebih luas yaitu
konsepsi yang berkenaan dengan sistim HPI seperti dikenal dalam
negara-negara Latin yaitu negara-negara !talia, Spanyol, Amerika
Selatan. Didalam sistim dari negara-negara bersangkutan, HPI ini
terdiri dari tiga bagian yaitu: "Conflits de lois", "conflicts de
jurisdiction", ditambah dengan "condition des etragers" atau status
orang asing. Jadi termasuk bidang HPI Persoalan-persoalan
berkenaan dengan masalah hukum: mana yang harus dilakukan,
persoalan mengenai wewenang hakim untuk mengadili perkora
bersangkutan, ditambah lagi dengan masalah-masalah yang
berkenaan dengan status orang asing. Berarti segala masalah-
masalah berkenaan dengan bidang orang asing, apakah orang asing
dapat bekerja didalam negara bersangkutan dengan leluasa, apakah
ia bisa menanam modal dengan bebas, apakah ada restriksi-restriksi
tertentu berkenaan dengan masalah-masalah tanah, apakah ada
restriksi tertentu berkenaan dengan bidang perdagangan, industri,
pertambangan, perkayuan dan sebagainya, semua ini termasuk
bidang HPI.
9
12
jurisdiction" dan "condition des etragers", maka di Perancis dikenal
juga bagian keempat dari HPI, yaitu segala masalah-masalah, yang
berkenaan dengan cara-cara memperoleh dan kehilangan
nationalitas. Sistim yang dikenal di Perancis dan dianut oleh para
penulis terbanyak adalah sistim HPI yang paling luas ini.
13
f. Convention on the Protection of Children and Cooperation
in Respecs of Intercountry Adoptions 1933;
g. International Instrumens on Child Abduction (Article 114);
h. Convention on the Law Appllicable to Maintenance
Obligations 1973 (Article 116)
i. Convention on the Law Applicable to Agency 1978 (Article
125).
14
untuk istilah ini adalah Hukum Perselisihan, yang pernah dipakai
oleh Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas
11
Indonesia pada era tahun 1950-an. Keberatan atas istilah ini adalah
adanya kesan bahwa seolah-olah dalam HPI terdapat perselisihan,
pertentangan antara berbagai berbagai stelsel atau sistem hukum.
2. Private International Law
Pemakaian istilah Hukum Perdata Internasional ini menimbulkan
berbagai kecaman, seolah-olah terdapat pertentangan dalam istilah.
3. Hukum Antar Tata Hukum (HATAH)
Berbagai keberatan atas istilah-istilah tersebut di atas mendorong
Profesor Sudargo Gautama mencari istilah yang lebih tepat. Istilah
itu adalah Hukum Antar Tata Hukum, dengan mengikuti istilah
”interlegal law” dari Alf Ross atau ”Interrechtsordenrecht” dari
Logemann dan ”tussenrechtsordening” dari Resink. Dengan istilah
HATAH ini kesan konflik tidak terlihat, dan justru memberikan
kesan bahwa terdapat ”Tata Hukum” di antara sistem-sistem hukum
yang bertemu pada satu waktu tertentu.
15
Kebijakan Indonesia ini diprotes negara produsen mobil
seperti Jepang dan Uni Eropa. Mereka menyeret Indonesia ke badan
penyelesaian sengketa WTO. Indonesia kalah dan WTO
memutuskan agar Indonesia mencabut kebijakan diskriminatif
tersebut. Selanjutnya, nasib mobil nasional Timor bagai hilang
ditelan bumi.
2. Kasus Biodiesel dengan Uni Eropa
12
16
13
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
17
Tempo. (2018, 7 Agustus). Tiga Kasus Sengketa Dagang Indonesia yang Berakhir
di Meja WTO. Diakses 10 November 2018.
https://bisnis.tempo.co/read/1114737/tiga-kasus-sengketa-dagang-
indonesia-yang-berakhir-di-meja-wto
Tutik, D. T. T. (2015). Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Kencana.
18