Anda di halaman 1dari 22

KEDUDUKAN NEGARA DALAM KONTEKS

NEGARA HUKUM

Disusun Oleh:

1. Talita Jessica Agreaty Selan (2210190547)


2. Emiratih Raudhatul Aini (2210190562)

KELAS SA4

SEKOLAH TINGGI EKONOMI INDONESIA SURABAYA

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Banyak berkat
yang Ia berikan tetapi seringkali dilupakan. Makalah ini dibuat dalam jangka waktu tertentu,
sehingga penulis bersyukur karena dapat menyelesaikannya sesuai dengan yang diharapkan.
Bahasa adalah alat komunikasi manusia dan keberadaannya sangat penting, maka membuat
makalah yang membahas eksistensi bahasa, terutama bahasa Indonesia merupakan pilihan
yang tepat. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang harus dipertahankan
eksistensinya pada era globalisasi ini. Oleh karena itu, makalah ini berjudul “Kedudukan
Negara dalam Konteks Negara Hukum”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut telah membantu penulis dengan cara
memberikan dukungan dan pengarahan agar makalah ini dapat disusun dengan baik. Mereka
telah memberikan dukungan moral yang sangat berarti bagi penulis. Tanpa mereka, makalah
ini tidak dapat disusun dengan baik. Penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru dan
bimbingan dengan menulis makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1) Drs. H.. Eddy Sugiri, M.Hum., selaku Dosen Pengampu Pendidikan Kewarganegaraan
Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya;
2) Kedua orang tua penulis beserta teman-temannya;
3) Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah membantu dan
memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca dan pengguna makalah
ini. Penulis berharap dengan adanya saran dan kritik dari para pembaca,maka makalah ini
menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 23 Maret 2023

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…...………………………………………………….……. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii
BAB I: PENDAHULUAN…...…………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang …………………..………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………..……………………………... 2
1.3. Tinjauan Pustaka............................................................................................ 2
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…...………………………. 3
BAB III LANDASAN TEORI.............................................................................. 4
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 13
BAB V: PENUTUP............................................................................................... 15
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….......... 15
5.2 Saran……………………………………………………………………...….. 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehendak rakyat harus mengikuti norma-norma hukum. Walaupun dalam pasal


yang jelas bahwa atas nama rakyat berhak menentukan dan mengubah undang-undang
dalam batas-batas yang logis, seperti UUD yang hanya dapat diubah atas kehendak
mayoritas yang lebih besar, dengan jaminan hak asasi manusia terhadap perubahan,
tetapi selama hukum itu berlaku, kekuatan demokrasi terikat padanya. Ini disebut
persyaratan dasar negara hukum.

Ide negara hukum sesungguhnya telah lama berkembang dan hal tersebut
dikembangkan sejak zaman filsuf dari zaman Yunani Kuno. Plato dengan pemikiran
The Republic-nya telah berpendapat bahwa adalah hal yang mungkin mewujudkan
negara ideal untuk mencapai kebaikan yang berintikan kebaikan, oleh karenanya
menurut Plato kekuasaan harus dipegang oleh orang yang mengetahui kebaikan (the
philosopher king). Namun selanjutnya Plato menjelaskan bahwa yang dapat
diwujudkan adalah bentuk paling baik kedua (the second best) yang menempatkan
supremasi hukum. Pemerintahan yang mampu mencegah kemerosotan kekuasaan
seseorang adalah pemerintahan oleh hukum. (Jimly Asshidiqie, 2009)

Sehubungan dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


1945, kemudian dalam amandemen ke-empat tahun 2002, Konstitusi Negara Hukum
atau “supremasi hukum”, selama ini hanya tercantum dalam penjelasan UUD 1945,
secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1(3), yang berbunyi “Negara Indonesia adalah
negara hukum.” Konsep negara hukum mengidealkan apa yang seharusnya Menjadi
panglima tertinggi dinamika kehidupan bernegara itu benar, bukan politik atau
ekonomi. Oleh karena itu bahasa gaul umum digunakan dalam bahasa Inggris
menyebut prinsip hukum "the rule of law, not of man". Yang diberi nama pemerintah,
khususnya hukum, sebagai suatu sistem, bukan individu hanya bertindak sebagai
"boneka" dari skenario sistem yang dikontrolnya.

Gagasan negara hukum berasal dari konsep Plato bahwa “pemerintahan yang baik
didasarkan pada peraturan (hukum) yang baik yang disebut “substantif”. Kemudian
gagasan rule of law menjadi begitu populer pada abad ke-17. Abad karena situasi

1
politik yang absolut di Eropa perkembangan konsep rule of law tidak terlepas dari
ideologi demokrasi: karena hukum mengatur dan membatasi kekuasaan negara, maka
yang terakhir diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan dan
kedaulatan rakyat. Gagasan ini dibangun melalui pengembangan perangkat hukum itu
sebagai sistem yang penuh dengan fungsi dan berkeadilan, dan dikembangkan melalui
pengelolaan suprastruktur dan infrastruktur institusi politik, ekonomi dan sosial secara
teratur dan teratur serta disosialisasikan dengan membangun budaya dan kesadaran
hukum rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, sistem hukum harus dibangun (legislasi) dan dikontrol
(penegakan hukum). Sebagaimana mestinya, dimulai dengan UUD sebagai hukum
tertinggi. Hukum Dasar menjamin kepatuhan dengan Konstitusi merupakan
kekuasaan tertinggi (hukum negara tertinggi), yang sekaligus membentuk pengadilan
Konstitusi yang bertindak sebagai “penjaga” dan sekaligus sebagai “penafsir
konstitusi”.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam latar belakang dikemukakan bahwa suatu keadaan dianggap sebagai suatu
indikator dari persoalan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan prinsip di negara Indonesia?
2. Apakah aspek hukum memiliki kedudukan yang determinan atau penentu sebagai
identitas Negara Hukum ?
1.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang kedudukan negara dalam
konteks negara hukum. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-
penelitia terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian.
Berdasarkan hasil penelitian Janpatar Simamora bahwa pada umumnya konsepsi
tentang negara hukum selalu berkiblat pada dua tradisi hukum yang berbeda, yaitu
common law system dan civil law system. Kedua sistem hukum tersebut menggunakan
istilah yang berbeda pula, yaitu rechtsstaat dan the rule of law. Dalam sistem hukum
Eropa Kontinental, istilah rechtsstaat juga disebut dengan istilah lain seperti concept of
legality atau etat de droit. Adapun untuk istilah the rule of law menjadi populer setelah
diterbitkannya buku AV. Dicey pada tahun 1885 dengan judul Introducion to Study of the
Law of the Constitution.

2
BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

2.1 Tujuan Penelitian


Bertolak dari rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui kedudukan negara hukum di Indonesia.
2. Mengetahui konsep negara hukum yang ada di Indonesia
3. Mengetahui asas- asas, ciri-ciri, unsur- usur negara hukum yang ada di Indonesia
4. Mengetahui penerapan prinsip negara hukum di Indonesia

2.2 Manfaat Penelitian


1. Memberikan sumbangan pemikiran akademis atau teoritis terhadap upaya
pengkajian, dan pengembangan terhadap ilmu pendidikan kewarganegaraan secara
umum dan khususnya bidang ilmu hukum.
2. Dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang bagaimana negara
hukum di Indonesia
3. Agar pembaca dapat lebih mengetahui perbedaaan hukum yang berlaku di Indonesia
dan di negara hukum lainnya

3
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Negara Hukum


Dalam ensiklopedia Indonesia, dasar negara berarti pedoman dalam mengatur
kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan negara yang mencakup berbagai
kehidupan. Dasar negara yang digunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai
luhur yang terkandung. Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa jauh sebelum
Indonesia merdeka. Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai
dengan kondisi masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang negara telah banyak di
definisikan oleh para ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai
abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara lain:
a. Pendapat Aristoteles, negara adalah komunitas keluarga dan kumpulan keluarga
yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan berkecukupan.
b. Jean Bodin, negara sebagai pemerintahan yangtertata dengan baik dari beberapa
keluarga serta kepentingan bersamamereka oleh kekuasaan berdaulat.
c. Riger Soltau, negara adalah instrumen atau otoritas yang mengatur atau
mengontrol masalah-masalah umum atas nama masyarakat.
d. Menurut Robert M. Mac Iver, negara adalah perkumpulan yang
menyelenggarakan penguasaan atas suatu wilayah berdasarkan sistem hukum
pemerintahan yang memaksa.
e. Miriam Budiardjo, negara adalah wilayah teritorial yang penduduknya diperintah
oleh beberapa pejabat yang berhasil diadili dengan ketaatan warganya oleh
otoritas hukum.
Secara etimologis, istilah negara hukum atau negara berdasar atas hukum
merupakan istilah yang berasal dari bahasa asing, seperti ”rechtstaat” (Belanda), ”etet
de droit” (Prancis), “the state according to law”, ”legal state”, ”the rule of law”
(Inggris). Secara historis, istilah negara hukum sudah lama dikenal dan dianut di
banyak negara sejak abad ke XVIII, istilah ini kemudian baru populer kira-kira abad
XIX sampai dengan abad XX. Di Indonesia istilah negara hukum sudah dipergunakan
sejak negara ini memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka. Di Indonesia
sendiri istilah negara hukum sudah dikenal sejak negara menyatakan diri sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat. Nany Suryawati (2020:11)

4
Kata rule of law berarti kata majemuk yaitu negara dan hukum. Negara adalah
suatu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiap
anggota Mayaraka menjadi anggota negara dan harus tunduk kepada kekuasaan
negara. Melalui kehidupan bernegara dan berpemerintahan, rakyat ingin mencapai
tujuan tertentu, seperti terwujudnya ketenteraman, ketertiban, dan kesejahteraan
sosial. Hukum merupakan wujud dari kearifan kolektif warga negara (collective
wisdom), sehingga peran warga negara dalam pembentukannya sangat diperlukan.
Dalam literatur ilmu hukum dan politik Indonesia, istilah “rule of law”
disamakan dengan istilah “rechtsstaat” (Belanda) dan istilah “rule of law” (Inggris).
Pasca perubahan konstitusi tahun 1945, politik ketatanegaraan Indonesia memperkuat
Indonesia sebagai negara hukum. Pasal 1(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Indonesia adalah negara hukum”. Kata-
kata tersebut memperkuat negara hukum yang diabadikan dalam UUD 1945 sebelum
Perubahan.2 Sebelum Perubahan, negara hukum Indonesia tidak diatur secara tegas
dalam batang tubuh tetapi dalam Penjelasan UUD 1945, yang berbunyi: “Negara
Indonesia berdasarkan pada undang-undang (undang-undang), bukan pada otoritas”.
laut (machsstaat)". Setelah amandemen (1945) Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945, kata
Rechtsstaat tidak digunakan lagi dan bagian penjelasnya dihilangkan.
3.2 Asas-Asas Negara Hukum Indonesia
Menurut Arief Sidharta, Scheltema (2004:124-125), merumuskan
pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-asas negara hukum dengan cara baru,
yang meliputi 5 (lima) hal sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia berdasarkan
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.
2. Penerapan asas kepastian hukum. Tujuan negara hukum adalah untuk menjamin
terwujudnya kepastian hukum dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk
menciptakan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika
koeksistensi sosial menjadi “predictable”. Asas-asas yang terkandung atau
berkaitan dengan asas kepastian hukum adalah:
a. Asas legalitas, konstitusionalitas dan supremasi hukum;
b. Asas keadilan memuat berbagai ketentuan tentang bagaimana pemerintah dan
para pejabatnya menjalankan tindakan pemerintah.
c. Menurut asas non-retroaktif bahwa peraturan perundang-undangan yang
tidak berlaku surut sebelum undang-undang tersebut mengikat harus terlebih
dahulu diumumkan dan diberitahukan sesuai dengan itu;
5
d. Asas keadilan yang bebas, merdeka, tidak memihak dan obyektif, rasional,
adil dan manusiawi;
e. Menurut Asas non-Liquet, hakim tidak dapat memberhentikan suatu perkara
karena undang-undangnya tidak ada atau tidak jelas;
f. Hak asasi manusia harus diartikulasikan dan dilindungi oleh hukum atau
konstitusi.
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law)
Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau
kelompok orang tertentu, atau memdiskriminasikan orang atau kelompok orang
tertentu. Di dalam prinsip ini, terkandung: (a) adanya jaminan persamaan bagi
semua orang di hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b) tersedianya
mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
4. Prinsip demokrasi, dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi dalam pemerintahan atau mempengaruhi kegiatan. Oleh
karena itu, prinsip demokrasi diwujudkan melalui beberapa prinsip, yaitu:
a. Adanya mekanisme pemilihan pejabat tertentu secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil, yang dilakukan secara berkala;
b. Pemerintah bertanggung jawab dan lembaga dapat bertanggung jawab;
c. Semua warga negara memiliki kesempatan dan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik dan mengatur
pemerintahan;
d. Segala tindakan Direksi terbuka untuk kritik dan pengawasan dari semua
pihak;
e. kebebasan berpendapat/berkeyakinan dan berekspresi;
f. Kebebasan Pers dan Telekomunikasi;
g. RUU harus dikeluarkan untuk memungkinkan partisipasi publik yang efektif.
5. Dewan Negara dan pegawai negeri menjalankan pelayanan publik dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan negara masing-masing.
Prinsip ini mencakup hal-hal berikut:
a. Prinsip-prinsip umum tata pemerintahan yang baik;
b. Persyaratan dasar untuk hidup bermartabat dijamin dan dirumuskan dalam
ketentuan hukum, terutama dalam konstitusi;
c. Pemerintah harus mengatur secara rasional setiap kegiatan, harus memiliki
tujuan yang jelas dan efektif (doelmatig).

6
3.3 Konsep-Konsep Negara Hukum
Ini berarti bahwa dewan harus diorganisir secara efektif dan efisien. Adapun
konsepsi tentang negara hukum yang tumbuh sesuai perkembangan zaman, yaitu :
1) Negara Hukum Konsep Eropa Kontinental
Di Belanda, Jerman, dan Prancis, Soetanto menemukan bahwa dua sarjana
Barat terlibat dalam gagasan negara hukum, yaitu Immanuel Kant dan Friedrich
Julius Stahl. Kant memahami negara konstitusional sebagai negara penjaga
malam atau negara penjaga malam yang bertugas untuk menjamin ketertiban dan
keamanan masyarakat. Pemikiran hukum menurut Kant disamakan dengan negara
konstitusional liberal. Konsep negara konstitusional Friedrich Julius Stahl dalam
bukunya The Constitutional State and Democracy: Teori dan praktek di Eropa
dan Amerika, sebagaimana dikutip Miriam Budiardjo, dicirikan oleh empat unsur,
yaitu:
1) Hak asasi manusia;
2) Pemisahan kekuasaan atau pemisahan untuk menjamin hak asasi manusia,
sering dikenal dengan trias politika;
3) Pemerintahan berdasarkan aturan (wetmatigheid van hestuur); dan
4) hukum administrasi dalam sengketa.

2) Negara Hukum Konsep Anglo Saxon


Sebelum konsep negara hukum Anglo-Saxon muncul, ada pembahasan tentang
jenis negara pertama yang mendahuluinya, yaitu negara polisi. Hal ini harus
dikatakan karena di negara-negara Barat supremasi hukum muncul sebagai reaksi
terhadap kekuasaan raja-raja yang absolut, yang terjadi hampir secara eksklusif di
benua Eropa, sehingga untuk memajukan kemakmuran. Negara polisi adalah
negara yang menyelenggarakan keamanan dan kemakmuran atau ekonomi.
Pelaksanaannya dikenal pada masa kerajaan lama ketika raja-raja barat masih
memerintah secara mutlak, L'etat c'est moi, negara adalah aku (raja). Hal ini juga
tercermin dalam semua bidang kebijakan yang mempengaruhi kepentingan
publik. Kekuasaan absolut itu tidak hanya terbatas di Prancis, tetapi juga terlihat
di Belanda, di mana rakyatnya membunuh Raja Willem van Oranje. Kemutlakan
ini disebabkan oleh perang dan penaklukan raja, yang membutuhkan uang dalam
jumlah besar, sebagian besar pembiayaannya adalah partisipasi para bangsawan.
Sehingga kaum bangsawan mendapat kelonggaran untuk ikut serta dalam
penyelenggaraan negara. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perbedaan yang tampak
7
antara konsep negara hukum dan negara hukum yaitu dalam hukum administrasi
negara merupakan ciri yang sangat penting dan sekaligus merupakan ciri yang
tampak dari negara hukum. Di sisi lain, hukum administrasi tidak berlaku untuk
konsep negara hukum karena masyarakat sangat percaya pada peradilan.
Secara umum, konsep negara hukum Anglo-Saxon terdiri dari adanya aturan
hukum, persamaan semua orang di depan hukum dan konstitusi berdasarkan hak
asasi manusia.

3) Negara Hukum Konsep Legalitas Sosialis


Legalitas sosialis adalah konsep yang diadopsi di negara-negara komunis atau
sosialis, tampaknya dimaksudkan untuk mengimbangi aturan hukum yang
diperkenalkan di negara-negara Anglo-Saxon. Legalitas sosialis tertanam dalam
sistem sosial dan politik Uni Soviet, yang bergantung pada jaminan hak politik
warga negara, hak dan kepentingan pekerja, perumahan dan hak fisik dan
kepentingan individu, serta kehidupannya, kesehatannya, martabat dan reputasi.
Dapat dipahami bahwa esensi legalitas sosialis berbeda dengan konsep barat,
karena dalam legalitas sosialis hukum ditempatkan di bawah sosialisme.
Konsep legalitas sosialis adalah konsep yang menyangkut jaminan
konstitusional terhadap propaganda anti-agama. Memang, propaganda ini sesuai
dengan sifat negara komunis atau sosialis dengan doktrinnya: “Agama Sebagai
Candu Rakyat”.

4) Negara Hukum Indonesia.

Negara hukum di Indonesia berbeda dengan negara hukum di Eropa, negara


hukum Anglo-Saxon dan negara hukum sosialisme.

Perbedaannya terletak pada posisi individu dalam hubungannya dengan


masyarakat serta hak dan kewajiban individu dalam hubungannya dengan
masyarakat. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh pengaruh gaya hidup
masyarakat Indonesia. Hal ini pula yang membedakan konsep negara hukum
Indonesia dan latar belakang sejarahnya sendiri dengan konsep negara hukum
liberal.

Beberapa perbedaan konsep negara hukum di Indonesia dengan konsep


negara hukum lainnya adalah:

8
1. Bersumber pada Pancasila

Roeslan Saleh, merefleksikan penempatan dan misi Pancasila dalam


pendahuluan, berpendapat bahwa Pancasila merupakan standar dasar yang
lebih luas daripada standar dasar Hans Kelsen karena mencakup seluruh
standar kehidupan bangsa Indonesia.

Dalam konteks saat ini, unsur-unsur yang berasal dari Pancasila sesuai
dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 yang menyatakan
bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum negara.

2. Sistem Konstitusi
Di negara-negara Barat dikenal asas legalitas, artinya setiap tindakan
negara harus berdasarkan hukum (wetmatigheid van heet bestuur), yang
mengembangkan landasan hukum dan berdasarkan penerapannya. Unsur
legalitas ini memicu reaksi yang berujung pada perubahan wajib di Belanda.
Berdasarkan pengamatan tersebut, masyarakat Indonesia berpendapat
bahwa cukup diatur kekuasaan pemerintahan secara prinsipil, yang diatur
kerangka dasarnya saja, sedangkan peraturan (lebih detail) dapat disepakati
kemudian, disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, sehingga pokok-
pokok masalah harus diatur dalam konstitusi atau hanya dalam konstitusi.
Pemerintahan didasarkan atas sistem konstitusional atau sistem hak asasi
yang secara formal ditetapkan dalam konstitusi (UU Dasar tertulis) dan,
mengikuti UUD 1945, memuat beberapa ketentuan tentang susunan dan
kedudukan, hak dan kewajiban Pemerintah. Direksi dan pengawasan
Direksi.
3. Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk mengatur sesuatu yang
bermuara pada kemaslahatan jasmani dan rohani warga negara, kekuasaan ini
berada di tangan seluruh bangsa. Dan hak menentukan nasib sendiri ini
diwujudkan dalam undang-undang yang harus dilaksanakan oleh
penyelenggaraan negara, yang terdiri dari seorang pemimpin dan pengawas
yang mengontrol pelaksanaan undang-undang, rakyat secara keseluruhan
dapat meminta pertanggungjawaban raja jika ia bertindak secara sewenang-
wenang.

9
4. Persamaan Kedudukan dalam Hukum
Unsur ini termasuk dalam UUD 1945, namun tidak banyak negara yang
memasukkannya ke dalam konstitusinya. Namun bagi bangsa Indonesia, hal
ini memiliki latar belakang sejarah yang pahit di bawah pemerintahan
kolonial Belanda. Pada waktu itu orang Indonesia yang disebut warga negara
pribumi adalah warga negara kelas tiga (I.S. (Indische Staatsregeling) Pasal
163) karena kedudukan hukumnya tidak sama dengan orang Eropa dan
Timur.
Demikian juga diskriminasi rasial di lembaga peradilan. Satu hakim sudah
cukup bagi masyarakat Indonesia, dengan jaksa dan pengacara tidak
diharuskan memiliki gelar sarjana hukum di pengadilan Landraad tersendiri.
Di negeri ini, pengacara awalnya dikenal dengan sebutan "Bambu Pokrol".
Sementara itu, tim pengadilan daerah Eropa harus beranggotakan hakim dan
jaksa, dan pengacara mereka harus memiliki gelar sarjana hukum.
Pengalaman pahit ini memotivasi bangsa Indonesia untuk mempertahankan
martabat manusia.
Oleh karena itu, dalam rumusan Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945, di samping
jaminan persamaan hukum, ada juga persamaan dalam pemerintahan. Ini
berarti bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk ikut serta
dalam pemerintahan, tanpa memandang ras, warna kulit, kaya atau miskin,
laki-laki atau perempuan, atau agama. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia menghargai martabat manusia di atas supremasi hukum yang
hanya menjamin kesamaan di depan hukum, sehingga tidak semua warga
negara Inggris bisa menjadi kepala negara, tidak semua warga negara Inggris
bisa duduk di House of Lords. karena hanya keturunan bangsawan yang bisa
menghadiri pertemuan ini sebagai anggota. Dengan demikian, unsur keempat
negara hukum Indonesia menunjukkan lebih demokratis dibandingkan
dengan Rule of Law.
5. Kekuasaan Kehakiman yang Bebas dari Kekuasaan Lain.
UUD 1945 tidak menganut teori Trias Politica, namun untuk menjamin
hak warga negara atas keadilan, perlu diciptakan lembaga peradilan yang
mandiri dan bebas dari pengaruh kekuasaan lain, terutama pemerintah
(eksekutif). Berdasarkan Pasal 24 UUD 1945 menyatakan:
1) Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk menerapkan hukum
guna menegakkan hukum dan keadilan.
10
2) Yurisdiksi dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan badan hukum di
bawahnya dari sistem hukum umum, sistem hukum agama, yurisdiksi
militer, pengadilan tata usaha negara dan Mahkamah Konstitusi.
3) Lembaga lain yang tugasnya berkaitan dengan peradilan diatur dengan
undang-undang.
Prinsip negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan hak asasi
manusia di bidang politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya sesuai dengan
ketentuan hukum.
1) Peradilan bebas, tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh kekuasaan
apapun.
2) Legalitas dalam pengertian hukum dalam segala bentuknya, gugatan
harus sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam peraturan perundang-
undangan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa negara Indonesia pada hakekatnya
adalah negara hukum, dan untuk itu dapat dikemukakan dua gagasan:
1) Kekuasaan tertinggi negara Indonesia adalah undang-undang yang dibuat
oleh rakyat melalui wakil-wakilnya di parlemen. Aturan hukum, oleh
karena itu, sebagai bukti lebih lanjut dari gagasan kedaulatan rakyat
(badan perwakilan dari kehendak rakyat negara).
2) Sistem ketatanegaraan atau cara penguasaan negara memerlukan
kekuasaan, tetapi tidak ada kekuasaan di Indonesia yang tidak
berdasarkan hukum.

3.4 Unsur-Unsur Negara Hukum


a) Adanya hak asasi manusia yang dihormati. Penghormatan terhadap hak-hak
tersebut harus sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Jadi ada sisi kemanusiaan
yang harus dipertahankan dalam negara hukum.
b) Untuk menjamin terwujudnya hak-hak tersebut, terdapat pemisahan dan
pembagian tanggung jawab.
c) Dewan didasarkan pada hukum dan peraturan yang ada dan berlaku.
d) Hukum administrasi terdiri dari perselisihan antara rakyat dan pemerintah itu
sendiri.
\

11
3.5 Ciri-Ciri Negara Hukum
Menurut Albert Venn Dicey (1915:110-117), negara hukum harus memiliki tiga
ciri sebagai berikut:
1. Supremacy of law berarti hukum memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara dan
setiap orang wajib menaati hukum.
2. Equality before the law berarti bahwa setiap orang sama di depan hukum, tanpa
memandang status. Selain itu, setiap orang berhak atas peradilan yang adil.
3. Due process of law berarti hak asasi manusia dijamin bagi semua orang yang
menghadapi proses hukum.
Di Indonesia, negara hukum dapat memenuhi syarat-syaratnya jika memenuhi ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Hukum secara keseluruhan bersumber dari Pancasila.
b. Harus berdaulat atas rakyat.
c. Sistem politik konstitusional.
d. Setiap orang dijamin persamaannya di depan hukum.
e. Ada badan hukum negara yang tidak dapat ikut campur dalam pelaksanaan
tugasnya.
f. Ada Majelis Permusyawaratan Rakyat.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


1. Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia
Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia dapat dikatakan dijalankan tanpa
berpatokan secara langsung pada prinsip rechtsstaat atau rule of law. Janpatar
Simamora (2016:26) mengemukakan bahwa terwujudnya negara hukum
sebagaimana yang dicitacitakan dalam UUD 1945 akan dapat direalisasikan bila
seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan atau negara benar-benar didasarkan
pada kaidah-kaidah yang tertuang dalam konstitusi itu sendiri. Negara hukum
Indonesia memiliki ciri-ciri tersendiri yang barangkali berbeda dengan negara hukum
yang diterapkan di berbagai negara. Hanya saja, untuk prinsip umumnya, seperti
adanya upaya perlindungan terhadap hak asasi manusia, adanya pemisahan atau
pembagian kekuasaan, adanya pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya
penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan adanya peradilan administrasi negara masih tetap
digunakan sebagai dasar dalam mewujudkan negara hukum di Indonesia.
Berdasarkan pelaksanaannya kemudiannya, sejumlah unsur penting tersebut
diwujudkan dengan baik. Terkait dengan perlindungan hak asasi manusia, UUD 1945
setelah perubahan cukup mengakomodir masalah hak asasi manusia secara lengkap.
Bahkan dapat dikatakan jauh lebih lengkap dari pengaturan yang terdapat dalam
konstitusi yang pernah berlaku sebelumnya.
Seiring dengan adanya penerapan negara hukum dengan prinsip tersendiri di
Indonesia, tentu sangat diharapkan agar pelaksanaan negara hukum itu sendiri benar-
benar berjalan sesuai dengan unsur-unsur yang terkandung dalam prinsip negara
hukum. Penerapan negara hukum sangat membutuhkan konsistensi agar kemudian
dapat berjalan dengan baik serta mampu mencapai tujuan negara hukum itu sendiri.

2. Hukum merupakan Faktor Determinan dalam Konsep Negara Hukum


Menurut Savigny, hukum tidak berakar atau berasal dari asas-asas abstrak,
melainkan berdasarkan tradisi hukum nasional. Namun dalam perkembangan
selanjutnya, hukum tidak hanya muncul dari kebiasaan masyarakat, tetapi hukum juga
dapat terbentuk dari kebijakan penguasa (negara) sebagai pejabatnya. Berbeda
13
dengan aliran utilitas, yang memandang hukum sebagai sarana untuk mencapai
tingkat kemakmuran yang setinggi-tingginya. Menurut aliran ini, hukum diukur dari
baik buruknya hasil penerapan hukum. Suatu hukum dikatakan baik apabila
penerapannya menghasilkan kebaikan. Sebaliknya, dianggap buruk ketika
penerapannya menghasilkan hasil yang buruk. Kajian hukum kodrat alam,
sebaliknya memfokuskan analisisnya pada masalah sumber hukum, isi hukum, dan
bentuk hukum. Hukum kodrat alam adalah gagasan tentang keadilan abadi yang harus
diwujudkan, atau kegagalan manusia dalam mewujudkan keadilan itu. Tidak jauh
berbeda dengan aliran utilitarian Bentham, aliran Sociological Jurisprudence yang
memberikan perhatian yang sama terhadap hukum dan masyarakat sebagai unsur
utama dalam penciptaan dan penegakan hukum, berpendapat bahwa hukum yang baik
adalah hukum yang dibentuk dan undang-undang yang hidup dalam masyarakat.
(Wignjosoebroto, 2002)
Menurut paham negara hukum, pembangunan hukum merupakan upaya untuk
memperkuat berfungsinya hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
sebagaimana dijelaskan bahwa pembangunan bidang hukum dan juga kesadaran
hukum memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah politik hukum nasional
kita yang tercermin dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara yang menyebutkan bahwa perkembangan bidang hukum harus
terarah dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan hukum sesuai dengan perkembangan
hukum kesadaran. masyarakat yang berkembang menuju modernisasi di segala
bidang untuk mencapai ketertiban dan kepastian hukum sebagai infrastruktur yang
dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa peran dan tempat hukum
dalam konteks paradigma negara hukum, khususnya paradigma negara hukum
kesejahteraan/negara hukum modern (welfare state), sangatlah penting karena tujuan
hukum secara fungsional terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum
juga merupakan sarana yang harus menjamin dan melindungi terwujudnya hak asasi
warga negara di dalam negara. Hal ini diatur dalam hukum Indonesia yaitu UU
tentang HAM No. 39 Tahun 1999. Jadi dapat dikatakan bahwa hukum adalah suatu
aspek atau unsur yang mengatur kehidupan masyarakat, baik kecil maupun besar
(negara).

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kehendak rakyat harus mengikuti norma-norma hukum. Walaupun dalam pasal
yang jelas bahwa atas nama rakyat berhak menentukan dan mengubah undang-undang
dalam batas-batas yang logis, seperti UUD yang hanya dapat diubah atas kehendak
mayoritas yang lebih besar, dengan jaminan hak asasi manusia terhadap perubahan,
tetapi selama hukum itu berlaku, kekuatan demokrasi terikat padanya. Ini disebut
persyaratan dasar negara hukum. Dasar negara yang digunakan di Indonesia adalah
Pancasila, nilai-nilai luhur yang terkandung. Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa
jauh sebelum Indonesia merdeka. Secara historis pengertian negara senantiasa
berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang negara
telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli abad
pertengahan, sampai abad modern.
Menurut Arief Sidharta, merumuskan pandangannya tentang asas-asas negara
hukum sebagai berikut:
1. Pengakuan, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia berdasarkan
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.
2. Penerapan asas kepastian hukum
3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law)
4. Prinsip demokrasi
5. Dewan Negara dan pegawai negeri menjalankan pelayanan publik dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan negara masing-masing.
Selain asas- asas negara hukum ada pula perbedaan konsep hukum antara negara
Indonesia dengan negara lainnya yaitu:
1. Bersumber pada Pancasila
2. Sistem Konstitusi
3. Kedaulatan Rakyat
4. Persamaan Kedudukan dalam Hukum
5. Kekuasaan Kehakiman yang Bebas dari Kekuasaan Lain.

15
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa negara Indonesia pada hakekatnya adalah
negara hukum, dan untuk itu dapat dikemukakan dua gagasan:
1) Kekuasaan tertinggi negara Indonesia adalah undang-undang yang dibuat oleh rakyat
melalui wakil-wakilnya di parlemen.
2) Sistem ketatanegaraan atau cara penguasaan negara memerlukan kekuasaan, tetapi
tidak ada kekuasaan di Indonesia yang tidak berdasarkan hukum.
Adapun unsur- unsur dan ciri- ciri negara hukum yang dapat kita simpulkan sebagai
berikut :
a) Adanya hak asasi manusia yang dihormati.
b) Terdapat pemisahan dan pembagian tanggung jawab.
c) Dewan didasarkan pada hukum dan peraturan yang ada dan berlaku.
d) Hukum administrasi terdiri dari perselisihan antara rakyat dan pemerintah itu
sendiri.
Di Indonesia, negara hukum dapat memenuhi syarat-syaratnya jika memenuhi ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Hukum secara keseluruhan bersumber dari Pancasila.
b. Harus berdaulat atas rakyat.
c. Sistem politik konstitusional.
d. Setiap orang dijamin persamaannya di depan hukum.
e. Ada badan hukum negara yang tidak dapat ikut campur dalam pelaksanaan
tugasnya.
f. Ada Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia dapat dikatakan dijalankan tanpa
berpatokan secara langsung pada prinsip rechtsstaat atau rule of law. Janpatar
Simamora 201626 mengemukakan bahwa terwujudnya negara hukum sebagaimana
yang dicitacitakan dalam UUD 1945 akan dapat direalisasikan bila seluruh proses
penyelenggaraan pemerintahan atau negara benar-benar didasarkan pada kaidah-kaidah
yang tertuang dalam konstitusi itu sendiri. Negara hukum Indonesia memiliki ciri-ciri
tersendiri yang barangkali berbeda dengan negara hukum yang diterapkan di berbagai
negara. Hanya saja, untuk prinsip umumnya, seperti adanya upaya perlindungan
terhadap hak asasi manusia, adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, adanya
pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan adanya peradilan administrasi
negara masih tetap digunakan sebagai dasar dalam mewujudkan negara hukum di
Indonesia.
16
Suatu hukum dikatakan baik apabila penerapannya menghasilkan kebaikan.
Sebaliknya, dianggap buruk ketika penerapannya menghasilkan hasil yang buruk.
Hukum juga merupakan sarana yang harus menjamin dan melindungi terwujudnya
hak asasi warga negara di dalam negara. Hal ini diatur dalam hukum Indonesia yaitu
UU tentang HAM No. 39 Tahun 1999. Jadi dapat dikatakan bahwa hukum adalah
suatu aspek atau unsur yang mengatur kehidupan masyarakat, baik kecil maupun
besar (negara).
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada pembaca:
1. Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan negara hukum
2. Pembaca juga diharapkan agar mengetahui pengertian negara hukum, konsep
negara hukum, asas negara hukum, ciri negara hukum dan penerapan prinsip negara
hukum di Indonesia
3. Dengan demikian, pembaca dapat membedakan penerapan prinsip hukum di
Indonesia dengan negara hukum yang lainnya

Penulisan makalah ini memang belum sempurna dan jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat memotivasi sangat diharapkan oleh penulis
demi perbaikan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2020). PERBANDINGAN KONSEP NEGARA HUKUM. Diakses pada tanggal 25


Maret 2023, dari https://jdih.kkp.go.id/uploads/posts/892dc-perbandingan-konsep-
negara-hukum-indonesia.pdf
Asshiddiqie, J. (2011, November). Gagasan negara hukum Indonesia. In Makalah
Disampaikan dalam Forum Dialog Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional
yang Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian
Hukum dan HAM RI di Jakarta.
Asshidiqie, J. (2011). Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Sinar
Grafika.
Budiharjo, Miriam (1977). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Dachi, M, A. (2023). Pengertian Negara Hukum, Konsep, dan Ciri. Diakses pada 25 Maret
2023, dari https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/557910/pengertian-
negara-hukum-konsep-dan-ciri.
Dicey, A. V. (1915). An Introduction to the Studi of Law of the Constitution. London:
Macmillan.
Ilmi, N, Q. (2021). Negara Hukum. Padang: Universitas Ekasakti.
Nurwahyuni, N., Sumartini, S., & Kholik, S. (2022). Kedudukan Hukum Dalam Perspektif
Negara Hukum Modern. Jurnal Suara Hukum, 4(1), 224-242.
Prasetyo, T. (2010). Rule of Law dalam Dimensi Negara Hukum Indonesia. Yogyakarta:
Jurnal Penelitian dan Evaluasi, (129).
PTUN Jakarta. (2015). Negara Hukum dan Demokrasi. Diakses tanggal 25 Maret 2023, dari
https://ptun-jakarta.go.id/wp-
content/uploads/file/berita/daftar_artikel/Negara%20Hukum%20Dan%20Demokra
si.pdf
Raihan, W. A. (2021). Pengertian Negara. Padang : Universitas Ekasakti.
Saleh, Roeslan. (1979). Penjabaran Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
Perundang-undangan. Jakarta: Aksara Baru.
Siallagan, H. (2016). Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia. Sosiohumaniora, 18(2),
122-128.

18
Sidharta, B, A. (2004). Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum. Jakarta: Pusat Studi
Hukum dan Kebijakan (PSHK), 3(2), 124-125.
Simamora, Janpatar. 2016, Considering Centralization of Judicial Review Authority in
Indonesia Constitutional System, IOSR Journal Of Humanities And Social Science
(IOSR-JHSS) Vol. 21, Issue 2, Ver. V (Feb. 2016) PP 26-32.

Subechi, I. (2012). Mewujudkan Negara Hukum Indonesia. Jurnal Hukum dan


Peradilan, 1(3), 339-358.
Suryawati, N. (2020). Hak Asasi Politik Perempuan. Gorontalo: Ideas Publishing.
Wahyono, P. (1982). Negara Republik Indonesia. Jakarta: Rajawali
Wignjosoebroto, S. (2002). Hukum (Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya).
Jakarta; ELSAM dan HUMA. halaman 155.

19

Anda mungkin juga menyukai