Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

” NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN


KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI BAWAH UUD”

DOSEN PENGAJAR

Muhammad Imam Hafidz, SE.,M.M.

Di Susun Oleh :

Anisya Dwi Pratiwi – 181011200726

Dhea Ananda – 181011200729

Iman Santoso – 181011202455

Inka Nadiah Agustin – 181011200689

Windu Shabriellia – 181011200738

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Alhamdulillah atas limpahan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD NRI 1945 dan
Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD”  yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah kewarganegaraan, dengan harapan menjadi suatu acuan dalam
pembelajaran kewarganegaraan.

    Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan lapang dada kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca dengan harapan kami bisa membuat makalah
dengan lebih baik di kemudian hari.   

    Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD
NRI 1945 dan Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD” dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Berbangsa-Negara Indonesi..............3


B. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia............4
C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa-Negara Indonesia..........................................................................5
D. Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara
Indonesia.........................................................................................................7
E. Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara............8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konstitusi dalam arti luas yaitu meliputi hukum dasar tertulis dan tak tertulis.
Sedangkan dalam arti sempit yaitu hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar.
Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang
tertulis.

Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang
terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara,
maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Dalam bab ini kita akan membahas nilai dan norma
konstitusional UUD NRI 1945 dan konstitusionalitas perundang-undangan di bawah
UUD. Yang mencakup konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara,
pentingnya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara, sumber historis sosiologis dan
politik konstitusi dalam berbangsa-negara indonesia, dinamika dan tantangan konstitusi
dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia, esensi dan urgensi konstitusi dalam
kehidupan berbangsa-negara indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara ?

b. Mengapa konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara diperlukan ?

c. Bagaimana kronologi dari sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi

dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia?

d. Apasaja dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara

indonesia ?

e. Bagaimana esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara?

1
C. TUJUAN

a. Untuk menelusuri konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara


indonesia
b. Untuk mengetahui perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia
c. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam
kehidupan berbangsa-negara indonesia
d. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan konstitusi dalam berbamgsa-negara
indonesia
e. Untuk mengetahui esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara
indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Berbangsa-Negara Indonesi

Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa


Prancis dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah
constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa
Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah
verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah (Riyanto,
2009). Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk, pembentukan. Yang dimaksud
dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. fungsi konstitusi bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara :
1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan
konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam
arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi
undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundang-undangan
lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-Undang Dasar
(Astim Riyanto, 2009).

2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,


sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan
demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich dijelaskan
sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan
untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas
untuk memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999).

3. Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa


agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap
rakyatnya; (b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat
yang dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan

3
negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh
semua warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

B. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia

Setiap negara harus memiliki konstitusi karena konstitusi merupakan tonggak


awal terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi peyelenggaraan bernegara. Oleh
karena itu konstitusi menempati posisi penting dan straegis dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Negara konstitusional tidak cukup hanya memiliki
konstitusi, tetapi juga negara tersebut harus menganut gagasan tentang
konstitusionalisme. Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu
negara harus mampu memberi pembatasan kekuasaan pemerintahan, serta memberi
perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar warga negara. Suatu negara yang
memiliki konstitusi, tetapi isinya mengabaikan dua hal diatas maka ia bukan negara
konstitusional.

Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang efektif bahwa kekuasaan


pemerintahan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak dilanggar.
Oleh karena itu, satu negara demokrasi harus memiliki dan berdasar pada konstitusi,
apakah itu tertulis maupun tidak tertulis, namun tak semua negara yang memiliki
konstitusi itu bersifat konstitusionalisme.

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan


ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam hal tujuan,
bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama,
yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi.

4
C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Konstitusi dalam Kehidupan

Berbangsa-Negara Indonesia

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan


sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi
membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan.

Dari pandangan ini, dapat dihami, mengapa manusia dalam bernegara


membutuhkan konstitusi. Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan
serigala. Hingga timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow]
man), artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum
omnium contra omnes: perang semua lawan semua. Hidup dalam suasana demikian
pada akhirnya menyadarkan manusiauntuk membuat perjanjian antara sesama
manusia, yang dikenal dengan istilah factum unionis. Selanjutnya timbul perjanjian
rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat
yang dikenal dengan istilah factum subjectionis.

Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu


argumentasi tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang
mengimplikasikan pengalihan kedaulatan kepada primus interpares yang kemudian
berkuasa secara mutlak (absolut). Primus inter pares adalah yang utama di antara
sekawanan (kumpulan) atau orang terpenting dan menonjol di antara orang yang
derajatnya sama Negara dalam pandangan Hobbes cenderung seperti monster
Leviathan. Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi zamannya (zeitgeist-
nya) sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan mutlak) dengan
konsep devine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan pilihan
Tuhan sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi. Pandangan inilah yang
mendorong munculnya raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan primus inter pares
dan wakil Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat.
Salah satu contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah Louis XIV, raja Perancis
yang dinobatkan pada 14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Ia baru mulai berkuasa
penuh sejak wafatnya menteri utamanya, Jules Cardinal Mazarin pada tahun 1661.
Louis XIV dijuluki sebagai Raja Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang Agung

5
(Louis le Grand, atau Le Grand Monarque). Ia memerintah Pada buku novel Moby-
Dick, Leviathan merupakan ikan paus besar, dan pada bahasa Ibrani Modern,
Leviathan berarti "paus". Dalam beberapa mitologi seperti Jepang dan Canaanite,
Leviathan dikenal sebagai Dewa Lautan. Menurut beberapa sumber lain dikatakan
bahwa Leviathan adalah ular raksasa jahat berkepala tujuh.

Dalam sejarah Perancis, Raja Louis XIV bertindak absolut. Gagasan untuk
membatasi kekuasaan raja atau dikenal dengan istilah konstitusionalisme yang
mengandung arti bahwa penguasa perlu dibatasi kekuasaannya dan karena itu
kekuasaannya harus diperinci secara tegas, sebenarnya sudah muncul sebelum Louis
XVI dihukum dengan Guillotine. Dalam rentetan sejarah penegakkan HAM di
temukan beberapa peristiwa yang melahirkan berbagai dokumen HAM. Seperti
Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan Declaration of Independence dalam
sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des Droits de L’homme et du Citoyen di
Perancis.

Oleh karena itu konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam
negara. Pandangan ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya
adalah membagi kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988). Bagi mereka
yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi
kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas
yang menentapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga
kenegaraan, misalnya antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konsitusi
menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasan itu bekerja sama dan
menyesuaiakan diri satu sama lain serta merekam hubungan-hubungan kekuasaan
dalam negara.

Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan. Jika
kita mengartikan konstitusi secara sempit, yakni sebagai suatu dokumen atau
seperangkat dokumen, maka Kerajaan Inggris tidak memiliki konstitusi.yang termuat
dalam satu dokumen tunggal. Inggris tidak memiliki dokumen single core
konstitusional. Konstitusi Inggris adalah himpunan hukum dan prinsip- prinsip Inggris
yang diwujudkan dalam bentuk tertulis, dalam undang-undang, keputusan pengadilan,

6
dan perjanjian. Konstitusi Inggris juga memiliki sumber tidak tertulis lainnya,
termasuk parlemen, konvensi konstitusional, dan hak-hak istimewa kerajaan. Oleh
karena itu, kita harus mengambil pengertian konstitusi secara luas sebagai suatu
peraturan, tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana negara dibentuk
dan dijalankan. Jika demikian Kerajaan Inggris memiliki konstitusi. Negara tersebut
bukan satu-satunya yang tidak memiliki konstitusi tertulis. Negara lainnya di
antaranya adalah Israel dan Selandia Baru.

D. Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara

Indonesia

Konstitusi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini adalah Undang-Undang


Dasar 1945 yang berlaku mulai 5 Juli 1959, dimana kontitusi ini termasuk dalam
konstitusi tertulis.

Pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa konstitusi Indonesia telah


mengalami beberapa perubahan dalam perkembangannya. Perubahan konstitusi ini
dilakukan pasti bukan tanpa sebab yang tidak jelas, karna itu dalam pembahasan
tentang alasan mengapa konstitusi di Indonesia beberapa kali mengalami perubahan.
Sepanjang sejarah, Indonesia tercatat mengalami 4 kali perubahan konstitusi dalam
kurun waktu yang cukup singkat.

Periode pertama yaitu UUD 1945 yang berlaku  selama 4 tahun mulai 18


Agustus 1945 - 27 Desember 1949 namun ditahun terakhir konstitusi berubah dan
ditetapkan menjadi UUD RIS yang berjalan sampai 17 Agustus 1950. Perubahan yang
terbilang cukup singkat ini dilatarbelakangi oleh agresi militer Belanda yang
mengharuskan mengubah bentuk negara dari Presidensil menjadi pemerintahan
Parlementer, akibatnya Indonesia harus mengubah konstitusi negara. Konstitusi
negara Indonesia berubah menjadi parlementer yang menjadikan Presiden Soekarno
sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.

7
E. Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara

Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Eksistensi konstitusi


dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal yang sangat
krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara. Dalam
lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini, hampir tidak ada negara yang tidak ada
negara yang tidak memiliki konstitusi. Hal ini menunjukkan betapa urgenya konstitusi
sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang
satu  sama lain tidak terpisahkan.

Konstitusi  menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan


ketatanegaraan,karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur
organisasi negara,serta hubungan  antara negara dan warga negara sehingga saling
menyesuaikan diri dan saling bekerjasama. Dr.A.Hamid S.Attamimi menegaskan –
seperti yang dikutip Thaib – bahwa konstitusi atau Undang–Undang Dasar 
merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus dipakai  sebagai pegangan dalam  mengatur bagaimana kekuasaan
negara harus dijalankan. Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrumen untuk
membatasi kekuasaan dalam suatu  negara, Meriam Budiardjo mengatakan:

“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi


konstitusional,Undang – undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenwng –wenang .Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara
akan lebih terlindungi”.(Budiardjo,1978:96)

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut,


Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi dalam dua (2)
bagian, yakni membagi kekuasaan  dalam  negara, dan membatasi kekuasaan
pemerintah atau penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi
mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan  menganggap sebagai
organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau
kumpulan asas yang mendapatkan  bagaimana kekuasaan dibagi diantara beberapa
lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Selain

8
sebagai pembatas kekuasaan ,konstitusi juga dugunakan sebagai alat untuk menjamin
hak –hak warga negara. Hak –hak tersebut mencakup hak-hak asasi,seperti hak untuk
hidup,kesejahteraan hidup hak kebebasan. 
Dari beberapa pakar yang menjelaskan  mengenai urgensi konstitusi dalam  sebuah 
negara,maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam suatu
negara merupakan suatu keniscayaan,karena dengan adanya konstitusi akan tercipta
pembatasan kekuasaan melain pembagian wewenang dan kekuasaan dalam 
menjalankan negara.Selain itu,adanya konstitusi juga menjadi suatu hal sangat penting
untuk menjamin hak-hak asasi warga negara,sehingga tidak terjadi penindasan dan
perlakuan sewenang –wenang dari pemerintah. Konstitusi adalah sarana dasar untuk
mengawasi proses kekuasaan. Oleh  karena itu Setiap konstitusi mempunyai beberapa
peranan yaitu :
1. untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik
2. untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa,dan menetapkan
bagi penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka, sehingga tidak terdapat
kekuasaan yang semena – mena.
3. untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk menjamin
hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat.
4. Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan susunan
pemerintahan. Sehingga dimana ada organisasi negara dan kebutuhan
menyusun suatu pemerintahan negara, maka akan diperlukan konstitusi.
5. Konstitusi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer(ukuran) bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara, juga merupakan ide-ide dasar yang
digariskan penguasa negara untuk mengemudikan suatu negara.
6. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada diantara
lembaga-lembaga negara.Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban
pemerintah sekaligus membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-
wenang dalam bertindak.

Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa
tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang

9
dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa
untuk mewujudkan tujuan Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia
bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-
nilai Pancasila sebagai dasar negara.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan
bahwa tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan
jalan membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang
dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa
untuk mewujudkan tujuan Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia
bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-
nilai Pancasila sebagai dasar negara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, 2017. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT BumiAksara


Thaib, Dahlan,2009. Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Total
Medihttps://ankes3mk.blogspot.co.id/2017/01/dinamika-konstitusi-di-indonesia.html
http://yukimuri.blogspot.co.id/2013/06/peranan-konstitusi-dalam-kehidupan.html

12

Anda mungkin juga menyukai