Oleh :
SITI FARUL BALQIS
2103101010221
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka guna penyempurnaan isi makalah ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari brtbagai pihak. Dan diharapkan agar
makalah ini memberikan manfaat dalam hal pengetahuan bagi semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Sejarah Konstitusi Di Dunia Dan Di Indonesia................................................7
1. Sejarah Konstitusi Di Dunia.....................................................................7
2. Sejarah Konstitusi Di Indonesia...............................................................9
B. Pengertian Konstitusi........................................................................................12
C. Negara - Negara Di Dunia Yang Tidak Menggunakan UUD Tertulis Dan
Hanya Menggunakan Konstitusi Dari Kebiasaan - Kebiasaan Negaranya.
............................................................................................................................13
1. Inggris....................................................................................................14
2. Kanada...................................................................................................15
3. Israel......................................................................................................17
4. Arab Saudi.............................................................................................17
D. Pentingnya Konstitusi Bagi Sebuah Negara...................................................18
E. Dampak Positif Dan Dampak Negatif Dari Negara Yang Menggunakan
Konstitusi Dari Kebiasaan Kebiasaan Negaranya.........................................19
a.Dampak Positif:.......................................................................................19
b. Dampak Negatif:...................................................................................20
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUPAN........................................................................................................21
A. Kesimpulan...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
semua undang-undang merupakan hal yang tertulis. Pada istilah constitution bagi
banyak sarjana ilmu politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan
peraturan dari peraturan-peraturan_baik yang tertulis maupun tidak tertulis – yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Dari apa yang diuraikan oleh Prof. Miriam Budiardjo di atas, maka yang
dimaksud dengan istilah constitution, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan-
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis – yang mengatur secara bagaimana
suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Konstitusi tertulis sendiri memiliki arti penting bagi suatu negara, karena
konstitusi tertulis merupakan dokumen atau kumpulan aturan yang mengatur
dasar-dasar pemerintahan suatu negara, memperlihatkan hak dan kewajiban
warganya, dan menetapkan kerangka hukum untuk menjaga keadilan, ketertiban,
dan perlindungan hak asasi manusia. Namun, ada beberapa negara yang tidak
mengandalkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai landasan konstitusional
utama mereka, melainkan mengandalkan kebiasaan dan tradisi hukum yang telah
berkembang dari waktu ke waktu. Negara-negara ini memperoleh keabsahan
konstitusional mereka melalui prinsip-prinsip yang tertanam dalam sejarah,
pengadilan, kebiasaan, dan perjanjian politik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi.
3. Untuk mengetahui negara - negara di dunia yang tidak menggunakan uud
tertulis dan hanya menggunakan konstitusi dari kebiasaan kebiasaan
negaranya.
4. Untuk mengetahui pentingnya konstitusi tertulis bagi sebuah negara.
5. Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari negara yang
menggunakan konstitusi dari kebiasaan kebiasaan negaranya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
a. Konstitusionalisme Yunani
7
b. Konstitusi Romawi
d. Konstitusionalisme Di Inggris
8
dihasilkan dari sebuah teori. Konstitusi Inggris mampu mengadaptasi
dirinya dengan kondisi baru dan menambahkan unsur-unsur baru yang
dihasilkan oleh konstitusi terdokumentasi yang muncul kemudian pada
konstitusi yang sudah ada tanpa mengubahnya secara mendasar
9
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Salah satu hasil
KMB yaitu mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat. Rancangan
naskah Konstitusi Republik Indonesia Serikat juga diputuskan dalam KMB
dan disepakati mulai berlaku tanggal 27 Desember 1949.4
Ciri-ciri periode ini ialah dominasi yang sangat kuat dari presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Undang-Undang
Dasar 1945 memberi kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan
selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi Ketetapan MPRS No.
III/MPRS/1963 yang mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup
telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini. Tahun 1960 Presiden
Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum,
4
ibid,. hlm 31
5
ibid., hlm 31
10
padahal dalam penjelasan Undang- Undang Dasar 1945 secara eksplisit
ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat
demikian.6
Pengalaman sejarah pada masa lalu baik masa Orde Lama maupun masa
Orde Baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal Undang- Undang Dasar
1945 yang memiliki sifat “multi interpretable” sehingga mengakibatkan
terjadinya sentralisasi kekuasaan di tangan presiden. Hal inilah yang
melatarbelakangi perlunya dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang
Dasar 1945. Amandemen merupakan keharusan karena hal itu akan
mengantar bangsa Indonesia kearah tahapan baru penataan terhadap
ketatanegaraan.8
6
ibid., hlm 32
7
ibid., hlm 32
8
ibid., hlm 33
11
B. Pengertian Konstitusi
Mengenai istilah “Konstitusi” pertama kali dikenal di Negara Perancis, yaitu
berasal dari bahasa Perancis “Constituer”, yang berarti membentuk. Yang
dimaksud dengan membentuk disini adalah membentuk suatu Negara.9 Dengan
pemakaian istilah konstitusi, yang dimaksud adalah pembentukan suatu Negara.
Hal ini disebabkan, konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan
mengenai suatu negara.
Menurut Prof. K.C. Wheare, dalam bukunya Modern Constitutions,
pembahasan mengenai urusan-urusan ketatanegaraan, istilah konstitusi lazim
dipergunakan sekurang-kurangnya dalam 2 pengertian, yaitu pertama dalam arti
luas, dan kedua dalam arti sempit;
1. Konstitusi dalam arti luas, yaitu dipergunakan untuk menggambarkan
seluruh sistem pemerintahan suatu Negara yaitu sekumpulan peraturan yang
menetapkan dan mengatur pemerintahan atau sistem ketatanegaraan.
Peraturan-peraturan ini sebagian bersifat hukum dan sebagian lagi bersifat
non hukum atau ekstra-hukum. Peraturan bersifat hukum, dalam pengertian
pengadilan mengakuinya sebagai hukum dan menerapkannya dalam
menyelesaikan suatu kasus konkret. Peraturan bersifat non hukum atau
ekstra- hukum,dalam pengertian pengadilan tidak akan menerapkan
peraturan tersebut bila terjadi penlanggaran terhadapnya. Peraturan-
peraturan non hukum dapat berbentuk kebiasaan-kebiasaan, kesepakatan-
kesepakatan,adat istiadat, atau konvensi-konvensi (usages, understanding,
customs, or conventions).meskipun pengadilan tidak mengakuinya sebagai
hukum tetapi tidak berate peraturan-peraturan tersebut kurang efektif dalam
pengaturan pemerintahan Negara.
2. Konstitusi dalam arti sempit, kata ini digunakan bukan untuk
mendiskripsikan aturan hukum (tertulis) dan non hukum tetapi bukan untuk
yaitu menunjukan kepada suatu dokumen atau beberapa dokumen yang
berkaitan erat serta memuat aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tertentu
yang bersifat pokok/dasar dari ketatanegaraan suatu Negara.
9
Astim Riyanto, Teori Konstitusi, (Bandung : Yapemdo, 2000), hlm 17
12
Konstitusi memiliki fungsi yang dikemukan oleh Jimly Assshiddiqie Guru
Besar Hukum Tata Negara yang memperinci sebagai berikut:10
a. Fungsi penentu dan pembatasan kekuasaan organ Negara.
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ Negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ Negara dengan Warga
Negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan Negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan Negara.
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ Negara.
f. Fungsi simbolik sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai
rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation), serta
sebagai center of ceremony.
g. Fungsi sebagai sarana pengendali masyarakat (social control), baik dalam
arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial
ekonomi.
h. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat (social
engineering atau social reform).
10
Khelda Ayunita, Pengantar Hukum Konstitusi Dan Acara Mahkamah Konstitusi,(Jakarta : Mitra
Wacana Media, 2017 ) hlm 25
11
Wilius Kogoya, Teori dan Ilmu Konstitusi, (Bandung: Widina Bakti Persada Bandung, 2015) hlm
15
13
dengan yang lain tidak sama. Karenanya dilakukan pilihan-pilihan di antara
dokumen itu untuk dimuat dalam konstitusi. Ada konstitusi yang materi
muatannya sangat panjang dan sangat pendek. Konstitusi yang terpanjang adalah
India dengan 394 pasal, kemudian Amerika Latin seperti uruguay 332 pasal,
Nicaragua 328 pasal, Cuba 286 pasal, Panama 271 pasal, Peru 236 pasal, Brazil
dan Columbia 218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma 234 pasal, di Eropa, belanda
210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol dengan 36 pasal, Indonesia 37
pasal, Laos 44 pasal, Guatemala 45 pasal, Nepal 46 pasal, Ethiopia 55 pasal,
Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95 pasal.
Beberapa negara tidak memiliki sama sekali konstitusi tertulis tetapi tidak
dapat dikatakan tidak ada aturan yang sifat dan kekuatannya tidak berbeda dengan
pasal-pasal dalam konstitusi, berikut beberapa negara yang tidak menggunakan
uud tertulis dan hanya menggunakan konstitusi dari kebiasaan kebiasaan
negaranya :
1. Inggris
12
Taufiqurrohman Syahuri, Negara Konstitusional Bukan Sekedar Memiliki Konstitusi, (Fakultas
Hukum Universitas Bengkulu : Bengkulu, 2016), hlm 6
14
Ketentuan-ketentuan ketatanegaraan Inggris yang merupakan konstitusi-
konstitusi terdapat dalam:13
a. Beberapa undang-undang, antara lain:
1. Magna Charta 1215 (yang ditandatangani oleh Raja John atas desakan
golongan bangsawan). Meskipun naskah ini bersifat feodal, tetapi
dianggap penting oleh karena untuk pertama kali raja mengakui
beberapa hak dari bangsawan bawahannya.
2. Bill of Rights 1689 dan Actof Settlement 1701. Kedua undang- undang
ini hasil kemenangan parlemen melawan raja-raja keluarga Stuart
karena memindahkan kedaulatan dari tangan raja ke tangan parlemen
(King in Parliament). Parlemen menghentikan Raja James II dari
jabatannya dan mempersembahkan mahkota kepada Puteri Mary dan
suaminya Pangeran William of Orange (Holland) 1688.
3. Parliament Acts 1911 dan 1949. Kedua undang-undang ini membatasi
kekuasaan Majelis Tinggi (House of Lords) dan menetapkan
supremasi Majelis Rendah (House of Commons). Misalnya House of
Lord dalam beberapa keadaan tertentu dilarang menolak rancangan
undang-undang yang telah diterima oleh House of Commons.
b. Beberapa keputusan hakim, terutama yang merupakan tafsiran mengenai
undang-undang Parlemen.
c. Konvensi-konvensi (aturan-aturan berdasarkan tradisi) antara lain yang
mengatur hubungan antara kabinet dan parlemen.
2. Kanada
Kanada adalah salah satu negara yang memiliki sistem konstitusional yang
unik, di mana negara ini tidak memiliki konstitusi tunggal yang terkodifikasi
dalam satu dokumen tertulis. Meskipun demikian, Kanada memiliki berbagai
elemen dan sumber hukum yang membentuk konstitusi negara. Kanada adalah
hasil dari proses evolusi sejarah yang kompleks. Pada saat Konfederasi Kanada
terbentuk pada tahun 1867, negara ini merupakan koloni Britania Raya. Oleh
karena itu, basis konstitusional Kanada dipengaruhi oleh tradisi hukum Inggris
13
Nadiroh, Konstitusi UUD 45: Teori dan Konsep Konstitusi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2015 ),
hlm 1.18
15
yang berbeda dengan negara-negara lain yang memiliki UUD yang
terkodifikasi.
Konstitusi Kanada didasarkan pada beberapa komponen yang bersifat
konstitusional. Salah satu komponen utamanya adalah British North America
Act 1867, yang mendirikan Konfederasi Kanada dan mengatur pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal dan provinsi-provinsinya. Meskipun
undang-undang ini telah mengalami beberapa perubahan dan diperluas oleh
amendemen-amendemen, masih menjadi landasan penting bagi konstitusi
Kanada.
Selain British North America Act 1867, ada juga Canadian Charter of
Rights and Freedoms, yang merupakan bagian integral dari konstitusi Kanada.
Charter ini memberikan perlindungan hak-hak asasi manusia dan kebebasan
individu, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama, hak kesetaraan,
dan banyak lagi. Charter ini memberikan arahan hukum yang penting dan
menjadi tolok ukur bagi tindakan pemerintah.
Selain itu, konstitusi Kanada juga mencakup sumber hukum lainnya, seperti
keputusan pengadilan yang berpengaruh dan konvensi konstitusional.
Keputusan pengadilan dalam beberapa kasus yang signifikan telah membentuk
interpretasi konstitusi dan mempengaruhi hukum konstitusional Kanada.
Konvensi konstitusional, yang merupakan praktik politik yang diakui secara
konstitusional, juga memiliki peran dalam membentuk sistem pemerintahan
Kanada.
Konstitusi Kanada diamandemen tahun 1982 oleh Ratu Elizabeth II untuk
memperkuat Piagam Hak dan Kebebasan Kanada, yang memuat dan menjamin
hak warga negara Kanada dalam kesetaraan, demokrasi, dan mobilitas, serta
kebebasan atas hati nurani, agama, dan perkumpulan yang damai.
Meskipun Kanada tidak memiliki konstitusi tunggal yang terkodifikasi
dalam satu dokumen, sistem konstitusionalnya tetap berfungsi dan efektif.
Konstitusi Kanada terus berkembang melalui amendemen, interpretasi hukum
oleh pengadilan, dan evolusi praktik politik. Hal ini memungkinkan Kanada
untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan tuntutan masyarakat, sambil
16
memastikan keberlanjutan pemerintahan, perlindungan hak-hak asasi manusia,
dan stabilitas politik.
3. Israel
Menurut liav orgad, israel tidak memiliki dokumen konstitusi yang tertulis
diakibatkan alasan historis karena kegagalan dan ketidakmampuan mencapai
kesepakatan mengenai isi dari pembukaan konstitusi. Parlemen Israel lebih
suka membuat konstitusi secara bertahap dan kemudian melakukan
pengadopsian terhadap undang undang dasar yang terpisah tersebut, misalnya
penetapan undang-undang dasar "the basic law', prinsip martabat manusia,
kebebasan dan undang-undang dasar "human dignity and liberty and basic
law", dan kebebasan penaklukan "freedom of occupation" pada tahun 1992
yang kemudian oleh Mahkamah Agung Israel ditetapkan sebagai revolusi
konstitusi dan konstitusi subtantif, dan menyebut Deklarasi Kemerdekaan 1948
sebagai quasi pembukaan konstitusi. Pada tahun 1994, Parlemen Israel
melakukan amandemen terhadap tiga produk tersebut dengan memasukkan dua
ketentuan penting, yaitu Israel sebagai negara Yahudi dan negara demokratis
serta penghormatan terhadap hak asasi manusia yang merupakan prinsip dasar
dalam Deklarasi Kemerdekaan 1948 dalam Pasal 1 dan 1A undang-undang
dasar Israel.14
Amandemen tersebut walau tidak diberi judul sebagai pembukaan
konstitusi, namun secara subtantif dapat dikatergorikan secara subtantif sebagai
pembukaan. Selain itu, untuk pertama kalinya Deklarasi Kemerdekaan Israel
menjadi bagian dari hukum, sehingga menurut Mahkamah Agungnya memiliki
implikasi hukum yang harus dihormati oleh seluruh pihak.
4. Arab Saudi
Arab Saudi adalah negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis yang
terkodifikasi dalam satu dokumen tunggal. Arab Saudi mendasarkan sistem
pemerintahannya pada prinsip-prinsip Islam dan hukum syariah. Undang-
undang dan keputusan politik didasarkan pada interpretasi hukum Islam yang
dilakukan oleh ulama dan otoritas keagamaan. Dalam pandangan pemerintah
14
Mei Susanto, Kedudukan Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945: Pembelajaran Dari Tren
Global, (Fakultas Hukum Universitas Padjajaran: Bandung, 2021) hlm 192 – 193.
17
Arab Saudi, hukum Islam dianggap sebagai konstitusi yang mengatur
kehidupan masyarakat. Al-Qur' an merupakan UUD negara dan syariat sebagai
hukum dasar yang dilaksanakan oleh Mahkamah Syari'ah. Ulama memegang
peranan sebagai hakim dan penasihat hukum dari kalangan keluarga besar
Sa'udi. Arab Saudi tidak mengenal partai politik. Konsekuensinya, Arab Saudi
juga tidak mengenal Dewan Perwakilan Rakyat yang anggotanya dipilih
melalui Pemilu. Yang ada hanyalah Majelis Syura yang anggotanya diangkat
oleh raja. Meskipun demikian, tidak berarti raja berkuasa mutlak. Ia juga harus
tunduk pada ketentuan syari'ah.
15
Indah Sari, Konstitusi Sebagai Tolak Ukur Eksistensi Negara Hukum Modern, ( Fakultas Hukum
Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma: Jakarta, 2018 ) hlm 53
16
ibid., hlm 53
18
Alasan lain mengapa negara-negara memerlukan Konstitusi adalah bahwa
ketika negara-negara itu bersatu dengan negara yang lain, mereka ingin
mempertahankan kekuasaan tertentu untuk mereka sendiri atau untuk menetapkan
pasal-pasal tertentu dalam upaya mereka untuk bersatu atau berserikat.17
Negara yang tak memiliki konstitusi tak tertulis akan sulit untuk membedakan
antara hukum konstitusi dan hukum biasa. Oleh karena itu, setiap ketentuan
konstitusional, apakah berupa undang-undang biasa atau keputusan hakim dapat
diubah atau ditinjau kembali oleh parlemen, jadi statusnya tidak berbeda dengan
undang- undang biasa. Sedangkan di negara lain yang memiliki Undang-Undang
Dasar dianggap sebagai hukum yang tertinggi, yang lebih bersifat mengikat bagi
undang-undang biasa. Penggunaan konstitusi berdasarkan kebiasaan-kebiasaan
negara memiliki dampak positif dan negatif yang perlu dipertimbangkan. Berikut
adalah beberapa contoh dampak positif dan negatifnya:
a. Dampak Positif:
1. Fleksibilitas: Konstitusi yang berdasarkan kebiasaan-kebiasaan negara
memberikan fleksibilitas dalam mengubah dan menyesuaikan hukum
dasar negara dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Fleksibilitas ini memungkinkan untuk mengatasi tantangan dan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan lebih efektif.
2. Kontinuitas Budaya: Konstitusi yang mencerminkan kebiasaan-
kebiasaan negara dapat mempertahankan dan mendorong kontinuitas
budaya dan tradisi yang dihormati oleh masyarakat. Ini dapat
memberikan stabilitas sosial dan identitas nasional yang kuat.
3. Partisipasi Masyarakat: Proses pembentukan konstitusi yang berbasis
kebiasaan dapat melibatkan partisipasi langsung dari masyarakat. Hal
ini dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan kesadaran konstitusional
dalam masyarakat, serta memperkuat legitimasi dan kepercayaan
terhadap konstitusi.
17
K.C Wheare, Konstitusi – Konstitusi Modern, ( Bandung: Penerbit Nusa Media, 2018) hlm 17
19
b. Dampak Negatif:
1. Tidak Terkodifikasi dengan Jelas: Konstitusi yang berdasarkan
kebiasaan-kebiasaan negara mungkin tidak terkodifikasi dengan jelas
dalam satu dokumen, sehingga sulit untuk diakses dan dipahami oleh
masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian hukum dan
interpretasi yang berbeda-beda.
2. Perlindungan Hak yang Terbatas: Tanpa UUD yang tertulis dan
terkodifikasi, perlindungan hak-hak individu mungkin kurang jelas
dan terbatas. Ketidaktertulisan konstitusi dapat menyebabkan
kurangnya ketegasan dalam mengamankan hak-hak dasar individu dan
mengatur keseimbangan kekuasaan antara pemerintah dan warga
negara.
3. Rentan terhadap Manipulasi Politik: Konstitusi yang bergantung pada
kebiasaan-kebiasaan negara mungkin lebih rentan terhadap manipulasi
politik. Tanpa ketentuan yang jelas dan terkodifikasi, pemerintah atau
pihak yang berkuasa dapat menggunakan kebiasaan tersebut untuk
kepentingan mereka sendiri, mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi
dan keadilan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
20
berfungsi sebagai panduan atau kerangka kerja bagi negara dalam
menjalankan pemerintahan dan menegakkan hukum.
Namun ada beberapa negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis atau
undang undang dasar, dan tetap memiliki kerangka hukum dan norma yang
berbeda, seperti hukum adat atau kebiasaan yang diakui secara historis.
Namun, keberadaan konstitusi tertulis yang jelas dapat memberikan pedoman
yang lebih kuat, perlindungan hak-hak individu yang lebih jelas, dan
mekanisme yang lebih terstruktur untuk menjalankan pemerintahan yang adil
dan demokratis.
Selain itu, penting bagi sebuah negara untuk mempertimbangkan dan
mengevaluasi dampak positif dan negatif dari konstitusi yang berdasarkan
kebiasaan-kebiasaan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Kogoya, Wilius. Teori dan Ilmu Konstitusi. Bandung: Widina Bhati Persada, 2015
21
K.C Wheare, Konstitusi – Konstitusi Modern, Bandung: Penerbit Nusa Media,
2018
22