MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Hukum Tata Negara 1
Bidang Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah)
Fakultas Syariah dan Hukum Islam
IAIN Bone
Oleh
AMIN FASMIL
742352022082
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam selalu saya
lantunkan kepada junjungan Nabi kita sang Revolusiner Islam, Nabi Muhammad
Saw yang telah mengeluarkan kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh
Ilmu Pengetahuan, yang mana berkat jasa beliaulah saya dapat merasakan
khasanah manisnya Ilmu Pengetahuan Islam.
Demikian makalah ini saya buat, apabila ada kelebihan itu datangnya dari
Allah Swt dan apabila ada kekurangan itu dari saya pribadi sebagai manusia
biasa dan lemah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
dapat mengembangkan wawasan kita mengenai Sejarah UUD yang pernah
berlaku di Indonesia. Dan tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk
itu kepada Dosen pengajar dalam hal ini Bapak Dr. Andi Sugirman, S.H., M.H ,
saya meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii DAFTAR ISI
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bukan hanya mengabaikan, namun banyak juga yang tidak mengetahui hakekat dan
makna dari konstitusi tersebut.
Terlebih di era globalisasi ini masyarakat dituntut untuk mampu memilah-milah
pengaruh positif dan negatif dari globalisasi tersebut. Dengan pendidikan tentang
konstitusi diharapkan masyarakat Indonesia mampu mempelajari, memahami dan
melaksanakan segala kegiatan kenegaraan berlandasakan konstitusi, hingga tidak
kehilangan jati dirinya, apalagi tercabut dari akar budaya bangsa dan keimanannya.
Konstitusi adalah salah satu norma hukum dibawah dasar negara. Dalam arti
yang luas: konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan
Negara. Isi norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam
dasar Negara.
Pernyataan-pernyataan tersebutlah yang membuat penulis mengangkat
permasalahan ini ke dalam tema makalah. Yang penulis beri judul ‘Sejarah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Konstitusi
di Indonesia.
1
2
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Istilah Konstitusi berasal dari bahasa Perancis yaitu constituer. yang berarti
undang Dasar, tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian Undang-
undang Dasar.1
KC Wheare mengartikan konstitusi biasanya digunakan paling tidak dalam
dua pengertian. Pertama, kata ini digunakan untuk menggambarkan seluruh sistem
ketatanegaraan suatu negara, kumpulan berbagai peraturan yang membentuk dan
kebiasaan, saling pengertian, adat atau konvensi, yang tidak diakui oleh pengadilan
sebagai hukum namun tidak kalah efektifnya dalam mengatur ketatanegaraan
dibandingkan dengan apa yang secara baku disebut hukum. Di hampir semua
negara, sistem ketatanegaraan berisi campuran dari peraturan legal dan non-legal
ini, sehingga kita bisa menyebut kumpulan peraturan ini sebagai “Konstitusi “.2
1
Muhammad Iman Abdi Anantomo Uke, “Tinjauan Yuridis Transformasi Konstitusi Indonesia”
Jurnal Al-Adl, Vol. 12, No. 1 (2019), h. 95.
2
Muhammad Iman Abdi Anantomo Uke, “Tinjauan Yuridis Transformasi Konstitusi Indonesia”
Jurnal Al-Adl, Vol. 12, No. 1 (2019), h. 97.
3
4
pemerintahan suatu negara (the collection of rules which establish and regulate
or govern the government).
diantaranya :
1. Jacobeen dan Lipman, dalam bukunya Political Science mendefinisikan konstitusi
fundamental.3
3
Muhammad Iman Abdi Anantomo Uke, “Tinjauan Yuridis Transformasi Konstitusi Indonesia”
Jurnal Al-Adl, Vol. 12, No. 1 (2019), h. 98-99.
5
Ada ahli yang membedakan antara konstitusi dengan Undang-Undang Dasar tetapi
yang mengemukakan bahwa ada dua macam konstitusi, yaitu konstitusi tertulis
(written constitusion) dan konstitusi tak tertulis (unwritten constitusion).
konstitusi tidak tertulis adalah tidak merupakan satu naskah dan banyak
dipengaruhi oleh tradisi dan konvensi. Dimana menurut Edward M. Sait (Budiardjo,
1997: 109), konvensi adalah aturan-aturan tingkah laku politik (rules of political
behavior). Dengan demikian menurut paham ini konstitusi juga meliputi hal-hal
6
yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
yang dipandang sebagai norma-norma dalam ketatanegaraan.
Undang Dasar, adalah James Bryce. Pendapat James Bryce (Thaib, 2003: 12 -13)
menyatakan konstitusi adalah: A frame of political society, organised through and
by law, that is to say on which law has established permanent institutions with
selama sesi pertama yang berlangsung pada 28 Mei-1 Juni 1945. Pada tanggal 1
Juni 1945 Bung Karno menyampaikan gagasan "Dasar Negara", yang ia beri
nama “Pancasila”.
Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI
tanggal 10-17 Juli 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan
UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
1. Proses BPUPKI dalam Pembentukan UUD
4
Aldri Frinaldi dan Nurman S, “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada Perubahan Lembaga
Negara” Jurnal Demokrasi,, Vol. IV, No. 1 (2005), h. 10-11.
7
Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Terutama hal tersebut dilakukan
oleh Jepang ketika Jepang mulai mengalami kekalahan di Pasifik pada awal tahun
1945.
Cara Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia adalah dengan membentuk
"Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" (BPUPKI).
Badan tersebut dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Jepang tanggal 1 Maret 1945
dengan janji kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. BPUPKI yang dalam Bahasa
Jepang disebut "Dokoritsu Junbi Cosakai" diumumkan terbentuknya oleh Jenderal
Kumakichi Harada.
Ketua BPUPKI yang ditunjuk oleh Jepang adalah dr. Rajiman Widiodiningrat,
wakilnya Icibangase, dan sekretarisnya Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI yang
berasal dari seluruh Indonesia ada sebanyak 63 orang. Di antara anggota BPUPKI
adalah antara lain Drs. Muhammad Hatta, K.H. Wahid Hasyim, Haji Agus Salim,
dan Ir. Soekarno.
2. Penyusunan UUD 1945
BPUPKI didirikan dengan tujuan mempersiapkan Indonesia yang merdeka. Di
antara persiapan-persiapan tersebut adalah penyusunan rancangan dasar negara
dan
undang-undang dasar.
Tahapan-tahapan sampai disusunnya rancangan undang-undang dasar untuk
Indonesia merdeka adalah sebagai berikut:
1) Sidang BPUPKI Pertama
8
Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang ini membahas penyusunan dan pembentukan dasar
negara. Pada sidang tersebut Mr. Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno
mengajukan usulan mengenai yaitu lima dasar negara yang kesemuanya hampir
mirip. Kemudian pada tanggal 1 Juni, Ir. Soekarno menamakan rancangan dasar
merumuskan dasar negara Indonesia. Sidang ini reses (istirahat) selama satu
bulan. Untuk menyelesaikan perumusan dasar negara, maka dibentuk Panitia
Sembilan
yang bertugas.
Disebut Panitia Sembilan, karena anggotanya terdiri dari Sembilan tokoh BPUPKI,
yaitu Ir. Soekarno sebagai ketua, Abdul Kahar Muzakir, A.A Maramis, Drs.
Mohammad Hatta, Abikusno Cokrosuryo, K.H. Wahid Hasyim, Mr. Mohammad
Yamin, dan Ahmad Subardjo. Panitia Sembilan bekerja dengan sangat terorganisasi
dan cerdas. Sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil membuat
rumusan dasar negara (Pancasila) untuk Indonesia merdeka,
Rumusan dasar negara tersebut oleh Mr. Mohammad Yamin disebut sebagai
"Piagam Jakarta" atau "Jakarta Chartered". Isi Piagam Jakarta tersebut kita kenal
sekarang sebagai Pembukaan UUD 1945 dari alinea pertama sampai keempat.
Terhadap piagam tersebut dilakukan perbaikan bahasanya dan dilakukan
perubahan terhadap bunyi Sila Pertama dari Pancasila yang dimaksudkan sebagai
dasar negara.
3) Sidang BPUPKI Kedua
Setelah masa reses dari sidang BPUPKI yang pertama selama sekitar satu bulan,
BPUPKI mengadakan sidang yang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 16 Juli
1945.
9
panitia tersebut membentuk panitia yang lebih kecil dengan anggota tujuh orang
untuk membuat rancangan Undang-Undang Dasar. Anggota panitia yang lebih kecil
tersebut adalah Mr. Supomo sebagai Ketua, dan para anggotanya adalah
Wongsonegoro, Ahmad Subardjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukirman.
Panitia kecil berhasil menyusun rancangan undang-undang dasar Indonesia
merdeka. Rancangan undang-undang dasar yang dihasilkan oleh panitia kecil
tersebut kemudian disempurnakan/diperhalus bahasanya oleh "Panitia Penghalus
undang-undang dasar. Pada hari terakhir sidang, yaitu 17 Juli 1945, rancangan
undang-undang dasar resmi diterima oleh Sidang Pleno BPUPKI.
4) Pembentukkan PPKI
Gerakan BPUPKI dianggap terlalu cepat oleh Jepang bahwa Indonesia ingin
secepatnya merdeka. Karena itu, maka pada tanggal 7 Agustus 1945,
Jepang menunjuk Ir. Soekarno sebagai Ketua dan Drs. Mohammad Hatta sebagai
wakilnya. Kepada kedua tokoh tersebut, Jepang menjanjikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Janji tersebut diberikan oleh Jepang
pada saat mereka di panggil ke Dalat, Vietnam, pada tanggal 12 Agustus 1945
oleh Jendral Terauchi mewakili Pemerintah Jepang.
5) Pengesahan UUD 1945
1945, di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
saat ini. Tahapan atau periode berlakunya UUD 1945 secara berurutan diuraikan
dalam tahapan Konsitusi sebagaimana di bawah ini.5
3. Masa Keberlakuan UUD 1945 Pertama Kali
Dalam periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, sering terjadi
perubahan ketata negaraan Indonesia. Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak
dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia saat itu masih disibukkan dengan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Sebagai akibatnya maka pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16
Oktober 1945 yang memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada
KNIP selama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Perwakilan Rakyat
(MPR) belum terbentuk. Menurut UUD 1945, pemerintah seharusnya
Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12 menteri yang
memimpin departemen. Kabinet tersebut dipimpin oleh Bung Karno.
Dalam perkembangannya, kehidupan negara Indonesia yang demokratis banyak
terbentuk partai politik di Indonesia. Sehingga dikeluarkan maklumat Pemerintah
kabinet parlementer. Pada kabinet tersebut, Sutan Syahrir menjadi Perdana Mentri
I di
Indonesia.
4. Masa Keberlakuan Konstitusi RIS 1949
Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negara yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-
negara yang masing-masing negara mempunyai kedaulatan sendiri untuk
mengelola urusan internal. Ini merupakan perubahan dari tahun 1945 yang
mengamanatkan bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan.
5. Masa Keberlakuan UUDS 1950
13
dengan jalan kekerasan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional.
Karena itu, Belanda kemudian mengadakan tiga pertemuan di atas yang
menghasilkan "Perjanjian Linggarjati" (1947), "Perjanjian Renville" (1948), dan
"Perjanjian Roem-Royen" (1949). Perundingan-perundingan tersebut bertujuan
untuk menyelesaikan yaitu masalah tersebut secara diplomasi.
Pemerintah Indonesia, yang telah diasingkan selama enam bulan, pada tanggal
6 Juli 1949 kembali ke ibukota sementara di Yogyakarta. Demi memastikan
kesamaan posisi perundingan antara delegasi Republik dan Federal, dalam paruh
kedua Juli 1949 dan sejak 31 Juli-2 Agustus, Konferensi Inter-Indonesia
Indonesia Serikat yang akan dibentuk. Para partisipan setuju mengenai prinsip dan
kerangka dasar untuk konstitusinya. Menyusul diskusi pendahuluan yang disponsori
oleh Komisi PBB untuk Indonesia di Jakarta, ditetapkan bahwa Konferensi Meja
RIS). Dengan berdirinya RIS, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dibagi-bagi menjadi beberapa negara bagian. Indonesia yang dipimpin oleh
Presiden Soekarno hanya meliputi Pulau Jawa dan beberapa wilayah Sumatra.
Republik Indonesia Serikat tidak berlangsung lama. Dalam kronologi pembubaran
RIS, sedikit demi sedikit beberapa wilayah dari RIS bergabung dengan wilayah
Republik Indonesia. Sampai pada akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1950 ketika
HUT RI yang kelima diperingati, semua negara bagian RIS memutuskan kembali
bergabung menjadi NKRI. Usaha Belanda untuk memecah belah dan kembali
menguasai Indonesia mengalami kegagalan. Rakyat Indonesia tetap
Karena UUDS berlaku sejak tahun 1950, maka lebih dikenal dengan sebutan UUDS
1950.
Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. UUDS 1950
▪
UUDS memberlakukan demokrasi parlementer yang mengarah pada
demokrasi liberal. Akibatnya kabinet sering berganti dan pembangunan
menjadi tersendat.
▪
Presiden menjadi lembaga pemerintah satu-satunya yang tidak dapat
diganggu gugat.
▪
Konstituante, yang dibentuk untuk menyusun undang-undang baru, gagal
melaksanakan tugasnya.
Untuk menyelematkan Negara yang sudah dalam kondisi genting, Presiden
Soekarno mengeluarkan "Dekrit 5 Juli 1959". Isi dari Dekrit Presiden adalah
mengumumkan berlakunya Kembali UUD 1945 dan menyatakan UUDS 1950 tidak
digunakan lagi.
Karno pada tanggal 5 Juli 1959, mengeluarkan Keputusan Presiden yang disebut
"Dekrit Presiden 5 Juli 1959" yang berisi ketentuan untuk memberlakukan kembali
UUD 1945 sebagai Konstitusi menggantikan Sementara UUDS 1950 yang berlaku
pada saat itu.
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Indonesia kembali melaksanakan UUD
1945. Presiden membubarkan Konstituante, membentuk DPRS, MPRS, dan MA.
Namun pada pelaksanaanya masih banyak terjadi penyimpangan. Pemerintahan
masa ini disebut sistem pemerintahan Orde Lama yang mempunyai ciri demokrasi
terpimpin, bukan demokrasi pancasila. Di antara penyimpangan-penyimpangan
terhadap UUD 1945 pada masa ini, yaitu:
17
antara lain:
▪
Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dapat membuat UU tanpa
persetujuan DPR.
▪
Presiden sebagai Kepala Negara juga merupakan Ketua DPAS.
▪
MPR menetapkan Presiden Soekarno menjadi presiden seumur hidup.
▪
Pidato Presiden Soekarno yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita
(Manifesto Politik)", 17 Agustus 1950, dijadikan sebagai "Garis-Garis
Besar Haluan Negara" (GBHN). Padahal fungsi GBHN dalam
pembangunan nasional sangatlah strategis.
▪
Pada tahun 1960, DPRS tidak menyetujui Rancangan Anggaran Belanja
Negara (RABN) yang diajukan Pemerintah. Akibatnya Presiden
membubarkan DPRS dan menggantinya dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong royong (DPR-GR).
▪
Kekuasaan Presiden tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat.
▪
Penyimpangan-penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 membuat
situasi negara tidak terkendali. Berbagai pemberontakan terjadi. Puncaknya
adalah Pemberontakan yang kemudian dikenal dengan "Gerakan 30
September 1965" (Pemberontakan G-30-S/PKI).
▪
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan implementasi Ketetapan MPR Nomor: IV/MPR/1983.
▪
Keputusan No. IV/MPR/1983 mengenai Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa seandainya MPR berkeinginan mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus meminta masukan dari rakyat dengan mengadakan
referendum.
▪
Keputusan No. I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan
amendemen terhadapnya.
Pemberontakan G-30-S/PKI membuat situasi bertambah darurat. Persediaan
barang kebutuhan pokok terbatas dan harga yang menjulang tinggi. Pada tanggal
11 Maret 1966, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Letnan Jendral
Suharto, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kostrad Angkatan Darat. Surat
penyerahan kekuasaan tersebut dikenal dengan sebutan "Surat Perintah Sebelas
Maret" (Supersemar), yang menandai lahirnya kekuasaan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru, pada awalnya bertekad akan menjalankan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Hal ini dibuktikan dengan
pembentukan lembaga-lembaga pemerintah yang tidak lagi sementara dan
dilanjutkan dengan diselenggrakannya pada tahun 1969 Pemilu pertama masa Orde
Baru. Namun, pada kenyataannya, tidak jauh berbeda dengan masa pemerintahan
Orde Lama. Pada masa pemerintahan Orde Baru juga melakukan banyak
penyimpangan terhadap UUD 1945. Penyimpangan-penyimpangan tersebut, antara
lain:
▪
Pemusatan kekuasaan di tangan Presiden Soeharto, di mana lembaga-
lembaga negara yang ada dikendalikan oleh Presiden Soeharto.
19
▪
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) merajalela yang mementingkan
kepentingan pribadi dan golongan di atas kepentingan negara.
▪
Kebebasan pers dibelenggu. Pers yang tidak sejalan dengan Pemerintah
dibekukan surat izinnya.
▪
Pembatasan hak-hak politik rakyat dengan hanya mengizinkan adanya 3
partai politik, yaitu PPP, Golkar, dan PDI.
Sebagai reaksi rakyat terhadap kesewenang-wenangan Presiden Soeharto yang
memerintah Indonesia dengan cara-cara yang sangat tidak sesuai dengan semangat
dan bunyi UUD 1945, maka rakyat dengan dipelopori oleh para mahasiswa,
melakukan demonstrasi besar-besaran. Para mahasiswa yang berdemo menuntut
Reformasi, maka terhadap UUD 1945 telah dilakukan 4 kali perubahan yang dikenal
dengan nama Amendemen UUD 1945.
Latar belakang tuntutan amendemen UUD 1945 antara lain karena pada zaman
"luwes" yang dapat menimbulkan multitafsir, dan rumusan UUD 1945 mengenai
semangat
penyelenggara negara belum didukung cukup ketentuan konstitusi.
Tujuan amendemen UUD 1945 pada waktu itu adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti kedaulatan rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, dan lain-lain yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amendemen UUD 1945
menyepakati untuk (1) tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, (2) tetap
mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan (3)
memperjelas sistem pemerintahan presidensial.
▪
Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amendemen
Keempat.
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 2000,
yaitu:
• Bab XV: tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara.
• Bab X: tentang Penduduk dan Warga Negara.
• Bab XII: tentang Pertahanan dan Keamanan.
C. Amendemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang ditetapkan tanggal 9 November 2001,
yaitu:
D. Amendemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir
yang dihapuskan yang ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002. Pada Amendemen
keempat ini ditetapkan bahwa:
23
terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri
dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4
pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan, serta Penjelasan. Setelah
dilakukan 4 kali amendemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
PENUTUP
A. Simpulan
digunakan paling tidak dalam dua pengertian. Pertama, kata ini digunakan untuk
menggambarkan seluruh sistem ketatanegaraan suatu negara, kumpulan berbagai
24
25
Hingga saat ini, UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan atau
amandemen.
• Amandemen pertama: 14 - 21 Oktober 1999
• Amandemen kedua: 7 - 18 Agustus 2000
Sementara
Konstitusi
atau UUDS Republik
1950 dan Indonesia Serikat (RIS)
menjadi konstitusi 1949 hingga saat ini.
yang berlaku
diberi kewenangan
khusus membentuk konstitusi tetap. Lembaga tersebut adalah
konstituante.
Perubahan paling fundamental dalam konstitusi RIS adalah bentuk negara.
Undang-Undang
Bentuk Dasar Sementara
negara kesatuan (UUDS)negara
diubah menjadi 1950 federal dengan sistem
pemerintahan parlementer.
UUDS 1950 merupakan konstitusi tertulis yang berlaku pasca konstitusi
RIS 1949. UUDS 1950 berlaku pada 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959. UUDS
Menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
sebagai
tim penyusun makalah ini meminta koreksi dari dosen pengajar dan
teman-teman sekalian agar membenarkan yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
27