Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarnegaraan
OLEH:
Kelompok 4
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur di panjatkan kehadirat Allah S.W.T, yang atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul makalah ini
adalah “Konstitusi dan Tata Perundang-Undangan Indonesia”.
Konstitusi adalah dasar dari sistem hukum suatu negara yang melindungi hak asasi
manusia dan mengatur pembagian kekuasaan dalam administrasi negara. Konstitusi juga
biasa disebut hukum dasar negara karena konstitusi adalah aturan dasar. Suatu aturan dasar
yang kemudian menjadi acuan lahirnya norma hukum lainnya.
Penulis begitu menyadari banyaknya kekurangan pada makalah ini, untuk itu penulis
sampaikan maaf bagi para pembaca yang budiman. Penulis berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1Kesimpulan
3.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Konstitusi adalah dasar dari sistem hukum suatu negara yang melindungi hak
asasi manusia dan mengatur pembagian kekuasaan dalam administrasi negara.
Konstitusi juga biasa disebut hukum dasar negara karena konstitusi adalah aturan
dasar. Suatu aturan dasar yang kemudian menjadi acuan lahirnya norma hukum
lainnya. Konstitusi dalam arti formal adalah dokumen resmi, seperangkat norma
hukum yang hanya dapat diubah di bawah pengawasan ketentuan khusus yang
dirancang untuk mempersulit perubahan norma tersebut.
Ketika Perubahan Konstitusi dibuat pada tahun 1999, dicapai beberapa
kesepakatan dasar untuk mengubah UUD 1945, termasuk memperkuat sistem
presidensial. Namun dalam praktiknya, kesepakatan ini tidak secara konsisten
ditegakkan oleh MPR. Pembongkaran secara drastis struktur kepresidenan dalam
UUD 1945 pada Amandemen Pertama dan penguatan kelembagaan DPR selanjutnya
pada Perubahan Kedua menciptakan keseimbangan kekuasaan antara Presiden dan
DPR, malah menciptakan ambiguitas. dalam sistem presidensial yang akan dibentuk
melalui amandemen UUD 1945, dan «parlemen» itu sebenarnya telah memperoleh
kekuasaan.
Dalam hal yang sama, hakekat hukum adalah untuk melindungi rakyat dari
kesewenang-wenangan negara/pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
dan dimaksudkan untuk membatasi mereka dalam menjalankan fungsi negara.
kedaulatan nasional. Sentimen ini merupakan akibat dari fungsi konstitusi yang
membatasi kekuasaan dan menjamin hak rakyat untuk menjalankan tugas dan
fungsinya, yang diikat oleh paham yang disebut ko-institusionalisme.
Konstitusionalisme adalah paham bahwa kekuasaan harus dibatasi dan pemenuhan
hak-hak itu harus dijamin tanpa menambah atau mengurangi hak-hak yang sudah
dinikmati warga negara.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, penulis mencoba
untuk memfokuskan bahasan agar lebih terarah dengan menyusun rumusan masalah
sebagai berikut:
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dari catatan sejarah klasik terdapat banyak sekali pengertian tentang konstitusi,
sumber sumbernya pun beragam, misalnya dalam bahasa Yunani kuno "politeia" sedangkan
dari bahasa latin "constitutio". Jika kedua istilah tersebut dibandingkan maka yang paling tua
usianya adalah kata "politeia" yang berasal dari kebudayaan Yunani. adapun istilah konstitusi
berasal dari bahasa Inggris yaitu "constitution" , dari bahasa Belanda "constitue" , dari bahasa
latin "contitutio, constituere" , dalam bahasa Prancis yaitu "constiture" dan dalam bahasa
Jerman "vertassung".
1
(Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2011, hlm. 17)
2
(Sri Soemantri Martosoewignjo, Prosedur dan Perubahan Konstitusi, Alumni: Bandung,
1987, hal. 21)
3
undang-undang dasar. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar sebagai peraturan dasar dan
yang memuat ketentuan ketentuan pokok dan menjadi satu sumber perundang-undangan.
Konstitusi sebagai kerangka kehidupan politik telah dikenal sejak lama, terutama
sejak orang Yunani kuno memiliki beberapa kumpulan hukum pada tahun 624-404 SM.
Athena memiliki tidak kurang dari 11 konstitusi. Sedangkan Aristoteles sebagai murid
dari plato sendiri telah mengumpulkan hingga 158 buah konstitusi dari beberapa negara.
Pada saat itu, konstitusi hanyalah seperangkat aturan dan kebiasaan.3
Pada zaman Kekaisaran Romawi, arti dari konstitusi berubah. Itu adalah
kumpulan persyaratan dan peraturan kaisar, pernyataan dan pendapat para ahli hukum,
negarawan, dan adat istiadat setempat di samping hukum. Konstitusi Romawi memiliki
pengaruh yang signifikan sampai Abad Pertengahan, memberi inspirasi pada
perkembangan demokrasi perwakilan dan negara nasional. pemahaman inilah yang
melahirkan konstitusionalisme yang kemudian melahirkan konstitusi modern.
Pada abad ketujuh, Nabi Muhammad SAW. yang mendirikan sistem politik yang
sesuai dengan visi agamanya, mendirikan negara Madinah. Sistem kekuasaan dan
kesepakatan yang mengatur keberadaan penduduk Madinah tertuang dalam teks Piagam
Madinah atau konstitusi Madinah yang dibentuk pada tahun 622 M. Konstitusi Madinah
sebagai dokumen hukum dasar pertama yang mengatur politik kekuasaan, hak asasi
manusia, dan pengelolaan urusan publik. Konstitusi Madinah adalah dokumen yang
menjadi dasar pembentukan negara.
Pada abad XVII kaum bangsawan Inggris yang menang dalam revolusi istana,
mengakhiri kekuasaan absolut raja dan menggantikannya dengan sistem parlementer dan
memunculkan adanya konstitusi untuk mengatur kehidupan negara. Maka pada tanggal
14 September 19791 tercatat sebagai diterimanya konstitusi di Eropa yang pertama oleh
Raja Louis ke XVI, dan sejak saat itu negara-negara di dunia dalam pengaturan
kehidupan kenegaraannya mendasarkan pada konstitusi. Setelah peristiwa ini maka
muncul konstitusi dalam bentuk yang tertulis yang dipelopori oleh Amerika.
4
(Adnan Buyung Nasution, 1995 : 16)
yang telah berhasil mengumpulkan begitu banyak konstitusi dari berbagai negara. Pada
mulanya
konstitusi itu dipahami sebagai kumpulan peraturan serta adat kebiasaan semata-mata
pada suatu peradaban, kemudian memperoleh tambahan arti sebagai suatu perkumpulan
ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para Kaisar. Selain sebagai peraturan yang
dibuat oleh Kaisar, di dalam konstitusi juga termasuk memuat pernyataan-prnyataan atau
pendapat dari para ahli hukum/negarawan, serta adat kebiasaan peradaban setempat,
termasuk di dalamnya adalah undang-undang.
Pada masa peradaban Roma konstitusi mempunyai pengaruh begitu besar sampai
pada abat pertengahan, sehingga tercetuslah inspirasi kehidupan demokrasi perwakilan
yang cukup kuat hingga melahirkan paham demokrasi perwakilan dan nasionalisme, dari
sinilah sebagai cikal bakal munculnya paham konstitusionalisme modern dalam sebuah
negara. Dalam mendirikan sebuah negara sedikitnya diperlukan unsur-unsur sebagai
berikut : 1. Adanya wilayah tertentu; 2. Rakyat; dan 3. Pemerintahan yang diakui.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konstitusi di Indonesia telah mengalami perubahan
beberapa kali, diantaranya adalah UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950 dan kembali lagi ke
UUD 1945 hingga mengalami perubahan sampai ke 4 (empat) kalinya dan berlaku hingga
saat ini. Perubahan konstitusi di Indonesia disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor
internal serta dipengaruhi oleh kondisi politik hukum yang ada kemudian berdampak pula
pada berubahnya sistem ketatanegaraan di Indoensia.
7
dari pembentukan BPUPKI yang menjadi dua masa persidangan; Sidang pertama mulai
dari tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945 dan masa persidangan kedua tanggal 10 Juli-17
Juli 1945.
Pada tanggal 19 Mei 1950 disusunlah Piagam Persetujuan antara Pemerintah RIS yang
sekaligus mewakili Negara bagian Indonesia Timur menyatakan menyetujui membentuk
negara kesatuan.
C. UNDANG-UNDANG DASAR SEMENTARA (UUDS 1950
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS 1950) ini menggantikan UUD RIS. UUDS ini
dengan tegas menyatakan kedaulatan rakyat dan perlindungan Hak Asasi yang lebih
merinci. (DPR) dan memilih anggota Dewan dewan yang dibentuk untuk merumuskan
UUD yang baru yang diharapkan akan dapat menggantikan UUDS 1950. Dewan yang
dibentuk melalui pemilihan umum ini belum mampu mewujudkan UUD pembubaran
8
Konstituante; Menetapkan UUD penetapan Dekrit, dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950; dan Menetapkan dalam waktu lagi melalui Dekrit ini terjadi perubahan5
ketatanegaraan Indonesia, naskah Undang6Undang Dasar 1945 menjadi berlaku kembali
Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana terpimpin dan membuka jalan untuk di
mulainya masa demokrasi Pancasila.
D. KEMBALI UUD 1945
Yang sangat kuat dari presiden, terbatasnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan
Soekarno sebagai presiden seumur hidup Tahun 1960 Presiden Soekarno hasil pemilihan
umum, padahal dalam secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai
wewenang untuk berbuat Kuatnya posisi presiden juga Berdasarkan UndangUndang No.
19 tahun 1964 Presiden diberi wewenang untuk campur tangan di bidang Dan masih
Banyak lagi. Hingga akhirnya, pemerintahan Soekarno digantikan oleh Pemerintahan
Soeharto yang ditandai dengan lahirnya era Pada masa ini, Presiden Soeharto membuat
intrepertasi sistem pemerintahan Presiden Soeharto kekuasaan dan tanggung jawab
adalah ke-II, IV dan penjelasan Pasal 23 UUD, Penafsiran pasal-pasal UUD 1945 yang
Bahkan Undang-Undang Dasar 1945 yang. Dan dipergunakan untuk menguntungkan
Pengalaman pada masa Orde Lama dengan Undang-Undang Dasar 1945 posisi presiden
yang sangat kuat, terulang lagi pada masa Orde Baru.
Bawah presiden. Pemerintahan Orde Baru cenderung dan miskin, utang semakin banyak,
akhirnya Dipelopori oleh mahasiswa, rakyat menuntut Orde Baru tumbang dengan
mundurnya Setelah Orde Baru tumbang, lahirlah era reformasi yang pada saat itu
dipimpin oleh B. J. Habibie.
5
David Christian, S. H. (n.d.). Perbedaan Konstitusi tertulis Dan Konstitusi tidak tertulis.
6
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2000, hal.99
Masyarakat yang akhirnya membentuk tahun berkuasa, Presiden B. J. Habibie pun dalam
sidang umumnya pada tanggal 19 digantikan oleh Abdurrahman Wahid sebagai tidak
9
berlangsung lama hanya sekitar 20 bulan setelah diguncang oleh skandal bulog dan
kemudian digantikan oleh Presiden Megawati Soekarno Puteri.
10
Memperkuat kedudukan DPR dan ketentuan-ketentuan yang lebih merinci mengenai
HAM. Khusus mengenai pengaturan HAM, dapat dilihat pada Perubahan dan
kemajuan signifikan adalah dengan dicantumkannya persoalan HAM secara tegas
dalam sebuah BAB tersendiri, yakni BAB XA (Hak Asasi Manusia) dari mulai Pasal
28A
Sampai dengan 28J. Dapat dikatakan bahwa konseptualisasi HAM di Indonesia telah
mengalami proses dialektika yang seruis dan panjang
Yang mengambarkan komitmen atas upaya penegakan hkum dan HAM
3. AMANDEMEN KETIGA
Perubahan ketiga ini terdiri dari 3 BAB dan 22 Pasal, ditetapkan pada Sidang
Tahunan MPR Tahun 2001 mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan Pasal
1 Ayat (2) dan (3), Pasal 3 Ayat (1), (3) dan (4), Pasal 6 Ayat (1) dan (2), Pasal 6A
Ayat (1), (2), (3) dan (5), Pasal 7A, Pasal 7B Ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6) dan (7),
Pasal 7C, Pasal 8 Ayat (1) dan (2), Pasal 11 Ayat (2) dan (3), Pasal 17 Ayat (4), BAB
VIIIA, Pasal 22C Ayat (1), (2), (3) dan (4), Pasal 22D Ayat (1), (2), (3) dan (4), BAB
VIIB, Pasal 22E Ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6), Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3),
Pasal 23A, Pasal 23C, BAB VIIIA, Pasal 22E Ayat (1), (2) dan (3), Pasal 23F Ayat
(1) dan (2), Pasal 23G Ayat (1) dan (2), Pasal 24 Ayat (1) dan (2), Pasal 24A Ayat
(1), (2), (3), (4) dan (5), Pasal 24B Ayat (1), (2), (3) dan (4), Pasal 24C Ayat (1), (2),
(3), (4), (5) dan (6) UUD 1945. Inti perubahan yang dilakukan pada amandemen
ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan,
Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman dan
Ketentuan-ketentuan mengenai Pemilihan Umum. .
4. AMANDEMEN KEEMPAT
Perubahan keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR tahun 2002. Perubahan
dan atau penambahan tersebut yakni meliputi Pasal 2 Ayat (1), Pasal 6A Ayat (4),
Pasal 8 Ayat (3), Pasal 11 Ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24 Ayat
(3), BAB XIII, Pasal 31 Ayat (1), (2), (3),(4) dan (5), Pasal 32 Ayat (1), (2), (3) dan
(4), BAB IV, Pasal 33 Ayat (4) dan (5), Pasal 34 Ayat (1), (2), (3) dan (4), Pasal 37
Ayat (1), (2), (3), (4) dan (5), Aturan Peralihan Pasal I, II dan III, Aturan Tambahan
Pasal I dan II UUD 1945. Materi perubahan pada perubahan keempat adalah
ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan antar negara, penghapusan
Dewan Pertimbanga Agung (DPA), ketentuan mengenai pendidikan dan kebudayaan,
11
ketentuan tentang perekonomian dan kesejahteraan sosial dan aturan peralihan serta
aturan tambahan.
Konstitusi berperan sebagai sebuah aturan dasar yang membentuk kehidupan dalam
berbangsa dan bernegara, maka sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kepentingan bersama
antara pemerintah (negara) dan masyarakat (warga negara). Konstitusi menjadi suatu hal
yang berkontribusi terhadap terciptanya kehidupan yang demokratis di suatu negara yang
memilih konstitusi demokratis. Jika negara menggunakan konstitusi demokratis, maka
konstitusi demokratis di negara tersebut harus dapat menjamin terwujudnya demokrasi di
negara tersebut dan tentunya setiap konstitusi yang digolongkan sebagai demokratis tentunya
harus memiliki prinsip-prinsip tertentu yang harus dimiliki konstitusi tersebut.
12
karena memiliki Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang memuat tata kerja
ketatanegaraan modern. Sepanjang sejarahnya, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun isi materi yang
dikandungnya.
Ada dua model perubahan konstitusi dalam konstitusi modern yaitu renewal dan
amandemen. Renewal pembaharuan adalah suatu sistem yang mengubah seluruh UUD
sehingga UUD yang baru berlaku sepenuhnya.
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. SehinggaLembaga negara adalah badan
yang mengurusi masalah yang berhubungandengan sistem ketatanegaraan dengan
berdasarkan hukum yang berlaku.
Dalam sistem ketatanegaraan Negara Republik Indonesia sesuai dengan pokok pikiran
yang kita ulas pada point-point di atas, lembaga negara adalahsebagai penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia yang berdaulat yang disalurkanm melalui prosedur perwakilan politik
(political representation) melalui lembaganegara (DPR, perwakilan daerah (DPD), dan
perwakilan golongan). Sehinggatercermin pada UUD 1945 sebagai konstitusi kita sebelum
amandemen, MPRsebagai lembaga yang mempunyai kedudukan yang tertinggi sebagai
penjelmaanseluruh rakyat Indonesia. Dalam perkembangannya terjadi amandemen atau
perubahan terhadap UUD 1945 yang membuat adanya perubahan ketatanegaraandalam
kedudukan, wewenang, tugas dan fungsi lembaga-lembaga NegaraRepublik Indonesia yang
selanjutnya akan kita bahas. Sedangkan dari segihierarkinya lembaga-lembaga negara
tersebut dapat dibagi dalam tiga tingkatan berdasarkan UUD 1945 setelah amandemen yaitu :
1. Lembaga Tinggi NegaraAdalah lembaga tinggi negara yang dibentuk berdasarkan
konstitusi(UUD 1945).
2. Lembaga NegaraLembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang, PP
bahkanPerpres. Contoh KPK, Dewan Pertimbangan Presiden, Ombudsman dll.
13
3. Lembaga DaerahLembaga negara yang kedudukan, kewenangan, tugas, dan
fungsinyahanya ditingkat daerah.
Lembaga-lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945
Setelah UUD 1945 diamandemen mulai terjadi pergeseran lebih ke arag presidensial murni.
Presiden tidak lagi dipilih, diangkat, dan diberhentikan olehMajelis Permusyawaratan Rakyat.
Presiden langsung dipilih oleh rakyat, MPRhanya melantik. Presiden tidak lagi bertanggung
jawab kepada MPR sebagailembaga tertinggi negara, karena saat ini kedudukannya sama
yaitu sebagailembaga tinggi negara. Jika presiden dinyatakan melanggar UUD atau
melakukan perbuatan tercela, maka yang memutuskan bukan lagi MPR, MPR hanya
menetapkan saja berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Adapunstruktur
lembaga negara pasca amanademen UUD 1945 adalah sebagai berikut :
4. DPD
16
2. Berwenang mengadili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah Undang-Undang.
3. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang.
4. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi danrehabilitasi.
5. Mengajukan anggota Hakim Konstitusi sebanyak 3 orang.
8. MK (Mahkamah Konstitusi)
Keberadaan MK dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi.Bersama dengan MA,
MK menjadi lembaga tinggi negara yang memegangkuasa kehakiman. Anggota Hakim
Konstitusi ditetapkan oleh Presiden,sedang calonnya diusulkan oleh MA, DPR dan
pemerintah. MK Mempunyaikewenangan:
1. Menguji UU terhadap UUD.
2. Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara.
3. Memutuskan pembubaran partai politik.
4. Memutuskan sengketa yang berhubungan dengann hasil pemilu.
5. Memberikan putusan tentang dugaan pelanggaran oleh presiden atau wakilnya.
Komisi Yudisial berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkannama calon Hakim
Agung. KY merupakan lembaga negara yang bersifatmandiri. Anggota Komisi Yudisial
terdiri atas 7 orang yaitu, dua orangmantan hakim, dua orang akademisi hukum, dua orang
praktisi hukum, dansatu dari anggota masyarakat. Anggota Komisi Yudisial memegang
jabatanselama masa 5 (lima) tahun. Wewenang dan tanggung jawa KY:
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc MA.
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku hakim.
3. Dengan MA, bersama menetapkan Kode Etik dan Pedoman PerilakuHakim (KEPPH)
4. Menegakkan KEPPH.
Asri Agustiwi, 2014, Keberadaan Lembaga Negara Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar
1945 Di Indonesia, Jurnal Rechstaat IlmuHukum Fakultas Hukum UNSA Vol.8 no.1,
UniversitasSurakarta.
17
Menurut asas “lex superiori derogate lex inferiori” yang artinya: hukum yang unggul
mengabaikan atau mengesampingkan hukum yang lebih rendah.
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis Negara
Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan
Negara.
3. Undang-Undang (UU)
Undang-Undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama Presiden untuk
melakukan Undang-undang dasar 1945 dan TAP MPR-RI.
Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh presiden dalam hal sesuatu
kepentingan yang memaksa dengan ketentuan perpu harus diajukan ke DPR dalam
persidangan kemudian DPR dapat menerima atau menolak dengan tidak mengadakan
perubahan dan jika ditolak DPR maka Perpu tersebut harus dicabut.
6. Peraturan Presiden
18
Ada beberapa tugasnya yaitu menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah (sesuai pasal 4 ayat 1UUD 1945), kemudian
menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam peraturan pemerintah yang
tegas-tegas menyebutnya maupun tidak tegas menyebutnya.
7. Peraturan Daerah
Menurut Abdul latief : Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh DPRDP bersama dengan
Kepala Daerah (Gubernur). Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD
Kabupaten bersama Bupati/Walikota dan Peraturan Desa/setingkat dibuat oleh Badan
Perwakilan Desa atau nama lainnya bersama Kepala Desa atau nama lainnya.
Dalam Peraturan Daerah ada tiga tingkat yakni Tingkat I ( provinsi), Tingkat II
(kbupaten/kota) dan Tingkat III (desa). Dengan demikian peraturan daerah yang
dikeluarkan oleh desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan Presiden, begitu pula
dengan peraturan pemerintah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang.
Maksudnya ketentuan yang tingkatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan yang lebih tinggi sesuai dengan urutan diatas.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang sudah disampaikan diatas maka dapat kita simpulkan
2. Sejarah konstitusi meliputi : Warisan Yunani kuno, Warisan Romawi Kuno ,Warisan
Islam: konstitusionalisme dan piagam Madinah, Zaman Eropa modern
3. Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi merupakan salah
satu syarat penting untuk mendirikan dan membangun suatu negara yang merdeka, oleh
karenanya begitu pentingnya konstitusi itu dalam suatu negara. Konstitusi merupakan suatu
kerangka kehidupan politik yang sesungguhnya telah dibangun pertama kali peradaban dunia
dimulai, karena hampir semua negara menghendaki kehidupan bernegara yang konstitusional,
adapun ciri-ciri pemerintahan yang konstitusional diantaranya memperluas partisipasi politik,
memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan otoriter dan sebagainya.
19
20
7. Tata urutan perundang-undangan di Indonesia dari yang tertinggi sampai terendah ialah:
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden,
Peraturan daerah
3.2 SARAN
1. Penulis berharap agar pembaca dapat memahami penjelasan mengenai konstitusi dan tata
perundang-undangan di Indonesia
2. Penulis berharap agar konstitusi negara di Indonesia semakin maju dan makmur dengan
cara setiap lini berperan aktif sesuai dengan tupoksinya
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Liberty: Yogyakarta : 1993
Sonia Ivana Barus, “Proses Perubahan Mendasar Konstitusi Indonesia Pra Dan Pasca
Amandemen,” University Of Bengkulu Law Journal 2, No. 1 (22 April 2017): 35.
Wijaya, A. (2018). Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia. Jurnal Al-
Daulah, 7(2).