Anda di halaman 1dari 15

KONSTITUSI DI INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Konstitusi di
Dunia Islam

Dosen Pengampu : Zulkifli Nas, S.Hi., M.A

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Syaifullah Yusuf (0203203091)


2. Claudie Avysa Aghata (0203203143)
3. Vika Ramadhani (0203203146)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2023 M/1444 H
A. Pendahuluan

Makna dan pengertian konstitusi dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan antara lain: dari disiplin hukum dan politik. Menurut K.C. Wheare yang
merupakan pakar konstitusi menjelaskan kata konstitusi dalam dua arti:1 Pertama dalam
arti luas “konstitusi” digunakan untuk menggambarkan keseluruhan sistem pemerintahan
suatu negara, kumpulan aturan yang membentuk dan mengatur pemerintahan. Aturan
tersebut ada yang bersifat hukum yang mana pengadilan mengakui dan menerapkan
aturan-aturan itu dan ada pula yang bersifat nonhukum berbentuk usages, understanding,
dan customs. Kedua dalam arti sempit “konstitusi” merupakan kumpulan aturan
penyelenggara negara yang dimuat dalam dokumen. Istilah konstitusi berasal dari
“constituter” (bahasa Perancis) yang berarti membentuk. Pemakaian istilah konstitusi
yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu
negara.2

Pakar Hukum Tata Negara menyamakan pengertian konstitusi dengan Undang-


undang Dasar. Adapun alasannya ialah keduanya berisi hukum dasar yang tertulis.
Kalau kita kaji secara mendalam ada perbedaan konstitusi dengan Undang-undang
Dasar. Konstitusi berisi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis, sedangkan
Undang-undang Dasar hanya berisi hukum dasar tertulis. Tidak ada negara di dunia
yang tidak mempunyai konstitusi termasuk Indonesia. Sebaliknya tidak setiap negara
di dunia mempunyai Undang-undang Dasar, contoh Inggris tidak mempunyai Undang-
undang Dasar walaupun Inggris merupakan pendukung demokrasi. Dalam tulisan ini
akan dibahas lebih lanjut tentang materi konstitusi/Undang-undang Dasar 1945 di
Indonesia.
B. Pembahasan
1. Sejarah Perkembangan Konstitusi di Indonesia
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis, yaitu constituer berarti membentuk,
yang dimaksud ialah membentuk suatu negara, dalam bahasa Inggris dipakai istilah
constitution yang dalam bahasa Indonesia disebut konstitusi, dalam praktek dapat berarti

1
K.C. Wheare, Modern Constituion, London: Oxford University Press, 1966.
2
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Penerbit Dian Rakyat, 1989, h.
10.

1
lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar, tetapi ada juga yang menyamakan
dengan Undang-Undang Dasar.3
Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume
adalah sebuah reposisi yang berarti bersama dengan……., dan statuere berasal dari kata sta
yang membentuk kata kerja pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu maka kata
statuere mempunyai arti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan/menetapkan.
Pengertian konstitusi menurut bahasa Perancis, bahasa Inggris dan bahasa Latin, pada
intinya adalah suatu ungkapan untuk membentuk, mendirikan/menetapkan, lebih lanjut
dikenal dengan maksud pembentukan, penyusunan atau menyatakan suatu negara, maka
dengan kata lain secara sederhana, konstitusi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang
bentuk dan susunan suatu negara, yang dipersiapkan sebelum maupun sesudah berdirinya
negara yang bersangkutan.4
Secara terminologi, pengertian konstitusi tidak hanya dipahami sesederhana itu, tetapi
dapat dipahami secara lebih luas lagi, hal itu disebabkan karena semakin kompleksnya
permasalahan dalam suatu negara, maka pendekatannya dalam memahami konstitusi bukan
saja dilihat dari sudut pandang hukum, khusunya Hukum Tata Negara saja, tetapi harus pula
dipahahi dari sudut pandang ilmu politik. Karena itu tidak mengherankan jika sebagian
konstitusi akan lebih bermuatan politis ketimbang bermuatan yuridis.
Lebih lanjut mengenai istilah konstitusi ini para Sarjana dan ilmuan Hukum Tata
Negara terdapat perbedaan, sebagian ada yang berpendapat bahwa konstitusi sama dengan
Undang-Undang Dasar, dengan dasar bahwa semua peraturan hukum itu harus ditulis, dan
konstitusi yang tertulis itu adalah Undang-Undang Dasar. Ada pula yang berpendapat bahwa
konstitusi tidak sama dengah Undang-Undang Dasar, dengan dasar bahwa tidak semua hal
penting harus dimuat dalam konstitusi, melainkan hal-hal yang bersifat pokok saja.
Pendapat kedua kelompok tersebut tidak terdapat perbedaan yang prinsipiil, karena
kelompok pertama mempersamakan istilah konstitusi dengan Undang-Undang Dasar,
sedangkan kelompok kedua meninjau dari segi materi yang ada dalam konstitusi atau
Undang-Undang Dasar.5 Sehingga perbedaan itu hanyalah persoalan penting atau tidak
penting saja yang harus dimuat dalam Konstitusi atau Undang-Undang Dasar, oleh karenanya
perbedaan itu bukanlah suatu yang prinsip dalam memahami konstitusi.

3
Dahlan Thaib Dkk, Teori dan hukum konstitusi, Jakarta: Rajaa Grafindo Persada, 2008, h. 7.
4
Jazim Hamidi dan Malik, Hukum Perbandingan Konstitusi, Jakarta: Prestasi Pustaka Publesher, 2009, h. 87.
5
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005, h. 45.

2
Berdasarkan definisi konstitusi menurut C.F. Strong, yang ditulis oleh Jazim Hamidi,
terdapat tiga unsur yang termuat dalam konstitusi, yaitu :
1. Prinsip-prinsip mengenai kekuasaan pemerintahan;
2. Prinsip-prinsip mengenai hak-hak mengenai warga negara; dan
3. Prinsip-prinsip mengenai hubungan antara warga negara dengan pemerintah. 6
Konstitusi secara umum memiliki sifat-sifat formil dan materiil. Konstitusi dalam arti
formil berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu ketatanegaraan suatu negara, Dalam
pandangan ini suatu konstitusi baru bermakna apabila konstitusi tersebut telah berbentuk
naskah tertulis dan diundangkan, misalnya UUD 1945, Sedangkan konstitusi materiil adalah
suatu konstitusi jika orang melihat dari segi isinya, isi konstitusi pada dasarnya menyangkut
hal-hal yang bersifat dasar atau pokok bagi rakyat dan negara.7
Sifat konstitusi tertulis dituangkan dalam bentuk Undang-Undang Dasar pada suatu
negara, sedangkan konstitusi disamping memuat aspek hukum juga memuat aspek politik
yang lebih banyak lagi, yaitu politik pada masa tertentu suatu negara. Pada suatu negara
selalu mengalami perkembangan politik, dengan demikian konstitusipun juga selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan politik suatu bangsa, demikian pula
Indonesia telah mengalami perkembangan konstitusi sejalan dengan perkembangan politik
sejak kemerdekaan.
Konfigursi politik tertentu akan mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan suatu
bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami perkembangan politik pada beberapa
periode tentu akan mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan
ketatanegaraan tersebut juga sejalan dengan perkembangan dan perubahan konstitusi di
Indonesia seperti diuraikan dalam pembehasan berikut ini :
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya Undang-
Undang Dasar 1945.
Pada masa periode pertama kali terbentuknya Negara Republik Indonesia,
konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang pertama kali berlaku adalah UUD 1945 hasil
rancangan BPUPKI, kemudian disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Menurut UUD 1945 kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang
merupakan lembaga tertinggi negara.
Berdasarkan UUD 1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan Daerah dan Utusan
Golongan. dalam menjalankan kedaulatan rakyat mempunyai tugas dan wewenang

6
Jazim Hamidi dan Malik, Hukum Perbandingan Konstitusi, Jakarta: Prestasi Pustaka Publesher, 2009, h. 88.
7
Titik Triwulan Tutik, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006, h. 2.

3
menetapkan UUD, GBHN, memilih dan mengangkat Presiden dan wakil Presiden serta
mengubah UUD. Selain MPR terdapat lembaga tinggi negara lainnya dibawah MPR,
yaitu Presiden yang menjalankan pemerintahan, DPR yang membuat Undang-Undang,
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA).
Menyadari bahwa negara Indonesia baru saja terbentuk, tidak mungkin semua
urusan dijalankan berdasarkan konstitusi, maka berdasarkan hasil kesepakatan yang
termuat dalam Pasal 3 Aturan Peralihan menyatakan: “Untuk pertama kali Presiden dan
Wakil Presiden dipilih oleh PPKI.” Kemudian dipilihlah secara aklamasi Soekarno dan
Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama kali.
Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh Komite Nasional, dengan sistem
pemerintahan presidensial artinya kabinet bertanggung jawab pada presiden.
Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan secara murni dan
konskwen, sistem ketatanegaraan berubah-ubah, terutama pada saat dikeluarkannya
maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi bahwa Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuknya MPR dan DPR diserahi tugas
legislatif dan menetapkan GBHN bersama Presiden, KNIP bersama Presiden menetapkan
Undang-Undang, dan dalam menjalankan tugas sehari-hari dibentuklah badan pekerja
yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.8
Periopde 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS).
Sebagai rasa ungkapan ketidakpuasan bangsa Belanda atas kemerdekaan
Republik Indonesia, terjadilah kontak senjata (agresi) oleh Belanda pada tahun 1947 dan
1948, dengan keinginan Belanda untuk memecah belah NKRI menjadi negara federal
agar dengan secara mudah dikuasai kembali oleh Belanda, akhirnya disepakati untuk
mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, dengan
menghasilkan tiga buah persetujuan antara lain :
1) Mendir ik an Negara Republik Indonesia Serikat;
2) Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia Serikat; dan
3) Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda.
Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD 1945 menjadi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS), maka berubah pula
bentuk Negara Kesatuan menjadi negara Serikat (federal), yaitu negara yang tersusun

8
Titik Triwulan Tutik, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006, h. 67.

4
dari beberapa negara yang semula berdiri sendirisendiri kemudian mengadakan ikatan
kerja sama secara efektif, atau dengan kata lain negara serikat adalah negara yang
tersusun jamak terdiri dari negaranegara bagian.
Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serik at dilak ukan oleh pemerintah
bersama-sama dengan DPR dan Senat. Sistem pemerintahan presidensial berubah
menjadi parlementer, yang bertanggung jawab kebijaksanaan pemerintah berada di
tangan Menteri-Menteri baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung
jawab kepada parlemen (DPR), Namun demikian pada konstitusi RIS ini juga belum
dilaksanakan secara efektif, karena lembaga-lembaga negara belum dibentuk sesuai
amanat UUD RIS.
b. Periode 17 Agustus 1950 samapi dengan 5 Juli 1959, masa berlaku Undang-Undang
Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950).
Ternyata Konstitusi RIS tidak berumur panjang, hal itu disebabkan karena isi
konstitusi tidak berakar dari kehendak rakyat, juga bukan merupakan kehendak politik
rakyat Indonesia melainkan rekayasa dari pihak Balanda maupun PBB, sehingga
menimbulkan tuntutan untuk kembali ke NKRI. Satu persatu negara bagian
menggabungkan diri menjadi negara Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk
kembali ke NKRI dengan menggunakan UUD sementara 1950.
Bentuk negara pada konstitusi ini adalah Negara Kesatuan, yakni negara yang
bersusun tunggal, artinya tidak ada negara dalam negara sebagaimana halnya bentuk
negara serikat. Ketentuan Negara Kesatuan ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS
1950 yang menyatakan Republik Indonesia merdeka dan berdaulat ialah negara hukum
yang demokrasi dan berbentuk kesatuan. Pelaksanaan konstitusi ini merupakan
penjelmaan dari NKRI berdasarkan Proklamasi 17 Agustua 1945, serta didalamnya juga
menjalankan otonomi atau pembagian kewenangan kepada daerah-daerah di seluruh
Indonesia.
Sistem pemerintahannya adalah sistem pemerintahan parlementer, karena tugas-
tugas ekskutif dipertanggung jawabkan oleh Menteri-Menteri baik secara bersama-sama
maupun sendirisendiri kepada DPR. Kepala negara sebagai pucuk pimpinan
pemerintahan tidak dapat diganggu gugat karena kepala negara dianggap tidak pernah
melakukan kesalahan, kemudian apabila DPR dianggap tidak representatif maka
Presiden berhak membubarkan DPR.9

9
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005, h. 202.

5
c. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku Undang-Undang
Dasar 1945.
Padaperiode ini UUD 1945 diberlakukan kembali dengan dasar dekrit Prsiden
tanggal 5 Juli tahun 1959. Berdasarkan ketentuan ketatanegaraan dekrit presiden
diperbolehkan karena negara dalam keadaan bahaya oleh karena itu Presiden/Panglima
Tertinggi Angkatan Perang perlu mengambil tindakan untuk menyelamatkan bangsa dan
negara yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
Berlakunya kembali UUD 1945 berarti merubah sistem ketatanegaraan, Presiden
yang sebelumnya hanya sebagai kepala negara selanjutnya juga berfungsi sebagai kepala
pemerintahan, dibantu Menteri-Menteri kabinet yang bertanggung jawab kepada
Presiden. Sistem pemerintahan yang sebelumnya parlementer berubah menjadi sistem
presidensial.
Dalam prak tek ternyata UUD 1945 tidak diberlakukan sepenuhnya hingga tahun
1966. Lembaga-lembaga negara yang dibentuk baru bersifat sementara dan tidak
berdasar secara konstitusional, akibatnya menimbulkan penyimpangan-penyimpangan
kemudian meletuslah Gerakan 30 September 1966 sebagai gerakan anti Pancasila yang
dipelopori oleh PKI, walaupun kemudian dapat dipatahkannya. Pergantian
kepemimpinan nasional terjadi pada periode ini, dari Presiden Soekarno digantikan
Soeharto, yang semula didasari oleh Surat Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian
dilaksanakan pemilihan umum yang kedua pada tahun 1972.
Babak baru pemerintah orde baru dimulai, sistem ketatanegaraan sudah berdasar
konstitusi, pemilihan umun dilaksanakan setiap 5 tahun sekali, pembangunan nasional
berjalan dengan baik, namun disisi lain terjadi kediktaktoran yang luar biasa dengan
alasan demi terselenggaranya stabilatas nasional dan pembangunan ekonomni, sehingga
sistem demokrasi yang dikehendaki UUD 1945 tidak berjalan dengan baik.
Keberadaan partai politik dibatasi hanya tiga partai saja, sehingga demokrasi
terkesan mandul, tidak ada kebebasan bagi rakyat yang ingin menyampaikan
kehendaknya, walaupun pilar kekuasaan negara seperti ekskutif, legislatif dan yudikatif
sudah ada tapi perannya tidak sepenuhnya, kemauan politik menghendaki kekuatan
negara berada ditangan satu orang yaitu Presiden, sehingga menimbulkan demontrasi
besar pada tahun 1998 dengan tuntutan reformasi, yang berujung pada pergantian
kepemimpinan nasional.

6
d. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku pelaksanaan
perubahan Undang-Undang Dasar 1945
Sebagai implementasi tuntutan reformasi yang berkumandang pada tahun 1998,
adalah melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Dasar hukum perubahan UUD 1945 adalah Pasal 3 dan Pasal 37 UUD 1945
yang dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya, sehingga nilai-nilai dan
prinsip-prinsip demokrasi di Negara Kesatuan Rapublik Indonesia nampak diterapkan
dengan baik.
Dalam melak uk an per ubahan UUD 1945, MPR menetapkan lima kesepakatan,
yaitu :
1. Tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945;
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial;
4. Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
memuat hal-hal normatif akan dimaksukkan kedalam pasal-pasal (batang tubuh);
dan
5. Melakukan perubahan dengan cara adendum.
Pada periode ini UUD 1945 mengalami perubahan hingga keempat kali, sehingga
mempengaruhi proses kehidupan demokrasi di Negara Indonesia. Seiring dengan
perubahan UUD 1945 yang terselenggara pada tahun 1999 hingga 2002, maka naskah
resmi UUD 1945 terdiri atas lima bagian, yaitu UUD 1945 sebagai naskah aslinya
ditambah dengan perubahan UUD 1945 kesatu, kedua , ketiga dan keempat, sehingga
menjadi dasar negara yang fundamental/dasar dalam menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara.
e. Periode 10 Agustus 2002 sampai dengan sekarang masa berlaku Undang-Undang Dasar
1945, setelah mengalami perubahan.
Bahwa setelah mengalami perubahan hingga keempat kalinya UUD 1945
merupakan dasar Negara Republik Indonesia yang fundamental untuk menghantarkan
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, tentu saja kehidupan
berdemokrasi lebih terjamin lagi, karena perubahan UUD 1945 dilakukan dengan cara
hati-hati, tidak tergesa-gesa, serta dengan menggunakan waktu yang cukup, tidak seperti
yang dilakukan BPUPKI pada saat merancang UUD waktu itu, yaitu sangat tergesa-gesa
dan masih dalam suasana dibawah penjajahan Jepang.

7
Pada awalnya gagasan untuk melaksanakan perubahan/amandemen UUD 1945
tidak diterima oleh kekuatan politik yang ada, walaupun perdebatan tentang perubahan
UUD 1945 sudah mulai hangat pada tahun 1970 an. Pada saat reformasi, agenda yang
utama adalah melaksanakan perubahan UUD 1945, yaitu telah terselenggara pada Sidang
Umum MPR tahun 1999 dan berhasil menetapkan perubahan UUD 1945 yang pertama,
kemudian disusul perubahan kedua, ketiga hingga keempat. Dahulu setiap gagasan
amandemen UUD 1945 selalu dianggap salah dan dianggap bertendensi subversi atas
negara dan pemerintah, tetapi dengan adanya perubahan pertama ditahun 1999, mitos
tentang kesaktian dan kesakralan konstitusi itu menjadi runtuh.10
Nuansa demokrasi lebih terjamin pada masa UUD 1945 setelah mengalami
perubahan. Keberadaan lembaga negara sejajar, yaitu lembaga ekskutif (pemerintah),
lembaga legislatif (MPR, yang terdiri dari DPR dan DPD), lembaga Yudikatif (MA, MK
dan KY), dan lembaga auditif (BPK). Kedudukan lembaga negara tersebut mempunyai
peranan yang lebih jelas dibandingkan masa sebelumnya. Masa jabatan presiden dibatasi
hanya dua periode saja, yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pelaksanaan otonomi daerah terurai lebih rinci lagi dalam UUD 1945 setelah
perubahan, sehingga pembangunan disegala bidang dapat dilaksanakan secara merata di
daerah-daerah. Pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara demokratis, kemudian
diatur lebih lanjut dalam UU mengenai pemilihan kepala daerah secara langsung,
sehingga rakyat dapat menentukan secara demokrtis akan pilihan pemimpin yang sesuai
dengan kehendak rakyat.
Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dijamin lebih baik dan diurai lebih rinci
lagi dan UUD 1945, sehingga kehidupan demokrasi lebih terjamin. Keberadaan partai
politik tidak dibelenggu seperti masa sebelumnya, ada kebebasan untuk mendirikan
partai politik dengan berasaskan sesuai dengan kehendaknya asalkan tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945, serta dilaksanakannya pemilihan umum yang jujur dan
adil.
2. Bentuk Negara di Indonesia
Bentuk Negara Indonesia dapat dilihat dalam UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, Pemerintahan daerah provinsi,
dan Pemerintahan daerah kabupaten/kota. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005

10
Muh, Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi politik dan Kehidupan
Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 176.

8
tentang pemilihan, pengesahan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil
kepala daerah.

Bentuk negara dalam suatu negara mengaris bawahi secara jelas tentang
tanggungjawab setiap pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Bentuk Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik, atau lebih
dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bentuk negara Indonesia
adalah negara kesatuan dan Republik. Berikut maknanya adalah:

1. Negara Kesatuan

Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berarti bahwa pemerintahan
pusat memiliki wewenang yang lebih tinggi daripada pemerintahan daerah.
Pemerintahan daerah memiliki kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat, dan
pembagian wilayah administratif tidak mengubah status kesatuan Indonesia sebagai
satu negara.

2. Republik

Indonesia adalah republik yang berarti kepala negara dipilih oleh rakyat melalui proses
pemilihan umum. Presiden adalah kepala negara dan pemerintahan serta bertanggung
jawab kepada rakyat dalam menjalankan tugas dan fungsi negara.

3. Kedaulatan Rakyat

Makna penting lainnya adalah kedaulatan rakyat. Pemerintahan Indonesia berdasarkan


asas kedaulatan rakyat, di mana pemerintah berfungsi atas kuasa yang diberikan oleh
rakyat. Kedaulatan rakyat tercermin dalam mekanisme pemilihan umum, di mana
rakyat berpartisipasi dalam menentukan pemimpin dan kebijakan negara.

4. Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila adalah dasar negara Indonesia, yang mencakup lima prinsip: Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila menggambarkan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip yang mendasari negara Indonesia, menjaga keragaman dan
menyatukan rakyat.

9
5. Kesetaraan dan Keadilan Sosial

Bentuk negara Indonesia juga menekankan pada prinsip kesetaraan dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat. Tujuan negara adalah untuk menciptakan kondisi di mana semua
warga negara memiliki akses yang sama terhadap peluang dan manfaat dari
pembangunan negara.

6. Hak Asasi Manusia

Negara Indonesia juga mengakui dan menghormati hak asasi manusia sebagai prinsip
penting dalam tata kelola negara. Penghormatan terhadap hak-hak individu dijamin dan
dijaga sesuai dengan hukum dan konstitusi.

Macam-macam bentuk negara, yaitu:

1. Konstitusi Unitaris (Konstitusi Negara Kesatuan)

Disebut konstitusi unitaris apabila pembagian kekuasaan antara pemerintahan


pusat dan daerahnya tidak sama dan tidak sederajat, serta kekuasaan pusat merupakan
kekuasaan yang menonjol. Kekuasaan yang ada di daerah bersifat derivatif (tidak
langsung) dan sering dalam bentuk yang luas (otonom). Dengan demikian tidak dikenal
adanya badan legislatif dari pemerintah pusat dan daerah yang kedudukannya sederajat,
melainkan sebaliknya. Karena itu juga dalam negara tersebut dikenal satu
UndangUndang Dasar sebagai Undang-Undang Dasar Kesatuan.

2. Konstitusi Federalistis

Jika kekuasaan dibagi antara pusat dan bagian pada suatu negara, maka masing-
masing bagian bebas dari campur tangan satu sama lain, dan hubungannya sendiri-
sendiri, begitu pula hubungan bagian-bagian terhadap pusat. Pemerintah pusat memiliki
kekuasaan sendiri serta bebas dari pengawasan pihak pemerintah negara bagian, begitu
pula sebaliknya. Kekuasaan-kekuasaan yang ada dan sederajat. Hanya untuk beberapa
jenis kekuasaan pemerintah pusat mempunyai kelebihan yaitu dalam bidang
pertahanan, urusan luar negeri, pos, dan sebagainya. Menurut Strong, terdapat tiga ciri-
ciri dari negara federal, di antaranya:

a. Adanya supremasi daripada konstitusi di mana federal itu terwujud.

10
b. Adanya pembagian kekuasaan antara negara-negara federal dengan negara-negara
bagian.
c. Adanya suatu lembaga yang diberi wewenang untuk menyelesaikan suatu
perselisihan antara negara federal dengan pemerintah negaranegara bagian.

3. Konstitusi Konfederalistis

Negara konfederasi adalah bentuk serikat dari negara-negara berdaulat, namun


kedaulatannya tetap dipegang oleh negara-negara bersangkutan.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya antara negara-negara


tersebut diadakan kerja sama untuk menyelenggarakan satu bidang. Jadi kurang tepat
jika kerja sama diatur dalam satu konstitusi. Bentuk konfederasi lebih tepat jika disebut
suatu fakta, contohnya PBB, NATO, SEATO, ASEAN dan sebagainya.

Kedudukan dan fungsi konstitusi dalam negara berada dari zaman ke zaman.
Pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki dengan kekuasaan mutlak
penguasa ke negara nasional demokrasi, konstitusi berkedudukan sebagai benteng
pemisah antara rakyat dan penguasa yang kemudian secara berangsur-angsur
mempunyai fungsi sebagai alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan melawan golongan
penguasa. Sejak itu setelah perjuangan dimenangkan oleh rakyat. Konstitusi bergeser
kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan rakyat
terhadap kezaliman golongan penguasa menjadi senjata pamungkas rakyat untuk
mengakhiri kekuasaan sepihak satu golongan dalam sistem monarki dan oligarki serta
untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar landasan kepentingan bersama rakyat
dengan menggunakan berbagai ideologi seperti individualisme, liberalisme,
universalisme, demokrasi, dan sebagainya. Selanjutnya kedudukan dan fungsi
konstitusi ditentukan oleh ideologi yang melandasi negara.

3. Trias Politik di Indonesia


Trias Politica berasal dari bahasa Yunani yang artinya politik tiga serangkai.
Sederhananya, Trias Politica adalah konsep politik yang berarti pemisahan kekuasaan.
Menurut Wahyu Eko Nugroho dalam jurnalnya yang berjudul Implementasi Trias
Politica dalam Sistem Pemerintahan di Indonesia, menerangkan bahwa Trias Politica
adalah sebuah ide bahwa sebuah pemerintahan yang berdaulat harus dipisahkan antara dua

11
atau lebih kesatuan kuat yang bebas.11 Adapun tujuannya dari konsep Trias Politica ini
adalah untuk mencegah kekuasaan negara yang bersifat absolut.12
Konsep Trias Politica ditemukan oleh John Locke, seorang filsuf Inggris yang
kemudian Trias Politica dikembangkan oleh Montesquieu dalam bukunya yang berjudul
“L’Esprit des Lois”.
Adapun inti dari konsep pemisahan Trias Politica atau pemisahan kekuasaan adalah
membagi suatu pemerintahan negara menjadi 3 jenis kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Indonesia, sebagai negara demokrasi, termasuk salah satu negara yang
menganut konsep ini.
Penerapan Trias Politica di Indonesia, berikut ini kami jelaskan satu per satu
penerapannya berdasarkan setiap pembagian kekuasaan: 13

1. Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang. Terdapat 3


lembaga yang diberi kewenangan legislatif di Indonesia, antara lain Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), serta Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).

2. Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan roda


pemerintahan. Di Indonesia, kekuasaan ini dipegang oleh Presiden.

Akan tetapi, mengingat kegiatan menjalankan undang-undang tidak mungkin


dijalankan seorang diri, Presiden memiliki kewenangan untuk mendelegasikan tugas
eksekutif kepada pejabat pemerintah lainnya, yakni para menteri.

11
W. E. Nugroho. Implementasi Triaas Politica dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Gema Keadilan. Vol.
1, No. 1, Oktober 2014, hal. 66.
12
Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 152.
13
Efi Yulistyowati, dkk. Penerapan Konsep Trias Politica dalam Pemerintahan Republik Indonesia: Studi
Komparatif Atas Undang-undang Dasar Tahun 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen. Jurnal Dinamika
Sosial Budaya. Vol. 18, No. 2, Desember 2016, hal. 335-337.

12
3. Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang berkewajiban mempertahankan undang-


undang dan berhak memberikan peradilan kepada rakyatnya atau sederhananya adalah
kekuasaan kehakiman.

Ketentuan Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 menyatakan kekuasaan kehakiman sebagai
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
Fungsi yudikatif di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA) dan
Mahkamah Konstitusi (MK).14 Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi atau
pengadilan negara terakhir dan tertinggi, yang salah satu fungsinya adalah untuk membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali.
Sementara salah satu wewenang Mahkamah Konstitusi adalah melakukan uji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar.
C. Penutup
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, sebetulnya ada dasar hukum yaitu di
dalam Pasal 37 Undang-undang Dasar 1945 sebelum perubahan untuk merubah
Undang-undang Dasar 1945 namun tidak ada political will oleh Lembaga Negara
Tertinggi Majelis Permusyawaratan Rakyat RI untuk mengubah Undang-undang
Dasar 1945. Untuk melaksanakan salah satu tuntutan lapisan masyarakat maka di awal
era reformasi dilakukan perubahan Undang-undang Dasar 1945. Dengan adanya
perubahan Undang-undang Dasar 1945 maka terjadi reformasi ketatanegaraan RI.
Konstitusi di Indonesia selalu mengalami perubahan, yang pertama kali berlaku
adalah UUD 1945, kemudian di susul UUD RIS pada tahun 1949 merupakan konstitusi
kedua yang mengakibatkan bentuk Negara Kesatuan berubah menjadi Negara Serikat.
UUDS 1950 merupakan konstitusi yang ketiga, walaupun kembali kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, tetapi sistem pemerintahannya adalah Parlementer sampai
dikeluarannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945 yang
berlaku hingga reformasi yang menghantarkan amandemen UUD 1945 ke empat kali dan
berlaku sampai sekarang.

14
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945

13
Daftar Pustaka
Efi Yulistyowati, dkk. Penerapan Konsep Trias Politica dalam Pemerintahan Republik
Indonesia: Studi Komparatif Atas Undang-undang Dasar Tahun 1945 Sebelum dan
Sesudah Amandemen. Jurnal Dinamika Sosial Budaya. Vol. 18, No. 2, Desember
2016.
K.C. Wheare. 1966. Modern Constituion. London: Oxford University Press.

Malik dan Jazim Hamidi. 2009. Hukum Perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publesher.
MD, Muh, Mahfud. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi
politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.
Miriam Budiardjo. 2005. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Prodjodikoro, Wirjono. 1989. Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Penerbit
Dian Rakyat.

Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Thaib, Dahlan Dkk. 2008. Teori dan hukum konstitusi. Jakarta: Rajaa Grafindo Persada.
Tutik, Titik Triwulan. 2006. Pokok-pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
W. E. Nugroho. Implementasi Triaas Politica dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Gema Keadilan. Vol. 1, No. 1, Oktober 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai