Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bima Sakti Yudhatama

NIM : 190210302093

Kelas :C

Mata Kuliah : Sejarah Politik dan Hubungan Internasional

Tugas Meresume Kelompok 7

“Perkembangan Konstitusi Negara Republik Indonesia”

A. Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi

Istilah dalam bahasa Inggris “constitution” atau dalam bahasa Belanda


“constitutie “ secara harafiah sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
Undang-Undang Dasar. Permasalahannya penggunaan istilah undang-undang
dasar adalah bahwa kita langsung membayangkan sesuatu naskah tertulis. Padahal
istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu politik merupakan sesuatu yang lebih
luas, yaitu keseluruhan peraturan – peraturan baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Kebiasaan
menerjemahkan istilah constitution menjadi undang-undang dasar, hal ini sesuai
dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari
memakai kata “Grondwet” (Grond = dasar; wet = undang-undang) dan
grundgesetz (Grund = dasar ; gesetz = undang-undang) yang keduanya
menunjukkan naskah tertulis.

Dalam konsep konstitusi, tercakup juga pengertian peraturan tertulis dan


tidak tertulis. Peraturan tidak tertulis berupa kebiasaan dan konvensi-konvensi
kenegaraan (ketatanegaraan) yang menentukan susunan dan kedudukan
organorgan negara mengatur hubungan antar organ-organ negara itu dan mengatur
hubungan organ-organ negara tersebut dengan warga negara. Berlakunya
konstitusi sebagai hukum dasar mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi
(kedaulatan) dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan
rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku
adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu
konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yaitu
merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang
diaturnya. Oleh karena itu, di lingkungan negaranegara demokrasi, rakyatlah yang
dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi. Dalam hubungan dengan
pengertian constituent power tersebut di atas, muncul pula pengertian constituent
act. Dalam hubungan ini, konstitusi dianggap sebagai constituent act, bukan
produk peraturan legislatif yang biasa (ordinary legislative act).

B. Undang-Undang Dasar 1945: 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang pertama adalah UUD


1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, berlaku secara nasional
sampai dengan tanggal 27 Desember 1949. Naskah Undang Undang Dasar
Pertama tersebut disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Penyusunan naskah Rancangan Undang - Undang Dasar 1945 dimulai dari
pembentukan BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. BPUPKI
mengadakan sidang-sidang yang dapat dikelompokkan menjadi dua masa
persidangan; Sidang pertama mulai dari tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945 dan
masa persidangan kedua tanggal 10 Juli - 17 Juli 1945. Dari
persidanganpersidangan BPUPKI tersebut berhasil disusun naskah komplit
Rancangan Undang-Undang Dasar meliputi pernyataan Indonesia merdeka,
Pembukaan Undang-Undang Dasar, dan Undang-Undang Dasar teridiri atas pasal-
pasal. Dengan selesainya tugas BPUPKI, pemerintah Jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas untuk mempersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia. Pada sidang
tanggal 18 Agustus PPKI berhasil mengesahkan naskah Undang-Undang Dasar
1945 dari naskah Rancangan Undang-Undang Dasar hasil kerja BPUPKI tentunya
dengan beberapa perubahan di sana sini.
Terutama tentang dasar negara:

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi


pemelukpemeluknya sebagai mana termuat dalam Piagam Jakarta diubah
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa

C. Konstitusi Republik Indonesia Serikat Periode 27 Desember 1949 –


Agustus 1950

Dalam sidang bersama Parlemen dan Senat RIS tanggal 16 desember 1945 Ir.
Soekarno terpilih sebagai Presiden RIS. Untuk membentuk cabinet, Presiden
memilih empat sosok formatur, duar orang dari RI yakni Mohammad Hatta dan
Sultan Hamengku Buwono IX dan dua orang dari negara federal yakni Anak
Agung Gede Agung dan Sultan Hamid II. Kabinet RIS terbentuk dengan
Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri. Kabinet ini merupakan zeken cabinet
(cabinet yang mengutamakan keahlian setiap anggota) yang tidak berdasarkan
kekuatan partai atau cabinet koalisi. Berdasarkan ayat 80 ayat (1) dan (2), senat
beranggotakan 32 orang yang bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
RIS memegang kekuasaan legislative. Presiden menjadi kepala negara yang
dipilih oleh senat. Presiden tidak dapat diganggu gugat (pasal 118 ayat 1). Dan
pokok-pokok konstitusi RIS akan dijelaskan dibawah ini :

a) Mukadimah

Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengandung secara ringkas


pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang menekankan bidang
kesatuan, kedaulatan, ketuhanan dan filosofi negara (Pancasila).

b) Bab 1: Negara Indonesia Serikat

Bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat ini terdiri atas enam bagian. Empat
bagian pertama yaitu bagian tentang Bangun Negara dan Kedaulatan, Kawasan
Negara, Simbol dan Bahasa Negara serta Kewarganegaraan dan Warga Negara.

D. Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950)


UU No. 7 Tahun 1950 Presiden Republik Indonesia Serikat. Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia, atau dikenal dengan UUDS 1950, adalah
konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950
hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. UUDS 1950 ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi
Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS
tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini dinamakan “sementara”, karena
hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya Konstituante hasil pemilihan
umum yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil
memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk
konstitusi baru hingga berlarut-larut. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang antara lain berisi kembali
berlakunya UUD 1945.

E. Penetapan Kembali UUD 1945: 5 Juli 1959 sampai Sekarang

Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tidak bisa dilepaskan dari kegagalan
Konstituante membentuk sebuah UUD baru pengganti UUD Sementara 1950.
Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 melalui Dewan Konstituante dan
rentetan peristiwa-peristiwa politik selama masa demokrasi liberal mencapai
klimaksnya pada bulan Juni 1959, sehingga akhirnya mendorong Presiden
Soekarno untuk sampai kepada kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan
kacau yang membahayakan kehidupan negara. Atas kesimpulannya tersebut,
Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 dalam suatu acara resmi di Istana
Merdeka mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem demokrasi, yakni
Demokrasi Terpimpin.

Di Indonesia dekrit terjadi 2 kali yaitu pada masa pemerintahan Soekarno dan
pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Adapun dekrit yang berhasil
dilakukan adalah pada masa Soekarno, dalam artian dekrit pada masa ini
membawa perubahan yang cukup drastis pada Indonesia yaitu sebagai pengakhir
masa pemerintahan yang menggunakan sistem demokrasi parlementer. Demokrasi
parlementer ini sering dijadikan penyebab utama dari adanya banyak peristiwa
yang sekiranya membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, seperti
gejala provisialisme, gerakan separatis, jatuh bangunnya kabinet yang dimulai dari
kabinet Natsir (1950) sampai kabinet Juanda (1959), dan gagalnya Konstituante
dalam merumuskan UUD yang baru.

Anda mungkin juga menyukai