NIM : 190210302093
Kelas :C
Dalam sidang bersama Parlemen dan Senat RIS tanggal 16 desember 1945 Ir.
Soekarno terpilih sebagai Presiden RIS. Untuk membentuk cabinet, Presiden
memilih empat sosok formatur, duar orang dari RI yakni Mohammad Hatta dan
Sultan Hamengku Buwono IX dan dua orang dari negara federal yakni Anak
Agung Gede Agung dan Sultan Hamid II. Kabinet RIS terbentuk dengan
Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri. Kabinet ini merupakan zeken cabinet
(cabinet yang mengutamakan keahlian setiap anggota) yang tidak berdasarkan
kekuatan partai atau cabinet koalisi. Berdasarkan ayat 80 ayat (1) dan (2), senat
beranggotakan 32 orang yang bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
RIS memegang kekuasaan legislative. Presiden menjadi kepala negara yang
dipilih oleh senat. Presiden tidak dapat diganggu gugat (pasal 118 ayat 1). Dan
pokok-pokok konstitusi RIS akan dijelaskan dibawah ini :
a) Mukadimah
Bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat ini terdiri atas enam bagian. Empat
bagian pertama yaitu bagian tentang Bangun Negara dan Kedaulatan, Kawasan
Negara, Simbol dan Bahasa Negara serta Kewarganegaraan dan Warga Negara.
Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tidak bisa dilepaskan dari kegagalan
Konstituante membentuk sebuah UUD baru pengganti UUD Sementara 1950.
Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 melalui Dewan Konstituante dan
rentetan peristiwa-peristiwa politik selama masa demokrasi liberal mencapai
klimaksnya pada bulan Juni 1959, sehingga akhirnya mendorong Presiden
Soekarno untuk sampai kepada kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan
kacau yang membahayakan kehidupan negara. Atas kesimpulannya tersebut,
Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 dalam suatu acara resmi di Istana
Merdeka mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem demokrasi, yakni
Demokrasi Terpimpin.
Di Indonesia dekrit terjadi 2 kali yaitu pada masa pemerintahan Soekarno dan
pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Adapun dekrit yang berhasil
dilakukan adalah pada masa Soekarno, dalam artian dekrit pada masa ini
membawa perubahan yang cukup drastis pada Indonesia yaitu sebagai pengakhir
masa pemerintahan yang menggunakan sistem demokrasi parlementer. Demokrasi
parlementer ini sering dijadikan penyebab utama dari adanya banyak peristiwa
yang sekiranya membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, seperti
gejala provisialisme, gerakan separatis, jatuh bangunnya kabinet yang dimulai dari
kabinet Natsir (1950) sampai kabinet Juanda (1959), dan gagalnya Konstituante
dalam merumuskan UUD yang baru.