KO L
NASI O N A
A ( 21 8 52 01003)
US D W IK I SAPUTR
BAG PJKR 2A
A. Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa perancis, constituer memiliki arti membentuk. Istilah
konstitusi dalam bahasa Belanda disebut dengan Grondwet, berarti undang-undang
dasar (grond=dasar, wet=undang-undang). Secara umum dalam konteks
ketatanegaraan, konstitusi berati pembentukan suatu negara atau menyusun suatu
negara. Konstitusi dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuan-
ketentuan dasar atau hukum dasar. Sedangkan konstitusi dalam pengertian yang
sempit adalah piagam dasar atau undang-undang dasar (lio constitutionalle) ialah
suatu dokumen lengkap mengenai peraturan dasar negara.
Menurut Chairul Anwar dalam Rosyada dkk (2005), konstitusi adalah fundamental
laws tentang pemerintah suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. Sementara
menurut Sri Sumantri, konstitusi berati suatu naskah yang memuat suatu bangunan
negara dan sandi-sandi sistem pemerintahan negara. Mengacu pada beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konstitusi untuk suatu negara
merupakan aturan dasar tata kenegaraan yang memuat tentang sistem dan
peraturan dasar negara.
2. Konstitusi Tertulis dan Konvensional
Konstitusi antara satu negara dengan negara lain tentu berbeda, macam konstitusi
pun berbeda, perbedaan tersebut dapat dilihat dari dua macam secara umum, yaitu
tertulias dan tidak tertulis (convensional). Konstitusi tertulis (Undang-Undang
dasar). UUD 1945 sebagai konstitusi dasar negara, memiliki sifat:
• Tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat
pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga
negara.
• Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-
Undang dasar bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan.
• Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan- ketentuan yang dapat dan
harus dilaksanakan secara konstitusional.
• UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif
yang tinggi, disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum
positif yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia.
Konstitusi tidak tertulis (konvensional), merupakan hukum dasar yang tidak tertulis,
yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan dipelihara dalam praktek penyelenggara
negara. Konvensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Selain tiga muatan tersebut dalam konstitusi juga memuat hal- hal sebagai berikut:
Organisasi negara
Wilayah negara.
Warga negara dan penduduk.
Hak-hak asasi manusia.
Pertahanan dan keamanan negara.
Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial.
Perubahan konstitusi.
Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum memiliki konstitusi yang disebut
dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16
Juli 1945 oleh Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), yang beranggota 62 orang, diketuai oleh Mr. Radjiman Widyodiningrat.
Tugas pokok badan ini adalah menyusun rancangan Undang-Undang Dasar. Di akhir
sidang I, BPUPKI berhasil membentuk panitia kecil disebut dengan Panitia Sembilan.
Hasil panitia sembilan ini kemudian diterima dalam sidang II BPUPKI tanggal 11 Juli
1945, setelah itu Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 Juli 1945 yang
diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan Undang-Undang Dasar
dan membentuk panitia kecil untuk persiapan kemerdekaan, yaitu Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI beranggota 21 orang, yang diketuai oleh Ir.
Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Undang-Undang Dasar atau konstitusi Negara
Republik Indonesia disahkan dan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu 18 Agustus
1945. Dengan demikian, sejak itu Indonesia telah menjadi suatu negara modern
karena sudah memiliki suatu sistem ketatanegaraan, yaitu Undang-Undang Dasar
atau Konstitusi Negara yang memuat tata kerja konstitusi modern.
b. Konstitusi yang pernah belaku di Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak merdeka tanggal 18 Agustus 1945 hingga
sekarang tahun 2016, negara Indonesia pernah menggunakan tiga macam UUD yaitu
UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUD Sementara 1950. Dilihat dari perspektif
perioderisasi berlakunya UUD tersebut dibagi dalam lima periode, yaitu:
Pada periode ini pelaksanaan aturan pokok ketatanegaraan terbagi menjadi dua
periode, sebagai berikut:
Setelah terjadi aksi militer Belanda II, bangsa Indonesia memasuki babak baru untuk
mencapai pengakuan kemerdekaannya. Bangsa Indonesia harus menghadapi
pembentukan negara-negara federal/bagian dari Belanda. Pemerintah berbicara
dengan wakil-wakil negara untuk menentukan konstitusi apa yang digunakan.
Konstitusi RIS 1949 disahkan melalui Keputusan Presiden pada tanggal 31 Januari
1950 No. 48 (LN.50-3) dan diundangkan pada tanggal 6 Februari 1950.
Konstitusi RIS mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk kabinet,
sebagai berikut:
16