Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian Negara Hukum dan Konstitusi


a. Pengertian Negara Hukum

Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang sempurna (a
perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna yang para
anggotanya menaati peraturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika
memiliki sejumlah kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu
adanya penghargaan nilai nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu. Saling
menghargai hak sesama anggota masyarakat. Kelengkapan secara eksternal, jika keberadaan
suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai bagian dari organisasi masyarakat yang lebih
luas. Dalam konteks ini pengertian negara seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua
kelengkapan internal dan eksternal.

Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata rechtsstaat atau rule of law.
Para ahli hukum didaratan Eropa Barat lazim menggunakan istilah rechtsstaat, sementara tradisi
Anglo-Saxon menggunakan istilah rule of law. Di indonesia, istilah rechtsstaat dan rule of law
biasa diterjemahkan dengan istilah ” Negara Hukum”. (Winarno,2007).

Gagasan negara hukum di indonesia yang demokratis telah dikemukakan oleh para pendiri
negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu
abad yang lalu. Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia
(Hindia Belanda) dengan Netherland.

Pengertian negara hukum selaulu menggambarkan adanya penyelenggaraan kekuasaan


pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintahan dan unsur-unsur lembaga
didalamnya menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut
Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan
kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.

Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada pasal 1 ayat (3)
UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah negara hukum” konsep
negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindung hak azasi
manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.

1|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


Menurut Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam
konsep negara hukum dalam arti material atau negara hukum dalam arti luas. Pembuktiannya
dapat kita lihat dari perumusan mengenai tujuan bernegara sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia IV. Bahwasanya negara bertugas dan
bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.

b. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari Bahasa Prancis, constitute, yang berarti membentuk. Maksud dari isi
ini ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan suatu negara. Dalam Bahasa latin, kata
konstitusi merupakan gabungan dua kata, yakni cume “berarti dengan…” stature, berarti
“membuat sesuatu agar berdiri” atau “mendirikan, menetapkan sesuatu”.
Istilah konstitusi (constitution) dalam Bahasa Inggris memiliki makna yang lebih luas dari
undang-undang dasar, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Menurut Meriam Budiardjo, Konstitusi adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita
bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.
Menurut Bolingbroke konstitusi adalah kumpulan hukum, lembaga, dan kebiasaan yang
berasal dari prinsip-prinsip tertentu yang menyusun sistem umum, dan masyarakat setuju untuk
diperintahkan menurut sistem itu.
Menurut K.C. Wheare istilah constitution pada umumnya digunakan untuk menunjukkan
kepada seluruh peraturan mengenai ketatanegaraan suatu negara yang secara keseluruhan akan
menggambarkan sistem ketatanegaraannya. Secara umum, istilah konstitusi menggambarkan
keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah negara tersebut ada yang tertulis dan tidak tertulis.

2|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


2. Tujuan dan Fungsi Konstitusi
Secara garis besar, tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang
pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetpkan pelaksanaan leluasaan
yang berdaulat.
Konstitusi memiliki fungsi yang dikemukakan oleh Jimly asshiddiqie, guru besar hukum
tata negara memperinci sebagai berikut:
a. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
e. Fungsi sebagai sarana pengendali masyarakat (social control) baik dalam arti sempit hanya
dibidang politik, maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.
f. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaharuan masyarakat.

3. Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia

Undang Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh
BPUPKI yang beranggotakan 62 orang, diketuai Mr. Radjiman Wedyodiningrat. Tugas
pokoknya adalah menyusun rancangan UUD. Diakhir sidang I, BPUPKI berhasil membentuk
panitia kecil, yaitu Panitia Sembilan. Panitia ini pada 22 Juni 1945 berhasil mencapai kompromi
untuk menyetujui sebuah naskah Mukadimah UUD. Hasil Panitia Sembilan ini diterima dalam
sidang II BPUPKI tanggal 11 Juli 1945. Kemudian Ir. Soekarno membentuk panitia kecil tanggal
16 Juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk PPKI. PPKI berjumlah 21 orang dengan ketua Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai
wakilnya.

UUD atau Konstitusi Negara Republik Indonesia disahkan dan ditetapkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Dalam perjalanan sejarah, Konstitusi Indonesia telah mengalami
beberapa kali pergantian nama maupun substansi materi yang dikandungnya, antara lain:

a. UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

3|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat dengan masa berlakunya 27 Desember 1949 – 17
Agustus 1950
c. UUDS Republik Indonesia 1950 yang masa berlakunya sejak 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
d. UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan
masa berlakunya sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 – sekarang.

4. Perubahaan konstitusi di Indonesia


Sistem ketatanegaraan modern mengisyaratkan dua model perubahan konstitusi, yaitu
renewal (pembaruan) dan amandemen atau perubahan. Pembaruan adalah sistem perubahan
konstitusi dengan model perubahan konstitusi secara keseluruhan, sehingga yang diberlakukan
adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan. Negara yang menganut sistem ini antara lain:
Belanda, Jerman dan Perancis.
Adapun amandemen adalah perubahan konstitusi yang apabila suatu konstisuti diubah,
konstitusi yang asli tetap berlaku. Dengan kata lain, perubahan pada model amandemen tidak
terjadi keseluruhan bagian dalam konstitusi asli sehingga hasil amandemen tersebut merupakan
bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi awal. Negara yang menganut sistem ini adalah
Amerika Setikat termasuk Indonesia dengan pengalaman telah empat kali melakukan
amandemen UUD.
Menurut Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi, yaitu:
1. Sidang badan legislatif
2. Referendum
3. Negara-negara bagian dalam negara federal
4. Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi
Dalam perubahan keempat UUD 1945 diatur tentang tata cara perubahan undang-undang.
Bersandar pada Pasal 37 UUD 1945 menyatakan bahwa:
1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan
oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas
bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya
3. Untuk mengubah Pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota MPR.

4|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR
Wacana perubahan UUD 1945 mulai mengemuka seiring dengan perkembangan politik
pasca Orde Baru. Sebagian kalangan menghendaki perubahan total UUD 1945 dengan cara
membentuk konstitusi baru. UUD 1945 dianggap tidak lagi sesuai dengan perubahan politik dan
ketatanegaraan Indonesia, sehingga dibutuhkan konstitusi baru sebagai pengganti UUD 1945.
Adapun sebagian kelompok ini berpendapat bahwa UUD 1945 masih relevan dengan
perkembangan politik Indonesia dan karenanya harus dipertahankan dengan melakukan
amandemen pada pasal-pasal tertentu yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan sosial-politik
dewasa ini.
Pendapat kelompok yang terakhir ini didasarkan pada pandangan bahwa dalam UUD 1945
terdapat Pembukaan yang jika UUD 1945 diubah akan berakibat pada perubahan konsensus
politik disepakati oleh para pendiri bangsa (founding father). Lebih dari sekedar perubahan
kesepakatan Nasional, perubahan UUD 1945 akan juga berakhir pada pembubaran Negara
Kesatuan Repubik Indonesia (NKRI).
Dalam sejarah konstitusi Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan (amandemen) atas
UUD 1945. Sejak Proklamasi 1945, telah terjadi perubahan-perubahan atas UUD negara
Indonesia, yaitu:
1. UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949).
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950).
3. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959).
4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999).
5. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000).
6. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II ( 18 Agustus 2000 – 9 November 2001).
7. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II,III ( 9 November 2001 – 10 Agustus 2002).
8. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II,III,IV ( 10 Agustus 2002).

5. Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen UUD 1945

Secara umum, sistem kenegaraan mengikuti pola pembagian kekuasaan dalam


pemerintahan sebagaimana dikemukakan oleh Montesquieu dengan teori trias politikanya yang
terkenal. Menurutnya pada setiap pemerintahan terdapat 3 jenis kekuasaan yaitu legislatif,

5|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


eksekutif dan yudikatif. Ketiga jenis kekuasaan ini terpisah satu sama lainnya, baik mengenai
tugas maupun alat perlengkapan yang melakukannya. Karenanya, menurut teori ini tidak dapat
dibenarkan adanya campur tangan antara satu kekuasaan pada lembaga kenegaraan dengan
lembaga lainnya. Pemisahaan kekuasaan mengandung arti bahwa ketiga kekuasaan ini masing-
masing harus terpisah, baik lembaga maupun orang yang menanganinya. Namum demikian,
teori pemisahaan kekuasaan pemerintahan dalam praktiknya berbeda pada suatu negara dengan
negara lainnya. Seperti halnya konsep demokrasi, budaya politik pada suatu negara banyak
berpengaruh pada implementasi teori pemisahan kekuasaan tersebut.

Dalam perjalanannya, sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami perubahan secara


mendasar terutama sejak adanya amandemen (perubahan) UUD 1945 yang dilakukan MPR
pasca Orde Baru. Perubahan ini dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun
pemerintahan yang demokratis dengan check and balances yang setara dan seimbang di antara
cabang-cabang kekuasaan, mewujutkan supremasi hukum dan keadilan, serta menjamin dan
melindungi Hak Asasi Manusia. Salah satu tujuan utama amandemen UUD 1945 adalah untuk
menata keseimbangan antara lembaga kenegaraan

Sejak lengsernya orde baru pada 1998, telah terjadi 4 kali perubahan (amandemen) atas
UUD 1945 yaitu adalah perubahan pertama pada 1999, perubahan kedua pada tahun 2000,
perubahan ketiga pada 2002, dan perubahan keempat pada 2002. Dalam empat kali perubahan
ini, menurut pakar tata negara Jimly Asshiddiqie, materi UUD 1945 telah mengalami
perubahan materi yang dapat dikatakan cukup mendasar. Secara substantif, tegas Asshiddiqie,
perubahan yang telah terjadi atas UUD 1945 telah menjadi kostitusi proklamasi menjadi
konstitusi yang baru sama sekali, meskipun tetap dinamakan sebagai Undang-Undang Dasar
1945. Perubahan Pertama atas UUD 1945 pada 19 Oktober 1999 merupakan tonggak sejarah
yang berhasil mematahkan semangat konservatisme dan romantisme pada sebagian kalangan
masyarakat Indonesia yang beranggapan sangat menyakralkan UUD 1945 sebagai sesuatu yang
tidak bisa disentuh sama sekali oleh ide-ide perubahan.

Hasil amandemen yang berkaitan dengan kelembagaan negara dengan jelas dapat terlihat
pada Perubahan Pertama UUD 1945 yang memuat pengendalian kekuasaan Presiden, tugas serta
wewenang DPR dan Presiden dalam hal pembentukan undang-undang. Perubahan Kedua UUD
1945 berfokus pada penataan ulang keanggotaan, fungsi, hak maupun cara pengisiannya,

6|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


perubahan Ketiga UUD 1945 menitikberatkan pada penataan ulang kekuasaan MPR, jabatan
Presiden yang berkaitan dengan tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung, pembentukan lembaga negara baru yang meliputi Mahkamah Konstitusi (MK), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dan Komisi Yudisial (KY). Serta aturan tambahan untuk Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Perubahan Keempat UUD 1945 mencakup materi tentang
keanggotaan MPR, pemilihan presiden dan wakil presiden berhalagan tetap, serta kewenangan
presiden.

Dalam konteks perubahan UUD terdapat lima unsur penting yang disepakati oleh panitia
ad hoc perubahan UUD 1945, yaitu :
 Tidak melakukan perubahan atas Penbukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi
sistematika, aspek kesejarahan, dan orisinalitasnya.
 Tetap mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial.
 Meniadakan penjelasan UUD 1945 dalam hal normative dalam penjelasan dimasukkan dalam
pasal-pasal.
 Perubahan dilakukan dengan cara penambahan (adendum).

Reformasi ketatanegaraan di Indonesia terkait dengan lembaga kenegaraan sebagai hasil


proses amandemen UUD 1945 dapat dilihat dari tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut yang
dikelompokkan dalam kelembagaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif sebagaimana dijelaskan di
bawah ini :

1. Lembaga Legislatif
Lembaga legislatif direpresentasikan pada tiga lembaga yaitu :
a. MPR
Dari ketiga lembaga legislative tersebut posisi MPR merupakan lembaga yang bersifat khas
Indonesia. Menurut Asshiddiqie, keberadaan MPR terkandung nilai-nilai historis yang cenderung
dilihat secara tidak rasional dalam arti jika kedudukannya sebagai suatu lembaga dihilangkan
dapat dinilai menghilangkan satu pilar penting dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
justru dianggap perlu dilestarikan. Salah satu keberadaan pihak yang mempertahankan
keberadaan MPR ini berargumentasi bahwa jika MPR ditiadakan atau hanya sekedar dianggap

7|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


nama dari parlemen dua kamar (bicameral), maka sila “kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan” menjadi berubah.
b. DPR
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan
membentuk undang-undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Di antara
tugas dan wewenang DPR adalah :
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang.
 Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang
tertentu dan mengikut sertakannya dalam pembahasan.
 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memerhatikan pertimbangan DPD.
 Melaksakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintahan.
 Membahas serta menindaklanjutkan hasil pemeriksaan kinerja dan pertanggungjawaban
keuangan negara yang disampaikan olek BPK.
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan
sebagainya.
c. DPD

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia. berdasarkan Perubahan Ketiga UUD 1945, gagasan pembentukan DPD dalam rangka
restrukturisasi parlemen di Indonesia menjadi dua kamar telah diadopsi. Dengan demikian,
resmilah pengertian dewan perwakilan di Indonesia mencakup DPR,DPD.

Perbedaan keduanya terletak pada hakikat kepentingan yang diwakili masing-masing . DPR
dimaksudkan untuk mewakili rakyat, sedangkat DPD dimaksud untuk mewakili daerah-daerah.
DPD adalah lembaga negara sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan wakil-
wakil daerah provinsi dan dipilih melalui pemilihan umum.

8|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


2. Lembaga Eksekutif

Di negara-negara demokratis, lembaga eksekutif terdiri dari kepala negara, seperti raja,
perdana menteri, atau presiden, beserta menteri-menterinya. Dalam sistem presidensial (seperti
Indonesia), menteri-menteri merupakan pembantu presiden dan langsung dipimpin olehnya,
sedangkan dalam sistem parlementer para menteri dipimpin oleh seorang perdana menteri.

Kekuasaan eksekutif dimaknai sebagai kekuasaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan


kemauan negara dan pelaksanaan UU. Dalam negara demokratis, kemauan negara dinyatakan
melalui undang-undang. Maka, tugas utama lembaga eksekutif adalah menjalankan undang-
undang. Kekuasaan eksekutif mencakup beberapa bidang :

a. Diplomatic, yakni menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.


b. Administrasi, yakni melaksanakan undang-undang serta peraturan lain dan
menyelenggarakan dan administrasi negara.
c. Militer, yakni mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang, serta keamanan
dan pertahanan negara.
d. Yudikatif, yakni memberikan grasi, amnesti, dan sebagainya.
e. Legislatif, yakni membuat rancangan undang-undang yang diajukan ke lembaga legislate
negara utnuk disahkan, dan membuat peraturan peraturan.

Adapun wewenang, kewajiban, dan hak presiden yaitu :

 Memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD.


 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan
Udara.
 Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.
 Melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
 Menetapkan peraturan pemerintah.
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
 Membuat perjanjian internasional lainnya denga persetujuan DPR.
 Mengangkat duta dan konsul serta menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan DPR.

9|NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI DI INDONESIA


 Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi.
 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU.
3. Lembaga Yudikatif : MA, MK, dan KY
Amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan kehidupan
ketatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Berdasarkan perubahan tersebut
ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh (a) Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan
Agama, lingkungan Peradilan Militer, dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. (b)
Mahkama Konstitusi.
Perubahan UUD 1945 yang membawa perubahan mendasar mengenai penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman, mendorong perlu dilakukan perubahan secara komprehensif mengenai
undang-undang yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur mengenai
badan-badan Peradilan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, asas-asas penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman, jaminan kedudukan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang dalam
hukum dan dalam mencari keadilan.
1. Mahkamah Agung (MA) adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia. sesuai dengan
UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
kewajiban dan wewenang MA antara lain :
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, meguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.
b. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
c. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberikan grasi dan rehabilitas.
2. Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga baru yang dilahirkan oleh Perubahan
Ketiga UUD 1945. MK berkedudukan sebagai salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, MK memiliki empat wewenang dan satu kewajiban.

10 | N E G A R A H U K U M D A N K O N S T I T U S I D I I N D O N E S I A
a. Kewenangan adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk :
 Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945
 Memutuskan sengketan kewenangan lembaga negara kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Memutuskan pembubaran partai politik.
 Memutuskan perselisihan tentang pemilihan umum.
b. Kewajiban : MK wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa presiden
dan/wakil presiden diduga :
1) Telah melakukan pelanggran hukum berupa :
 Pengkhianatan terhadap negara,
 Korupsi,
 Penyuapan,
 Tindak pidana lainnya.
2) Atau perbuatan tercela lainnya,
3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Komisi Yudisial (KY) adalam lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan
wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya. Dibentuknya
Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia adalah agar warga
masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses
pengangkatan, penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini
dimaksudkan utnuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku
hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Komisi Yudisial melakukan pengawasan terhadap :
a. Hakim Agung di Mahkamah Agung.
b. Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berbeda di bawah
Mahkamah Agung seperti Peradilan Umum, Peradilan Agung, Peradilan Militer, dan badan
peradilan lainnya.

11 | N E G A R A H U K U M D A N K O N S T I T U S I D I I N D O N E S I A
c. Hakim Mahkamah Konstitusi.
4. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) fungsi sebagai lembaga pemeriksaan keuangan, BPK
pada pokoknya lebih dekat menjalankan fungsi parlemen. Karena itu, hubungan kerja BPK
danparlemen sangat erat. BPK adalah lembaga negara Indonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK memiliki tugas dan
wewenang yang sangat strategis karena menyangkut aspek yang berkaitan dengan sumber
dan penggunaan anggaran serta keuangan negara, yaitu :
a. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahukan hasil pemeriksaan
kepada DPR, DPRD, dan DPD.
b. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.
c. Memeriksa tanggung jawab pemerintahan tentang keuangan negara.

Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :

a. Fungsi Operatif , yaitu melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penelitian atau


penguasaan dan pengurusan keuangan negara.
b. Fungsi Yudikatif, yang melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntunan ganti rugi
terhadap pegawai negeri yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya, serta menimbulkan kerugian bagi negara.
c. Fungsi Rekomendatif, yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang
pengurusan keuangan negara.

6. Tata Urutan Perundang-Undangan Indonesia

Dalam penjelasan konstitusi atau UUD NKRI 1945 bahwa Indonesia ialah Negara yang
berdasar hukum tidak atas kekuasaan belaka. Konsep Hukum mempunyai ciri-ciri sbb:

1. Adanya perlindungan terhadap HAM


2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga Negara untuk menjamin
perlindungan HAM.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan.
4. Adanya peradilan administrasi.

12 | N E G A R A H U K U M D A N K O N S T I T U S I D I I N D O N E S I A
Dalam kaitan dengan negara hukum, tertib hukum yang berbentuk adanya tata urutan
perundang-undangan menjadi suatu kemestian dalam penyelenggaraan negara atau
pemerintahan. Dalam kaitan implementasi konstitusi RI merupakan bentuk tingkatan perundang-
undangan. Sejak 1966 telah dilakukan perubahan atas hierarki peraturan perundang-undangan di
Indonesia, yang perlu diatur untuk menciptakan keteraturan hukum dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara melalui TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 Lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki
peraturan perundang-undangan sbb:

1. UUD 1945.
2. TAP MPR.
3. UU atau peraturan pemerintah pengganti undang-umdang.
4. Peraturan pemerintah.
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan-peraturan pelaksanannya, seperti (a) peraturan menteri; (b) instruksi menteri; dll

Berdasarkan TAP MPR No.III Tahun 2000, tata urutan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia UUD 1945:

1. UUD 1945
2. UU atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang.P a g e | 13
3. Peraturan pemerintah.
4. Peraturan Presiden.
5. Peraturan daerah.

Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan, maka pertaturan dalam hierarki yang
bertentangan dengan peraturan diatasnya, tidak bisa dilaksakam dan batal demi hukum.

ARTIKEL

Pencoretan Bendera Merah Putih Dinilai sebagai Bentuk Pelanggaran Konstitusi

JAKARTA - Pancasila, simbol dan lambang negara, harus diperjuangkan dan dipertahankan
dengan segala tumpah darah. Karena memperoleh dan menciptakannya diperlukan perjuangan,
darah, dan air mata bangsa Indonesia yang merebut kemerdekaan.

13 | N E G A R A H U K U M D A N K O N S T I T U S I D I I N D O N E S I A
Belakangan banyak kasus yang dinilai melecehkan simbol dan lambang negara. Seperti bendera
Indonesia yang ditulis dengan aksara Arab dan dua silang pedang saat demonstrasi di depan
Mabes Polri, beberapa waktu lalu.

Menurut sosiolog Universitas Nasional, Sigit Rochadi, Pancasila dan lambang negara merupakan
dasar negara dan simbol negara. Semua pihak harus menghormati dan memperlakukannya
dengan baik.

"Konstitusi telah menetapkan hal itu sehingga pelecehan terhadapnya merupakan pelanggaran
konstitusi," ujar Sigit kepada Okezone, Jakarta, Sabtu (21/1/2017).

Secara sosiologi, kata Sigit, bangsa Indonesia diikat dengan berbagai aliran ideologi, paham, dan
budaya. Jika memang terbukti melecehkan simbol dan lambang negara maka harus ditindak
tegas.

"Pelecehan terhadap simbol negara merupakan penghinaan bangsa Indonesia sehingga harus
ditindak tegas siapa pun pelakunya," jelas Sigit.

Sebelumnya diberitakan, polisi mengamankan seorang pria berinisial NF (20) yang diduga
membawa bendera merah putih dengan tulisan aksara Arab saat unjuk rasa beberapa saat lalu.
Saat ini, NF tengah dilakukan pemeriksaan secara intensif di Mapolres Jakarta Selatan.

Undang-undang mengatur tentang pelecehan lambang negara tersebut, seperti dituangkan dalam
UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Lambang Negara dengan ancaman hukuman lima tahun
penjara.

14 | N E G A R A H U K U M D A N K O N S T I T U S I D I I N D O N E S I A
DAFTAR PUSTAKA

Ayunita, khelda, dkk. 2016 Hukum Tata Negara IndonesiaMitra Wacana Media, Makassar

Azra, azyumardi. 2015 Pancasila Demokrasi dan Pencegah Korupsi Prenadamedia Group, Mei,
Tanggerang Selatan

https://nasional.okezone.com/read/2017/01/21/337/1597263/pencoretan-bendera-merah-putih-
dinilai-sebagai-bentuk-pelanggaran-konstitusi

15 | N E G A R A H U K U M D A N K O N S T I T U S I D I I N D O N E S I A

Anda mungkin juga menyukai