Anda di halaman 1dari 14

UUD 1945/ KONSTITUSI NASIONAL

Mutya Ramadhanti1, Nesya Hadichintya1, Husein Al-Akbar Nst1


1
Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Abstrak.Penulisan jurnal ini membahas tentang pengertian konstitusi di


Indonesia, UUD 1945, islam dan perubahan UUD 1945 serta system
pemerintahan yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Adapun tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan jurnal ini antara lain: (1) Mengetahui
pengertian Konstitusi, (2) Memahami UUD 1945, Islam serta perubahan UUD
1945, Serta (3) Mengetahui system pemerintahan Indonesia. Metode penulisan
ini adalah metode studi literatur.Metode studi literatur adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian.

Kata Kunci:Konstitusi, UUD 1945, Islam, perubahan, sistem pemerintahan

Abstract.Writing in this journal discusses the meaning of the constitution in


Indonesia, the 1945 Constitution, Islam and changes to the 1945 Constitution
and the system of government that applies in the Republic of Indonesia. The
objectives to be achieved in writing this journal include: (1) Understanding the
meaning of the Constitution, (2) Understanding the 1945 Constitution, Islam
and changes to the 1945 Constitution, and (3) Knowing the Indonesian
government system. This writing method is the method of literature study. The
literature study method is a series of activities related to methods of collecting
library data, reading and taking notes, and managing research materials.

Keywoard:: Constitution, UUD 1945, Islam, change, government system.

1
Pendahuluan

Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi merupakan
salah satu syarat penting untuk mendirikan dan membangun suatu negara yang merdeka, oleh
karenanya begitu pentingnya konstitusi itu dalam suatu negara. Konstitusi merupakan suatu
kerangka kehidupan politik yang sesungguhnya telah dibangun pertama kali peradaban dunia
dimulai, karena hampir semua negara menghendaki kehidupan bernegara yang konstitusional,
adapun ciri-ciri pemerintahan yang konstitusional diantaranya memperluas partisipasi politik,
memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan otoriter dan sebagainya
(pendahuluan). di dalam konstitusi juga termasuk memuat pernyataan-prnyataan atau
pendapat dari para ahli hukum/negarawan, serta adat kebiasaan peradaban setempat, termasuk
di dalamnya adalah undang-undang. Pada masa peradaban Roma konstitusi mempunyai
pengaruh begitu besar sampai pada abat pertengahan, sehingga tercetuslah inspirasi
kehidupan demokrasi perwakilan yang cukup kuat hingga melahirkan paham demokrasi
perwakilan dan nasionalisme, dari sinilah sebagai cikal bakal munculnya paham
konstitusionalisme modern dalam sebuah negara.

A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari bahasa Prancis yang “constituer” yang artinya


membentuk.Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu Negara atau
menyusun dan menyatakan suatu Negara.Konstitusi bisa berarti peraturan dasar (awal)
mengenai pembentukan Negara.Istilah konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar
atau undang-undang dasar. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan.

Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar.Para pendiri Negara kita
Menggunakan istilah hukum dasar. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan: “undang-undang
dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar yang tertulis, sedangkan disamping
Undang-Undang dasar tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelanggaraan Negara, meskipun
tidak tertulis” dan hukum dasar tidak tertulis disebut konvensi.

Terdapat beberapa definisi konstitusi menurut para ahli, yaitu:

a. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjaddi 3 bagian:

2
1. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis, konstitusi mencerminkan
kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
2. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang
selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum. Konstitusi dalam hal ini
mengandung pengertian yuridis.
3. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang tinggi yang
berlaku dalam suatu Negara.
b. K.C. Wheare mengartikan konstitusi sebagai “ keseluruhan sistem ketatanegaraan dari
suatu Negara, berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah dalam pemerintahan suatu Negara.
c. Prof. Prayudi Atmosudirjo merumuskan konstitusi sebagai berikut:
1. Konstitusi suatu Negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan
bangsa yang bersangkutan.
2. Konstitusi suatu Negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak dan
perjuangan bangsa Indonesia.
3. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jaln pikiran, mentalitas dan kebudayaan suatu
bangsa.

Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut:

(a) Konstitusi (hukum dasar) dalam arti was meliputi hukum dasar tertulis dan hukum
dasar tidak tertulis.
(b) Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu
undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang undang dasar merupakan
konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.

Dinegara Negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undang


undang dasar mempunyai fungsi khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian
rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena mena. Hak hak warga
Negara akan lebih dilindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.Pada prinsipnya,
tujuan konstitusi adalah umtuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk
menjamin hal hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuassaan yang
berdaulat.Konstitusi secara umum berisi hal hal yang mendasar dari suatu Negara.Hal hal
mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma norma dasar yang dipakai sebagai pedoman
pokok Negara.

3
B. UUD 1945, Islam dan Perubahannya

Amandemen UUD 1945 diadakan dengan aturan atau kesepakatan dasar dalam
melakukan perubahan terhadap UUD 1945, yakni tidak mengubah Pembukaan UUD
1945, tetap mempertahankan NKRI, mempertegas sistem pemerintahan presidensial, serta
penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam pasal-
pasal atau batang tubuh. Amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan
secara bertahap karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi di
MPR. Proses perubahan lalu dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal yang lebih sulit
untuk memperoleh kesepakatan.

a. Hasil amandemen UUD 1945 Amandemen UUD 1945 diadakan oleh MPR sejak
tahun 1999 sebanyak empat kali. Hasil amandemen UUD 1945 yakni sebagai berikut :
1. Amandemen UUD 1945 yang pertama

Amandemen UUD 1945 yang pertama dilaksanakan pada Sidang Umum MPR
1999 tanggal 14-21 Oktober 1999.

Hasil amandemen undang-undang 1945 yang pertama meliputi 9 pasal dan 16


ayat sebagai berikut :

 Pasal 5 ayat 1: Hak presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR


 Pasal 7 : Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
 Pasal 9 ayat 1 dan 2 : Sumpah presiden dan wakil presiden
 Pasal 13 ayat 2 dan 3: Pengangkatan dan penempatan duta
 Pasal 14 ayat 1 : Pemberian grasi dan rehabilitasi
 Pasal 14 ayat 2 : Pemberian amnesti dan abolisi
 Pasal 15 : Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
 Pasal 17 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan menteri
 Pasal 20 ayat 1-4 : Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
 Pasal 21: Hak DPR untuk mengajukan rancangan undang-undang (RUU)

4
2. Amandemen UUD 1945 yang kedua

Amandemen UUD 1945 yang kedua dilaksanakan pada sidang tahunan MPR 2000
tanggal 7 - 18 Agustus 2000.perubahan kedua UUD 1945 ditetapkan pada 18 Agustus
2000.

Hasil amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 27 pasal dalam UUD sebagai
berikut:

- Bab VI mengenai Pemerintah Daerah

- Bab VII mengenai Dewan Perwakilan Daerah

- Bab IXA mengenai wilayah Negara

- Bab X mengenai warga negara dan penduduk

- Bab XA mengenai Hak Asasi Manusia

- Bab XII mengenai Pertahanan dan Keamanan

- Bab XV mengenai Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

3. Amandemen UUD 1945 yang ketiga

Amandemen UUD 1945 yang ketiga dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR
2001 tanggal 1-9 November 2001.Perubahan ketiga terhadap UUD 1945 ditetapkan
tanggal 9 November 2001.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 23 Pasal dalam 7 Bab
sebagai berikut:

- Bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan

- Bab II mengenai MPR

- Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara

- Bab V mengenai Kementerian Negara

- Bab VIIA mengenai DPR

- Bab VIIB mengenai Pemilihan Umum

5
- Bab VIIIA mengenai BPK

4. Amandemen UUD 1945 yang keempat

Amandemen UUD 1945 yang keempat dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR
2001 tanggal 1-11 Agustus 2002. Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi
19 Pasal yang terdiri atas 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang keempat menetapkan:

- UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga, dan
keempat adalah UUD 1945 yang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

- Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18


Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

- Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapuskan dan pengubahan


substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan
Pemerintahan Negara". Sistem Pemerintahan Negara.

Nilai-nilai dasar kebangsaan dan kenegaraan yang menghasilkan Dasar Negara


Pancasila dan Konstitusi Negara UUD 1945 tidak terlepas dari peran ormas Islam di
Indonesia.Di mana nilai dasar itu merupakan kristalisasi dari nilai-nilai Islam.Misalnya, nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persaudaraan/persatuan, permusyawaratan, dan keadilan yang
tertulis dalam Pancasila dan UUD 45, itu merupakan nilai-nilai Islam.

Umat Islam telah berperan besar dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan


Indonesia, maka umat Islam juga memiliki tanggung jawab yang besar pula akan kemajuan
Indonesia. Walaupun demikian, para pendiri Negara Indonesia tidak memilih status negara
teokratis dan tidak pula memilih bentuk negara sekuler.

Relasi antara agama dan negara dalam Negara Pancasila bersifat simbiotik
mutualistik.Walaupun bukan negara agama, tapi negara menghormati agama dan memberi
kebebasan kepada warga negara untuk beragama dan beribadah menurut agamanya.Bahwa
umat manusia sejatinya bersaudara, maka perlu dikembangkan persaudaraan kemanusiaan.
Dalam kaitan ini, ditegaskan bahwa kesadaran akan persaudaraan kemanusiaan itu

6
meniscayakan adanya rasa kasih sayang (tarahum) yang melintasi tapal batas primordial
seperti agama, ras,  bangsa, dan suku-bangsa.

Dalam niat. Amal yang lahir dari keterpaksaan tidak bernilai apa-apa. Hadist Rasullah
saw menegaskan :

ِ ‫ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ َوِإنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى‬،‫ت‬

Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niat dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR.al-Bukhari)

Prinsip kemerdekaan juga sejalan dengan konsep fikih bahwa kemerdekaan merupakan
syarat taklif (memikul perintah/larangan.).seperti diketahui inti pesan islam baik dalam Al-
Qur’an atau hadist adalah taklif untuk berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan ; berbuat
yang terpuji dan membuang yang tercela.

Maka,salah satu amal saleh dengan keutamaan tinggi adalah memberikan kemerdekaan
atau memerdekakan “budak” manusia yang terjajah,tertindas dalam belenggu oleh kemauan
pihak lain:

َ ‫َو َم ۤا اَ ۡد ٰرٮ‬
‫ك َما ۡال َعقَبَةفَ ُّك َرقَبَة اَ ۡو اِ ۡط ٰع ٌم فِ ۡى يَ ۡو ٍم ِذ ۡى َم ۡس َغبَ ٍةيَّتِ ۡي ًما َذا َم ۡق َربَا َ ۡو ِم ۡس ِك ۡينًا َذا َم ۡت َربَ ٍة ٍة‬

Tahukah engkau apa itu aqabah? Adalah memerdekakan orang yang terbelenggu,terjajah
atau memberi makan di hari yang sulit kepada orang yatim atau orang miskin.(QS.Al.Balad
[90]:12-16).

Sementara itu,manusia bukanlah semata-mata makhluk sosial.Artinya,Kemerdekaan


manusia individu tanpa kemerdekaan kolektifnya sebagai komunitas atau bangsa akan sangat
rapuh dan bisa kehilangan signifikansinya.Kemerdekaan suatu bangsa mutlak bagi
kemerdekaan manusia indivdu-individunya.

7
Suatu suku dan bangsa sebagai entitas sosial dan politik atas kemerdekaan dari penjajahan
suku atau bangsa lain dilindugi oleh Al-Qur’an dalam ayat sebagai berikut:

‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬

Wahai manusia,sungguh telah aku ciptakan kalian dari lelaki dan perempuan dan aku
jadikan kalian berbangsa bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengakui dan berbuat
baik; sungguh yang paling mulia di sisi allah adalah yang paling bertakwa. Sungguh allah
maha mengetahui dan maha teliti (QS.Al-Hujurat [49]:13)

Sejalan dengan ini maka penjajahan dan penindasan dalam bentuk apa pun baik terhadap
manusia individu maupun kolektif (dengan ikatan keyakinan,ide,kesukuan atau kebangsaan
tertentu) berlawanan dengan hak dan kemartabatan manusia.bahwa suatu suku bergabung
dengan suku lain,atau suatu bangsa bergabung dengan bangsa atau bangsa-bangsa lain
sebagai satu kesatuan sosial, hal itu sah-sah saja asalkan terjadi atas pilihan bebas dari pihak-
pihak yang bersangkutan,bukan atas paksaan atau tekanan pihak lain.

C. Sistem Pemerintahan Negara

Sri Soemantri menyatakan bahwa sistem pemerintahan adalah hubungan antara


lembaga legislatif dan eksekutif terdapat perbedaan yang jelas antara sistem pemerintahan
presidensil dan sistem pemerintahan parlementer.Masing-masing memiliki ciri-ciri
sebagaimana diungkapkan dalam kutipan ini. 1. Masalah sistem pemerintahan yang di anut
oleh UUD. Memang dikalangan kita ini ada dua pendapat bahkan tiga mungkin.Yang
pertama, mengatakan bahwa yang berlaku sekarang ini sistem pemerintahan
presindensil.Yang kedua, mengatakan itu bukan, bahkan ini dikatakan ada semacam
campuran, dan yang ketiga, ini mencari solusi, pendapat ini yang dikemukakan oleh Prof.
Padmo Wahyono yang mengatakan sistem MPR.1Sistem pemerintahan dalam arti luas inilah
yang dimaksud dengan sistem ketatanegaraan Indonesia2. Kemudian Rukmana

1
Sri M Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, 1992, hal. 90.
2
Sunarto Sunarto, ‘PRINSIP CHEHS AND BALANCES DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
INDONESIA ’MASALAH-MASALAH HUKUM, 2016 https://doi.org/10.14710/jiip.v3i1.3234.

8
Amanwinata.3juga mengatakan bahwa sistem pemerintahan adalah hubungan antara
kekuasaan eksekutif disatu pihak dengan kekuasaan legislatif dilain pihak. Eksekutif dalam
konteks diatas adalah eksekutif dalam arti sempit yaitu menunjukkan arti kepala cabang
kekuasaan eksekutif atau the supreme of the executive department. Yang apabila
dihubungkan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD RI
1945), dan yang dimaksud dengan kepala cabang kekuasaan eksekutif adalah Presiden selaku
kepala pemerintahan sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1) UUD NRI 1945 yang
menyatakan bahwa “Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undanag Dasar.”

Pada abad IV SM, di dunia ini sudah ada negara.Namun negara-negara sebelum abad
pertengahan pada umumnya belum mengenal sistem pemerintahan presidensial dan sistem
pemerintahan parlementer.Negara tertua penganut bentuk sistem pemerintahan presidential
adalah Amereika Serikat.Sedangkan negara yang paling terdahulu menganut bentuk sistem
pemerintah parlementer adalah Inggris.Dahulu Inggris dikenal sebagai negara yang banyak
mempunyai daerah jajahan.Begitu juga halnya dengan Amerika Serikat dan sekutunya.
Negara-negara bekas jajahan Inggris dan Amerika Serikat, maupun yang bukan jajahan
Inggris dan

Amerika Serikat banyak mengadopsi sistem pemerintahan presidential dan sistem


pemerintahan parlementer. Di samping itu banyak pula negara-negara di belahan dunia ini
mengkombinasikan dua sistem pemerintahan tersebut dengan budaya masyarakat yang ada
pada negara tersebut, sehingga terjadi modifikasi terhadap sistem pemerintahan. Negara yang
mengkombinasikan kedua sistem pemerintahan tersebut disebut dengan sistem semi
presidential atau semi parlementer

Pada garis besar sistem pemerintahan yang dilakukan pada negara-negara demokrat
menganut sistem parlementer dan sistem presidensil, termasuk Indonesia yang didasarkan
pada kesepakatan pendiri bangsa ( founding father) dalam siding Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) PADA TANGGAL 29 Mei s.d 1 juni dan 10 s.d 17 Juli
1945.4Dan untuk menghasilkan produk hukum yang berkarakter responsif dan tidak
3
Ahmad Yani,’ Sistem Pemerintahan Indonesia:Pendekatan Teori Dan Praktek’,Lentera Hukum, 2018
<https://doi.org/10.19184/ejlh.v5i2.7004>/.
4
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi, Menguatkan Model Legislasi Parlementer dalam Sistem presidensial
Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hal 4 Dikutip di M Yasin al-arif “ Anomali Sistem Pemerintahan
Presidensil Pasca Amandemen UUDNRI TAHUN 1945” hal. 239. Jurnal Hukum IUS QUIA HUSTUM No.2

9
otoriter.Maka, sesuai atas keinginan rakyat diperlukan adanya peningkatan peranan Lembaga
Negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Secara mendasar kekuasaan ladzimnya
dipetakan kedalam beberapa fungsi yang berkaitan satu dengan yang lainnya. John locke
dalam bukunya “two treasises of govemment”, membagin kekuasaannya dalam tiga fungsi,
yakni legislatif, eksekutif, fedeartif. Dengan mengikuti pola piker John Locke, Montesquieu
dalam bukunya “L Espirit de lois” yang ditulis tahun 1784 atau dikenal dengan sebutan “ The
Spirit Of Laws” mengklarifikasi kekuasaan negara dalam tiga cabang, yaitu:

 Kekuasaan legislatif sebagai pembuat undang-undang.


 Kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan undang-undang
 Kekuasaan untuk menghakimi atau disebut yudikatif.
Tetapi ditambah dengan lembaga inspektif (BPK), lembaga pemberi nasehat (DPA)
dan MPR sebagai lembaga penjelmaan seluruh rakyat, karena itu disebut lembaga tertinggi
negara. Fungsi masing-masing lembaga tertinggi dan tinggi negara tersebut, menurut UUD
1945 lama sangat jelas yaitu; DPR dengan jalan bekerjasama dengan Presiden membentuk

UU (legislatif), Presiden sebagai lembaga yang melaksanakan UU (eksekutif), MA


sebagai lembaga penegak hukum (yudikatif), BPK sebagai lembaga inspektif dan DPA
sebagai lembaga penasehat resmi pemerintah5 Hal ini sejalan dengan penegakan prinsip
kedaulatan rakyat, prinsip cheks and balances. Istilah itu adalah prinsip saling
mengimbangi dan mengawasi antar cabang kekuasaan, biasanya dalam konteks
kekuasaan Negara6 maka presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR
dalam hal fungsi legislasi, fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintahan dan fungsi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Makan dari itu perlu ada mekanisme
hubungan yang lebih jelas antara Lembaga kepresidenan (eksekutif) dengan DPR
(legislatif) maupun dengan lembaga-lembaga lainnya. Dan disini kami akan menjelaskan
apa yang dimaksud sistem parlementer dan sistem presidensil:

1. Sistem Presidensil, sistem ini dimana eksekutif tidak bertanggung jawab pada badan
legislatif dan pemegang kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatukan oleh atau melalui

Vol.22 April 2015, hal.238-254.


5
Mahmuzar, M.Hum, Sistem Pemerintahan Indnesia (Nusa Media: Bandung, 2013). h.44
6
Zulkarnain Ridhwan., Opcit., hal. 312.

10
badan legislatif meskipun kebijaksaan yang dijalankan tidak setujui oleh pemegang
kekuasaan legislatif. Dan dalam sistem pemerintahan presidensil, badan eksekutif dan
legislatif memiliki kedudukan yang independent. Kedua badan tersebut tidak
berhubungan secara langsung mereka juga dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem
ini juga disebut dengan sistem kongresioinal, yaitu yang merupakan sistem
pemerintahan negara republik, dimana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan
terpisah dengan kekuasaan legislatif.
Pada sistem ini, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik.Namun, masih
ada mekanisme untuk mengontrol presiden.Jika presiden melakukan pelanggaran
konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, maka posisi
presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran tertentu itu dan
wakil presiden akan menggantikan posisinya.

2. Sistem Parlementer, sistem ini merupakan sistem pemerintahan yang dimana


hubungan eksekutif dan badan perwakilan(legislatif ) sangat erat. Hal ini disebabkan
adanya
pertanggung jawaban para menteri terhadap parlemen. Maka setiap kabinet yang dibentuk
harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan
demikianlah kebijakan pemerintah atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang
dikehendaki oleh parlemen7. Sistem ini disebut sistem parlementer8 apabila eksekutif
secara langsung bertanggung jawab kepada badan legislatif atau bisa dikatakan; is it
immediately responsible to parlement, artinya kelangsungan kekuasaan eksekutif
tergantung pada kepercayaan dan dukungan mayoritas suara dibadan legislatif. Dan setiap
saat ekekutif kehilangan dukungan dari badan legislatif ( misalnya, karena adanya mosi
tidak percaya), eksekutif akan jatuh dengan cara mengembalikan mandat kepada kepala
negara (Presiden).

Pembukaan UUD NRI 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan


Indonesia itu disusun dibentuk dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.Berdasarkan
Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

7
Agnes Fitryantica,’ Penyelidikan, Melakukan Tindak, Terhadap korupsi, Pidana’,Jurnal Hukum Bisnis Bonume
Commune, 2019.
8
Rod Hague and others,’Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Melalui Konsep Omnibus
Law’, Gema Keadilan, 2019

11
republik.Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa bentuk Indonesia adalah kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahannya republik.

Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 ayat (1) UUD NRI 1945 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memgang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.”Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sismtem pemerintahan presidensial.
Tetapi, pada prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan parlementer yang
masuk kedalam sistem pemerintahan di Indonesia .Secara singkat bisa dikatakan sistem
pemerintahan yang bejalan di Indonesia adalah sistem yang merupakan gabungan atau
gabungan dari sistem presidensil dengan pemerintahan parlementer.Apalagi diruntut secara
sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Indonesia
menganut sistem kabinet parlementer pada tahun 1959-1966. Kemudian pada rentang waktu
pada tahun 1949-1950, Indonesia menganut distem yang semu.Pada tahun 1950-1959,
Indonesia Indonesia masih menanut sistem pemerintahan parlementer dengan demokrasi
liberal yang bersifat semu.Sedangkan, pada tahun 1959-1966, Indonesia menganut
pemerintahan secara demokrasi terpimpin. Pada UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18
agustus 1945 mencantumkan Indonesia sebagai negara yang menganut sistem presidensil.
Akan tetapi setelah tiga bulan berjalan, timbul lah suatu penyimpangan terhadap UUD 1945,
yakni dibentuknya sebuah kabinet parlementer oleh sultan syahrir sebagai perdana menteri
kabinet I. Dan pada waktu inilah Belanda juga membuat sistem pemerintahan parlemen di
Indonesiaa. Dan ada beberapa pemicu mengapa dibentuk nya sistem parelemen:

a. Untuk menunjukkan dunia barat (sekutu) bahwa Indonesia merupakan negara


yang menganut paham demokrasi, dengan harapan sekutu mengakui
kedaulatan indosnesia.

b. Menyelamatkan bangsa Indonesia dari kekuasaan diktator dan otoriter, karena


saat itu kedudukan Presiden Soekarno sangat menonjol dan ditakutkan
mengarah kepada kediktatoran.

Sistem parlementer yang dilaksanakan di Indonesia ini berlangsung selama satu


dasawarsa, dan diwarnai dengan saling menjatuhkan kabinet.Akhirnya, sistem

12
presidensil ini baru terlihat menonjol pada orde baru pada masa kepemimpinan
Soeharto. Dan beberapa variasi pemicu dari sistem presidensil Republik Indonesia
yakni diantaranya:

a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh Majelis Perwakilan


Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi, DPR tetap memiliki
kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.

b. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau


persetujuan DPR.

c. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu prtimbangan DPR


juga.

Kesimpulan

Konstitusi berasal dari bahasa Prancis yang “constituer” yang artinya membentuk.Pemakaian
istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu Negara atau menyusun dan
menyatakan suatu Negara.Konstitusi bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai
pembentukan Negara.Istilah konstitusi bisa dipersamakan dengan hukum dasar atau undang-
undang dasar. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai segala
ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan.Amandemen atau perubahan terhadap UUD
1945 dilakukan secara bertahap karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh
semua fraksi di MPR. Proses perubahan lalu dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal
yang lebih sulit untuk memperoleh kesepakat. Sistem parlementer yang dilaksanakan di
Indonesia ini berlangsung selama satu dasawarsa, dan diwarnai dengan saling menjatuhkan
kabinet.Akhirnya, sistem presidensil ini baru terlihat menonjol pada orde baru pada masa
kepemimpinan Soeharto.

13
Daftar Pustaka

Syarah Konstitusi: UUD 1945 dalam Perspektif Islam - Masdar F. Mas'udi - Google Buku. 07
mei 2023. 11:10

Yani ahmad. (2018). Sistem pemerintahan Indonesia: pendekatan teori dan praktrek
Konstitusi Undang Undang Dasar 1945. Legislasi Indonesia. Vol.15, hal.60

Sukadi imam. (2021). Sistem Pemerintahan Indonesia dan Implikasinya Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Hukum Bisnis Bonum Commun. Vol.4, hal. 120

Mahmuzar, SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Menurut UUD 1945 Sebelum dan


Sesudah Amandemen, Bandung, Penerbit Nusa Media, 2013

14

Anda mungkin juga menyukai