Anda di halaman 1dari 3

RESUME

Nama : Zulfikram Bahsowan


Nim : 551422010
Kelas :B
Matkul : Pancasila

BAB 6
PENGERTIAN, FUNGSI, KEDUDUKAN
(UNDANG-UNDANG DASAR 1945)

A. PENGERTIAN KONSTITUSI
Konstitusi atau Undang-undang Dasar (bahasa Latin: constitutio) dalam negara adalah sebuah
norma sistem politik dan hukum pemerintahan yang dituangkan dalam dokumen tertulis. Konstitusi
memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur,
wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya.

Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya. UUD 1945
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai
Konstitusi Republik Indonesia. UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara,
lembaga masyarakat, dan juga setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada serta setiap
penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.

B. FUNGSI UUD 1945


Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis.
Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden,
ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan
tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 3 UU No. 12 Tahun 2011).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau
hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini,
UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah
norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada
akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.
C. KEDUDUKAN UUD 1945
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi
dari keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti
undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden, dan lainlainnya, bahkan setiap tindakan
atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada
akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945 Berdasarkan
Undang-undangan Nomor: 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri dari:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Apabila Undang-Undang diduga bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, maka dilakukan pengujiannya oleh Mahkamah Konstitusi. Sedangkan apabila
Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang,
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi
dilakukan oleh DPR dan Presiden.

D. PERKEMBANGAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Pada masa Orde Baru, kekuasaan Presiden yang sangat besar karena
adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir) walaupun dalam UUD
1945 kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat). Dalam
rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Sehingga pada orde reformasi 1998, salah satu tuntutan Reformasi adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan
aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan


(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR
sebagai berikut:

I. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan


Pertama UUD 1945
II. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan
Kedua UUD 1945
III. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan
Ketiga UUD 1945
IV. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan
Keempat UUD 1945
E. KANDUNGAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan imperialisme,
kolonialisme, dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pokok pikiran tersebut yang merupakan cita-cita nasional dan cita hukum bangsa Indonesia. Pada garis
besarnya makna alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 adalah: (1) Alinea I : terkandung motivasi, dasar,
dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan); (2) Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur); (3) Alinea III : memuat petunjuk atau tekad
pelaksanaannya (menyatakan bahwa kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa); (4)
Alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk susunan negara yang
berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila.

Pokok-pokok pikiran dalam UUD 1945 itu dijelmakan dalam Pasalpasal UUD 1945, dan cita
hukum UUD 1945 bersumber atau dijiwai oleh falsafah Pancasila sebagai dasar negara. Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat dasar falsafah negara Pancasila dengan Pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan Perubahan UUD 1945
(1999-2002) menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai