Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menyadari bahwa di dalam memahami, mengerti, menghayati dan mengamalkan Undang
Undang Dasar 1945 kita perlu mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung di
dalamnya. Bahwa Undang Undang Dasar 1945 mengikat penyelenggara negara,
masyarakat, warga negara dan penduduk maka UUD 1945 dijadikan dasar untuk berulah
negara dan berulah masyarakat.
Untuk ini kami mencoba menguraikan secara popular dan sistematik dengan harapan
dapat membantu dalam mempelajari UUD 1945 ini. Bahwa Undang Undang Dasar 1945
merupakan hukum dasar, yang tertulis. Sebagai hukum mengikat Pemerintah, Lembaga
Negara, Lembaga Masyarakat, Warga Negara dan Penduduk.
Maka dari itu, apapun namanya atau kedudukannya harus mengetahui, memahami dan
menghayati isi dan makna Undang Undang Dasar 1945. Tanpa terkecuali kita semua
dituntut mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya dan melaksanakan
tugas dan pekerjaan berdasarkan atas dan dijiwai oleh semangat Undang Undang Dasar
1945. Selain itu, kita juga harus mengetahui bagaimana proses yang terjadi pada Undang
Undang Dasar 1945, apakah yang menyebabkan UUD 1945 tersebut diamandemen.
Perubahan UUD 1945 yang dilakukan pada tahun 1999 merupakan sebuah dorongan
dari gerakan reformasi. Tuntutan perubahan UUD 1945 yang digulirkan oleh berbagai
kalangan masyarakat dan kekuatan sosial politik didasarkan pada pandangan bahwa dalam
UUD 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan
rakyat, dan penghormatan HAM. UUD 1945 sebelum perubahan merupakan sebuah UUD
yang menimbulkan multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang
otoriter, sentralistik, tertutup yang menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di
berbagai bidang kehidupan.
Diharapkan kita mendapatkan sedikit bekal dan bahan dasar untuk dapat mengetahui,
mengerti, menghayati dan mengamalkan makna dan Undang Undang Dasar 1945 dalam
kehidupan bermasyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu UUD 1945
2. Apa saja perubahan dalam UUD 1945?

1.3 Tujuan Penulisan


 Makalah ini bertujuan untuk menguraikan secara popular dan sistematik isi dari UUD
1945.
 Untuk mengetahui dan memahami proses amandemen UUD 1945.
 Memenuhi Tugas Mata Kuliah.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan materi, juga diharapkan dapat
menambah pengetahuan mahasiswa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Undang Undang Dasar 1945

1.Pengertian UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan bahwa: “ Undang-undang Dasar suatu negara
ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum dasar
yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yang
tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis”.Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang Dasar menurut UUD 1945,
mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada pengertian hukum dasar, Karena yang
dimaksud Undang-undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis, sedangkan pengertiann
hukum dasar mencakup juga hukum dasar yang tidak tertulis.

Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari Pembukaan dan
Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea
keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-Pasal Undang-Undang Dasar 1945 terdiri
dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72 Pasal (Pasal 1 sampai dengan pasal 37),
ditambah dengan 3 Pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA
dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945.
Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain
merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dengan demikian pengertian UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut :

UUD 1945

PEMBUKAAN

Terdiri dari: 4 ALINEA

ALINEA 4 : Terdapat rumusan Sila-sila dari Pancasila dan PASAL-PASAL

Terdiri dari : Bab I s.d. Bab XVI (20 Bab) Pasal 1 s.d. Pasal 37 (72 Pasal), ditambah 3
Pasal Aturan Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan. Undang Undang Dasar 1945 untuk
prtama kalinya disahkan oleh Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan
dinyatakan berlaku sejak 18 Agustus 1945. Pengesahan daripada Undang Undang Dasar

3
tersebut dimuat dan disiarkan Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15
Februari 1946.

2.Kedudukan UUD 1945

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari keseluruhan produk
hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, atau
peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus
dilandasi dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

a. Hukum Dasar yang Tertulis


UUD 1945 merupakan Hukum Dasar yang tertulis. Sebagai hukum maka ia
mengikat: Pemerintah, Lembaga Negara, Lembaga Masyarakat, Warga Negara dan
Penduduk. Dengan demikian maka ia mengikat pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun daerah, ia mengikat lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara,
lembaga masyarakat termasuk partai politik dan organisasi massa, semua warga
negara dan bahkan setiap penduduk.
b. Hukum Dasar dan Sumber Hukum
UUD 1945 merupakan bentuk peraturan yang tertinggi dan yang menjadi dasar
dan sumber bagi peraturan yang lebih rendah. Dan setiap peraturan perundangan harus
berdasar dan bersumber dengan tegas pada peraturan yang berlaku yang lebih tinggi
tingkatannya.
c. Hukum yang Menempati Lebih Tinggi
Undang Undang Dasar, menurut ketentuan dalam pasal UUD 1945 adalah
ketentuan yang tertinggi tingkatannya. Oleh sebab itu ia adalah hukum yang
menempati kedudukan tertinggi.
d. Fungsi Pengawas
Karena ia menempati kedudukan tertinggi, maka ia adalah sebagai
kontrol/pengecek yang berfungsi sebagai pangawas terhadap produk hukum yang
lebih rendah tingkatannya, misalnya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Undang Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden dan lain-lain.

4
Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000,
dan terakhir diatur dengan Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan yaitu adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

3. Peraturan Pemerintah,

4. Peraturan Presiden,

5. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah

3. Sifat UUD 1945

Sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :

 karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum yang mengikat
pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga negara.

 Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang
setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman,serta memuat hak-
hak asasi manusia

 .Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus


dilaksanakan secara konstitusional.

 Undang-Undang Dasar 1945,dalam tertib hukum Indonesia,merupakan peraturan hukum


positif yang tertinggi. Disamping itu, juga sebagai alat kontrol terhadap norma-norma
hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia.

4. Fungsi UUD 1945

Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga halnya dengan UUD
1945. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga
negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di
wilayah Negara Republik Indonesia.

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang harus ditaati
dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-undang Dasar bukanlah
hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar,
UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum
sepertiundang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap
tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang
lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus

5
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).

Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan
atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam
hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD
1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma
hukum yang lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan
negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu
hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara

5. Makna UUD 1945

Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :

1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia. Menurut pengertian ini, difahami negara kesatuan, meliputi segenap bangsa
Indonesia dan seluruhnya,. Jadi negara mengatasi segala paham golongan dan
perseorangan. Negara menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia
seluruhnya.

2. Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat.

3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atars kerakyatan dan permusyawaratan


perwakilan. Oleh karena itu system negara yang terbentuk dalam undang-undang dasar
harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
Hal ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia.

4. Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

Oleh karena itu, UUD harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan
Penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

6
2.2 Amandemen UUD 1945

1.Pengertian Amandemen

Amandemen (bahasa Inggris: amendment) artinya perubahan. Mengamandemen artinya


mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen sebenarnya merupakan hak,
yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan undang-
undang. Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang artinya
perubahan UUD. Isti1ah perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian
(Taufiqurohman Syahuri, 2004), yaitu:
1. Amandemen kontitusi (constitutional amendment)
2. Pembaruan konstitusi (constitutional reform)

Pada amandemen UUD 1945 tidak terdapat penggantian dasar negara, baik itu Pancasila, bentuk
negara kesatuan, maupun bentuk pemerintahan presidensiil. Tetapi hanya menyempurnakan,
memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada,
tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri.

2. Tujuan Amandemen UUD 1945

Tujuan Amandemen UUD 1945:


a) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap
dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan
tidak bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945 itu yang berdasarkan Pancasila
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan pelaksanaan kedaulatan rakyat
serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham
demokrasi.
c) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi
manusia agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban
umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang
dicita-citakan oleh UUD 1945.
d) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem checks
and balances yang lebih ketat dan transparan, pembentukan lembaga-lembaga
negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman.

7
e) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban
negara mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa,
menegakkan etika, moral dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan
mewujudkan negara kesejahteraan.
f) Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara dan perjuangan negara
untuk mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan
umum.
g) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai
dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan bangsa dan negara
Indonesia dewasi ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun
waktu yang akan datang.

3. Alasan Amandemen UUD 1945

Alasan dilakukan amandemen terhadap UUD 1945:


a) Lemahnya checks and balances pada institusiinstitusi ketatanegaraan.
b) Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden
(hak prerogatif dan kekuasaan legislatif)
c) Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
d) Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM

4. Tahapan dan Hasil Amandemen UUD 1945

Sejak Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar
dalam delapan periode yaitu :

 Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949 (UUD 1945)

 Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (RIS 1949)

 Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (UUDS 1950)

 Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999 (UUD 1945 amandemen)

 Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000(amandemen ke 1)

 Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001(amandemen ke 2)

 Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002(amandemen ke 3)

 Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang(amandemen ke 4)

8
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen),
yaitu sebagai berikut:

 Amandemen UUD 1945 Pertama diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999

Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5 ayat
(1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3), 20
ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1). Pasal-pasal yang diubah untuk mengurangi kekuasaan
presiden.
Pelaksanaan amandemen pertama terhadap UUD 1945 berdasarkan hasil rapat paripurna
sidang umum MPR-RI ke-12 tanggal 10 Oktober 1999, yang kemudian disahkan pada
tanggal 19 Oktober 1999 memiliki dasar sebagai berikut:

1) Dasar politis
Mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan seksama dan sungguh-
sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi rakyat, bangsa dan negara.

2) Dasar yuridis
Menggunakan kewenangan bedasarkan pasal 37 UUD 1945

 Amandemen UUD 1945 Kedua diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000

Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu: Pasal 18
ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5),
20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan
(2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d
(4), 28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.

Pasal-pasal yang di ubah dan ditambahkan mengatur tentang:

1) Pemda

2) Wilayah Negara

3) DPR

4) WNI/penduduk

5) HAM

6) Hankam

7) Lambang negara

8) Lagu kebangsaan

 Amandemen UUD 1945 Ketiga diadakan pada tanggal 9 November 2001

Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal 1
ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B
ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4),
22D ayat (1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat
(1) dan (2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6).

9
Pasal-pasal yang diubah dan ditambahkan mengatur tentang:

1) Kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut UUD.

2) Negara Indonesia adlah Negara hukum

3) Wewenang MPR

4) Kepresidenan

5) Pembentukan mahkamah konstitusi

6) Pelaksanaan perjanjian internasional

7) DPR

8) Pemilu untuk memilih DPR,DPD, dan Presiden/wakil Presiden

9) APBN

10) BPK

11) Kekuasaan kehakiman

 Amandemen UUD 1945 Keempat diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002

Pada amandemen IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-
pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1)
s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan
Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.

Pasal-pasal yang diubah dan ditambahkan mengatur tentang:

1) MPR

2) Pemilihan Presdien dan Wakil Presiden

3) Mekanisme pemilihan jika Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap

4) Persetujuan pembuatan perjanjian internasional

5) Penghapusan DPA

6) Penetapan mata uang dan pembentukan bank sentral

7) Badan-badan yang memegang kekuasaan kehakiman

8) Hak dan kewajiban warga Negara dalam hal pendidikan dan kebudayaan

9) Perekonomian nasional dan kesejahteraan social.

10) Mekanisme perubahan UUd 1945

11) Aturan peralihan (pasal III ) tentang pembentukan Mahkamah Konstitusi

10
12) Aturan tambahan (pasal I) tentang tugas MPR untuk meninjau status hokum Ketetapan
MPRS dan MPR untuk diambil putusan pada siding MPR tahun 2003

13) Aturan tambahan (pasal II ) tentang isi UUd 1945 yang terdiri atas Pembukaan dan
pasal-pasal

Beberapa hal pokok yang menjadi isi konstitusi Negara RI berdasarkan UUD 1945 yang
telah diamandemen sebagai berikut:

 Negara Indonesia adlah Negara kesatuan yag bentuk pemerintahannya reublik (pasal
1 ayat 1)

 Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar ( pasal


1 ayat 2)

 Negara Indonesia menganut pembagian kekuasaan dengan adanya tiga lembaga


Negara, yaitu lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif ( pasal 2,4,19, dan 22 C)

 Lembaga legislative terdiri atas Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan


Perwakilan Rakyat ( DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) (pasal 2, 9, 22 C)

 Lembaga eksekutif adalah Presiden dan Wakil Presiden

 Lembaga Yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi (pasal
24)

 Indonesia memakai system peerintahan yang presidensial dengan presiden sebagai


keapala Negara dan kepala pemerintahan (pasal 4)

 Presiden Republik Indonesia dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan lima
tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali sekali (pasal 6A ayat 1 pasal 7)

 Parlemen terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui pemilu, sedang anggota
DPD dipilih dari masing –masing propinsi melalui pemilu (pasal 19 dan pasal 22C)

 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) berwenang mengubah dan menetapkan


undang-undang dasa, melantik presiden dan wakil, serta memberhentikan, presiden
dan wakil presiden dalm masa jabatannya ( pasal 2 Ayat 1, 2 , dan 3)

 Mahkamah agung dan badan-badan peradilan dibawahnya menjalankan fungsi


peradilan (pasal 24 ayat 2).

 Mahkamah konsitusi bertugas menguji undang-undnag terhadap UUD (yudical


review), memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga Negara, memutus
pembubaran partai politik dan memutus snegketa hasil pemilu, ( pasal 24C ayat 1)

 Selain lembaga-lembaga diatas, terdapat Dewan Pertimbangan, Badan Pemeriksa


Keuangan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Republik Indonesia,
Pemerintah Daerah sebagai lembaga otonom yang menyelenggarakan kekuasaan
pemerintah di daerah.

11
5. Mekanisme Amandemen

Sebagai kontrak sosial sebuah UUD harus jelas mekanisme perubahannya, dan
diberikan waktu yang cukup untuk merubah dan merevisi UUD. Harus difikirkan untuk
membentuk sebuah badan yang seperti Komisi Konstitusi dan mempunyai waktu dan
wewenang yang cukup untuk merubah UUD secara menyeluruh ataupun mensinkronisasi
UUD sehingga baik secara proses maupun substansi. Jika pembentukan Komisi Konstitusi
kembali diserahkan kepada BP MPR atau minimal melalui kewenangan Badan Pekerja MPR
ditakutkan kelemahan- kelemahan yang terjadi pada amandemen satu hingga empat akan
kembali menyesatkan.

6. Kelebihan Amandemen

Kelebihan dari proses amandemen UUD 1945 adalah:


a) Momentum desakralisasi UUD 1945
Dengan adanya UUD 1945 adalah langkah dan strategi yang tepat guna
menunjukkan kepada masyarakat umum bahwa UUD 1945 tidaklah keramat dan
dapat diubah jika sedah tidak relevan lagi ( Thaib, 2010:147).
b) Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum
Melalui Pasal 1 ayat (3) bangsa kita dapat menempatkan kekuasaan kehakiman
sebagai kekuasaan yang merdeka, sehingga penghormatan kepada hak asasi
manusia serta kekuasaan yang dijalankan atas prinsip due process of law dapat
diwujudkan secara murni dan konsekuen.
c) Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat negara
Dengan diaturnya mekanisme dan aturan mengenai pengangkatan dan juga
pemilihan pejabat negara maka transparansi dan juga akuntabilitas dari
pemerintahan dan tata kelolanya dapat dipertanggungjawabkan.
d) Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945.
UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 Lembaga
Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung
(MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK) (Pan Mohamad Faiz ,2007).
e) Pembangkit dinamika ketatanegaraan

12
Perubahan UUD 1945 telah banyak memberikan dinamika ketatanegaraan
Republik ini. Masyarakat Indonesia setidak-tidaknya bisa bersuara dari berbagai
lembaga negara dan sistem bernegara yang diperkenalkan oleh Perubahan tersebut.
f) Pembatasan hak dan kekuasaan presiden
Dengan adanya amanden UUD 1945 kita dapat melihat bahwa kekuasaan
pemerintahan presiden yang sebelumnya tidak terbatas dengan adanya amandemen
dapat dibatasi hanya 2 kali masa jabatan dimana sebelumnya presiden dapat
menjabat lebih dari 2 kali masa jabatan( Thaib, 2010:148).

g) Hak prerogative presiden diperjelas dan diatur


Dalam beberapa hal hak prerogative presiden diatur dan harus dikonsultasikan
dengan lebaga negara seperti mengangkat atau menerima duta serta memberikan
amnesti, abolosi grasi dan rehabilitasi( Thaib, 2010:148).
h) Penegasan susunan negara kesatuan RI dari pusat hingga daerah
Susunan pemerintahan dari daerah hingga pusat dapat kita lihat setelah
dilakukannya amandemen beserta dengan otonominya sesuai dengan kekhususan,
keistimewaan, dan keragaman daerahnya( Thaib, 2010:148).
i) Ketentuan pengaturan wilayah negara
Dengan amandemen wilayah dan daerah Ri semakin diatur secara jelas sehingga
dapat dipertahankan dan dijaga dengan baik oleh negara dan rakyat Indonesia(
Thaib, 2010:149).
j) Pengaturan dan pengakuan Hak Azasi Manusia
Hak Azasi Manusia diatur dan diakui secara jelas setelah amandemen melalui pasal
28 A hingga 28 J dan beberapa pasal lainnya yang menghargai dan menjamin hak
azasi warga negara Indonesia.
k) Penegasan fungsi lembaga negara
Melalui amandemen UUD 1945 kita dapat mengetahui tentang penegasan fungsi
badan legislatif, eksekutif dan yudikatif, serta diperkenalkan sistem checks and
balances yang lebih baik daripada UUD 1945 awal sehingga pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara akan dapat dilaksanakan dan diawasi dengan lebih baik
lagi.
l) Pengenalan lembaga negara dan mekanisme kerja yang baru.

13
Pada Perubahan UUD ini juga diperkenalkan lembaga-lembaga negara baru dan
mekanisme baru, yaitu: Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan Dewan
Perwakilan Daerah.
m) Diperlihatkannya pemisahan kekuasaan
Lembaga-lembaga yang baru dalam UUD 1945 telah memperlihatkan struktur
pemisahan kekuasaan yang lebih baik daripada UUD 1945 sebelum perubahan.
Pemisahan kekuasaan diperlihatkan dari 7 organ utama pelaksana kedaulatan
rakyat yaitu :

o Presiden sebagai pelaksana eksekutif

o DPR sebagai pelaksana kekuasaan legislative

o MPR sebagai pelaksanan kekuasaan legislative

o DPD sebagai pelaksana kekuasaan legislative

o Mahkamah Agung sebagai pelaksana kekuasaan yudikatif

o Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana kekuasaan yudikatif

o BPK sebagai pelaksana kekuasaan legislatif (salah satu fungsi legislatif adalah
mengawasi kekuasaan eksekutif).

n) Ditetapkannya mekanisme pemilu


Mekanisme pemilihan umum yang baru yang diperkenalkan dalam UUD 1945
adalah: 1. Pemilihan Umum secara langsung untuk Pemilihan Presiden, 2.
Pemilihan Umum untuk memilih wakil rakyat baik DPR, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota dengan memilih tanda gambar partai politik dan nama
wakil rakyat. 3. Mekanisme pemilihan secara langsung anggota DPD.
o) Penetapan struktur dan komposisi MPR
Tahapan dari amandemen UUD 1945 menuntaskan beberapa materi penting antara
lain tentang struktur dan komposisi MPR, Pemilihan Presiden langsung, peranan
negara dan agama pada Pasal 29, otoritas moneter, Pasal 31 tentang pendidikan dan

14
kebudayaan. Dan aturan peralihan yang salah satunya akan mengatur soal
pemberlakuan hasil amandemen itu sendiri.
p) Akselerasi perkembangan ketatanegaraan bagi masyarakat umum
Perkembangan yang dihasilkan UUD 1945 selanjutnya adalah kegiatan-kegiatan
dan aktivitas-aktivitas lembaga negara menjadi dinamis dan dilingkupi oleh
suasana konstitusi yang sangat kental. Akselerasi Perkembangan ketatanegaraan
semakin meningkat dengan adanya berbagai permohonan Judicial Review ke
Mahkamah Konstitusi yang berakibat semakin dekatnya masyarakat terutama
kaum elit negara ini terhadap pentingnya pengaturan norma-norma dasar dalam
konstitusi. Hal ini, sejalan dengan cita-cita dan keinginan pembuat UUD agar UUD
1945 dianggap sebagai aturan tertinggi diantara peraturan-peraturan yang lain
q) Penetapan atas berbagai identitas negara
Dengan ditetapkannya identitas negara maka diharpakn rasa nasionalisme seluruh
bangsa Indonesia dapat ditingkatkan sehingga tujuan negara dapat tercapai ( Thaib,
2010:149).

7. Kelemahan Amandemen
a. Kelemahan Amandemen dari segi proses:
1) Tidak membuat kerangka dasar perubahan dan content draft
MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD 1945 tidak
membuat dan memiliki content draft konstitusi secara utuh sebagai langkah
awal yang menjadi dasar perubahan (preliminary) yang dapat ditawarkan
kepada publik untuk dibahas dan diperdebatkan. Content draft yang didasari
paradigma yang jelas yang menjadi kerangka (overview) tentang eksposisi ide-
ide kenegaraan yang luas dan mendalam mengenai hubungan negara dengan
warga negara, negara dan agama, negara dengan negara hukum, negara dalam
pluralitasnya, serta negara dengan sejarahnya . Juga eksposisi yang mendalam
tentang esensi demokrasi, apa syaratnya dan prinsip-prinsipnya serta check
and balancesnya bagaimana dilakukan secara mendalam. Nilai/ values
merupakan kerangka dasar yang harus dinyatakan dalam setiap kosntitusi
sebuah negara, sehingga negara yang berdiri atas nilai-nilai ideal yang
diperjuangkan akan terlihat Sebuah pernyataan dari Brian Thompson akan
sangat baik jika harus melihat sebuah nilai dalam kerangka dasar konstitusi ”A
constitution can express the values which its framers have for their country.

15
These values may be seen in the type of governmental institutions which are
created, and in the declaration of rights of the citizens. Values will be found
particularly in preamble”.
2) Amandemen yang parsial dan tambal sulam
MPR lebih menekankan perubahan itu dilakukan secara adendum, dengan
memakai kerangka yang sudah ada dalam UUD 1945. Cara semacam ini
membuat perubahan itu menjadi parsial, sepotong-sepotong dan tambal sulam
saja sifatnya. MPR tidak berani keluar dari kerangka dan sistem nilai UUD
1945 yang relevansinya sudah tidak layak lagi dipertahankan. Proses
Amandemen secara parsial seperti diatas tidak dapat memberikan kejelasan
terhadap konstruksi nilai dan bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk.
Sehingga terlihat adanya paradoks dan inkonsistensi terhadap hasil-hasilnya
yang telah diputuskan. Hal ini bisa dilihat dari pasal-pasal yang secara
redaksional maupun sistematikanya yang tidak konsisten satu sama lain.
Seperti misalnya, penetapan prinsip sistem Presidensial namun dalam
elaborasi pasal-pasalnya menunjukkan sistem Parlementer yang memperkuat
posisi dan kewenangan MPR/DPR.
3) Adanya bias kepentingan politik

MPR yang dikarenakan keanggotaannya terdiri dari fraksi-fraksi politik


menyebabkan dalam setiap pembahasan dan keputusan amat kental diwarnai
oleh kepentingan politik masing-masing. Fraksi-fraksi politik yang ada lebih
mengedepankan kepentingan dan selera politiknya dibandingkan kepentingan
bangsa yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari pengambilan keputusan final
mengenai Amandemen UUD 1945 dilakukan oleh sekelompok kecil elit fraksi
dalam rapat Tim Lobby dan Tim Perumus tanpa adanya risalah rapat.

4) Partisipasi Semu
Sekalipun dalam mempersiapkan materi perubahan yang akan diputuskan
MPR melalui Badan Pekerjanya, melibatkan partisipasi publik baik kalangan
Profesi, ornop, Perguruan Tinggi, termasuk para pakar/ahli. Namun partisipasi
tersebut menjadi semu sifatnya dan hanya melegitimasi kerja MPR saja.
Dalam kerja BP MPR ini rakyat tidak mempunyai hak untuk mempertanyakan

16
dan turut menentukan apa yang diinginkan untuk diatur dalam konstitusinya,
MPR jugalah menentukan materi apa yang boleh dan tidak boleh.

MPR hanya membatasi pada materi-materi yang belum diputuskan dan


dalam penyerapannya yang tidak mencakup seluruh wilayah. Pembatasan itu
jelas akan memperpanjang inkonsistensi nilai dan sistematika yang ada. Jelas
hal ini merupakan bagian dari pemenjaraan secara politis untuk
menyelamatkan kepentingan-kepentingan fraksi yang ada di MPR. Sedangkan
dalam penyerapan dan sosialisasi (uji sahih), BP MPR tidak memberikan
ruang dan waktu yang cukup bagi publik untuk dapat berpartisipasi dalam
memahami dan mengusulkan apa yang menjadi kepentingannya. Termasuk
dalam proses amandemen yang keempat, MPR tidak melakukannya secara
intensif dan luas kepada seluruh lapisan masyarakat diseluruh wilayah
Indonesia.

Alasan keterbatasan dana yang dikemukakan oleh MPR RI sebagai


alasan untuk membatasi uji sahih, kami anggap sebagai upaya untuk
menghindari tanggung jawab. Apalagi tampak bahwa pihak MPR tidak pernah
mengeluh kekurangan dana apabila akan melakukan sosialisasi atau studi
banding ke keluar negeri yang telah memakan biaya besar pada tahun-tahun
sebelumnya. Substansi yang disosialisasikan pada proses uji sahih ini juga
dibatasi pada materi yang belum diputuskan dan beberapa materi yang tidak
dapat dirubah. Publik tidak akan dapat memberikan penilaian terhadap
substansi Amandemen pertama sampai keempat yang telah dilakukan oleh
MPR selama ini. Menurut hemat kami ini merupakan indikasi pengingkaran
MPR terhadap prinsip kedaulatan rakyat. MPR telah bertindak diatas
konstitusi yang semestinya adalah milik semua rakyat untuk dapat
mengusulkan dan menentukan.

5) Tidak intensif dan maksimal


Dalam proses itu ada keterbatasan waktuyang dimiliki oleh anggota MPR ,
terutama anggota Badan Pekerja yang diserahi tugas mempersiapkan materi
Amandemen UUD 1945 karena merangkap jabatan sebagai anggota DPR RI
dengan beban pekerjaan yang cukup banyak. Terlebih lagi, sebagai parpol di
DPR, anggota–anggota ini diharuskan untuk ikut berbagai rapat/pertemuan

17
yang diadakan oleh DPR atau partainya sehingga makin mengurangi waktu
dan tenaga yang tersedia untuk dapat mengolah materi Amandemen UUD
1945 sekaligus melakukan konsultasi publik secara lebih efektif. Akibatnya
kualitas materi yang dihasilkan tidak memuaskan. Padahal, konstitusi adalah
suatu Kontrak Sosialanatra rakyat dan negara sehingga proses perubahannya
seharusnya melibatkan sebanyak mungkin partisipasi publik.
b. Kelemahan dari segi substansi:
Perubahan yang tercermin dalam Perubahan UUD 1945 berlangsung cepat dan
dalam skala yang sangat luas dan mendasar. Perubahan UUD 1945 dari naskahnya
yang asli sebagai warisan zaman proklamasi tahun 1945 yang hanya berisi 71 butir
kaedah dasar, sekarang dalam waktu empat kali perubahan, telah berisi 199 butir
kaedah hukum dasar. Perubahan-perubahan substantif itu menyangkut konsepsi
yang sangat mendasar dan sangat luas jangkauannya, serta dilakukan dalam waktu
yang relatif singkat, yaitu secara bertahap selama empat kali dan empat tahun.
Dalam waktu yang sangat singkat, Perubahan UUD 1945 dilakukan sehingga
sampai saat ini ada berbagai kelemahan yang menghinggapi UUD 1945.
Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya adalah:

1) Tidak adanya paradigma yang jelas.

Model rancangan perubahan UUD 1945 yang ada sekarang, dimana semua
alternatif perubahan dimasukkan dalam satu rancangan, membuka peluang lebar
bagi tidak adanya paradigma, kurang detailnya konstruksi nilai dan bangunan
ketatanegaraan yang hendak dibentuk dan dianut dengan perubahan tersebut.
Persoalan nilai yang hendak dibangun secara prinsip telah ada dalam
Pembukaan UUD 1945, hal itu juga merupakan sebab untuk tidak dirubahnya
Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai yang secara prinsip tersebut tidak diatur
dengan jelas pada batang tubuh UUD 1945. Persoalan seperti nilai/value
pembangunan ekonomi yang hendak dibangun pada UUD 1945 setelah
perubahan. Apakah yang dimaksud dengan azas kekeluargaan tidak pernah jelas
dikemukakan oleh negara. Bagaimanakah cara dan proses menjalankan azas
kekeluargaan dalam sistem perekonomian juga menjadi pekerjaan rumah yang
tak pernah diselesaikan oleh negara. Hal-hal tersebut

2) Inkonsistensi rumusan.

18
MPR dalam melakukan amandemen UUD 1945, banyak menghasilkan
rumusan-rumusan yang paradoks dan inkonsistensi. Keberadaan MPR dalam
posisinya sebagai lembaga tertinggi negara membuat rancu sistem pemerintahan
yang demokratis, karena perannya juga seperti lembaga legislatif. MPR yang
dimaknai sebagai representasi kekuasaan tertinggi rakyat dan dapat melakukan
kontrol terhadap kekuasaan lainnya menjadi superbody yang tidak dapat
dikontrol.

3) Tidak Sistematis

MPR dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebagaimana yang telah
dibahas pada prosesnya, tidak mau atau tidak berani keluar dari kerangka
dengan mendekonstruksikan prinsip dan nilai UUD 1945 yang relevansinya saat
ini sudah layak dipertanyakan. MPR tidak mendasarinya dengan ide-ide
konstitusionalisme, yang esensinya merupakan spirit/jiwa bagi adanya
pengakuan Hak Azasi Manusia dan lembaga-lembaga negara yang dibentuk
untuk melindungi HAM dibatasi oleh hukum.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk dapat memahami,mengerti dan mengamalkan UUD 1945 secara benar
perlu diketahui maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya. Bertitik tolak dari
pernyataan di atas maka kita mencoba menguraikan secara populer dan
sistematik.Oleh sebab itu diperlukan beberapa pengertian sehingga tidak akan
menimbulkan keraguan dalam memahai,mengerti ,mengamalkan Undang Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen Undang Undang Dasar 1945 tidak hanya
skedar dipahami, dimengerti ,diamalkan dan sekaligus diamankan agar dia tetap
lestari.

Pengamanan Undang Undang Dasar 1945 berarti mempertahankan Undang


Undang Dasar 1945 yang telah ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah
proklamasi kemerdekaan. Bahwa Undang Undang Dasar 1945 melekat pada negara
Indonesia dan menjadi dasar untuk bernegara dan bermasyarakat. Jadi sepanjang
kita masih mengakui negara proklamasi,kita harus melaksanakan Undang Undang
Dasar 1945 sebagaimana adanya (tidak diubah).

Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 sebagai pokok kaidah yang


fundamental dengan jalan hukum tidak dapat diubah,sekali pun oleh DPR dan MPR
hasil pemilihan umum sesuai dengan sifat konstitutifnya pasal 3 dan 37. Mengubah
pembukaan berarti menghilangkan negara proklamasi.Kedua nya merupakan dua
sisi mata uang,dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan.

Dekrit presiden 5 juli 1959 membelakukan kembali undang undang dasar 945
secara murni dan konsekuen.Walaupun pasal 37 menyebutkan tentang wewenang
perubahan,tetapi perubahan tersebut berupa penjelasan perubahan setiap pasal
secara terpisah(lampiran).Dengan kata lain teks Undang Undang Dasar 1945 harus
dipertahankan sebagimana adanya tidak ditambah atau dikurangi serta tidak diubah
susunan letak pasal pasal maupunsusnan kalimatnya.

20
. Jadi tetap,sesuai dengan sistematika sebagaimana dapat dilihat pada berita
Republik Indonesia Tahun II No.7 tanggal 15 Februari 1946.

Melestarikan Undang –Undang Dasar 1945 berarti bahwa UUD 1945 mampu
menampung dinamika masyarakat dalam setiap situasi dan kondisi.Dengan kata
lain melestarikan adalah melaksanakan UUD 1945 yang dinyatakan dalam kata-
kata,pasal-pasal,penjelasan-penjelasan baik dalam pembukaan maupun batang
tubuh itu akan terwujud dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara indonesia.

Apabila kita melihat sistematika UUD 1945 ini secara utuh dan menyeluruh :

1. Pembukaan yang merupakan perwujudan politik dari negara yang didirikan


yaitu:

a. Pernyataan hak asasi dan kewajiban asasi.

b. Pernyataan pengakuan pada pahlawan pergerakan/kemerdekaan

c. . Pernyataan pengakuan pada rahmat yang dilimpahkan Allah pada bangsa


Indonesia.

d. Pernyataaan bangsa Indonesia mengenai:

1. Dasar atau alasan mengapa bangsa indonesia harus merdeka.

2. Tujuan kemerdekaan,keamanan,kesejahteraan,dan persahabatan

3. Dasar dari negara Indonesia , Pancasila.

2. Batang Tubuh, isinya merupakan Hukum dasar(tertulis) dan memuat


ketentuan–ketentuan yang mengatur serta menjadi sumber hukum tertinggi yang
meliputi:

a. Sistem pemerintahan negara dan hubungan antara lembaga-lembaga


negara termasuk kedudukan ,fungsi dan wewenang lembaga negara.

b. Hubungan negara dengan warga negara penduduk

c. Konsepsi negara di pelbagai bidang seperti bidang politik, ekonomi, sosial


budaya, hukum dan lain-lain dalam negara.

21
3. Penjelasan–penjelasan khusus pasal demi pasal penjelasan umum dari
pembukaan yang merupakan kejelasan dalam memahami dan mengamalkan isi
UUD 1945 secara utuh dan meyeluruh.Ketiga hal tersebut di atas merupakan
suatu kesatuan yang utuh, satu kesatuan historis yang tidak dapat dipisah-
pisahkan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian maka isi Undang
Undang Dasar tersebut seperti diuraikan di atas menunjukkan hal-hal yang
sangat fundamental bagi kehidupan suatu negara dan bangsa, bahkan
fundamental bagi setiap manusia yang beradab yang disebut hak asasi manusia
dan juga menunjukkan suatu keunikan bangsa yang merupakan identitasnya
(kepribadian).

 Amandemen UUD 1945 :

Perubahan terhadap UUD 1945, dilakukan melalui mekanisme sidang MPR


yaitu:

a. Sidang Umun MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999


b. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002

A. Amandemen Pertama

Ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16


ayat, yaitu :

 5 ayat 1 : Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR


 Pasal 7 : Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
 Pasal 9 ayat 1 dan 2 : Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
 Pasal 13 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan dan Penempatan Duta
 Pasal 14 ayat 1 : Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
 Pasal 14 ayat 2 : Pemberian amnesty dan abolisi
 Pasal 15 : Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
 Pasal 17 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan Menteri
 Pasal 20 ayat 1-4 : DPR
 Pasal 21 : Hak DPR untuk mengajukan RUU

22
B. Amandemen Kedua

Ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :

 Bab VI : Pemerintahan Daerah


 Bab VII : Dewan Perwakilan Daerah
 Bab IX A : Wilayah Negara
 Bab X : Warga Negara dan Penduduk
 Bab XA : Hak Asasi Manusia
 Bab XII : Pertahanan dan Keamanan
 Bab XV : Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan

C. Amandemen Ketiga

Ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :

 Bab I : Bentuk dan Kedaulatan


 Bab II : MPR
 Bab III : Kekuasaan Pemerintahan Negara
 Bab V : Kementrian Negara
 Bab VII A : DPR
 Bab VII B : Pemilihan Umum
 Bab VIII A : BPK

D. Amandemen Keempat

Ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31 butir
ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam perubahaan keempat ini ditetapkan
bahwa :

 UUD 1945 sebagaimana telah diubah adalah UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
 Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal
18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

23
 Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dihapuskan dan
pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang “Kekuasaan Pemerintahan Negara”.

3.2 Saran

Bagaimanapun juga, Amandemen dilakukan atas dasar kebutuhan kita akan landasan
konstitusi yang benar dan jelas. Sehingga dalam kehidupan bernegara, kita tidak salah
melangkah dalam melaksanakan isi UUD 1945. Sehingga, amandemen dianggap sebagai
salah satu langkah yang tepat untuk mengatur kebutuhan kita akan landasan konstitusi
yang benar dan jelas. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa ternyata UUD
1945 hasil amandemen lebih unggul dari segi isi. Karena lebih jelas dan berkurangnya
pasal-pasal yang multitafsir, memperkuat sistem presidensial, terwujudnya sistem Check
and Balances, dan jaminan HAM kepada seluruh warga Indonesia

24
25

Anda mungkin juga menyukai