Anda di halaman 1dari 6

UUD 1945

A. Pengertian UUD 1945

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan bahwa: “ Undang-
undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-
undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang dasar itu
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun tidak
tertulis”.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang Dasar menurut
UUD 1945, mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada pengertian hukum dasar, Karena
yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis, sedangkan pengertiann
hukum dasar mencakup juga hukum dasar yang tidak tertulis.

Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu Konstitusi. Istilah
konstitusi berasal dari bahasa inggris constitution atau dari bahasa Belanda Constitutie. Kata
konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-undang dasar karena pengertian
Undang-undang Dasar hanya meliputi konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih terdapat
konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-undang Dasar.

Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar yang tidak tertulis,
tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu yang lazim disebut konvensi, yang
berasal dari bahasa Inggris convention, yang dalam peristilahan ketatanegaraan disebut
kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan. Misalnya , kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI,
setiap tanggal 16 agustus melakukan pidato kenegaraan di muka Sidang Paripurna DPR. Pada
tahun 1945 hingga tahun 1949, karena adanya maklumat pemerintah tertanggal 14 November
1945, yang telah mengubah system pemerintahan dari cabinet presidensial ke cabinet
parlementer. Tetapi apabila keadaan Negara bahaya atau genting, cabinet beruah menjadi
presidensiil, dan sewaktu-waktu keadaan Negara menjadi aman kebinet berubeh kembali
menjadi parlementer lagi. Terhadap tindakan-tindakan tersebut tidak ada peraturan yang tegas
secara tertulis, pendapat umum cenderung melakukannya,, apabila tidak dilaksanakan, dianggap
tidak benar.
Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari Pembukaan dan Pasal-
Pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea
keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-Pasal Undang-Undang Dasar 1945 terdiri
dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72 Pasal (Pasal 1 sampai dengan pasal 37),
ditambah dengan 3 Pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA
dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945.
Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain
merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dengan demikian pengertian UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut :


UUD 1945
PEMBUKAAN
Terdiri dari: 4 ALINEA
ALINEA 4 : Terdapat rumusan Sila-sila dari Pancasila dan PASAL-PASAL
Terdiri dari : Bab I s.d. Bab XVI (20 Bab) Pasal 1 s.d. Pasal 37 (72 Pasal), ditambah 3 Pasal
Aturan Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan.

B. Motivasi Adanya UUD 1945

Motivasi yang menjasi latar belakang pembuatan UUD bagi negara yang satu berbeda dengan
negara yang lain; hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain, sejarah yang dialami
oleh bangsa yang bersangkutan, cara memperoleh kemerdekaan bangsanya, situasi dan kondisi
pada saat menjelang kemerdekaan bangsanya, dan lain sebagainya.

Menurut pendapat Bryce, hal-hal yang menjadi alas an sehingga suatu negara memilliki UUD,
terdpat beberapa macam, sebagai berikut :

1. adanya kehendak para warganegara yang bersangkutan agar tejamin hak-haknya, dan
bertujuan untuk mengatasi tindakan-tindakan para penguasa negara tersebut,

2. adanya kehendak dari penguasa negara dan atau rakyatnya untuk menjamin agar terdapat
pola atau system tertentu atas pemerintah negaranya,

3. adanya kehendak para pembentuk negara baru tersebut agar terdapat kepastian tentang
cara penyelenggaraan ketatanegaraannya,

4. adanya kehendak dari beberapa negara semula masing-masing berdiri sendiri, untuk
menjalin kerjasama.

Berdasarkan pendapat Bryce tersebut di atas, motivasi adanya UUD Negara Republik Indonesia,
yang sekarang lebih dikenal UUD 1945 adalah adanya kehendak para Pembentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan RI , tepatnya pada tanggal
18 agustus 1945. Hal ini ditujukan agar terjamin penyelenggaraan Ketatanegaraan NKRI secara
pasti (adanya kepastiaan hukum), seperti menurut pendapat Bryce pada nomer 3 tersebut di atas,
sehingga stabilitas nasional dapat terwujud. Terwujudnya ketatanegaraan yang pasti dan stabilitas
nasional memberi makna bahwa system politik tertentu dapat dipertahankan, yaitu system politik
menurut UUD 1945.

Suatu system politik, pada umumnya harus mempunyai kemempuan memenuhi lima fungsi
utama, yaitu:

 mempetahankan pola,

 pengaturan dan penyelesaian ketegangan atau konflik,

 penyesuaian,

 pencapaian tujuan, dan

 integrasi.

Dalam hal ini, system politik yang dianut oleh UUD 1945 dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Negara RI adalah merupakan suatu pola pemerintahan tertentu, dan apabila penyelenggaraan
Pemerintahan Negara RI, tetap dilaksanakan berdasarkan UUD 1945, maka berarti system politik
negara RI mempunyai kemampuan berfungsi mempertahankan pola tertentu, yaitu pola
penyelenggaraan Pemerintahan Negara RI seperti ditentukan oleh UUD 1945.

C. Kedudukan UUD 1945

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari keseluruhan produk
hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, atau
peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus
dilandasi dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan
terakhir diatur dengan Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan yaitu adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

3. Peraturan Pemerintah,

4. Peraturan Presiden,

5. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah meliputi :


 Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
bersama dengan Gubernur;

 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;

 Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama
lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hokum dasar, melainkan hanya
merupakan sebagian dari hukum dasar, masih ada hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar
yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis – yaitu
yang biasa dikenal dengan nama ‘Konvensi’. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau pengisi
kekosongan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan ketatanegaaan,
dimana Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan dengan UUD
1945.

D. Sifat UUD 1945

Undang-undang dasar hanya memuat 37 Pasal. Pasal-pasal lain hanya memuat peralihan dan
tambahan. Maka rencana ini sangat singkat jika dibandingkan dengan undang-undang dasar
Pilipina.

Maka telah cukup jika Undang-undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat
garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan penyelenggara negara lainnya
untuk menyelenggarakan kehidupan bernegara. Hukum dasar yang tertulis hanya memuat aturan-
aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan
kepeda undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, merubah dan mencabut.

Perlu senantiasa diingat dinamika kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Masyarakat dan
negara Indonesia tumbuh, jaman berubah, oleh karena itu dinamika kehidupan masyarakat dan
negara tidak bisa dihentikan. Berhubungan dengan hal ini, tidak bijak jika tergesa-gesa memberi
kristalisasi, meberi bentuk (Gestaltung) kepada pikiran-pikiran yang mudah berubah.

Sifat aturan yang tertulis itu mengikat. Oleh karena itu maakin supel (elastis) sifat aturan tersebut
akan semakin baik. Jadi kita harus menjaga supaya system Undang-Undang Dasar tidak
ketinggalan jaman. Jangan sampai kita membuat Undang-undang yang mudah tidak sesuai
dengan keadaan (verouderd).

Sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :

 Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga
negara.
 Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang
setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman,serta memuat hak-
hak asasi manusia.

 Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus


dilaksanakan secara konstitusional.

 Undang-Undang Dasar 1945,dalam tertib hukum Indonesia,merupakan peraturan hukum


positif yang tertinggi. Disamping itu, juga sebagai alat kontrol terhadap norma-norma
hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia.

E. Fungsi UUD 1945

Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga halnya dengan UUD
1945. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat pemerintah,
lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia
dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara
Republik Indonesia.

Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-undang Dasar bukanlah hukum
biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD
1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum sepertiundang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau
kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi,
yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).

Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau
hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam
hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD
1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma
hukum yang lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan
negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu
hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.

F. Makna UUD 1945

Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :


1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia. Menurut pengertian ini, difahami negara kesatuan, meliputi segenap bangsa
Indonesia dan seluruhnya,. Jadi negara mengatasi segala paham golongan dan
perseorangan. Negara menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia
seluruhnya.

2. Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat.

3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atars kerakyatan dan permusyawaratan


perwakilan. Oleh karena itu system negara yang terbentuk dalam undang-undang dasar
harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
Hal ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia.

4. Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

Oleh karena itu, UUD harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan Penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UUD negara Indonesia. Pokok-
pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtidee) yang menguasai hukum dasar Negara
baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum yang tidak tertulis. Undang-undang Dasar
menciptakan pokok pikiran ini dalam Pasal-Pasalnya.

Sumber Hukum :

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966

3. Ketetapan MPR No. III/MPR/2000

4. Undang-undang No.10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan

Anda mungkin juga menyukai