Disusun Oleh
1. Nurul Ahyari
2. Fathimah Indah Khairunnisa
3. Bagas Suryo
15501241055/D
15501241042/D
15501244003/D
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD 45, adalah hukum dasar tertulis (basic law) konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku
Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara
aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami
4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.
Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakikatnya merupakan tuntutan
bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai upaya
memulai kontrak sosial baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicitacitakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan
konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang
otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang
seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa
diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana
cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi
seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari
proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah
merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi
pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis,
sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan
kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi
perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen
sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian UUD 1945
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang tersusun atas 3
(tiga) bagian, yaitu:
1. Bagian pembukaan, terdiri atas 4 alinea
2. Bagian batang tubuh, terdiri dari 6 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan pengalihan, dan 2 ayat
aturan tambahan.
3. Bagian penjelasan, yang meliputi penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Pada UUD yang disahkan olek PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 baru
meliputi pembukaan dan batang tubuh saja, sedangkan penjelasan belum termasuk
didalamnya.
Setelah naskah resmi dimuat dan disiarkan dalam berita Republik Indonesia pada tanggal
15 Februari 1946, penjelasan tersebut telah menjadi bagian daripadanya, sehingga pengertian
UUD 45 seperti yang dinyatakan diatas meliputi pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan.
Sedangkan undang-undang dasar menurut UUD 45 adalah hukum tertulis. Sebagai hukum,
UUD itu mengikat bagi pemerintah, lembaga Negara/masayarakat, serta bagi warga
Indonesia dimanapun berada. Dan sebagai hukum, undang-undang itu berisikan normanorma, aturan-aturan\ atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
Undang-undang dasar merupakan sumber hukum, peraturan atau keputusan pemerintah
termasuk kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan bersumberkan pada peraturan
yang lebih tinggi, dan pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan UUD
1945.
UUD sebagai hukum tertulis mempunyai kerangka tata aturan atau tata tingkatan norma
hukum yang berlaku dan menempati kedudukan yang tinggi, yang mempunyai fungsi sebagai
alat pengontrol bagi norma hukum yang kedudukannya lebih rendah, apakah sudah sesuai
dengan Undang-Undang Dasar.
Selain UUD sebagai hukum dasar tertulis, masih ada hukum lainnya yang tidak tertulis,
yaitu dalam penjelasan UUD 45 dinyatkan sebagai Aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis yang dikenal
dengan sebutan konvensi. Konvensi merupakan aturan-aturan pelengkap yang mengisi
kekosongan yang timbul dalam praktik kenegaraan yang tidak terdapat dalam UndangUndang Dasar. Dengan adanya konvensi itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuanketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
Isi UUD 1945 bersifat singkat, yaitu hanya berisikan sebanyak 37 pasal, ditambah dengan
4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat tambahan. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan
dengan UUD Negara lain seperti misalnya UUD Philipina, demikian pula jika dibandingkan
dengan konstitusi RIS (1946) dan UUDS (1950). Selain bersifat singkat, UUD 1945 juga
bersifat supel.
Sifat singkat dan supel dari UUD 1945 ini dinyatakan dalam penjelsan yang memuat alasan
sebagai berikut :
1.
UUD sudah cukup apabila memuat aturan pokok saja, yaitu hanya memuat garis-garis
besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara Negara
untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan social.Sedangkan
penyelenggaraan aturna-aturan pokok tersebut diserahkan kepada undang-undang yang
lebuh mudah caranya membuat, mengubah dan mencabut.
2. Masyarakat dan Negara Indonesia masih harus berkembang dan hidup secara dinamis,
karena harus melihat segala gerak-gerik kehidupan masyarakat, dan tidak perlu tergesagesa memberikan kristansi.
3. Sifat dari atran tertulis itu mengikat, karena itu makin supel (elastic) sifat aturan itu,
makin baik dan harus dijaga agar system UUD jangan sampai ketinggalan zaman dan
jangan sampai membuat Undang-undang yang lekas usang.
Adanya sifat dari UUD 45 tidak berarti bahasa UUD tidak lengkap atau mengabaikan
kepastian hukum, karena untuk aturuan-aturan pokok atau penyelenggaraannya lebuh
lanjut dapat diserahkan pada aturan-aturan yang kedudukannya lebih rendah meskipun
UUD itu tidak sempurna. Apabila semangat penyelenggara pemerintah itu baik, UUD itu
tentu tidak akan merintangi jalannya Negara.
2.2. Kedudukan UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pokok-pokok kaidah negara
yang fundamental (Staatsfundamentalnorm). Maka di samping merupakan suasana
kerohaniaanya dari UUD 1945, juga merupakan sumber penjabaran normatif, oleh karena itu
dalam pembukaan UUD 1945 terkandung sendi-sendi kehidupan negara.
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum
dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis.
Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah
berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara
(Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang
tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol,
dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau
tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma
hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.
Sehingga Undang Undang Dasar 1945 memiliki kedudukan sebagai berikut :
1. Hukum tertulis tertinggi
2. Alat kontrol terhadap peraturan hukum yang lebih rendah dari UUD
3. Norma yang mengikat
- Pemerintah
- Lembaga
- lembaga Negara
- Lembaga masyarakat
- Warga Negara
2.3. Sifat Undang Undang Dasar 1945
Bersifat singkat : 16 bab, 37 pasal, 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.
Fleksibel : Bisa diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
UUD 1945 bersifat supel (elastis), Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
masyarakat itu terus berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan
berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus tetap
menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan zaman.
Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur dan mengilhami Proklamasi
Kemerdekaan (sejak dari Piagam Jakarta) serta menunjukkan pula ketaqwaan bangsa
Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridho-Nyalah bangsa Indonesia berhasil
dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya, dan mendirikan negara yang berwawasan
kebangsaan.
4. Alinea keempat : Kemudian daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan 13 kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar, untuk
mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.
Tujuan nasional negara Indonesia dirumuskan dengan "... Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kebidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial". Sedangkan prinsip dasar yang dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah
dengan menyusun kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dan berdasarkan PancasiIa. Dengan rumusan yang panjang dan padat
ini, alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan:
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya yaitu:melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat;
3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2.6. Tujuan Perubahan UUD 1945
Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari FPP, adalah:
1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih
mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai
jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat.
2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai
dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara
hukum.
2.7. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang tubuh, Pancasila danProklamasi
2.7.1. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar 1945 sungguh cocok dan mampu memenuhi kebutuhan
bangsa Indonesia.Undang-Undang Dasar 1945 memiliki prinsp-prinsip dan memberikan
landasan idil yang luhur dan kuat yang mampu memberikan gairah rangsanangan kepada
seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir maupun batin.
2.7.2. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila jika dilihat secara formal,
pancasila secara formal telah di cantumkan dalam pembukaan UUD 1945, sehingga pancasila
memperoleh kedudukan sebagai dasar hukum yang postif dan mempunyai kedudukan yang
kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada kelangsungan hidup negara republik
indonesia.
Secara Material Pancasila meruapakn sumber huku materiil yaitu sumber dari segala
sumber hukum. Artinya pancasila berdasarkan urut-urutan tertib hukum indonesia dalam
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi. Dengan kata lain
pancasila merupakan sebagai sumber tertib hukum. Hal ini membuktikan bahwa tertib hukum
indonesia di jabarkan dari nlai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2.7.3. Hubunngan UUD 1945 dengan Proklamasi
Pada dasarnya Proklamasi bukan merupakan tujuan tetapi sebagai prasayarat untuk
mencapai tujuan yaitu sebagai sumber hukum formal saat melakukan revolusi hukum dari
hukum kolonial menuju hukum nasional, revolusi tata negara kolonial menuju tata negara
nasional. Maka proklamasi memiliki makna sebagai pernyataan bangsa indonesia baik diri
sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa indonesia telah merdeka. Oleh karena itu
makna proklamasi harus diberi dasar hukum dengan merincinya dalam pembukaan UUD
1945 yaitu dengan memberikan penjelasan, penegakan, dan pertanggung jawaban terhadap
dilaksanakannya proklamasi seperti yang telah tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Sejak tahun 1999 sampai tahun 2002 majelis permusyawarahan rakyat RI telah empat kali
menetapkan perubahan pasal-pasal dalam UUD 1945,artinya ada pasal-pasal yang diubah dan
ada pula pasal-pasal yang ditambah.
1.
Perubahan pertama
2.
Perubahan kedua
Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada siding tahunan
MPR,tepatnya pada tanggal 14 agustus 2000.perubahan kedua ini lebih banyak dari
pada perubahan kedua.ada 26 pasal yang diubah dan ditambah,yaitu pasal 18,18
A,18B pasal 19,20 ayat 5,20A,pasal 22 A,22B,pasal 25 E,pasal 26 ayat 2 & 3,pasal 27
ayat 3,pasal 28,28A,28B,28C,28D,28E,28F,28G,28H,28I,28J,pasal 30,pasal
36A,36B,36C.
Secara garis besar perubahan itu mengenai pemerintahan daerah,wilayah
Negara,DPR,warga Negara dan penduduk, hak asasi manusia, pertahanan dan
keamanan Negara dan lambing Negara serta lagu kebangsaan.
Bab IV pasal 18 tentang pemerintahan daerah menunjukan adanya peningkatan dan
pemberdayaan pemerintahan daerah.dibandingkan dengan pasal 18 yang belum
diamandemen,maka tampak bahwa pasal 18 yang telah diamandemen membuka
peluang sebesar-besarnya bagi pemerintah daerah untuk mengelola potensi-potensi
daerah untuk kesejahteraan warga daerahnya,tanpa keluar dari kerangka negara
kesatuan RI. Pengaturanya secara rinci diatur di dalam Undang-Undang No 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang undang No 25 tahun 1999 tentang
pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah.walaupun perubahan pasal 18 ini
menunjukan adanya pemberian kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah,hal
itu tidak berarti bahwa susuna Negara RI berubah menjadi Negara federal.tidak ada
Negara dalam Negara Indonesia.
Selain perubahan tentang pemerintahan daerah,hal ini yang juga diputuskan di
dalam amandemen kedua pada tahun 2000 adalah tentang wiayah Negara (pasal 25
A).di dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa Negara RI merupakan Negara kepulauan
yang berciri nusantara dengan wilayah batas batas dan hak-haknya ditetpkan UndangUndang.
Pasal lain mengalami banyak penambahan adalah pasal 28,yaitu tentang hak
asasi manusia (HAM). Pasal-pasal UUD 1945 yang belum diamandemen sedikit
sekali memuat ketentuan tetang hak asasi manusia (Pasal 27-pasal 34), karena hak
asasi manusia merupakan isu global yang harus diakomodasi oleh bangsa
Indonesia,maka amandemen kedua mencantumkan seouluh pasal yaitu 28 A sampai
28 J tentang hak-hak asasi manusia yang meliputi antara lain : hak hidup dan
mempertahankan hidup, hak berkeluaraga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan sah, hak anak, hak sosial, hak budaya, hak ekonomi, hak politik,hak
perlindungan hukum dsb.
Pasal 30 UUD 1945 yang telah diamandemen menunjukan bahwa sistem
pertahanan keamanan yang dipakai adalah sishankamrata (sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta). Disamping itu terdapat pemisahan peran dan kewenangan
antara TNI dan polisi. TNI sebagai alat negara yang bertugas mempertahankan,
melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara, sedangkan Kepolisian
Negara RI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
Hal-hal lain yang ditambahkan di dalam amandemen kedua ini yaitu berkaitan
dengan lambang Negara (Garuda Pancasila) dan lagu kebangsaan (Indonesia Raya).
3.
Perubahan ketiga
Perubahan ketiga ditetapkan oleh MPR pada November 2001 adalah pasal 1
ayat 2 & 3, pasal 3 (ayat 1,3 & 4), pasal 6 ayat 1 & 2, pasal 6 A ayat 1,2,3 dan 5,
pasal 7 A,pasal 7 B ayat 1,2,3,4,5,6 & 7, pasal 7 C, pasal 8 ayat 1 & 2, pasal 11 ayat
2 & 3, pasal 17 ayat 4, pasal 22 C ayat 1,2,3 & 4, pasal 22 D ayat 1,2,3 & 4, pasal 22
E ayat 1,2,3,4,5 & 6,pasal 23 ayat 1,2 &3,pasal 23 A, pasal 23 C,pasal 23 E ayat 1,2
& 3, pasal 23 F ayat 1 & 2, pasal 23 G ayat 1 & 2, pasal 24 ayat 1 & 2, pasal 24 A
ayat 1,2,3,4 & 5, pasal 24 B ayat 1,2,3 & 4, pasal 24 C ayat 1,2,3,4,5 & 6.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa perubahan yang dilakukan mengenai
hal-hal berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
4.
Perubahan keempat
21) Putusan diambil minimal disetujui oleh lima puluh persen ditambah satu dari
seluruh anggota MPR (Pasal 37 ayat 4)
22) Khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahaan (pasal 37 ayat 5)
23) Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang
baru (Aturan peralihan,pasal II)
24) Mahkamah konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada tanggal 17 Agustus
2003 dan sebelum dibentuk segala kewenanganya dilakukan oleh Mahkamah
Agung (Aturan Peralihan,pasal III)
25) Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan
terhadap materi dan status hokum tap MPRS/MPR untuk diambil putusan
MPR 2003 (Aturan Tambahan,pasal I)
26) Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan
pasal-pasal (Aturan Tambahan,pasal II)
Dengan perubahan-perubahan yang dilakukan MPR tampaknya pasal-pasal UUD
1945 hampir seluruhnya diubah.Waalupun demikian perubahaan itu dalam rangka
memperjelas,melengkapi dan menyempurnakan konstitusi Negara RI.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Alinea yang ketiga menegaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan
materil bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaanya, tetapi juga
menjadi keyakinan, motivasi sepiritual , bahwa maksud dan tindakannya
menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah yang maha kuasa.
Alinea keempat merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip
dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya
merdeka.
DAFTAR PUSTAKA