Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Disusun Oleh
1. Nurul Ahyari
2. Fathimah Indah Khairunnisa
3. Bagas Suryo

15501241055/D
15501241042/D
15501244003/D

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD 45, adalah hukum dasar tertulis (basic law) konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku
Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara
aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami
4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia.
Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakikatnya merupakan tuntutan
bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai upaya
memulai kontrak sosial baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicitacitakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan
konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang
otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang
seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa
diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana
cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi
seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari
proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah
merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi
pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis,
sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan
kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi
perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen
sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, kedudukan, sifat, amandemen UUD 1945 ?


2. Apa makna pokok pikiran, makna alinea-alinea pembukaan UUD 1945 dan hubungannya
dengan batang tubuh, pancasila dan proklamasi ?
3. Bagaimana Perubahan atau amademen UUD 1945?
4. Apakah tujuan Perubahan atau amademen UUD 1945?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian UUD 1945
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang tersusun atas 3
(tiga) bagian, yaitu:
1. Bagian pembukaan, terdiri atas 4 alinea
2. Bagian batang tubuh, terdiri dari 6 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan pengalihan, dan 2 ayat
aturan tambahan.
3. Bagian penjelasan, yang meliputi penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Pada UUD yang disahkan olek PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 baru
meliputi pembukaan dan batang tubuh saja, sedangkan penjelasan belum termasuk
didalamnya.
Setelah naskah resmi dimuat dan disiarkan dalam berita Republik Indonesia pada tanggal
15 Februari 1946, penjelasan tersebut telah menjadi bagian daripadanya, sehingga pengertian
UUD 45 seperti yang dinyatakan diatas meliputi pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan.
Sedangkan undang-undang dasar menurut UUD 45 adalah hukum tertulis. Sebagai hukum,
UUD itu mengikat bagi pemerintah, lembaga Negara/masayarakat, serta bagi warga
Indonesia dimanapun berada. Dan sebagai hukum, undang-undang itu berisikan normanorma, aturan-aturan\ atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
Undang-undang dasar merupakan sumber hukum, peraturan atau keputusan pemerintah
termasuk kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan bersumberkan pada peraturan
yang lebih tinggi, dan pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan UUD
1945.
UUD sebagai hukum tertulis mempunyai kerangka tata aturan atau tata tingkatan norma
hukum yang berlaku dan menempati kedudukan yang tinggi, yang mempunyai fungsi sebagai
alat pengontrol bagi norma hukum yang kedudukannya lebih rendah, apakah sudah sesuai
dengan Undang-Undang Dasar.

Selain UUD sebagai hukum dasar tertulis, masih ada hukum lainnya yang tidak tertulis,
yaitu dalam penjelasan UUD 45 dinyatkan sebagai Aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis yang dikenal
dengan sebutan konvensi. Konvensi merupakan aturan-aturan pelengkap yang mengisi
kekosongan yang timbul dalam praktik kenegaraan yang tidak terdapat dalam UndangUndang Dasar. Dengan adanya konvensi itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuanketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
Isi UUD 1945 bersifat singkat, yaitu hanya berisikan sebanyak 37 pasal, ditambah dengan
4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat tambahan. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan
dengan UUD Negara lain seperti misalnya UUD Philipina, demikian pula jika dibandingkan
dengan konstitusi RIS (1946) dan UUDS (1950). Selain bersifat singkat, UUD 1945 juga
bersifat supel.
Sifat singkat dan supel dari UUD 1945 ini dinyatakan dalam penjelsan yang memuat alasan
sebagai berikut :
1.

UUD sudah cukup apabila memuat aturan pokok saja, yaitu hanya memuat garis-garis
besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara Negara
untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan social.Sedangkan
penyelenggaraan aturna-aturan pokok tersebut diserahkan kepada undang-undang yang
lebuh mudah caranya membuat, mengubah dan mencabut.
2. Masyarakat dan Negara Indonesia masih harus berkembang dan hidup secara dinamis,
karena harus melihat segala gerak-gerik kehidupan masyarakat, dan tidak perlu tergesagesa memberikan kristansi.
3. Sifat dari atran tertulis itu mengikat, karena itu makin supel (elastic) sifat aturan itu,
makin baik dan harus dijaga agar system UUD jangan sampai ketinggalan zaman dan
jangan sampai membuat Undang-undang yang lekas usang.
Adanya sifat dari UUD 45 tidak berarti bahasa UUD tidak lengkap atau mengabaikan
kepastian hukum, karena untuk aturuan-aturan pokok atau penyelenggaraannya lebuh
lanjut dapat diserahkan pada aturan-aturan yang kedudukannya lebih rendah meskipun
UUD itu tidak sempurna. Apabila semangat penyelenggara pemerintah itu baik, UUD itu
tentu tidak akan merintangi jalannya Negara.
2.2. Kedudukan UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pokok-pokok kaidah negara
yang fundamental (Staatsfundamentalnorm). Maka di samping merupakan suasana
kerohaniaanya dari UUD 1945, juga merupakan sumber penjabaran normatif, oleh karena itu
dalam pembukaan UUD 1945 terkandung sendi-sendi kehidupan negara.
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum
dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis.
Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah

berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara
(Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang
tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol,
dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau
tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma
hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.
Sehingga Undang Undang Dasar 1945 memiliki kedudukan sebagai berikut :
1. Hukum tertulis tertinggi
2. Alat kontrol terhadap peraturan hukum yang lebih rendah dari UUD
3. Norma yang mengikat
- Pemerintah
- Lembaga
- lembaga Negara
- Lembaga masyarakat
- Warga Negara
2.3. Sifat Undang Undang Dasar 1945
Bersifat singkat : 16 bab, 37 pasal, 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.
Fleksibel : Bisa diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
UUD 1945 bersifat supel (elastis), Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
masyarakat itu terus berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan
berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus tetap
menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan zaman.

2.4. Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945


1. Pokok pikiran pertama:
Negara begitu bunyinya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam pengertian ini diterima pengertian negara persatuan, negara
yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.
Jadi negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan.
Negara menurut pengertian ini menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia,
seluruhnya. Inilah suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan. Rumusan ini menunjukkan
pokok pikiran persatuan dengan pengertian yang lazim, negara, penyelenggara negara dan
setiap warganegara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan
ataupun perseorangan.

2. Pokok pikiran kedua:


Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, ini merupakan pokok
pikiran keadilan sosial yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat.
3. Pokok pikiran ketiga:
Yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu sistem negara
yang termasuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan rakat dan
berdasar asas pemusyawaratan perwakilan. Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia, pokok pikiran kedaulatan rakyat yang menyatakan kedaulatan di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Namun hasil amandemen UUD 1945 yang tercantum dalam Pasal 6A Presiden dan
Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Hal ini
membuktikan bahwa ada perubahan kedaulatan rakyat yang tadinya dilakukan sepenuhnya
oleh MPR, khusus untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dilakukan sendiri oleh seluruh
rakyat Indonesia.
4. Pokok pikiran keempat:
Yang terkandung dalam Pembukaan negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
menurut dasar Kemanusia yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar
harus mengandung isi mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain untuk
memlihara budi pekerti kemanusia yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ini
membuktikan bahwa pokok pikiran ini merupakan dasar falsafat negara Pancasila.
2.5. Makna Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan imperialisme,
kolonialisme, dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selain daripada itu, Pembukaan UUD 1945 yang telah dirumuskan dengan padat
dan khidmat dalam empat alinea, dimana setiap alinea mengandung arti dan makna yang
sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Mengandung nilai universal
artinya mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh
dunia, sedangkan lestari artinya mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap
menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama bangsa Indonesia tetap setia kepada
Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah:
1. Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah
hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan).
2. Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur).

3. Alinea III: memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa


kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa).
4. Alinea IV: memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk susunan
negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila.
Selanjutnya marilah kita uraikan satu persatu makna masing-masing Alinea Pembukaan
UUD 1945 sebagai berikut:
1. Alinea pertama : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan Makna yang terkandung dalam Alinea pertama ini
adalah menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapai
masalah kemerdekaan melawan penjajah.Alinea ini mengungkapkan suatu dalil obyektif,
yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, dan oleh
karenanya harus ditentang dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat
menjalankan hak kemerdekaannya sebagai hak asasinya. Disitulah letak moral luhur dari
pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Selain mengungkapkan dalil obyektif, alinea ini juga mengandung suatu pernyataan
subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk membebaskan diri dari
penjajahan. Dalil tersebut di atas meletakkan tugas kewajiban bangsa/pemerintah Indonesia
untuk senantiasa berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaaan
setiap bangsa.
Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan ialah karena penjajahan itu
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Ini berarti setiap hal atau sifat yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan juga harus secara
sadar ditentang oleh bangsa Indonesia. Pendirian tersebut itulah yang melandasi dan
mengendalikan politik luar negeri kita.
Alinea kedua : Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur Kalimat tersebut menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita akan
perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Hal Ini juga berarti adanya kesadaran keadaan
sekarang yang tidak dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil
sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Dalam alinea ini jelas apa yang
dikehendaki atau diharapkan oleh para "pengantar" kemerdekaan, ialah Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai
segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk mewujudkannya.
3. Alinea ketiga : Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan denganini kemerdekaannya Kalimat tersebut bukan saja
menegaskan apa yang menjadi motivasi nyata dan materiil bangsa Indonesia, untuk
menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan motivasi spiritualnya, bahwa
maksud dan tindakan menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha
Kuasa. Hal tersebut berarti bahwa bangsa Indonesia mendambakan kebidupan yang
berkeseimbangan material dan spiritual serta keseimbangan kebidupan di dunia dan di
akhirat.
2.

Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur dan mengilhami Proklamasi
Kemerdekaan (sejak dari Piagam Jakarta) serta menunjukkan pula ketaqwaan bangsa
Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridho-Nyalah bangsa Indonesia berhasil
dalam perjuangan mencapai kemerdekaannya, dan mendirikan negara yang berwawasan
kebangsaan.
4. Alinea keempat : Kemudian daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan 13 kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar, untuk
mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.
Tujuan nasional negara Indonesia dirumuskan dengan "... Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kebidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial". Sedangkan prinsip dasar yang dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah
dengan menyusun kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dan berdasarkan PancasiIa. Dengan rumusan yang panjang dan padat
ini, alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan:
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya yaitu:melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat;
3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2.6. Tujuan Perubahan UUD 1945
Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari FPP, adalah:
1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih
mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai
jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat.
2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai
dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara
hukum.

4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern


melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat
dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk
mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara
mewujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika
dan moral serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan
negara kesejahteraan.
6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi
eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai
dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan negara
Indonesia ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang
akan datang.

2.7. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang tubuh, Pancasila danProklamasi
2.7.1. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar 1945 sungguh cocok dan mampu memenuhi kebutuhan
bangsa Indonesia.Undang-Undang Dasar 1945 memiliki prinsp-prinsip dan memberikan
landasan idil yang luhur dan kuat yang mampu memberikan gairah rangsanangan kepada
seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir maupun batin.
2.7.2. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila jika dilihat secara formal,
pancasila secara formal telah di cantumkan dalam pembukaan UUD 1945, sehingga pancasila
memperoleh kedudukan sebagai dasar hukum yang postif dan mempunyai kedudukan yang
kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada kelangsungan hidup negara republik
indonesia.
Secara Material Pancasila meruapakn sumber huku materiil yaitu sumber dari segala
sumber hukum. Artinya pancasila berdasarkan urut-urutan tertib hukum indonesia dalam
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi. Dengan kata lain
pancasila merupakan sebagai sumber tertib hukum. Hal ini membuktikan bahwa tertib hukum
indonesia di jabarkan dari nlai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2.7.3. Hubunngan UUD 1945 dengan Proklamasi
Pada dasarnya Proklamasi bukan merupakan tujuan tetapi sebagai prasayarat untuk
mencapai tujuan yaitu sebagai sumber hukum formal saat melakukan revolusi hukum dari
hukum kolonial menuju hukum nasional, revolusi tata negara kolonial menuju tata negara
nasional. Maka proklamasi memiliki makna sebagai pernyataan bangsa indonesia baik diri
sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa indonesia telah merdeka. Oleh karena itu
makna proklamasi harus diberi dasar hukum dengan merincinya dalam pembukaan UUD

1945 yaitu dengan memberikan penjelasan, penegakan, dan pertanggung jawaban terhadap
dilaksanakannya proklamasi seperti yang telah tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

2.8. Amandemen Undang Undang Dasar 1945


Sebagai mana telah disinggung pada bagian awal,sekarang ini Undang Undang Dasar
R.I telah mengalami proses amandemen (perubahan perubahan).Sejak Mei 1998 bangsa
Indonesia bertekad berreformasi berbagai bidang kehidupan kenegaraan.salah satunya itu
adalah perubahan perubahan pasal-pasal di dalam UUD 1945.
Pada sidang MPR tahun 1999 seluruh anggota dan pimpinan MPR telah sepakat bulat untuk
mengamandemen UUD 1945 dengan catatan (istianah,2002) :
a)
b)
c)
d)

Amandemen tidak merubah Negara kesatuan RI


Amandemen tidak merubah pembukaan UUD 1945
Amandemen tetap mempertahankan system presidensial
Penjelasan UUD 1945 yang bernilai positif ditarik ke dalam batang tubuh.

Sejak tahun 1999 sampai tahun 2002 majelis permusyawarahan rakyat RI telah empat kali
menetapkan perubahan pasal-pasal dalam UUD 1945,artinya ada pasal-pasal yang diubah dan
ada pula pasal-pasal yang ditambah.
1.

Perubahan pertama

Perubahan pertama terhadap pasal-pasal UUD 1945 ditetapkan pada tanggal


19 oktober 1999.perubahan pertama ini dilakukan terhadap Sembilan pasal UUD
1945,yaitu pasal 5,pasal 7,pasal 9,pasal 13,pasal 14,pasal,15,pasal 17,pasal 20 dan
pasal 21.secara garis besar itu lebih ditujukan untuk mengurangimkewenangan
presiden dan lebih memberdayakan DPR.khususnya sebagai lambing control terhadap
pemerintah(ekskutif) yang selama orde baru tidak berjalan.sebagai contoh,pasal 5
UUD 1945 yang lama menyatakn presidan memgang kekuasaan membentuk UU
dengan persetujuan DPR,maka sekarang di dalam pasal UUD 1945 yang telah
diamandemendinyatakan presiden hanya berhak untuk mengajukan rancangan UU
kepada DPR.kebalikanya,sekarang ini justru DPR yang memegang kekuasaan
membentuk UU (pasal 20).demikian pula ,pasal 14 yang sekarang bahwa kewenangan
presiden dalam memberi hal grasi dan rehabilitas tidak penuh lagi karena harus
memperhatikan pertimbangan MA,sedangkan hak presiden memberi amnesti dan
abolisi hendaklah memperhatiakan pertimbangan DPR.Demikian pula presiden harus
memperhatikan pertimbangan DPR dalam mengangkat duta/menerima duta.Presiden
meminta pertimbangan MA dalam memberi grasi dan rehabilitasi.Presiden meminta
pertimbangan DPR dalam memberi amnesti dan abolisi.selian itu,kekuasaan presiden
dibatasi maksimum dua kali jabatan.

2.

Perubahan kedua
Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada siding tahunan
MPR,tepatnya pada tanggal 14 agustus 2000.perubahan kedua ini lebih banyak dari
pada perubahan kedua.ada 26 pasal yang diubah dan ditambah,yaitu pasal 18,18
A,18B pasal 19,20 ayat 5,20A,pasal 22 A,22B,pasal 25 E,pasal 26 ayat 2 & 3,pasal 27
ayat 3,pasal 28,28A,28B,28C,28D,28E,28F,28G,28H,28I,28J,pasal 30,pasal
36A,36B,36C.
Secara garis besar perubahan itu mengenai pemerintahan daerah,wilayah
Negara,DPR,warga Negara dan penduduk, hak asasi manusia, pertahanan dan
keamanan Negara dan lambing Negara serta lagu kebangsaan.
Bab IV pasal 18 tentang pemerintahan daerah menunjukan adanya peningkatan dan
pemberdayaan pemerintahan daerah.dibandingkan dengan pasal 18 yang belum
diamandemen,maka tampak bahwa pasal 18 yang telah diamandemen membuka
peluang sebesar-besarnya bagi pemerintah daerah untuk mengelola potensi-potensi
daerah untuk kesejahteraan warga daerahnya,tanpa keluar dari kerangka negara
kesatuan RI. Pengaturanya secara rinci diatur di dalam Undang-Undang No 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang undang No 25 tahun 1999 tentang
pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah.walaupun perubahan pasal 18 ini
menunjukan adanya pemberian kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah,hal
itu tidak berarti bahwa susuna Negara RI berubah menjadi Negara federal.tidak ada
Negara dalam Negara Indonesia.
Selain perubahan tentang pemerintahan daerah,hal ini yang juga diputuskan di
dalam amandemen kedua pada tahun 2000 adalah tentang wiayah Negara (pasal 25
A).di dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa Negara RI merupakan Negara kepulauan
yang berciri nusantara dengan wilayah batas batas dan hak-haknya ditetpkan UndangUndang.
Pasal lain mengalami banyak penambahan adalah pasal 28,yaitu tentang hak
asasi manusia (HAM). Pasal-pasal UUD 1945 yang belum diamandemen sedikit
sekali memuat ketentuan tetang hak asasi manusia (Pasal 27-pasal 34), karena hak
asasi manusia merupakan isu global yang harus diakomodasi oleh bangsa
Indonesia,maka amandemen kedua mencantumkan seouluh pasal yaitu 28 A sampai
28 J tentang hak-hak asasi manusia yang meliputi antara lain : hak hidup dan
mempertahankan hidup, hak berkeluaraga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan sah, hak anak, hak sosial, hak budaya, hak ekonomi, hak politik,hak
perlindungan hukum dsb.
Pasal 30 UUD 1945 yang telah diamandemen menunjukan bahwa sistem
pertahanan keamanan yang dipakai adalah sishankamrata (sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta). Disamping itu terdapat pemisahan peran dan kewenangan
antara TNI dan polisi. TNI sebagai alat negara yang bertugas mempertahankan,
melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara, sedangkan Kepolisian
Negara RI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
Hal-hal lain yang ditambahkan di dalam amandemen kedua ini yaitu berkaitan
dengan lambang Negara (Garuda Pancasila) dan lagu kebangsaan (Indonesia Raya).

3.

Perubahan ketiga
Perubahan ketiga ditetapkan oleh MPR pada November 2001 adalah pasal 1
ayat 2 & 3, pasal 3 (ayat 1,3 & 4), pasal 6 ayat 1 & 2, pasal 6 A ayat 1,2,3 dan 5,
pasal 7 A,pasal 7 B ayat 1,2,3,4,5,6 & 7, pasal 7 C, pasal 8 ayat 1 & 2, pasal 11 ayat
2 & 3, pasal 17 ayat 4, pasal 22 C ayat 1,2,3 & 4, pasal 22 D ayat 1,2,3 & 4, pasal 22
E ayat 1,2,3,4,5 & 6,pasal 23 ayat 1,2 &3,pasal 23 A, pasal 23 C,pasal 23 E ayat 1,2
& 3, pasal 23 F ayat 1 & 2, pasal 23 G ayat 1 & 2, pasal 24 ayat 1 & 2, pasal 24 A
ayat 1,2,3,4 & 5, pasal 24 B ayat 1,2,3 & 4, pasal 24 C ayat 1,2,3,4,5 & 6.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa perubahan yang dilakukan mengenai
hal-hal berikut :

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)

15)
16)
17)
18)
19)
20)

Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2)


Negara Indonesia adalah Negara hokum ( pasal 1 ayat 3)
Tugas MPR mengubah dan menetapkan UUD (pasal 2 ayat 1)
MPR melantik presiden dan/atau wakil presiden (pasal3 ayat 2)
MPR memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatanya
menurut UUD (pasal 3 ayat 3)
Syarat-syarat menjadi calon presiden dan wakil presiden (pasal 6 ayat 1)
Syarat-syarat pemilihan calon presiden dan wakil presiden (pasal 6 A)
Pemberhentian presiden/wakil presiden oleh MPR atas usul DPR (pasal 7 A)
Mahkamah konstitusi bertugas memriksa,mengadili dan memutus dengan
seadil-adilnya atas pendapat DPR bahwa presiden dan/wakil presiden telah
melakukan pelanggaran hukum (pasal 7 B)
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR (pasal 7 C)
Kekosongan jabatan presiden (Pasal 8)
Perjanjian internasional yang berakibat luas dan membebani keuangan Negara
yang dilakukan presiden harus mendapat persetujuan DPR (pasal 11 ayat 2)
Pembentukan,pengubahan dan pembuabaran kementrian Negara diatur dengan
Undang-undang (pasal 17 ayat 4)
Anggota dewan perwakilan daerah dipilih melalui pemilu tingakat provinsi
dan anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR (pasal 22 C ayat 2
&3)
Hak DPD dalam membahas dan mengajukan rancangan undang-undang
otonomi daerah dan melakukan pengawasan pelakasanaan undanng-undang
mengenai otonomi daerah (pasal 22 D)
Penyelenggaraan pemilihan umum (pasal 22 E)
APBN (pasal 23)
Pajak dan pungutan lain yang memaksa untuk keperluan Negara (pasal 23 A)
BPK memeriksa pengelolaan Negara secara bebas dan mandiri (pasal 23 E)
Anggota BPK dipilih oleh DPR atas pertimbangan DPD (pasal 23 F)

21)
22)
23)
24)
4.

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agungdan Mahkamah


Konstitusi (Pasal 24)
Wewenang Mahkamah Agung dan pengusulan calon hakim agung
(pasal 24 A)
Kedudukan komisi yudisial (24 B)
Wewenang mahkamah konstitusi dan pengangkatan hakim konstitusi
(pasal 24 C)

Perubahan keempat

Perubahan keempat dilakukan pada sidang tahunan MPR bulan agustus


2002.di antara pasal pasal yang diamandemen di dalam sidang MPR tahun 2002
meliputi hal hal sebagai berikut :
1) Ketentuan tentang pemilihan presiden dan wakil presiden tahap
selanjutnya,apabila tidak ada yang memnuhi syarat pada tahap pertama (pasal
6 A ayat 4)
2) Pelaksana tugas kepresidenan jika presiden dan wakil presiden
mangkat,berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melaksanakan tugas secara
bersamaan (pasal 8 ayat 3)
3) Pemberhentian anggota Dewan Perwakilan Daerah diatur dalam UndangUndang (pasal 22 D ayat 4)
4) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang (pasal 23 B)
5) Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan (Pasal 31 ayat 1)
6) Pemerintah wajib membiayai pendidikan dasar (pasal 31 ayat 2)
7) Pemerinatah mengusahakan system pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 31 ayat 3)
8) Anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN dan APBD (pasal 31 ayat 4)
9) Pemerintah memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa (pasal 31 ayat 5)
10) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia (pasal 32 ayat 1)
11) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional (pasal 32 ayat 2)
12) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
(pasal 33 ayat 5)
13) Pelaksanaan perekonomian nasional diatur dalam Undang-Undang (Pasal 33
ayat 5)
14) Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara (Pasal 34 ayat 1)
15) Negara mengembangkan system jaminan social dan memberdayakan
masyarakat lemah (pasal 34 ayat 2)
16) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas umum (pasal 34 ayat 3)
17) Ketentuaan lebih lanjut diatur dalam undang-undang (Pasal 34 ayat 4)
18) Usul perubahaan pasal-pasal Undang-Undang Dasar minimal diajukan 1/3
jumlah anggota MPR (pasal 37 ayat 1)
19) Usul perubahan pasal-pasal diajukan secara tertulis (pasal 37 ayat 2)
20) Sidang perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar minimal dihadiri 1/3
anggota MPR (Pasal 37 ayat 3)

21) Putusan diambil minimal disetujui oleh lima puluh persen ditambah satu dari
seluruh anggota MPR (Pasal 37 ayat 4)
22) Khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahaan (pasal 37 ayat 5)
23) Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang
baru (Aturan peralihan,pasal II)
24) Mahkamah konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada tanggal 17 Agustus
2003 dan sebelum dibentuk segala kewenanganya dilakukan oleh Mahkamah
Agung (Aturan Peralihan,pasal III)
25) Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan
terhadap materi dan status hokum tap MPRS/MPR untuk diambil putusan
MPR 2003 (Aturan Tambahan,pasal I)
26) Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan
pasal-pasal (Aturan Tambahan,pasal II)
Dengan perubahan-perubahan yang dilakukan MPR tampaknya pasal-pasal UUD
1945 hampir seluruhnya diubah.Waalupun demikian perubahaan itu dalam rangka
memperjelas,melengkapi dan menyempurnakan konstitusi Negara RI.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan


Pertama UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan
Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan
Keempat UUD 1945

2. Makna alinea-alinea pembukaan UUD 1945:

Alinea pertama dari pembukaan UUD 1945, menunjukan kuatnya pendirian


bangsa Indonesia menghadapi masalah.
Alinea kedua menunjukan kebanggaan dan peghargaan kita atas perjuangan
bangsa Indonesia selama ini.

Alinea yang ketiga menegaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan
materil bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaanya, tetapi juga
menjadi keyakinan, motivasi sepiritual , bahwa maksud dan tindakannya
menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah yang maha kuasa.
Alinea keempat merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip
dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya
merdeka.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Pendidikan Pancasila


Undang undang dasar RI setelah Amandemen I - IV
Karya anda, Surabaya. Pancasila.
H. Subandi Al-Mursadi, SH, MH. Pancasila dan UUD 1945 dalam
Paradigma Reformasi.
Redaksi karya Anda, Surabaya. Kamus Internasional
https://www.academia.edu/7135801/Paper_Pancasilamakalah_amandemen_UUD_1945
http://sriekaayumomo.blogspot.co.id/2014/06/makalah-uudamandemen-1945_14.html
13 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai