Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
Jl. Semolowaru No.45, Menur Pumpungan, Kec. Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur 60118
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena hanya dengan ridho Nya
makalah dengan judul “Pancasila sebagai Cita-Cita Moral Bangsa Indonesia” ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini dapat diselesaikan tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian materi dalam
makalah ini. Selanjutnya penulis mengharap saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidik,peserta didik dan
masyarakat umum.
2
Surabaya, 23 Maret 2020
Daftar Isi
Pendidikan Pancasila
Kata Pengantar ..........................................................................................................................2
Daftar Isi ................................................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
A.. Pengertian Moral ................................................................................................................ 3
B. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila .......................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 8
A. Cita-Cita Moral Bangsa sebagai Fungsi Pancasila………………………………...…..…. 8
B. Tujuan Cita-Cita Moral sebagai Fungsi Pancasila……………………………………….. 8
C. Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia……………………………… 9
D. Praktik Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia……………………. 10
E. Resolusi Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia……………...…… 11
F. Ketercapaian Cita-Cita Moral di Indonesia…………………………………………...… 12
G. Cara Mewujudkan Cita-Cita Moral…………………………………………………...… 12
H. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti…………………………………………………...……. 12
I. Tantangan dalam Mencapai Pendidikan Budi Pekerti dan Moral………………………. 13
BAB III. PENUTUP .............................................................................................................. 14
a. Kesimpulan ......................................................................................................................... 15
b. Saran ................................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 17
BAB I PENDAHULUAN
3
Pendidikan Pancasila
Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam
hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling
melengkapi sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang
menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaran lainnya. Di samping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang
bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu
pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan
bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan
nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang
kemudian menjadi pedoman.
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan
waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai
etika yang merupakan sumber norma.
A. Pengertian Moral
4
Pendidikan Pancasila
Secara etimologis kata moral berasal dari kata mos artinya cara/adat istiadat/kebiasaan,
jamaknya mores. Kata moral sama dengan kata etos (Yunani) menurunkan kata etika. Dalam
bahasa Arab, moral berarti budi pekerti/akhlak.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku
dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma
yang berlaku dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika
sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggao tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat
berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa
kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral
ketuhanan atau agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan
sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam
berbagai aspeknya.
Dalam konsep Indonesia, Menurut Driyarka, moral atau kesusilaan adalah nilai yang
sebenarnya bagi manusia, dengan kata lain moral atau kesusilaan adalah kesempurnaan
sebagai manusia atau kesusilaan adalah tuntutan kodrat manusia. (Driyarkara, 1966 : 25).
Norma atau kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusiadi
masyarakat untuk melaksanakan perbuatan yang baik dan benar.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia merupakan
nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Hal ini dikarenakan
apabila dilihat satu per satu dari masing-masing sila, dapat saja ditemukan dalam kehidupan
bangsa lain. Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk
lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka
berikut ini kita uraikan :
Pendidikan Pancasila
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.
Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki
potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan
martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama
berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu
sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan sopan
santun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan tindakan harus
senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan
demikian, sila ini mempunyai makna kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada
potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan
umumnya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung
pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang
mendiami seluruh wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai
kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
6
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia dan
bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan
Pendidikan Pancasila
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian
dunia yang abadi.
Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang berdiam dalam
satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia menganut
sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai dengan
hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai
keputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti, tat cara
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui
lembaga perwakilan.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap
orang yang menjadi rakyat Indonesia. Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis
atau komunalistis karena keadilan sosial pada sila kelima mengandung makna pentingnya
hubungan antara manusia sebagai pribadi dan manusia sebagai bagian dari masyarakat.
7
BAB II PEMBAHASAN
Pendidikan Pancasila
A. Cita-Cita Moral Bangsa sebagai Fungsi Pancasila
Cita-cita moral atau keinginan yang diharapkan bangsa indonesia adalah adanya
kesadaran rakyat indonesia dalam melaksanakan pancasila. Karena sebagaimana kita ketahui
silasila dalam pancasila bukannya ciptaan baru yang terjadi saat proklamasi kemerdekaan kita
akan tetapi berasal dari khidupan bangsa indonesia sepanjang masa. Cita-cita moral inilah
yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan rohaniah kepada bangsa
Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai cita-
cita moral mengandung nilai dan tujuan moral dalam pembinaan watak dan kepribadian
manusia yang bertujuan mempertinggi moral budi pekerti manusia sebagai pengamalan
pancasila. Kesadaran untuk mengamalkan atau melaksanakan pancasila akan tercapai jika
rakyat indonesia terdorong untuk taat pada isi dari sila-sila pancasila. Karena isi dari
pancasila adalah cermin dari kehidupan rakyat indonesia. Posisi Pancasila sebagai cita-cita
moral bangsa ini dapat kita temukan dalam Penjelasan UUD 1945 yang menyatakan bahwa
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu mewujudkan
(merupakan perwujudan dari) Rechtsidee (cita-cita hukum) yang menguasai hukum dasar
Negara, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
8
beradab dan manusiawi. Adapun wujud dari jati diri bangsa ditunjukkan dengan kesepakatan
untuk menggunakan prinsip kemanusiaan, keadilan, kerakyatan dan prinsip Ketuhanan dalam
menyelesaikan masalah kebangsaan, Ditinjau dari aspek yuridis, Pancasila sebagai dasar
Pendidikan Pancasila
negara menjadi cita hukum (rechtside), yang berarti harus dijadikan dasar dan tujuan hukum
di Indonesia (Abdulkadir Besar, 2005 : 102). Cita hukum ini merupakan suatu apriori yang
bersifat normatif sekaligus konstitutif, yang merupakan syarat transendental yang mendasari
tiap hukum positif yang bermartabat. Artinya tanpa cita hukum, tidak akan ada hukum yang
memiliki watak normatif. Adapun jalinan nilai-nilai dasar Pancasila dijabarkan dalam hukum
dasar yaitu UUD 1945, dan dalam bentuk pasal-pasal yang mencakup berbagai segi
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Aturan-aturan dasar dalam UUD 1945
selanjutnya dijabarkan lagi dalam Undang-Undang dan Peraturan di bawahnya.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting dalam
mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui
moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari
kepandaian warga negaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang
lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas
memberi dasar, warna sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa.
Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas individu, moralitas sosial dan
moralitas mondial. Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang
bersifat ke dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak. Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan
sosial. Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini
terutama terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk.
Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang mampu
mengarahkan ke mana kereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak lepas dari ke
mana tujuan hendak dituju. Orang yang bermoral tentu mengerti mana arah yang akan dituju,
sehingga pikiran dan langkahnya akan diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah tujuannya
hanya untuk kesenangan duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih
jauh untuk kebahagiaan rohaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada Tuhan. Alinea
pertama pada Pembukaan Undang Undang Dasar yang berbunyi, “bahwa kemerdekaan itu
9
adalah hak segala bangsa, oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
Pendidikan Pancasila
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Alinea ini menjadi payung moral
para pejuang kita bahwa telah terjadi pelanggaran hak atas kemerdekaan pada bangsa kita.
Pelanggaran atas hak kemerdekaan itu sendiri merupakan pelanggaran atas moral mondial,
yaitu perikemanusiaan dan perikeadilan. Apapun bentuknya penjajahan telah meruntuhkan
nilai-nilai hakiki manusia. Moralitas individu dan sosial yang begitu kuat dengan dipayungi
moralitas mondial telah membuahkan hasil dari cita-cita mereka, meskipun mereka banyak
yang tidak sempat merasakan buah perjuangannya sendiri. Dasar moral yang melandasi
perjuangan mereka terabadikan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang termuat dalam alinea-alineanya.
Apabila ditilik dari Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 tampak
jelas bahwa moralitas sangat mendasari perjuangan merebut kemerdekaan dan bagaimana
mengisinya. Alasan dasar mengapa bangsa ini harus merebut kemerdekaan karena penjajahan
bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan (alinea I). Secara eksplisit sang pencetus
menyatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih karena rahmat Allah dan adanya keinginan
luhur bangsa (alinea III). Ada perpaduan antara nilai ilahiah dan nilai humanitas yang saling
berharmoni. Selanjutnya, di dalam membangun negara ke depan diperlukan dasar- dasar nilai
yang bersifat universal, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan.
10
Kemiskinan, pendidikan yang mahal, keadilan yang diperjual-belikan, tidak adanya
kebebasan memeluk agama, serta korupsi yang merajalela merupakan sedikit polemik yang
dihadapi rakyat pada saat sekarang ini. Korupsi sendiri secara harafiah diartikan sebagai
Pendidikan Pancasila
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku Pendidikan anti korupsi, 2011: 23). Kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia dewasa ini semakin menunjukkan ekskalasi yang begitu
tinggi. Banyak kesan yang didapat rakyat dari masalah-masalah tersebut, namun mereka tidak
sanggup untuk mengungkapkannya. Sehingga seolah-olah rakyat tidak dapat merasakan
adanya Pancasila.
Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks
Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar
manakala keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan dijadikan landasan moril dan diejawantahkan dalam seluruh
kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi.
11
F. Ketercapaian Cita-Cita Moral di Indonesia
Pendidikan Pancasila
Pada dasarnya cita-cita moral di Indonesia tidak sepenuhnya tercapai. Hal tersebut
dapat terlihat dari berbagai kejadian di Indonesia yang secara tidak langsung menunjukkan
bahwa moral masyarakat Indonesia tidak berlandaskan kepada Pancasila. Misalnya saja
marak terjadinya pemerkosaan, perampokan, korupsi, dan lain sebagainya. Beberapa kasus
pelecehan HAM Indonesia menunjukkan bahwa cita-cita moral di Indonesia belum tercapai.
Pertama, “ Siswi SMP dijual kawannya sendiri”.
Mewujudkan cita cita moral dengan melaksanakan pendidikan moral dan budi pekerti
Pengertian pendidikan budi pekerti mengacu pada pengertian moralitas. Moralitas
mengandung beberapa pengertian : adat istiadat, sopan santun, dan perilaku. Budi
pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis kata etika sangat
dengan moral. Etika berasal dari bahasa yunani etfos yang berarti adat kebiasaan.
Adapun moral berasal dari bahasa latin yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah studi
tentang cara penerapan hal yang baik bagi hidup
Tujuan dan sasaran pendidikan budi pekerti sesuai dengan tujuan pendidikan nasional,
pendidikan budi pekerti bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan
pengetahuan, mengkaji danmenginternalisasi serta mempersonalisasi nilai, mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam
diri siswa serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari, dalam berbagai konteks sosial
budaya yang berbhineka sepanjang hayat.
12
I. Tantangan dalam Mencapai Pendidikan Budi Pekerti dan Moral
Pendidikan Pancasila
Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat
Pola hidup dan perilaku yang telah bergeser sdemikian serempaknya di tengah-tengah
masyarakat
Kondisi ekonomi indonesia juga menjadi tantangan yang tidak dapat diabaikan
13
BAB III PENUTUP
Pendidikan Pancasila
Kesimpulan
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang
menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaran lainnya. Suatu nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Nilai-nilai yang terkandung
dalam masing-masing sila Pancasila yang tidak dapat dipisahkan dari masing-masing silanya.
Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila menjadi moral
kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan negara
menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika politik. Sebagai konsekuensinya,
negara tunduk kepada moral dan wajib mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan
kebijaksanaan negara sehingga perlu dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Moralitas memegang kunci sangat penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral
sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator
kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian warga negaranya, tidak juga dari
kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa
tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas Pancasila memberi dasar, warna sekaligus
penentu arah tindakan suatu bangsa.
Namun dalam paktiknya, Moralitas Pancasila saat ini semakin sedikit orang yang
masih betul-betul memegang terhadap moralitas tersebut. Hal tersebut berimplikasi kepada
sedikit banyak polemik yang dihadapi oleh Masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini.
14
Saran
Pendidikan Pancasila
Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu bisa
mengurangi angka polemik di Indonesia. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu
tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan
korupsi. Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah membangun
mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.
15
Daftar Pustaka
Pendidikan Pancasila
• http://weloveblitar.blogspot.co.id
• http://almachaniago.blogspot.co.id
• https://www.slideshare.net/AhmadWahyudinRocknRoll/makalah-
pendidikan-pancasila
• https://berbagaitujuan.blogspot.com/2019/05/pancasila-sebagai-cita-cita-dan-
tujuan_22.html
16
Pendidikan Pancasila