Anda di halaman 1dari 1

Review Positivisme Hukum Menurut Jeremy Bentham*

Pembahasan tentang madzab atau aliran Positivisme Hukum memang tidak pernah terlepas
dari Hukum Alam. Pasalnya, aliran Positivisme lahir dan muncul karena resistensinya terhadap
Hukum Alam/Kodrat yang memandang Hukum sebagai instrumen keadilan dan tidak akan pernah
bisa lepas dari moral dan etika. Setelah di pertemuan sebelumnya telah membahas Positivisme
Hukum dari perspektif Thomas Hobbes dan John Austin, kali ini akan sedikit mundur lagi dan
masuk ke dalam pembahasan tunggal, Positivisme Hukum Menurut Jeremy Bentham.
Jeremy Bentham, pria berkelahiran London di sekitar abad 17 dan 18 ini hidup di tengah
kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang mengalami perubahan sangat cepat. Dirinya juga saksi
atas revolusi yang terjadi di Perancis dan Amerika, yang nantinya juga akan mempengaruhi
pandangannya terhadap Hukum.
Jeremy Bentham yang seringkali disebut sebagai guru dari John Austin, seringkali juga
dipadankan dengan muridnya tersebut di dalam buku-buku Hukum. Padahal, Bentham lebih
melihat Hukum dari sisi interest, karena dirinya juga berbicara tentang Etika. Menurutnya, Etika
yang telah masuk ke dalam ruang-ruang publik akan disebut dengan legislasi atau yang kerap
dikenal dengan istilah otonomus legislation.
Jeremy Bentham berpendapat jika susah dan senang merupakan dua hal yang sangat
menguasai setiap manusia. Oleh karenanya, dia mengemukakan suatu asas manfaat dalam Hukum,
yang mana Hukum seharusnya meningkatkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan.
Jeremy Bentham melihat Hukum bertujuan untuk memberikan kemanfaatan dan
kebahagian yang semaksimal mungkin kepada seluruh masyarakat. Ia meletakkan kemanfaatan
sebagai tujuan dari Hukum, atau yang dalam istilah modern dikenal dengan sebuah aliran
Utilitarianisme. Baginya, penilaian baik dan buruk atau adil dan tidak adilnya sebuah Hukum
sangat bergantung dengan seberapa jauh ia (hukum) memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan
kepada masyarakat.
Jeremy Bentham meletakkan dasar ajarannya terhadap tujuan hukum agar dapat
memberikan atau menjamin kebahagian setiap individu-individu, lantas kemudian terhadap
kebahagiaan orang banyak atau masyarakat. Lalu kemudian, apakah kebahagiaan setiap individu
selalu sama ? Pada prinsipnya, ia mengatakan jika hal tersebut harus ditetapkan secara kuatitatif,
karena kualitas kesenangan selalu sama.
Jeremy Bentham berpendapat, untuk mewujudkan kebahagiaan masing-masing individu
dan masyarakat, maka dalam perundang-undangan yang dibentuk setidaknya memuat 4 hal,
diantaranya yakni untuk memberi nafkah hidup, untuk memberi nafkah makanan berlimpah, untuk
memberi perlindungan, dan untuk mencapai persamaan. Undang-undang yang memberikan
banyak kebahagiaan kepada setiap individu dan masyarakat akan disebut sebagai Undang-Undang
yang baik.

*Burhan Robith Dinaka, Hukum Kenegaraan Pagi, 2106666744

Anda mungkin juga menyukai