Anda di halaman 1dari 22

TUGAS RESUME ILMU NEGARA

Resume ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah Ilmu


Negara
Dosen Pengampu : DJOKO MARTONO,SH., MH

Disusun oleh :
NAMA : MUHAMMAD RIZKY RIVALDI
NIM : 1810116938
KELAS/SEMESTER : I C SORE / FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI
PONTIANAK
2018
BAB I
Pendahuluan
Pengertian Ilmu Negara
Ilmu negara ialah ilmu yang menyelidiki atau membicarakan negara, ini telah nyata ditunjukakan
sendidri oleh namanya. Tetapi sebetulnya ilmu yang ,membicarakan negara itu bukanlah hanya
ilmu negara saja, oleh karena disamping Ilmu Negara itu masih ada ilmu-ilmu lainnya yang
juga membicarakan negara. dan berhubung ilmu itu bukanlah pengetahuan biasa, tetapi adalah
pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat teratur dan sistematik, maka penentuan obyek
pembicaraan itu adalah merupakan suatu keharusan. Hal ini dimaksudkan agar dapat
menegtahui sampai dimana luas Ilmu Negara tersebut, dan tidak melampui lapangan
pembicaraan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
BAB II
Obyek Ilmu Negara
Sedangkan Ilmu Negara memandang obyeknya itu, yaitu Negara, dari sifat atau dari
pengertiannya yang abstrak, yaitu artinya obyeknya itu dalam keadaan terlepas dari tempat,
keadaan dan waktu; jadi tegasnya belum mempunyai ajektif tertentu, bersifat abstrak-umum-
universil. Dari obyeknya yang bersifat demikian ini, yang kemudian dibicarakan lebih lanjut
adalah kapankah sesuatu dinamakan negara, kapan tidak, lalu apakah yang disebut negara itu,
hakekatnya itu apa, dan seterusnya. Dari obyeknya itu tadi, yaitu negara dalam pengertianya
abstrak.

BAB III
Asal Mula Negara

A. jaman Yunani Kuno

1. Socrates

Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang bersifat
obyektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia. Sedang tugas negara adalah
menciptakan hukum, yang harus dilakukan para pemimpin, atau para penguasa yang dipilih
secara seksama oleh rakyat. Disinilah tersimpul pikiran demokratis dari Socrates .

2. Plato

Plato adalah murid terbesar Socrates, menurut Plato negara itu timbul atau ada karena adanya
kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan mereka harus
bekerja sama, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karena masing-masing orang itu secara
sendiri-sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Karena itu sesuai dengan kecakapan
mereka masing-masing, tiap-tiap orang itu mempunyai tugas sendiri-sendiri dan bekerja sama
untuk memenuhi kepentingan mereka bersama. Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut
masyarakat atau negara

3. Aristoteles

Seperti juga Plato, Aristoteles pun beranggapan bahwa negara dimaksudkan untuk kepentingan
warga negaranya, supaya mereka itu dapat hidup baik dan bahagia. Jadi menurut Aristoteles
negara itu merupakan suatu kesatuan, yang tujuannya untuk mencapai kebaikan yang tertinggi
yaitu kesempurnaan diri manusia sebgaia anggota daripada negara. Dengan demikian Aristoteles
telah menjadi seorang realistis, sedangkan kalau Plato adalah seorang idealistis.. Hal yang
demikian ini akan dapat kita pahami, bila kita meliht, dan memperhatikan keadaan, yaitu bahwa
Plato menciptakan filsafatnya itu dalam keadaan alam demokrasi, dimana orang selalu mencari
jalan untuk mencapai keadilan. Sedangkan kalau Aritoteles menciptakan filsafatnya itu dalam
keadaan alam kerajaan dunia, dimana rakyat yang dulunya merdeka itu dikuasai oleh penguasa
asing yang memerintah dengan kekuasaan tak terbatas.

4. Epicurus

Negara menurut Epicurus itu adalah merupakan hasil daripada perbuatan manusia, yang
diciptakan untuk menyelenggarakan kepentingan angota-anggotanya. Masyarakat tidak
merupakan realita dan tidak mempunyai dasar kehidupan sendiri. Manusialah sebagai individu,
dan sebagai anggota masyarakat, yang mempunyai dasar-dasar kehidupan yang mandiri, dan
yang merupaka realita. Jadi menurut Epicurus yang hidup itu adalah individunya, yang
merupakan keutuhan itu adalah individunya, sedang negara atau masyarakat adalah buatan
daripada individu-individu tersebut, jadi sama benda mati dan merupakan suatu mekanisme.

5. Zeno

Kaum Stoa dengan ajarannya yang bersifat universalistis, sebenarnya ingin mengajarkan bahwa
orangg itu harus menyesuaikan diri dengan susunan dunia internasional, dan dengan demikian
praktis mematikan alam pikiran demokrasi nasional seperti yang telah diajarkan oleh Aritoteles.
Bersamaan dengan ini bangsa Romawi sedang melebarkan sayap kerajaan dunianya, oleh karena
itu bangsa Yunani justru akan mengoper filsafat kaum stoa ini dari bangsa Yunani sebagai barang
sesuatu yang sangat berguna bagi mereka, yaitu untuk menciptakan kerajaan dunia.

B. Jaman Romawi Kuno

1. Polybius

Karena menurut Polybius bentuk negara atau pemerintahan yang satu sebenarnya adalah
merupakan akibat daripada bentuk nergara yang lain yang telah langsung mndahuluinya. Dan
bentuk negara yang terakhir itu tadi kemudian akan merupakan sebab dari negara-negara
berikutnya, demikian seterusnya, sehingga nanti bentuk-bentuk negara itu dapat terulang
kembali. Jadi dengan demikian diantara berbagai-bagai bentuk negara itu terdapat hubungan
sebab akibat. Bentuk-bentuk negara itu berubah-ubah sedemikian rupa, sehingga perubahannya
itu merupakan suatu lingkaran, suatu cyclus, maka dari itu teorinya disebut cyclus theori.

2. Cicero

Negara menurut Cicero adanya itu adalah merupakan suatu keharusan, dan yang harus
didasarkan atas ratio manusia. Ajaran Cicero ini sebetulnya meniru dan disesuaikan dengan
ajaran kaum Stoa. Pengertian ratio disini yang dimaksud oleh Cicero adalah ratio murni, yaitu
yang didasarkan atau menurut hukum alam kodrat. jadi tidaklah seperti ajaran Epicurus yang
menganggap bahwa negara itu adalah merupakan hasil daripada perbuatan manusia, dan
fungsinya hanya sebagai alat saja daripada manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Semeca

Setelah jatuhnya Imperium Romawi, maka sejarah pemikiran tentang negara dan hukum
memasuki jaman abad pertengahan . Pemikiran tentang negara dan hukum pada jaman abad
pertengahan ini tidak secara langsung dikuasai oleh masalah-masalah keduniawian, terutama
yang berhubungan dengan kepentingan-kepentingan materiel, dan bukan lagi dari sudut filsafat,
melainkan ditinjau dari segi ke-Tuhanan, dari segi agama. Dan memang sesungguhnya bahwa
perkembangan sejarah pemikiran tentang negara dan hukum pada jaman abad pertengahan ini
berbarengan dengan timbulnya perekembangan agama kristen, yang nantinya akan
menimbulkan ajaran-ajaran tentang negara dan hukum yang bersifat teokratis.

C. Jaman Abad Pertengahan

1. Augustinus

Menurut Augustinus, yang ajarannya sangat bersifat Teokratis, dikatakan bahwa kesusukan
gereja yang dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi daripada kedudukan negara yang diperintah oleh
raja. Mengapa demikian? Dalam hubungan ini dikatakan oleh Augustinus bahwa adanya negara
didunia itu merupakan suatu kejelekan, tetapi adanya itu merupakan suatu keharusan. yang
penting itu adalah terciptanya suatu negara seperti yang diangan-angankan atau dicita-citakan
oleh agama, yaitu Kerajaan Tuhan maka dari itu sebenarnya negara yang ada di dunia ini hanya
merupakan suatu organisasi yang mempunyai tugas untuk memusnahkan perintang-perintang
agama dan musuh-musuh gereja. jadi disini nampak dengan jelas bahwa negara mempunyai
kedudukan atau kekuasaan yang lebih rendah dan ada di bawah gereja. Negara sifatnya hanyalah
sebagai alat daripada gereja untuk membasmi musuh-musuh gereja.

2. Thomas Aquinas
Selanjutnya Thomas Aquinas memberikan tempat yang khusus pada manusia di dalam
kedudukannya, tanpa kehendak, tetapi manusia itu adalah sebagai suatu makhluk sosial yang
berhasrat untuk hidup bermasyarakat. Ini disebabkan karena manusia itu mempunyai ratio, dan
tak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain.

3. Marsilius

Mengenai ajarannya tentang kenegaraan, Marsilius sangat dipengaruhi oleh ajaran Aristoteles.
Negara adalah suatu badan atau organisasi yang mempunyai dasar-dasar hidup dan mempunyai
tujuan tertinggi, yang menyelenggarkan dan mempertahankan perdamaian. Dengan demikian
Marsiliusbersama-sama dengan Dante adalah yang pertama-tama memberikan tujuan tersendiri
pada negara.

D. Jaman Renaissance (abad ke XVI)


1. Niccolo Machiavelli

Tujuan negara menurut Niccolo Machiavelli adalah sangat berbeda dengan ajaran-ajarann yang
telah terdahulu, yaitu untuk mencapai kesempurnaan seperti yang diajarkan oleh sarjana-sarjana
jaman abad pertengahan. Sedang menurut Nicollo Machviavelli tujuan negara adalah
mengusahakan terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketenteraman. Dan ini hanya dapat
dicapai oleh pemerintah seorang raja yang mempunyai kekuasaan absolut. Jadi usahanya itu
menuju ke arah mendapatkan serta menghimpun kekuasaan yang sebesar-besarnya pada tangan
raja. Tetapi itu semuanya bukanlah merupakan sarana saja untuk mencapai tujuan yang lebih
tinggi yaitu kemakmuran bersama.

2. Thomas Morus

Thoams Morus menerbitkan sebuah buku karangannya, yang sesungguhnya tidak ada sangkut-
pautnya denagn masalah pemikiran tentang negara dan hukum, karena buku tersebut bersifat
roman kenegaraan, yaitu De optimo rei publicae statu deque nova insula Utopia; tentang
susunan pemerintahan yang paling baik dan tentang pulau yang tidak dikenal, yang dinamakan
negara entah berantah, atau dengan singkat disebut Utopia. karena tulisannya itulah nama
Thomas Morus terkenal di seluruh dunia dan bahkan namanya dapat diabadikan dalam sejarah
pemikiran tentang negara dan hukum.

3. John Bodin

Sesuai dengan pendapatnya tentang tujuan negara, maka Jean Bodin mengatakan bahwa negara
merupakan perwujudan daripada kekuasaan. Untuk memperkuat pendapatnya itu, maka ia lalu
merumuskan pengertian kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadapa para
warga negara dan rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang-undang. Dalam
perumusannya atau lebih tegas definisinyaa ini, sekaligus terkandung pengertia negara, dan
kekuasaan raja. Raja tidak terikat oleh kekuasaan undang-undang. Raja adalah yang menetapkan
undang-undang. Yang diamksud dengan undang-undang adalah hukum positif, jadi bukan hukum
Tuhan atau hukum alam.

E.Kaum monarkomaken
Istilah monarchomacen Dalam pengertian umum adalah anti raja.Monarkomaken berarti
menentang sitem kerajaan. Tapi pengertian itu dirasa kurang tepat karena kaum
monarckomaken itu menentang eksesnya sitem absolutism.berikut ini tokoh dalam
kaummonarckomaken antara lain:
Tujuan kaum monarchomacen adalah untuk membatasi kekuasaan raja yang absolut.
Ajaran kaum monarcomacen
1. Mencari dasar dan batas kekuasaan raja.
2. Tindakan apa yang dilakukan bila raja berbuat melampaui batas.

1. Hotman (1573)
Ia menerbitkan buku pranco Gallia. Ia menentang absolutism bukan lewat ajaran agama tetapi
lewat sejarah.

2. Brutus (1579)
Brutus dalam bukunnya vindiciae tyrannos (alat-alat hukum melawan tirani) ini mengambarkan
bahwa perlawanan terhadap raja –raja dan buku ini adalah karangan seseorang yang
bersembunyi dibawah nama brutus.

3. Buchanan (1579)
Dalam bukunya de jure regni apud scoots (kekuasaan raja pada bangas scot) dalam bukunya ia
membandingakn terleebih dahulu antara raja dan tiran.

4. Mariana (1599)
De rege ac regis institutione (tentang hal raja dan kedudukanya) adalah buku karanganya untuk
membantu raja agar tidak berbuat absolutism (tirani).

5. Bellarmin
Menurutnya monarcki adalah terbaik akan tetapi karena aklaknya sehingga prakteknya
berlawanan. Bukunya terkenal disputations paus hanya mengurus keagaman dan tractatus
de potestate summi potivicus in rebus temporalibus tentang kuasa paus di keduniawian.

6. Suarez
Dalam bukunya tractatus de ligibus ac deo legislatoere (uraian tentang undang-undang dasar
Dan tuhan,pembentuk undang-undang). Ia berpendapat bahwa negatra tidak dapat berdiri
sendiri karena butuh Negara lain.

7. Milton
Ia adalah seorang penyair akan tetapi pada waktu itu ia dibunuh sehingga dia dikenal oleh
orang –orang karena pembelaanya.

8. Johane altusius
Ia menerbitkan buku politica methodice digesta susunan ketatanegaraan yang sistematis dan
diperkuat contoh darai sejarah biasa dan sejarah suci. Menurutnya penguas diangkat
rakyat,menjalankan undang-undang, dan diangkat perjanjia sehingga raja terikat janji. Ia juga
berpendapat Negara harus berdaulat dan memnuhi kebutuhan rohani dan jasmani.
F. Jaman Berkembangnya Hukum Alam
1. Teori Hukum Alam abad XVII

a. Grotius
Filsafat Grotius tentang negara dan hukum adalah suatu usaha untuk mengatasi segala
perpecahan di lapangan agama, dengan berdasarkan pada akal manusia yang berlaku umum itu.
Bahkan tidak hanya terbatas pada kaum kristen saja, melainkan juga berlaku untuk dan mengikat
semua orang kafir dan atheis.
Meskipun Grotius.
Meskipun Grotius dianggap sebagai pencipta daripada ajaran hukum alam modern, namun
ajarannya itu banyak diilhami, dan hukum alamnya itu lebih langsung berhubungan dengan :
hukm alam jaman kuno, kaum stoa, dan Cicero, daripada dengan Thoams aquinas dan fransesco
Suarez.
b. Thomas Hobbes
Apakah kiranya sumbangan Thomas Hobbes dalam sejarah pemikiran tentang negara dan
hukum sebagai ahli pikir? Sumbangannya ialah suatu sistem materealistis yang besar, dalam
mana termasuk juga perikehidupan organis dan rokhaniah. artinya bahwa tujuan hidup, yaitu
kebahagian, itu hanya dapat dicapai dngan cara berlomba dengan gerakan. adapun alat-alat
untuk dapat mencapai kebahagian adalah kekuasaan terbesar untuk kepentingan manusia
adalah negara.
c . Benedictus de Spinoza
Tentang terjadinya negara menurut Spinoza, apakah itu karena perjanjian masyarakat
ataukah tidak, tidak begitu terang. Karena ia hanya menerangkan secara logis peralihan dari
keadaan alamiah ke keadaan bernegara.
d. John Locke
John Locke sebagaimana ia ahli pemikir hukum alam, mendasarkan juga teorinya pada keadaan
manusia dalam alam bebas. Dan memang menanggap bahwa keadaan alam bebas atau keadaan
alamiah itu mendahului adanya negara, dan dalam keadaan itupun telah ada perdamaian dan
akal pikiran seperti halnya dalam negara.

2. Teori Hukum Alam abad XVIII

a. Federik Yang Agung


Pertentangan antara ajaran Niccolo Machviavelli dengan ajaran Federik Yang agung terjadi,
kecuali disebabkan karena adanya perbedaan keadaan seperti yang telah dibicarakan di atas,
disebabkan pula karena adanya salah pengertian dari Federik Yang Agung, yaitu bahwa ajaran
yang diberikan oleh Noccolo Machviavelli itu sebagai suatu ajaran umum. Padahal tidak
demikianlah maksudnya.
b. Montesquieu
Menurut pendapatnya kekuasaan negara dibagi atau dipisahkan menjadi tiga, dan yang masing-
masing kekuasaan itu dilaksanakan oleh suatu badan yang berdiri sendiri, yaitu:
1. kekuasaan perundang-undangan, legislatif
2. kekuasaan melaksanakan pemerintahan, eksekutif
3. kekuasaan kehakiman, judikatif
c. J.J. Rousseau
Dari ajaran Rousseau ini nanti yang terpenting adalah idenya tentang kedaulatan rakyat. Dalam
hal ini yang dipersoalkan adalah, bagaimanakah cara mendapatkan suatu keterangan yangmasuk
akal atau yang rasional tentang keseimbangan antara adanya perjanjian masyarakat yang
mengikat dengan kebebesan dari orang-orang yang menyelenggrakan perjanjian masyarakat
tersebut. Jadi soalnya tetap pada keseimbangan antara kekuasaan dan kebebasan.
d. Immanuel kant
Sebagaimana Immanuel Kant sebagai seorang sarjana hukum alam, maka ia menerima pendapat
bahwa negara itu terjadi karena perjanjian masyarakat, jadi sama dengan pendapat Rousseau,
dan meyatakan pendapatnya bahwa kedaulatan itu ada pada rakyat, dan kemauan umum itu
menjelma dalam perundang-undangan negara. Tetapi meskipun demikian ada perbedaanya, dan
perbedaan itu bersifat prinsipiil.
G. Jaman Berkembangnya Teori Kekuatan

Menurut teori kekuatan, seperti telah diakatakan di atas negara itu adalah merupakan alat dari
golongan yang kuat untuk menghisap golongan yang lemah, terutama, sekarang, dalam lapangan
ekonomi. Memang kadang-kadang negara itu atau konkritnya penguasa, mengeluarkan
peraturan-peraturan yang nampaknya menguntungkan golongan yang lemah. Tetapi akhirnya
tokoh yang diperhitungkan hanya kepentingan si penguasa saja. Tokoh dalam teori tersebut
antara lain : F. Oppenheimer, Karl Marx, H,J. Laski, Leon Duguit

H. Teori Positivisme
I. Hans Kelsen.

Kegagalan daripada para ahli pemikir tentang negara dan hukum dalam menyelidiki dan
menerangkan asal mula negara, menimbulkan sikap skeptis terhadap negara. Dan orang lalu
lebih suka menentukan sikap positif terhadap negara. Kebanyakan orang telah kehilangan
nafsunya untuk mempelajari atau menyelidiki dasar negara yang pokok. Kecenderungan timbul
untuk hanya membatasi diri kepada pelajaran hukum postif, selain hal ini telah terdapat pada
kebanyakan negara, juga hukum positif itu akan lebih mudah dipelajari. Hal ini akan lebih
memberikan pegangan yang kuat, karena bukanlah dari undang-undang dasar seta undang-
undang organiknya dapat dibaca dan dipelajari, daripada orang hanya berpikir secra abstrak dan
tidak ada ketentuannya sama sekali, yang akibatnya tidak lain hanyalah kekacauan dan
peperangan. Demikianlah ilmu negara lambat laun tetapi pasti menarik dirinya, dan datang
mengunjungi tinjauan-tinjauan ilmu pengetahuan teoritis dan historis. Ia menjadi relativistis,
negatif serta skeptis. Malahan Struycken sampai kepada eklektisime yang bersifat skeptis.

I. Teori Modern

Di dalam peninjauannya tentang negara dan hukum teori atau aliran modern ini mengatakan
bahwa, kalau kita hendak menyelidiki atau mempelajari negara, maka baiklah negara itu
dianggap saja suatu fakta atau suatu kernyataan, yang terikat pada keadaan, tempat, dan waktu.
Dan harus disadari terlebih dahulu negara itu ditinjau dari segi apa. Sebab tergantung dari segi
penyelidikannya ini akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda tentang pengertian,
bentuk serta hakekat negara. Tetapi dengan demikian apakah ini lalu tidak berarti melewati batas
pembicaraan ilmu negara dan masuk ke lapangan pembicaraan ilmu hukum tata negara. Tokoh
dalam ajaran ini antara lain: Prof. Mr. R. Kraneburg, Logemann.
BAB IV
Hakekat Negara
Pandangan tentang hakekat negara sangat erat pula hubungannya dengan filsafat yang
dianutnya. Dengan demikian banyak pendapat atau pandangan tentang tujuan negara, sebanyak
aliran filsafat yang ada. Bahkan sebenarnya adalah lebih daripada itu, sebab kadang-kadang
orang termasuk satu aliran , tetapi pandangannya tentang tujuan negara berlainan. Ini
disebabkan karena pengaruh keadaan atau sifat pemerintahan yang dialaminya, dengan
demikian pandangannya tentang hakekat negara juga berlainan.
BAB V
Teori-Teori Tentang Tujuan Negara
Pentingnya pembicaraan tentang tujuan negara ini terutama berhubungan dengan
bentuk negara, susunan negara, organ-organ negara atau badan-badan negara harus diadakan,
fungsi dan tugas daripada organ-organ tersebut, serta hubungannya antara organ yang satu
dengan yang lain yang selalu harus disesuaikan dengan tujuan negara.
Lagipula dengan mengetahui tujuan negara itu, kita dapat menjawab soal legitimasi
kekuasaan, yaitu kekuasaan daripada organisasi negara. Karena semuanya itu harus sesuai
dengan tujuan negara. Padahal tentang tujuan negara ini ada banyak sekali yang diajukan atau
diajarkan oleh para sarjana, terutama oleh para ahli pemikir tentang negara dan hukum.
BAB VI
Teori Legitimasi Kekuasaan
1. TENTANG SUMBER KEKUASAAN

Adapun dua macam sumber kekuasaan yaitu teori teokrasi dan teori hukum alam. Teori
teokrasi menyatakan bahwa asal atau sumber daripada kekuasaan itu adalah dari Tuhan. Namun
berdasarkan teori hukum alam menyatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat.
2. TENTANG PEMEGANG KEKUASAAN (Kekuasaan tertinggi atau kedaulatan)

Mengenai persoalan pemegang kekuasaan, kiranya dapat diterima adanya pendapat yang
menyatakan bahwa kedaulatan itu artinya adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu
Negara. Ada seorang sarjana perancis yang memberikan rumusan tentang kedaulatan dan sifat-
sifat kedaulatan yaitu Jean Bodin. Menurut Jean Bodin, kedaulatan itu adalah
kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu Negara, yang sifatnya: tunggal, asli,
abadi, dan tidak dapat dibagi-bagi. Tetapi perumusan atau tegasnya defenisi kedaulatan dari Jean
Bodin ini untuk masa sekarang tidak dapat dilaksanakan secara konskuen, sebab pada waktu itu
ia hanya meninjau souvereiniteit dalam hubungan dengan masyarakat didalam negeri itu saja.
Sebagai akibat daripada hal tersebut diatas maka orang lalu mengenal:
Interne souvereiniteit (kedaulatan ke dalam).
Externe souvereiniteit (kedaulatan keluar).
Kekuasaan itu adalah kemampuan daripada seseorang atau segolongan orang untuk mengubah
berbagai-bagai tabiat atau sikap, dalam suatu kebiasaan, menurut keinginan, dan untuk
mencegah perubahan-perubahan tabiat atau sikap yang tidak menjadi keinginannya dalam suatu
kebiasaan. Artinya kekuasaan tertinggi didalam suatu Negara itu, yaitu kekuasaan yang bersifat
dapat menentukan dalam taraf tertinggi dan terakhir.Hal ini menimbulkan suatu permasalahan,
muncul beberapa ajaran atau teori yaitu :

a. Teori Kedaulatan Tuhan


Teori yang paling tua, menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi itu yang memiliki atau ada pada
Tuhan.
b. Teori Kedaulatan Negara
Teori ini menyatakan bahwa kedaulatan itu tidak ada pada Tuhan, tetapi ada pada negara.
c. Teori Kedaulatan Hukum
Teori ini menyatakan bahwa yang memiliki bahkan yang merupakan kekuasaan tertinggi di dalam
suatu negara itu adalah hukum itu sendiri.
d. Teori Kedaulatan Rakyat
Teori ini menyatakan bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi itu adalah rakyat, raja itu
hanya merupakan pelaksana dari apa yang telah diputuskan atau dikehendaki oleh rakyat.

3. TENTANG PENGESAHAN KEKUASAAN

Ini mempersoalkan pengesahan kekuasaan atau legitimasi dari organisasi Negara, jangan
dicampur adukkan dengan pengesahan kekuasaan atau persoalan legitimasi daripada badan-
badan yang menjalankan organisasi itu, karena jatuhnya orang yang memegang jabatan itu tentu
mengakibatkan jatuhnya organisasi itu,tapi jatuhnya organisasi itu selalu membawa akibat artian
jatuhnya badan –badan yang menjalankan organisasi itu, dengan sendirinya jatuhnya orang yang
memegang jabatan dari badan-badan tersebut.
Jadi persoalan legitimasi kekuasaan sangat erat hubungannya dengan tujuan Negara.Sebab
yang sebenarnya kita dapat mengakui atau tidak, mengakui sah atau tidak kekuasaan daripada
pemerintah itu pertama-tama tergantung dari pada tujuan yang direncanakan dan diusahakan
hendak di capai oleh pemerintah demi rakyat yang diperintah.
Menurut ajaran Rousseau suatu perjanjian masyarakat antara orang-orang untuk membentuk
suatu kesatuan yaitu masyarakat. Raja mendapat kekuasaan dalam perjanjian ini dari
masyarakat sebab pada hakekatnya yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan,dan raja
hanya sebagai hamba rakyat yang diberi tugas melaksanakan kekuasaan rakyat. Jadi raja
bukanlah seorang yang berkuasa atas rahmat Tuhan
Perubahan terhadap sistem pemerintahan yang di kemukan oleh para ahli pemikir tentang
Negara dan hukum dari aliran hukum alam, pertama tentang pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia, terutama dalam pelaksaannya. Kedua, asas pembatasan kekuasaan penguasa dengan
ajaran Trias Polictica, supaya kekuasaan raja tidak bersifat absolute lagi.Ketiga, asas bahwa yang
memiliki kekuasaan tertinggi adalah rakyat, dengan terciptanya teori kedaulatan
rakyat. Keempat, tuntutan supaya semua peraturan hukum dibukukan dalam semua kitab
undang-undang sesuai dengan asas dan pendapat-pendapat yang dianggap sesuai dengan akal,
tanpa membedakan golongan agama. Jadi untuk semua orang sama. Undang-undang ini akan
mengikat raja dalam melaksanakan pemerintahan Negara, karena undang-undang itu adalah
merupakan perwujudan daripada kehendak umum. Hakim dalam putusannya harus
berpedoman pada undang-undang ini.
BAB VII
Klasifikasi Negara

1. Klasifikasi Negara Klasik-Tradisional


Yang dipergunakan sebagai kriteria adalah:

a. Susunan pemerintahannya, Artinya jumlah orang yang memegang pemerintahan,


pemerintahan itu dipegang atau dilaksanakan oleh satu orang tunggal, beberapa atau
segolongan orang, ataukah pada prinsipnya pemerintahan itu ada pada rakyat.
b. Sifat dari pemerintahannya, Artinya pemerintahan itu ditujukan untuk kepentingan umum,
ini yag baik;ataukah hanya untuk kepentingan mereka yang memegang pemerintahan itu
saja, ini yang buruk.

2. Klasifikasi Negara Dalam Bentuk Monarki dan Republik


Pada jaman modsern Georg Jellink dalam bukunya yang terkenal, Allegemene Staatslehre,
diterbitkan pada tahun 1914, juga mengemukakan penjelasan bentuk negara menjadi dua, yaitu
republik dan monarki. Jellink mempergunakan istilah monarki sebagai lawan daripada organisasi
negara yang disebut republik. dan sesbetulnya menurut Jellink perbedaan antara monarki dan
republik itu benar-benar mengenai perbedaan daripada sistem pemerintahannya, tetapi
sekalipun demikian Jellink sendiri mengartikannya sebagai perbedaan daripada bentuk
negaranya. Perbedaan keduanya terletak tentang cara terbentuknya kemauan negara.

3.AUTORITAREN FUHRERSTAAT

Negara autoritaren fuhrerstaat adalah suatu Negara yang dipimpin oleh kekuasaan Negara,
yang berdasarkan atas pandangan autoriter Negara. Dapat dikatakan bahwa Negara ini
merupakan bentuk campuran antara monarki dan republik, dan mempunyai sifat sifat monarki
dan republik penunjukan atau pengangkatan kepala Negara autoriten fuhrerstaat tidak sama
dengan penunjukan atau pengangkatan kepala Negara monarki maupun pada Negara republik
melainkan berdasarkan pada pandangan autitet Negara, berdasarkan pada kemampuan
memerintah sera kemampuan menguasai rakyatnya.

4. Klasifikasi Negara Menurut Prof. DR. R. Kranenburg


• Terdapat dua macam kriteria pengelompokkan manusia:
a. Sifat Ketempatan
b. Sifat Keteraturan
• Klasifikasi kelompok manusia:
a. Kelompok manusia yang sifatnya setempat tetapi tidak teratur.
Sifat: insidentil, tidak saling mengenal, tidak teratur
Ciri istimewa: sifatnya sangat sugestif
b. Kelompok manusia yang sifatnya setempat dan teratur (objektif)
Keadaan teratur → Adanya tujuan bersama
c. Kelompok manusia yang sifatnya tidak setempat dan tidak teratur
Bersifat golongan → mempunyai kepentingan bersama yang kuat dirasakan
Menimbulkan: suasana golongan, kerjasama golongan, kepentingan golongan
d. Kelompok manusia yang sifatnya tidak setempat tetapi teratur (merupakan kelompok
tertinggi/subyektif)
Faktor pokok: kelompok itu sendiri mempunyai kepentingan bersama → kehendak bersama
(mengadakan tata tertib) → untuk mencapai dan melaksanakan tujuan kelompok
5. Klasifikasi Negara menurut Hans Kelsen
Hans Kelsen penganut ajaran Positivisme. Dalam ajaran Hans Kelsen negara itu pada
hakekatnya adalah merupakan Zwangsordnung, yaitu suatu tertib hukum atau tertib
masyarakat yang mempunyai sifat memaksa, yang menimbulkan hak memerintah dan
kewajiban tunduk. Jadi dalam hal ini ada pembatasan terhadap kebebasan warga negara
padahal menurut Hans Kelsen kebebasan warga negara itu merupakan nilai yang
fundamental atau pokok dalam suatu negara. Menurut Hans Kelsen sifat kebebasan warga
negara itu ditentukan oleh dua hal, yaitu :
a. Sifat mengikatnya peraturan-peraturan hukum yang dikeluarkan atau dibuat oleh
penguasa yang berwenang.
b. Sifat keleluasaan penguasa atau pemerintah dalam mencampuri atau mengatur peri
kehidupan daripada warga negaranya.
6. Klasifikasi Negara menurut R. M. Mac Iver
Mac Iver mengemukakan adanya dua macam sistem pengklasifikasian negara, yaitu :
1. a tri partite classification of state, disebut pula sistem traditionelclassification,
mempergunakan dasar atau kriteria suatu pertanyaan : Siapakah yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara itu ?
Terhadap hal ini Mac Iver mengemukakan keberatan-keberatan atau kritikan yang dianggap
sebagai kelemahan sistem tersebut, yaitu pemerintahan pada negara-negara bukan
primitive pasti selalu berada pada tangan ruling-class, kelas atau golongan yang
memerintah.kalau kekuasaan tertinggi negara hanya dipegang oleh satu orang saja, maka
sesungguhnya telah memuat bentuk-bentuk pemerintahan yang sangat berbeda sekali,
sebab dapat meliputi monarki kadang-kadang dapat juga sebagai dictator ataupun
tyranni.Dalam mengklasifikasikan negara tidak cukup kalau hanya mempergunakan satu
kriteria saja.

2. a bi partite classification of state, dasar atau criteria sistem ini adalah dasar atau alas an
yang bersifat praktis, yaitu mempergunakan dasar konstitusional. Jadi penggolongan negara
dengan sistem ini menghasilkan dua golongan besar, yaitu demokrasi dan oligarki. Menurut
Mac Iver perlu untuk diketahui bahwa dalam proses perubahan politik pada setiap bentuk
pemerintahan atau negara sering didapatkan ciri-ciri yang sesuai atau sama daripada
beberapa bentuk negara.

7. Klasifikasi Negara menurut Maurice Duverger


Maurice Duverger dalam mengklasifikasikan negara menggunakan kriteria bagaimanakah
sifat relasi atau hubungan antara para penguasa dengan rakyat yang diperintah. Relasi
tersebut nampak dengan jelas pada cara atau sistem pemilihan atau pengangkatan para
penguasa tersebut. Cara atau site mini dapat digolongkan dalam dua cara, yaitu :
a. Dalam pengangkatan para penguasa itu dimana rakyat tidak diikutsertakan dalam
pengangkatan/pemilihan orang-orang yang akan memegang kekuasaan pemerintahan
negara.
b. Dalam pengangkatan para penguasa dimana dalam pengangkatan tersebut rakyat
diikutsertakan.
c. Dalam pengangkatan atau pemilihan para penguasa adalah suatu siste campuran antara
sistem demokrasi dengan sistem autokrasi, yang akan menimbulkan negara oligarki.

8. Klasifikasi Negara menurut H.J Laski.


Ia mengatakan bahwa yang menjadi inti dalam organisasi negara adalah hubungan antara
rakyat dan undang-undang. Berdasarkan kriteria ini maka negara dikalsifikasikan menjadi :
a. Bila rakyat mempunyai wewenang ikut campur dalam pembuatan undang-undang, maka
bentuk negara tersebut adalah demokrasi.
b. Bila rakyat tidak mempunyai wewenang ikut campur dalam pembuatan undang-undang,
maka bentuk negara tersebut adalah autokrasi.
H.J Lasky berpendapat dalam tiap-tiap penyelidikan tentang sistem peraturan-peraturan
hukum menunjukkan akan kebutuhan tiga jenis kekuasaan yaitu:
a. Adanya badan yang menetapkan peraturan-peraturan umum. Badan ini disebut badan
perundang-undangan.
b. Adanya badan yang bertugas melaksanakan peraturan-peraturan hukum. Badan ini
adalah pemerintah.
c. adanya badan yang berwenang memberikan keputusan dalam pelaksanaan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran. Badan ini disebut pengadilan.

9. Klasifikasi negara menurut Sir John Marriott.


Marriott mengajukan klasifikasi yang dapat mencakup semua bentuk negara modern.
Dalam klasifikasinya ia menggunakan dasar sistem kenegaraannya yaitu :
• mengenai susunan pemerintahannya : negara kesatuan dan negara federasi
• mengenai sifat konstitusinya: negara yang konstitusinya mempunyai sifat-sifat istimewa
dan negara yang undang-undang dasarnya bersifat fleksibel.
• mengenai sistem pemerintahannya : negara yang memakai sistem pemerintahan
presidensil dan negara memakai sistem pemerintahan parlemen.

10. Klasifikasi negara menurut S.D.LEACOCK.

DEMOKRATIS, Negara Demokratis terbagi lagi menjadi Negara Republik dan Kerajaan
Terbatas. Masing-masing terbagi lagi menjadi negara Federal dan Kesatuan.

11. Klasifikasi Negara Menurut H.N.SINHA.

Pada prinsipnya sama dengan Leacock, hanya saja Sinha berpendapat selain despotik dan
Demokratis ada lagi yang lain yakni Anti Demokratis (Totaliter atau Autoriter).

BAB VIII
Susunan Negara

1. Negara Kesatuan

Negara Kesatuan, dapat pula disebut negara unitaris. Negara ini ditinjau dari segi susunannya,
memanglah susunannya bersifat tunggal, maksudnya negara kesatuan itu adalah negara yang
tidak tersusun dari bebrapa negara, melainkan hanya terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada
negara di dalam negara.

2. Negara Federasi

Negara federasi adalah negara yang bersusun jamak, maksudnya negara ini tersusun dari
beberapa negara yang semula telah berdiri sendiri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat,
mempunyai Undang-Undang Dasar sendiri sserta pemerintahan sendiri.

3. Perbedaan Antara Negara Serikat dengan Perserikatan Negara menurut george Jellinek

Apabila kedaulatan itu ada pada negara federal, jadi yang memegang kedaulatan itu adalah
pemerintah federal, atau pemerintah gabungannya, maka negara federal itu disebut negara
serikat.Sedangkan kalau kedaulatan itu masih tetap ada negara-negara bagian, makanegara
federal yang demikian ini disebut perserikatan negara.

4. Perbedaan Antara Negara Serikat dengan Perserikatan Negara menurut Kraneburg

Perbedaannya terletak pada persoalan: dapat atau tidaknya pemerintah federal atau pemerintah
gabungan itu membuat atau mengeluarkan peraturan-peraturan hukumm yang langsung
mengikat atau berlaku terhadap para warga negara daripada negara-negara bagian.

5. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Organisasi Antarpemerintahan (Internasional)


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, bahasa Inggris: United Nations, disingkat UN) adalah
organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong
kerjasama internasional. Badan ini merupakan pengganti Liga Bangsa-Bangsa dan didirikan
setelah Perang Dunia II untuk mencegah terjadinya konflik serupa. Pada saat didirikan, PBB
memiliki 51 negara anggota; saat ini terdapat 193 anggota. Selain negara anggota, beberapa
organisasi internasional, dan organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat
permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus
sebagai pengamat.
BAB IX
Negara Demokrasi Modern
Tipe-tipe Demokrasi Modern

a. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem


pemisahan kekuasaan secara tegas, atau sistem prisidenssil, misalnya: Amerika Serikat.
yang nmenjadi ciri adalah sifat hubungan antara badan legislatif dengan eksekutif.
b. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, denagn sistem
pemisahan kekuasaan, tetapi di antara badan-badan yang diserahi kekuasaan itu,
terutama antara badan legislatif dengan badan eksekutif, ada hubungan yang bersifat
timbal balik, dapat saling mempengaruhi, atau sistem parlementer.
c. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem
pemisahan kekuasaan, dengan stelsel referendum, atau kontrol secara langsung oleh
rakyat. Salah satu jalan lagi untuk menghindarkan suatu pemerintahan yang bersifat
absolut ialah sisetm yang dipergunakan atau dilaksanakan di swiss, yaitu yang disebut
referendum.

BAB X
Negara Autokrasi Modern
Negara autokrasi modern. Negara ini juga sering disebut negara dengan sistem partai,
atau berpartai tunggal. negara autokrasi dalam pengertiannya yang asli atau kuno praktis dewasa
ini dapat dikatakan sudah tidak ada, sedangkan pada beberapa abad yang lampau, yang mungkin
sisanya masih kita ketemukan dewasa ini, adalah yang disebut autokrasi modern, inipun sifatnya
agak samar-samar karena negara autokrasi modern ini dalam perkembangannya pada jaman
modern mengakmuflir dirinya sedemikian rupa, sehingga sepintas lalu daris segi luarnya kita
melihat negara tersebut seakan-akan demokrasi modern.

1. Perbedaan antara Demokrasi Modern dengan Autokrasi Modern

Terdapatnya perbedaan antara badan perwakilan pada negara autokrasi modern dengan baadan
perwakilan pada negara demokrasi modern tadi disebabkan oleh beberapa hal, yang langsung
berhubungan dengan negara-negara tersebut, sebab-sebab itu antara lain:

a. pandangan terhadap hakekat negara


b. pandangan terhadap tujuan negara
2. Cara Pembatasan kekuasaan penguasa

Usaha yang pertama ditujukan untuk melemahkan atau membatasi kekuasaan penguasa dengan
secara langsung. Di dalam usaha ini ada tiga macam cara :

a. pemilihan para penguasa


b. pembagian kekuasaan
c. kontrol yurisdiksional
Terdapatnya perbedaan antara badan perwakilan pada negara autokrasi modern dengan baadan
perwakilan pada negara demokrasi modern tadi disebabkan oleh beberapa hal, yang langsung
berhubungan dengan negara-negara tersebut, sebab-sebab itu antara lain:

a. pandangan terhadap hakekat negara


b. pandangan terhadap tujuan negara
3. Cara Pembatasan kekuasaan penguasa

Usaha yang pertama ditujukan untuk melemahkan atau membatasi kekuasaan penguasa dengan
secara langsung. Di dalam usaha ini ada tiga macam cara :

d. pemilihan para penguasa


e. pembagian kekuasaan
f. kontrol yurisdiksional

Usaha yang kedua ialah menambah atau memperkuat kekuasaan pihak yang diperintah.
Usaha ketiga dapat dilakukan denganm mengendalikan kelaliman penguasa melaui intervensi
dari negara lain.

Anda mungkin juga menyukai