Anda di halaman 1dari 5

Adapun materi yang ditugaskan dalam Tugas Tutorial ke-1 ini adalah

berkaitan dengan :

1. Dalam praktik ketatengaraan terdapat konstitusi yang tidak dapat


dilaksanakan sebagai mana mestinya dengan alasan tertentu.

Sebutkan jenis klasifikasi nilai konstitusi tersebut beserta contohnya.

Jawab :

pelanggaran konstitusi untuk kepentingan rakyat sudah beberapa kali terjadi


di Indonesia. Menurut dia, hal semacam itu sudah terjadi sejak era
kepemimpinan Presiden Soekarno, tepatnya tahun 1959. Kala itu, Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden untuk menghapus konstituante hasil pemilu
dan memberlakukan Undang-Undang Dasar.

Dalam konstitusi terdapat tiga nilai, yakni: (i) normatif yang berarti konstitusi
benar-benar dijalankan secara utuh; (ii) nominal yang berarti konstitusi belum
benar-benar dijalankan secara maksimal; dan (iii) semantik yang berarti
konstitusi tidak dijalankan sama sekali. Idealnya nilai konstitusi harus
dijalankan secara normatif untuk mencapai tujuan negara.

2. Contoh kasus

Indonesia: Mengapa Negara Kesatuan dan Republik?

yohanesputrasuhito

“Mengapa Indonesia harus berbentuk negara kesatuan bukan federasi?”,


“Mengapa harus republik bukan monarki atau oligarki?”, adalah sebagian
besar pertanyaan yang muncul di benak penulis mengenai apa sebenarnya
yang mendasari pemilihan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh
Bangsa Indonesia itu sendiri. Setelah mempelajari mengenai asal-usul nama
Indonesia, sejarah perjuangan kemerdekaan, serta sejarah kelahiran
Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara, pada minggu ini penulis akan
mencoba menjelaskan mengapa Indonesia memilih bentuk negara kesatuan
dengan republik sebagai bentuk pemerintahannya. Tentu ada berbagai
macam alasan yang melatarbelakangi munculnya pemilihan bentuk negara
kesatuan dan bentuk pemerintahan republik bagi Negara Indonesia yang
disesuaikan dengan tujuan dan kondisi Bangsa Indonesia pada masa itu.

Kita akan memulai dari pertanyaan pertama, “Mengapa harus berbentuk


negara kesatuan?”. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki fenomena tingkat
heterogenitas kependudukan yang sangat tinggi. Keragaman etnis dan
budaya menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang paling artifisial di muka
bumi ini (Anderson, 1991). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan utama
mengapa Indonesia memakai konsep bentuk negara kesatuan dimana
pemerintahan yang mengatur jalannya negara secara umum adalah
pemerintah pusat. Selanjutnya, barulah ada sebuah konsep desentralisasi
serta otonomi daerah yang nantinya akan membuat daerah-daerah
mengeluarkan potensi yang mereka miliki masing-masing. Lalu mengapa
bentuk negara kesatuan adalah yang paling cocok dengan Bangsa Indonesia
yang heterogen? Hal ini dikarenakan dengan adanya sebuah pemerintahan
yang dikontrol dari pusat maka seharusnya kebijakan yang diberikan
pemerintah pusat terhadap daerah sifatnya adalah merata dan adil, tidak ada
suatu daerah yang diberi sebuah regulasi dan kebijakan yang bersifat khusus.
Jika negara Indonesia menganut sistem federasi, akan ada kesenjangan yang
terjadi di tiap-tiap daerah di Indonesia karena prinsip negara federasi adalah
pemerintah daerah (atau negara bagian) memiliki kekuasaan dan
kedaulatannya sendiri namun tetap sejalan dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Bayangkan jika tiap daerah di Indonesia memiliki kedaulatan
mereka masing-masing dan menimbulkan kesenjangan di antara daerah-
daerah tersebut, maka yang berpotensi terjadi adalah sebuah disintegrasi
bangsa. Selain itu, Bangsa Indonesia ingin memilih bentuk negaranya sendiri,
yang mereka anggap sesuai dengan situasi dan kondisi mereka, bukan
sebuah bentuk negara federasi yang merupakan ‘mandat dan syarat’ dari
pemerintahan Belanda pada masa awal kemerdekaan Indonesia (Kahin, 1952
dalam Ferrazi, 2000).

Pertanyaan selanjutnya adalah, “Mengapa Indonesia harus berbentuk


republik dan bukan monarki atau oligarki?”. Mohammad Hatta sebagai salah
satu republikan paling berpengaruh memberikan berbagai alasan yang
menjelaskan mengapa Indonesia harus memilih bentuk republik sebagai
bentuk pemerintahannya. Alasan pertama adalah sudah jelas bahwa republik
adalah sebuah bentuk pemerintahan dimana yang memegang kedaulatan
adalah rakyat (Hatta, 2014). Jika berdasarkan kedaulatan rakyat maka yang
memiliki kekuasaan tertinggi adalah rakyat, dimana pemerintahan yang
berotoritas akan berasal dari rakyat dan bekerja demi kepentingan rakyat dan
negaranya saja sehingga berbagai keputusan yang dihasilkan harus melalui
jalan mufakat terlebih dahulu. Mufakat yang dimaksud disini adalah
pengambilan keputusan secara kolektif dengan jalan permuyawaratan
perwakilan (Hatta, 2014:7). Jalan mufakat inilah yang nantinya akan menjadi
sebuah jaminan keadilan yang bersifat merata bagi seluruh rakyat Indonesia
dimana tidak ada suatu golongan tertentu yang akan lebih mementingkan
kepentingan golongannya di atas kepentingan kolektif negara. Alasan kedua
adalah dengan adanya kedaulatan rakyat, maka tanggung jawab tertinggi
juga ada di pundak rakyat karena dasar pemerintahan yang adil adalah siapa
yang berkuasa maka ia yang bertanggung jawab (Hatta, 2014:8).
Menurutnya, pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat pada
dasarnya akan lebih tangguh karena dijunjung oleh tanggung jawab kolektif
dimana ketika muncul perasaan tanggung jawab bersama, akan muncul pula
sebuah sendi kenegaraan yang kokoh (Hatta, 2014:9). Alasan kedua inilah
yang sangat berkaitan dengan alasan tidak dipilihnya bentuk negara monarki
atau oligarki. Jika dalam bentuk monarki atau oligarki, yang memiliki
kekuasaan adalah raja atau sekelompok kecil masyarakat saja sehingga
jalannya suatu negara akan sangat bergantung pada figur dan kecakapan
satu orang atau beberapa orang saja. Secara lebih lanjut, Hatta menjelaskan
bahwa kecakapan dan figur tersebut tidaklah bersifat kekal jika dibandingkan
dengan pemerintahan rakyat yang sifatnya lebih kekal, karena rakyat akan
selalu ada selama negara tersebut berdiri (Hatta, 2014:13). Memperkuat
argumen Hatta, Tjokroaminoto memberikan sebuah kalimat yang menyatakan
bahwa pemerintahan yang ‘sempurna’ adalah sebuah pemerintahan yang
memiliki sebuah perwakilan rakyat yang bekerja secara sungguh-sungguh
untuk kepentingan rakyat di sampingnya dimana hal ini menegaskan bahwa
pemerintahan berbentuk republik adalah sebuah bentuk pemerintahan yang
paling sesuai bagi Bangsa Indonesia (Tjokroaminoto, 1981).

Pemilihan bentuk negara kesatuan dan republik itu sendiri dilatarbelakangi


oleh situasi sosial dan politik yang terjadi kala itu. Gagalnya sistem
pemerintahan federasi yaitu Republik Indonesia Serikat pada tahun 1949
yang membuat rakyat semakin gencar menyerukan adanya bentuk negara
kesatuan karena pada awalnya Indoenesia adalah adalah sebuah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Ditambah dengan situasi dan realitas
sosial yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang
heterogen dan memiliki keragaman yang sangat kompleks maka bentuk
negara kesatuan republik adalah sebuah pilihan yang sekiranya cocok bagi
bangsa Indonesia itu sendiri. Penulis sangat menyetujui pendapat berbagai
ahli khususnya Hatta yang menyatakan berbagai alasannya mengenai
mengapa Indonesia harus berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk memperkuat argumen para ahli di atas, penulis mencoba menarik
sebuah kesimpulan sederhana yaitu Indonesia adalah sebuah negara dengan
tingkat kompleksitas yang sangat tinggi baik dari sisi heterogenitas bangsa
maupun kepentingan yang ada di dalamnya, namun dapat bersatu di bawah
panji negara kesatuan yang tidak memandang etnis, agama, golongan
tertentu serta di bawah bendera republik yang menomorsatukan kepentingan
seluruh rakyat (kolektif) di atas kepentingan golongan ataupun kelompok
tertentu sehingga dapat tercipta suatu hubungan yang terintegrasi dan
harmonis di antara Bangsa Indonesia itu sendiri.

http://yohanesputrasuhito-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-135221-
Studi%20Strategis%20Indonesia%20I-
Indonesia%20:%20Mengapa%20Negara%20Kesatuan%20dan%20Republik.
html

Berdasarkan artikel di atas, berikan analisis Anda mengenai perbedaan


bentuk negara dan susunan negara Indonesia! Jelaskan beserta ciri-
cirinya.

Jawab :

Indonesia negara kesatuan dimana secara pemerintahan adanya sebuah


pemerintahan yang dikontrol dari pusat maka seharusnya kebijakan
yang diberikan pemerintah pusat terhadap daerah sifatnya adalah
merata dan adil, tidak ada suatu daerah yang diberi sebuah regulasi dan
kebijakan yang bersifat khusus
Negara yang berbentuk negara kesatuan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Pemerintah pusat memegang kewenangan tertingginya

- Pemerintah pusat menangani seluruh kedaulatan negara baik luar atau


dalam

- Rakyat bisa berhubungan dengan pemerintah pusat secara langsung untuk


menjalankan daerahnya

- Hanya terdapat satu konstitusi Undang-Undang Dasar (UUD), satu kepala


daerah, satu kabinet, dewan, menteri, dan parlemen.

- Salah satu ciri-ciri negara kesatuan adalah kekuasan politik yang bisa
didelegeasikan ke pemerintah daerah. Tapi, pemerintah pusat tetap adalah
yang paling berkuasa.

- Ciri-ciri negara kesatuan yakni cuman memiliki satu UUD saja yang
mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti aspek
ekonomis, sosial, budaya, politik dan lainnya. Tapi dalam pelaksanaannya,
UUD tersebut perlu dilengkapi dengan UU atau peraturan perundangn-
undangan lainnya.

3. Contoh kasus

Benarkah Bersistem Presidensial?

AKURAT.CO, Ketika menerima para pemimpin Majelis Permusyawaratan


Rakyat bersilaturrahim ke kantornya, Ketua Umum Partai Nasdem Suryo
Paloh menegaskan perlunya amandemen menyeluruh terhadap UUD 1945.
Selain itu, Paloh juga menghendaki untuk mempertegas dan memperkuat
sistem presidensial dalam kekuasaan.

Menarik dipersoalkan apakah Indonesia menganut sistem presidensial?


Ataukah semi-presidensial? Jika ya, bagaimana praktik yang berlangsung
selama ini? Jika tidak, lalu sistem apa yang dianut Indoensia?

Sistem presidensial sering dikontraskan dengan sistem parlementer. Tapi


sistem ini jelas tidak dianut Indonesia. Jika sistem parlementer sering
mengacu ke gaya Wesminster di Inggris, sementara sistem presidensial
umumnya mengacu ke gaya Amerika Serikat.

Presidensial dan Semi-Presidensial

Sistem presidensial memiliki sejumlah karekteristik, di antaranya: [1] kepala


pemerintahan adalah juga kepala negara; [2] presiden merupakan eksekutif
tunggal; [3] anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan di pemerintahan
dan begitu juga sebaliknya; [4] tidak ada peleburan bagian eksekutif dan
legislatif seperti dalam sebuah parlemen; [5] presiden tidak dapat
membubarkan atau memaksa parlemen; [6] eksekutif bertanggungjawab
langsung kepada para pemilih; [7] tidak ada fokus kekuasaan dalam sistem
politik.

Di samping itu, dikenal pula sistem semi-presidensial. Sistem ini terkadang


disebut sistem persilangan. Prancis dan Finlandia, msalnya, sedang
menerapkan sistem ini dalam pemerintahan mereka. Pada dekade-dekade
terakhir ini juga banyak diadopsi oleh negara-negara bekas komunis dengan
praktik yang relatif beragam

Menurut Heywood (2011), di dalam sistem semi-presidensial terdapat sebuah


“eksekutif ganda” di mana seorang presiden yang dipilih secara terpisah
bekerja bersama dengan seorang perdana menteri dan kabinet yang diambil
dari – dan bertanggung jawab kepada – Majelis Nasional.

Sistem semi-presidensial dapat berjalan bergantung pada sebuah


keseimbangan yang sulit antara otoritas dan popularitas personal dari sang
presiden, di satu sisi, dan kerumitan politik dari Majelis Nasional, di sisi lain.

https://akurat.co/news/id-864653-read-benarkah-bersistem-presidensial

Berdasarkan artikel di atas, berikan analisis Anda mengapa Indonesia


disebut menggunakan sistem pemerintahan presidensial?

Sistem presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional,


merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan
eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif.

Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus


memiliki tiga unsur yaitu : Presiden yang dipilih rakyat

Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan kepala


pemerintahan dan dalam jabatannya ini mengangkat pejabat-pejabat
pemerintahan yang terkait.

Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif oleh UUD atau


konstitusi.

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak
dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik.
Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden
melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan
terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan
karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden
akan menggantikan posisinya.

Anda mungkin juga menyukai