Perbuatan yang dilakukan oleh Feri adalah membersihkan halaman depan, samping, dan
belakang rumah Firman yang telah ditinggalkan dan tidak terawat. Konsekuensi dari
perbuatan tersebut adalah bahwa Feri telah melakukan tindakan yang melanggar hak
milik Firman, karena tanpa izin dan persetujuan dari Firman, Feri telah memasuki dan
mengubah keadaan tanah yang merupakan hak milik Firman. Feri dapat dikenakan sanksi
pidana dan perdata berdasarkan Pasal 385 KUHP dan Pasal 1365 KUHPerdata.Pasal
385 KUHP menyatakan bahwa "Barang siapa dengan sengaja memasuki atau mengambil
sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dipidana dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Sementara itu, Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan bahwa "Setiap perbuatan
melawan hukum yang menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang
melakukan perbuatan itu untuk mengganti kerugian tersebut."
1) Tanggung Jawab Pemilik Rumah, Jika rumah Firman masih memiliki pemilik yang sah,
seperti Firman sendiri atau pihak lain yang memiliki hak kepemilikan atas rumah tersebut,
mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat properti mereka. Dalam hal
ini, jika Feri melakukan perbuatan membersihkan rumah Firman tanpa izin atau tanpa
permintaan dari pemilik rumah, dapat dikategorikan sebagai perbuatan intervensi
terhadap properti orang lain. Konsekuensi dari tindakan ini dapat beragam, tergantung
pada hukum properti yang berlaku di yurisdiksi terkait, namun mungkin melibatkan klaim
ganti rugi atau permintaan penghentian perbuatan.
Berdasarkan uraian kasus, perbuatan yang dilakukan oleh Feri adalah membersihkan
halaman depan, samping, dan belakang rumah Firman yang telah ditinggalkan dan tidak
terawat. Konsekuensi dari perbuatan tersebut adalah bahwa Feri telah melakukan
tindakan yang melanggar hak milik Firman, karena tanpa izin dan persetujuan dari Firman,
Feri telah memasuki dan mengubah keadaan tanah yang merupakan hak milik Firman.
Feri dapat dikenakan sanksi pidana dan perdata berdasarkan Pasal 385 KUHP dan Pasal
1365 KUHPerdata. Pasal 385 KUHP menyatakan bahwa "Barang siapa dengan sengaja
memasuki atau mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Sementara itu, Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan
bahwa "Setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian pada orang lain,
mewajibkan orang yang melakukan perbuatan itu untuk mengganti kerugian tersebut."
Soal 2
Kasus ini tergolong dalam hukum perdata dan hukum lingkungan. Dalam hukum perdata,
terdapat hubungan antara Feri dan Firman sebagai teman dekat yang dapat diatur
oleh hukum perjanjian atau perikatan. Namun, jika ada kesepakatan atau perjanjian
antara Feri dan Firman mengenai pemeliharaan atau perawatan rumah, maka Feri dapat
menuntut ganti rugi atas biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan rumah Firman.
Kasus ini juga dapat tergolong dalam hukum lingkungan karena berkaitan dengan
perawatan lingkungan hidup. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap orang wajib menjaga lingkungan hidup yang
sehat dan lestari. Adapun berdasarkan masa berlakunya, kasus ini dapat tergolong
dalam hukum yang berlaku saat ini, yaitu hukum positif yang mengatur tentang hak dan
kewajiban individu dalam masyarakat.
Soal 3
Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum merupakan salah satu aliran dalam filsafat
hukum. Aliran ini memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan moral
(antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen).
Positivisme Hukum sangat mengagungkan hukum yang tertulis dan menganggap bahwa
tidak ada norma hukum di luar hukum positif. Bagi aliran ini, semua persoalan dalam
masyarakat harus diatur dalam hukum tertulis. Dalam kasus ini, aliran positivisme dapat
diterapkan dengan melihat bahwa tindakan Feri melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan dapat dikenakan sanksi pidana dan perdata tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor moral atau nilai-nilai yang terkait. Aliran positivisme juga
menekankan pentingnya penegakan hukum dan kepastian hukum, sehingga perbuatan
melanggar hukum harus mendapatkan sanksi yang tegas sesuai dengan peraturan yang
berlaku.