Anda di halaman 1dari 3

Tugas 3 Ilmu Negara

NAMA : JIHAN FACHRULLAH


NIM : 044703803
PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM S 1

1. Dalam sistem peradilan negara bersusun tunggal, terdapat beberapa permasalahan


yang dapat terjadi seperti yang terjadi pada kasus di atas. Salah satu permasalahan
yang muncul adalah kurangnya keberhasilan dalam menjalankan proses peradilan
secara adil dan transparan. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan untuk
memihak pada pihak yang memiliki kekuatan atau pengaruh yang lebih besar, serta
adanya praktik korupsi dan nepotisme dalam sistem peradilan.

Analisis permasalahan dalam sistem peradilan menggunakan kerangka konsep negara


bersusun tunggal:

Dalam kasus-kasus seperti yang disebutkan di atas, terjadi pelanggaran hukum dan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemegang kekuasaan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hal ini adalah sistem peradilan yang tidak berfungsi dengan baik. Berikut
adalah analisis permasalahan yang terjadi dalam sistem peradilan menggunakan kerangka
konsep negara bersusun tunggal:

a. Ketidaktentuan dalam pembagian kekuasaan: Dalam negara bersusun tunggal, pembagian


kekuasaan antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak diatur secara tegas. Hal ini
dapat menyebabkan kecenderungan lembaga yang satu lebih kuat dari yang lain, sehingga
terjadi kesenjangan kekuasaan dan kurangnya pengawasan antara lembaga-lembaga
tersebut.

b. Kurangnya koordinasi antara lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum: Kurangnya
koordinasi antara lembaga peradilan dengan lembaga penegak hukum lainnya seperti
kepolisian atau jaksa dapat menghambat proses penegakan hukum yang efektif. Kurangnya
komunikasi dan kerjasama antara lembaga-lembaga ini dapat menyebabkan penanganan
kasus yang lambat, penyalahgunaan wewenang, dan tindakan diskriminatif dalam
penegakan hukum.

c. Korupsi dalam sistem peradilan: Korupsi di dalam sistem peradilan merupakan masalah
serius yang menghambat penegakan hukum yang adil dan efektif. Penyuapan, pengaruh
politik, dan nepotisme dalam proses peradilan dapat mengakibatkan keputusan yang tidak
adil dan merusak integritas sistem peradilan.

d. Ketidakpastian hukum: Ketidaktentuan atau kekurangan dalam peraturan perundang-


undangan dapat mengakibatkan ketidakpastian hukum. Ketidakjelasan dalam interpretasi
hukum dan keputusan yang bersifat sepihak dapat memungkinkan terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan.
2. Dalam pelaksanaan kekuasaan yuridis pada negara kesatuan, kekuasaan yuridis
berada di tangan pemerintah pusat dan dijalankan melalui sistem peradilan nasional.
Sedangkan dalam negara federal, kekuasaan yuridis dibagi antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, dan dijalankan melalui sistem peradilan federal dan negara
bagian. Menurut teori ahli, negara federal memiliki kelebihan dalam memberikan
kekuasaan yang lebih terdesentralisasi pada pemerintah daerah, sehingga dapat
lebih responsif terhadap kebutuhan lokal. Namun, negara kesatuan memiliki
kelebihan dalam menjaga kesatuan dan stabilitas negara secara keseluruhan.

Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam  suatu negara,
yang memiliki empat sifat pokok, yaitu asli, permanen,  tunggal, dan tidak terbatas.

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat.  Landasan yuridis
negara Indonesia menganut kedaulatan rakyat ditegaskan  dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Pelaksanaan kekuasaan yuridis pada negara kesatuan dan federal menggunakan rujukan
teori ahli:

a. Negara Kesatuan: Dalam negara kesatuan, kekuasaan yuridis terpusat pada pemerintah
pusat yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah secara terbatas. Teori ahli
yang relevan untuk menjelaskan pelaksanaan kekuasaan yuridis dalam negara kesatuan
adalah teori John Locke. Menurut Locke, kekuasaan pemerintah terbatas dan diberikan oleh
rakyat melalui perjanjian sosial. Pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak
individu dan menjaga keamanan serta keadilan di dalam negara. Dalam konteks negara
kesatuan, pemerintah pusat memiliki kekuasaan tertinggi dan bertanggung jawab atas
penegakan

hukum di seluruh wilayah.

b. Negara Federal: Dalam negara federal, kekuasaan yuridis terbagi antara pemerintah
federal dan pemerintah negara bagian. Teori ahli yang relevan untuk menjelaskan
pelaksanaan kekuasaan yuridis dalam negara federal adalah teori Montesquieu.
Montesquieu berpendapat bahwa pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif harus dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Dalam konteks
negara federal, terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah
negara bagian, di mana masing-masing memiliki wewenang dan tanggung jawab yang
ditetapkan dalam konstitusi.

Perbandingan konsep pemisahan kekuasaan menurut John Locke dan Montesquieu:

- John Locke: Locke menekankan bahwa kekuasaan pemerintah bersumber dari rakyat, dan
pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak individu. Konsep pemisahan
kekuasaan menurut Locke lebih fokus pada pembatasan kekuasaan pemerintah agar tidak
melanggar hak-hak individu dan menjaga supremasi hukum di dalam negara kesatuan.
- Montesquieu: Montesquieu menekankan pentingnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Konsep
pemisahan kekuasaan menurut Montesquieu lebih relevan dalam konteks negara federal, di
mana terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian.

Dalam keduanya, pemisahan kekuasaan bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan


kekuasaan, menjaga keseimbangan kekuasaan, dan melindungi hak-hak individu. Meskipun
fokus dan implementasinya dapat berbeda tergantung pada sistem pemerintahan, konsep
pemisahan kekuasaan ini merupakan prinsip fundamental dalam menjaga tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).

3. Perbandingan konsep pemisahan kekuasaan menurut John Locke dengan


Montesqueu yaitu John Locke menekankan perlunya adanya pemisahan kekuasaan
dalam kekuasaan eksekutif agar tidak ada penyalahgunaan kekuasaan. Sedangkan
menurut Montesqueu agar tidak ada penyalahgunaan kekuasaan maka pentingnya
pembatasan kekuasaan eksekutif.

John Locke dengan Montesqueu sama-sama menjelaskan tentang konsepn pemisahan


kekuasan menjadi 3 bagian yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemisahan kekuasaan
merupakan suatu hal yang sangat penting dijalankan agar tidak terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai