Dalam kasus-kasus seperti yang disebutkan di atas, terjadi pelanggaran hukum dan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemegang kekuasaan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hal ini adalah sistem peradilan yang tidak berfungsi dengan baik. Berikut
adalah analisis permasalahan yang terjadi dalam sistem peradilan menggunakan kerangka
konsep negara bersusun tunggal:
b. Kurangnya koordinasi antara lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum: Kurangnya
koordinasi antara lembaga peradilan dengan lembaga penegak hukum lainnya seperti
kepolisian atau jaksa dapat menghambat proses penegakan hukum yang efektif. Kurangnya
komunikasi dan kerjasama antara lembaga-lembaga ini dapat menyebabkan penanganan
kasus yang lambat, penyalahgunaan wewenang, dan tindakan diskriminatif dalam
penegakan hukum.
c. Korupsi dalam sistem peradilan: Korupsi di dalam sistem peradilan merupakan masalah
serius yang menghambat penegakan hukum yang adil dan efektif. Penyuapan, pengaruh
politik, dan nepotisme dalam proses peradilan dapat mengakibatkan keputusan yang tidak
adil dan merusak integritas sistem peradilan.
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu negara,
yang memiliki empat sifat pokok, yaitu asli, permanen, tunggal, dan tidak terbatas.
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat. Landasan yuridis
negara Indonesia menganut kedaulatan rakyat ditegaskan dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pelaksanaan kekuasaan yuridis pada negara kesatuan dan federal menggunakan rujukan
teori ahli:
a. Negara Kesatuan: Dalam negara kesatuan, kekuasaan yuridis terpusat pada pemerintah
pusat yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah secara terbatas. Teori ahli
yang relevan untuk menjelaskan pelaksanaan kekuasaan yuridis dalam negara kesatuan
adalah teori John Locke. Menurut Locke, kekuasaan pemerintah terbatas dan diberikan oleh
rakyat melalui perjanjian sosial. Pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak
individu dan menjaga keamanan serta keadilan di dalam negara. Dalam konteks negara
kesatuan, pemerintah pusat memiliki kekuasaan tertinggi dan bertanggung jawab atas
penegakan
b. Negara Federal: Dalam negara federal, kekuasaan yuridis terbagi antara pemerintah
federal dan pemerintah negara bagian. Teori ahli yang relevan untuk menjelaskan
pelaksanaan kekuasaan yuridis dalam negara federal adalah teori Montesquieu.
Montesquieu berpendapat bahwa pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif harus dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Dalam konteks
negara federal, terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah
negara bagian, di mana masing-masing memiliki wewenang dan tanggung jawab yang
ditetapkan dalam konstitusi.
- John Locke: Locke menekankan bahwa kekuasaan pemerintah bersumber dari rakyat, dan
pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak individu. Konsep pemisahan
kekuasaan menurut Locke lebih fokus pada pembatasan kekuasaan pemerintah agar tidak
melanggar hak-hak individu dan menjaga supremasi hukum di dalam negara kesatuan.
- Montesquieu: Montesquieu menekankan pentingnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Konsep
pemisahan kekuasaan menurut Montesquieu lebih relevan dalam konteks negara federal, di
mana terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian.