Anda di halaman 1dari 5

HKUM4201/ HUKUM TATA NEGARA

Tugas.1

Tugas Tutorial ke-1 akan diselenggarakan setelah kegiatan Tutorial pada Sesi 3,
diharapkan mahasiswa bisa menyelesaikannya pada waktu dua minggu setelah selesai
tutorial di Sesi 3 ini.

Kerjakan soal di bawah ini dengan singkat dan jelas. Jawaban yang hanya mengambil
dari internet (plagiat) tidak akan mendapatkan nilai maksimal. Sertakan referensi dalam
mengutip.

Submit (unggah) pada tempat yang sudah disediakan dan tidak melebihi waktu yang
telah ditentukan.

Baca terlebih dahulu untuk menjawab pertanyaan.

Presidensial dan Parlementer

Merujuk pada pendapat Shugart dan Carey, W. Joseph Robbins (Ibid: 179) lebih jauh
menjabarkan atribut esensial yang melekat di dalam sistem presidensial sebagai
karakteristik yang sering kali ada (sekaligus membedakannya dengan sistem
parlementer), yaitu:

Pertama, adanya pemisahan kekuasaan diantara cabang-cabang pemerintahan.


Pemisahan kekuasaan disini merujuk pada pemisahan yang jelas di dalam
pertanggungjawaban, sebagaimana eksekutif bergerak dalam wilayah kerja
administrator atau pelaksana hukum, legislatif yang membuat hukum, serta lembaga
kehakiman yang berwenang menafsirkan dan memutuskan hukum.

Hal ini tentunya berbeda jika melihat pada sistem parlementer yang terjadi peleburan
antara lembaga eksekutif merupakan bagian dari legislatif.

Kedua, Presiden dipilih secara langsung dengan beberapa varian pemilihan di seisi
negara. Bukan semata-mata ditentukan formasinya oleh parlemen. Tentunya banyak
mekanisme berbeda-beda yang digunakan oleh masing-masing negara penganut
presidensial dalam menentukan presiden.

Ada yang simple hanya dengan kandidat yang memperoleh suara lebih banyak dari
yang lain, atau harus mendapatkan suara lebih dari 50% sebagaimana diterapkan di
Prancis. Beda lagi dengan Amerika Serikat dalam pemilihan presiden menggunakan
model electoral college.

Ketiga, masa jabatan presiden tidak bergantung pada dukungan legislatif. Bervariasi
antara 4-5 tahun. Jika ingin menjadi presiden lagi, maka dia harus mengikuti pemilihan
pada periode berikutnya. Terkait penurunan presiden di tengah jalan, memang tidak
memutus kemungkinan bisa terjadi, namun sistem presidensial sangat mengamankan
posisi presiden, sebab salah satunya presiden memiliki sumber legitimasi tersendiri yang
terpisah dari parlemen.

Sedangkan di dalam sistem parlementer, masa jabatan presiden dan juga kabinet
tergantung pada kepercayaan legislatif. Parlemen bisa mengajukan mosi tidak percaya
yang berakibat pada penurunan kepala pemerintahan dan juga kabinetnya.

Kelima, eksekutif memiliki otoritas untuk membuat hukum. Meskipun di beberapa


negara, misalnya di Amerika Serikat, sebetulnya eksekutif tidak memiliki kewenangan
untuk membuat hukum. Implikasi dari kewenangan pembuatan hukum bagi eksekutif
HKUM4201/ HUKUM TATA NEGARA

terkadang membuat tumpang tindih dengan lembaga eksekutif, terlebih lagi jika
eksekutif memiliki ambisi besar dalam mempersempit wilayah kerja pembuatan hukum
bagi eksekutif.

Kasus penerapan sistem presidensial di Rusia dan Ukraina bisa menjadi contoh yang
baik, hal itu disebabkan karena presiden memanfaatkan considerably power yang
dimilikinya. Sedangkan di dalam sistem parlementer, eksekutif hanyalah pelaksana dari
garis besar halauan yang telah ditentukan oleh parlemen.

Di sisi lain, ada sistem yang bernama parlementer, atau banyak yang menyebutnya
dengan istilah Westminster model, yang diawali dari sistem pemerintahan di Inggris.
Defisini mendasar dari karakteristik sistem parlementer adalah “peleburan cabang
eksekutif dan legislatif, dimana biasanya kepala negara dan kepala pemerintahan
dijabat oleh orang yang berbeda, lain dengan sistem presidensial yang kerap kali
dipegang oleh orang yang sama” (Ibid: 180).

Tahapan pemilihannya kira-kira ringkasnya begini: para pemilih memilih partai atau
perwakilian mereka yang duduk di parlemen, kemudian parlemen yang terbentuk,
setelah mendapatkan hasil dari alokasi kursi, merancang atau membentuuk pemerintah.
Legislatif lah yang menentukan siapa yang akan melayani sebagai kepala pemerintahan,
pemerintahan disini juga meliputi menteri dan cabinet.

Di dalam sistem parlementer, jika memang ada suara mayoritas partai, maka biasanya
akan lebih mudah dan cepat dalam menyusun formatur pemerintahan dan tidak
membutuhkan koalisi. Sebaliknya, jika tidak ada partai yang memiliki mayoritas suara di
parlemen, maka partai akan mencari mitra koalisi di dalam mengusung formatur
pemerintahan.

Di sinilah nanti pembagian kursi di dalam kabinet pemerintahan yang akan datang
sangat jelas. Bagaimanapun juga, kerjasama antar politisi di dalam sistem parlementer
sangat penting.

Dalam buku “Demokrasi Elektoral: Sistem dan Perbandingan Pemerintahan” (2015)


dijelaskan, dalam sistem parlementer, eksekutif disebut sebagai eksekutif ganda, yang
berisi kepala negara dan kepala pemerintahan.

Yang telah disinggung sebelumnya bahwa sistem parlementer berakar dari tradisi
kerajaan Inggris. Dimana kepala negara dijabat oleh raja atau ratu dan secara formal
mengangkat Perdana Menteri, yang biasanya merupakan ketua partai pemegang kursi
terbesar di parlemen.

Semi

Di antara sistem presidensial dan parlementer, ada pula sistem semi presidensial. Istilah
“sistem “semi presidensialisme merupakan term dari Maurice Duverger yan telah
melakukan penelitian di Republik ke V Perancis sejak 1958.

Menurut Duverger, semi presidensialisme adalah “sistem yang memadukan tiga eleman,
yaitu presiden dipilih langsung melalui pemilu seperti sistem presidensial, yang
mempunyai kekuasaan yang berarti (seperti di Amerika Serikat), lalu berhadapan
dengan menteri dan perdana menteri yang mengelola eksekutif dan memiliki kekuasaan
yang memerintah, serta tergantung pada mayoritas parlemen sebagaimana di dalam
sistem parlementer” (Ibid: 181).
HKUM4201/ HUKUM TATA NEGARA

Sistem semi presidensialisme sendiri masih diperdebatkan, sebagian menyatakan bahwa


sistem ini adalah sistem dalam fase alternatif, tergantung bagaimana kondisi di
parlemen. “Jika mayoritas dibelakang presiden, presidensial, namun jika
bersebarangan, parlementer”.

Sebagaimana yang telah dikatakan di awal tulisan, memang secara praktik sukar
ditemukan banyak negara yang menganut sistem pemerintahan baik presidensial
maupun parlementer secara murni.

Konsep in between atau semi ini bisa menjadi suatu penjembatan ketika ada suatu
negara yang menjalani beberapa model yang ada di presidensial sekaligus parlementer.
Meskipun, beberapa ilmuwan menyatakan tinggal lebih banyak mengadopsi karakter
yang mana, sehingga bisa disebut penganut presidensial atau parlementer.

1) Apakah sistem pemerintahan parlementer hanya digunakan pada negara yang


berbentuk monarki?

Jawab:

Dalam sistem pemerintahan parlementer, parlemen adalah pemegang kedaulatan


tertinggi, sehingga dalam sistem pemerintahan parlementer tidak akan diizinkan
pemisahan kekuasaan antara parlemen dan pemerintah, karena secara keseluruhan
kesemuanya berdasarkan pada pembagian kekuasaan antara legislatif-eksekutif (
legislative-executive power sharing ).

Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer menurut Muh. Kusnardi dan Harmaily


Ibrahim adalah sebagai berikut:

1) Raja/Ratu atau Presiden sebagai Kepala Negara, dan tidak bertanggung jawab
atas segala kebijaksanaan yang diambil oleh Kabinet.

2) Eksekutif (kabinet) bertanggung jawab kepada legislatif. Jika parlemen


mengeluarkan pernyataan mosi tidak percaya kepada menteri tertentu atau
kepada seluruh menteri maka kabinet harus mengembalikan mandatnya kepada
Kepala Negara.

3) Dalam sistem banyak partai, formatur kabinet harus membentuk kabinet secara
koalisi, karena kabinet hams mendapat dukungan kepercayaan dari parlemen.

4) Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen, dan Kepala Negara
beranggapan bahwa kabinet berada di pihak yang benar, maka Kepala Negara
akan membubarkan parlemen. Kabinet melaksanakan pemilihan umum dalam
waktu 30 hari setelah pembubaran, apabila partai politik yang menguasai
parlemen menang maka kabinet akan terns berkuasa, sebaliknya apabila partai
oposisi yang memenangkan pemilihan umum maka kabinet mengembalikan
mandatnya dan dibentuk kabinet baru.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa seluruh negara berbentuk monarki


menggunakan Sistem pemerintahan parlementer, karena Raja atau Ratu
dipertahankan sebagai Kepala Negara, sedangkan Kepala Pemerintahan dijalankan
oleh Perdana Menteri. Contoh negara tersebut adalah Inggris dan Belanda.
Walaupun sebuah negara tidak berbentuk monarki, dalam hal negara tersebut tidak
melakukan pemisahan kekuasaan (separation of powers), maka sistem
pemerintahan yang digunakan adalah sistem pemerintahan parlementer, seperti
yang terjadi pada Republik Federal Jerman, merupakan negara Republik yang akan
tetapi melakukan penyatuan kekuasaan (fusion of powers).
HKUM4201/ HUKUM TATA NEGARA

2) Berikan analisis anda mengapa sistem pemerintahan presidensial memiliki stabiltas


tinggi? Berikan alasannya.

Jawab:

Pertama, Konsep Sistem Presidensial. Dalam konsep sistem presidensial yang utama
adalah bahwa kedudukan antara lembaga eksekutif dan legislatif adalah sama kuat.
Untuk lebih jelasnya berikut ciri ciri sistem presidensial menurut Scott Mainwaring'
adalah sebagai berikut:

1) Posisi Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.


2) Presiden dan legislatif dipilih oleh rakyat.
3) Lembaga eksekutif bukan bagian dari lembaga legislatif, sehingga tidak dapat
diberhentikan oleh lembaga legislatif kecuali melalui mekanisme pemakzulan.
4) Presiden tidak dapat membubarkan lembaga parlemen.

Kedua, lndikator Sistem Presidensial yang Efektif. Efektivitas Sistem Presidensial


sebenarnya ditentukan oleh dua dimensi :

1) Efektivitas Sistem ( Institusional ): bahwa relasi antar aktor dan institusi


presidensialisme berjalan sesuai aturan.

2) Efektivitas Personalitas Presiden (Non Institusional ): menyangkut kemampuan


dan karakter personal presiden dalam menerapkan presidensialisme sesuai
rumusan konstitusi.

Efektivitas tersebut selanjutnya dapat di breakdown ke dalam beberapa indikator,


atau sistem presidensialisme yang efektif memiliki beberapa indikator, antara lain :

Pertama, Pembentukan kabinet dan pola relasi presiden-partai politik, bahwa partai
tidak bisa mengintervensi presiden dalam pembentukan kabinet karena posisi
presiden ditopang konstitusi dan desain institusi politik yang kuat serta memiliki
dukungan parlemen yang memadai. Di sisi yang lain personalitas dan gaya
kepemimpinan presiden juga tegas dan kuat, sehingga proses pembentukan kabinet
sepenuhnya berlandaskan hak prerogatif presiden. Kedua, Konfigurasi parlemen dan
pola ikatan koalisi. Konfigurasi kekuatan koalisi partai pendukung pemerintah secara
kualitas cukup kuat, minimal menguasai mayoritas sederhana kursi di parlemen.
Ikatan koalisi yang terbangun juga solid dan permanen. Personalitas dan karakter
kepemimpinan presiden juga tegas dan kuat sehingga tidak terlalu tergantung pada
koalisi partai politik di parlemen. Ketiga, Hubungan presiden dan parlemen. Struktur
konstitusi dan desain institusi politik memosisikan kekuasaan presiden dan parlemen
sama-sama kuat dan secara kelembagaan setara. Fungsi checks and balances
berjalan secara efektif dalam koridor demokrasi dan personalitas dan gaya
kepemimpinan presiden tegas dan kuat. Keempat, Impeachment Presiden, struktur
konstitusi dan desain institusi politik merumuskan secara jelas mekanisme
Impeachment terhadap presiden hanya bisa dilakukan karena alasan hukum.
Kelima, Hak prerogatif Presiden, presiden memiliki hak prerogatif sepenuhnya dalam
pembentukan kabinet. Partai politik tidak bisa intervensi presiden. Keenam,
Komposisi kabinet, kecenderungan komposisi kabinet adalah kabinet profesional
atau kabinet koalisi terbatas, yaitu secara kuantitas jumlah anggota kabinet dari
unsur parpol tidak melebihi unsur profesional. Ketujuh, Loyalitas Menteri
sepenuhnya kepada presiden, termasuk menteri dari unsur partai politik. Kedelapan,
Hubungan Presiden dan Wakil Presiden, konstitusi atau undang-undang mengatur
HKUM4201/ HUKUM TATA NEGARA

secara jelas fungsi dan wewenang wakil presiden serta hubungan antara presiden
dan wakil presiden dalam koridor prinsip presidensialisme.

Jadi, efektifnya sistem pemerintahan presidensial, dimana sistem pemilu


proporsional dan menganut sistem multi partai, serta pemerintahan yang
demokratis.

3) Berikan analisis anda sistem pemerintahan semi apa yang pernah diterapkan di
Indonesia.

Jawab:

Di indonesia, sistem pemerintahan yang diterapkannya adalah sistem presidensial.


Jika melihat konstitusi secara utuh maka sistem pemerintahan Indonesia cenderung
kepada sistem pemerintahan Presidensial. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
pengaturan di konstitusi yang cenderung terhadap sistem pemerintahan
presidensial.

Bukti bahwa Undang-Undang Dasar 1945 menerapkan sistem pemerintahan


presidensial adalah adanya pemisahan kekuasaan antara cabang kekuasaan
eksekutif dengan cabang kekuasaan legislatif. Pemisahan kekuasaan dari dua
cabang kekuasaan tersebut adalah indikator penting dari adanya sistem
pemerintahan presidensial. Kekuasaan eksekutif atau pemerintah yang telah banyak
mengalami pemisahan dengan kekuasaan legislatif merupakan indikator dari sistem
pemerintahan presidensial.

Pemisahan kekuasaan antara cabang eksekutif dengan legislaif dapat dilihat dari
adanya Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan dengan Undang-Undang
Dasar 1945 setelah perubahan. Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan
memberikan kekuasaan kepada Presiden sebagai kepala cabang eksekutif untuk
membuat undang-undang. Setelah adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945.
Presiden sudah tidak lagi mempunyai kewenangan untuk membuat undang-
undang. Kewenangan Presiden hanya mengajukan Rancangan Undang-Undang.
Kewenangan membuat undang- undang menurut Undang-Undang Dasar 1945 yang
telah diperubahan adalah merupakan kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat atau
DPR. Hal itu merupakan bukti adanya pemisahan kekuasaan dan juga bukti bahwa
sistem pemerintahan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang dasar 1945 adalah
sistem pemerintahan presidensial.

Pemisahan kekuasaan antara eksekutif dan legislatif membawa konsekuensi terkait


dengan pertanggung jawaban eksekutif sebagai pelaksana kebijakan. Mengingat
eksekutif terpisah dengan legislatif maka eksekutif tidak bertanggung jawab
terhadap legisltif yang didalamnya merupakan lembaga perwakilan dari masyarakat
atau rakyat di suatu negara. Artinya pertanggung jawaban Presiden sebagai kepala
eksekutif atau kepala pemerintahan langsung kepada rakyat.

Hal tersebut agar menjadi linear antara pembentukan kekuasaan eksekutif dengan
pertanggung jawaban eksekutif. Rakyat yang membentuk atau memilih Presiden
secara langsung, maka Presiden harus bertanggungjawab secara langsung kepada
rakyat. Itulah merupakan ciri sistem pemerintahan Presidensial yang dapat dilihat
secara jelas. Jadi, Jelas Indonesia dalam konstitusi telah menerapkan ciri dari sistem
pemerintahan Presidensial.

Sumber: BMP HKUM4201-Hukum Tata Negara/ Retno Saraswati, Sistem


Pemerintahan Presidensial, MMH Jilid 41 No.1 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai