Anda di halaman 1dari 5

HKUM4102 - HUKUM DAN MASYARAKAT

Tugas 1

Kebijakan Bansos Pemerintah Akibat Covid-19 Perlu Dievaluasi

Pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) dalam dua bulan terakhir menimbulkan
permasalahan pada kesejahteraan masyarakat. Meski pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan bantuan sosial (bansos) dan stimulus bagi masyarakat namun penerapannya
masih belum maksimal. Sebagai contoh, bansos pemerintah masih belum diberikan
secara merata kepada masyarakat yang membutuhkan. Belum lagi, program Kartu Pra-
Kerja pemerintah dianggap tidak efektif mengantisipasi gelombang pemutusan
hubungan kerja (PHK).

Pemerintah dinilai perlu mengevaluasi segera program-program bantuan tersebut


sehingga lebih tepat sasaran dan efektif membantu masyarakat. Permasalahan ini
dikhawatirkan semakin memperparah tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya
penduduk miskin.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Akhmad Akbar Susamto, menjelaskan


anjloknya pertumbuhan ekonomi serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) tidak hanya berpotensi mengakibatkan hilangnya lapangan kerja dalam jumlah
besar, tapi juga meningkatkan kemiskinan secara masif. Potensi lonjakan jumlah
penduduk miskin sangat beralasan mengingat begitu banyaknya masyarakat Indonesia
yang memiliki tingkat kesejahteraan mendekati batas kemiskinan, walaupun tidak
berada di bawah garis kemiskinan.

Menurutnya, masyarakat golongan rentan dan hampir miskin ini umumnya bekerja di
sektor informal dan banyak yang sangat bergantung pada bantuan-bantuan
pemerintah. Dengan menyebarnya pandemi dan diterapkannya Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), banyak golongan masyarakat yang mengalami penurunan
pendapatan dan bahkan harus kehilangan mata pencahariannya, khususnya yang
bekerja di sektor informal. Apalagi, jika bantuan sosial yang diberikan pemerintah tidak
mencukupi atau datang terlambat, golongan rentan dan hampir miskin akan semakin
banyak yang jatuh ke bawah garis kemiskinan.

“Akibat pandemi Covid-19 pada tahun ini, kami memperkirakan jumlah penduduk di
bawah garis kemiskinan berpotensi bertambah 5,1 juta hingga 12,3 juta orang pada
Triwulan II 2020. Pada skenario berat, jumlah pertambahan penduduk miskin
berpotensi mencapai 5,1 juta orang, dengan asumsi bahwa penyebaran Covid-19 akan
semakin luas pada bulan Mei 2020, tetapi tidak sampai memburuk sehingga kebijakan
PSBB hanya diterapkan di wilayah tertentu di pulau Jawa dan satu dua kota di luar
pulau Jawa,” jelas Akhmad.

Selain itu, meningkatnya jumlah penduduk miskin dan rentan miskin yang tidak
terjangkau bantuan sosial pemerintah dinilai memicu naiknya angka kriminalitas.
Sehingga, Akhmad menekankan pentingnya meletakkan prioritas kebijakan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah saat ini pada menjaga tingkat kesejahteraan masyarakat
terutama yang berada di sekitar garis kemiskinan.

Dia merekomendasikan berbagai langkah bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan


bantuan akibat Covid-19. Pertama, pemerintah harus memperbarui data penerima dan
meningkatkan jumlah penerima dan anggaran Program Keluarga Harapan (PKH).
Selama pandemi terdapat 10 juta keluarga dengan alokasi anggaran Rp37,4 triliun atau
Rp3,7 juta per tahun. Sementara, Kartu Sembako ditargetkan sebanyak 20 juta
keluarga dengan 3 anggaran Rp43,6 triliun, yang terdiri dari Rp200 ribu per bulan
selama sembilan bulan, termasuk Rp600 ribu untuk 1,776 juta keluarga di Jabodetabek
HKUM4102 - HUKUM DAN MASYARAKAT

selama tiga bulan. Selain itu, ada transfer cash dari Program Kartu Prakerja untuk 5,6
juta peserta senilai Rp600 ribu selama empat bulan.

“Di samping terus memperbarui data penduduk miskin dan rentan miskin yang layak
mendapatkan bantuan sosial, pemerintah perlu meningkatkan anggaran Bantuan Sosial
dan memperluas jumlah penerima bantuan kepada penduduk yang jatuh miskin akibat
Covid19,” jelas Akhmad.

Kemudian, Akhmad juga menyarankan pemerintah agar menyederhanakan penyaluran


bansos. Di banyak tempat, berbagai bentuk Bantuan Sosial yang berbeda-beda jenis
dan jumlahnya telah menimbulkan ketegangan sosial di sejumlah daerah. Hal ini
diperparah dengan basis data Bantuan Sosial, khususnya Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS), yang digunakan oleh pemerintah daerah yang belum mencakup
masyarakat yang sebelumnya tidak terdata namun kondisi ekonominya memburuk
selama pandemi.

“Salah satu alternatif yang dapat ditempuh pemerintah adalah menggandeng bank-
bank pemerintah untuk melakukan transfer Bantuan Sosial secara langsung melalui
rekening khusus untuk setiap penerima bantuan. Selain penyalurannya lebih efisien,
penerima bantuan tidak tumpang tindih. Di samping itu, potensi berkurangnya jumlah
bantuan dapat dihindari,” jelasnya.

Rekomendasi lain, Akhmad mendesak pemerintah segera menurunkan biaya-biaya yang


dikontrol pemerintah atau administered prices seperti bahan bakar minyak (BBM), tarif
listrik, gas LPG dan air. Khusus BBM, pemerintah harus merevisi Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 62.K/12/MEM/2020, yang menaikkan biaya
konstanta dari Rp1.000 menjadi Rp1.800 untuk RON di bawah 95 dan Minyak Solar CN
48 dan dari Rp1.200 menjadi Rp2.000 untuk RON 95, RON 98, Minyak Solar CN 51.

“Semestinya dalam situasi seperti ini, pemerintah dapat merevisi kembali formula
penetapan harga BBM tersebut sehingga dapat membantu meringankan beban ekonomi
masyarakat,” jelasnya.

Insentif bagi Petani dan Nelayan

Ekonom Core lainnya, Muhammad Ishak Razak menambahkan pemerintah juga harus
meningkatkan insentif bagi petani, peternak, dan nelayan melalui skema pembelian
produk oleh pemerintah dan perbaikan jalur logistik hasil pertanian, peternakan, dan
perikanan. Menurutnya, saat pandemi Covid-19, para petani, peternak, dan nelayan
yang terus berproduksi kini menghadapi minimnya serapan pasar.

“Jika insentif di sektor ini tidak segera dan secara khusus diberikan, maka mereka
berpotensi menambah jumlah penduduk kemiskinan. Selain itu, Kebijakan tersebut juga
akan membantu pemerintah mengamankan ketersediaan stok pangan nasional
khususnya selama berlangsungnya masa pandemi,” kata Razak.

Kebijakan relokasi anggaran juga diperlukan untuk mengatasi pandemi ini. Meskipun
terdapat ruang untuk memperlebar defisit, pemerintah dapat mengoptimalkan realokasi
anggaran yang telah disusun dan menerapkan beberapa kebijakan alternatif dengan
melakukan pembagian beban atau burden sharing antara pemerintah pusat dan daerah
dengan mengalihkan sebagian anggaran transfer daerah dan dana desa untuk
dialokasikan menjadi anggaran bantuan sosial.
HKUM4102 - HUKUM DAN MASYARAKAT

Salah satu anggaran yang perlu direlokasi yaitu program Kartu Pra-Kerja yang
digunakan untuk membayar program pelatihan senilai Rp5,63 triliun. Akhmad menilai
program ini tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini, khususnya angkatan
kerja yang menganggur akibat PHK.

Sumber:
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5eb1000c12494/kebijakan-bansospemerintah-akibat-covid-19-perlu-dievaluasi?page=3

SOAL 1

Dari kasus di atas, bagaimana manfaat hukum dan masyarakat hadir menjembatani
masalah hukum dengan masalah sosial ?

Jawab:

Dalam hal ini, hukum itu sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial,tetapi
kenyataannya dalam kehidupan masyarakat, telah terjadi pergeseran dalam tatanan
nilai atau budaya, pengabaian atas nilai kejujuran, semakin menipisnya budaya malu,
dan juga hilangnya kepercayaan terhadap hukum dan penegak hukum, serta kepatuhan
terhadap hukum merosot tajam sehingga terjadi disfungsi hukum. Masalah yang timbul
adalah mengapa fungsi hukum belum sepenuhnya dapat diwujudkan dan bagaimana
mengoptimalkan fungsi hukum dalam masyarakat. Tidak ada pilihan lain, bahwa
subtansi hukum dan berhukum seharusnya secara nyata berorientasi dan
beragumentasi pada moralitas untuk terbentuknya masyarakat sejahtera melalui proses
pemberdayaan terhadap sistem hukumnya, melalui proses dialog, maupun
membangkitkan sikap tindakan partisipatisi masyarakat.

SOAL 2

Sosiologi hukum tumbuh dan berkembang dari dorongan berbagai aliran filsafat hukum.
Bagaimana kaitan contoh kasus di atas ditinjau dari mahzab sejarah dari Carl Von
Savigny?

Jawab :

Pada Kasus diatas, jika ditinjau dari mahzab sejarah dari Carl Von Savigny
menganalogikan timbulnya hukum seperti timbulnya bahasa suatu bangsa dengan
segala ciri dan kekhususannya. Oleh karena hukum merupakan salah satu faktor dalam
kehidupan bersama suatu bangsa, seperti bahasa, adat, moral, dan tatanegara.
Sehingga hukum merupakan sesuatu yang bersifat supra-individual, suatu gejala
masyarakat. Menurutnya hukum timbul bukan karena perintah penguasa atau karena
kebiasaan, tapi karena perasaan keadilan yang terletak didalam jiwa bangsa itu. Jiwa
bangsa merupakan sumber hukum. Hukum tidak dibuat, tapi tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat, ia mengingatkan untuk membangun hukum studi terhadap
sejarah suatu bangsa mutlak dilakukan. Hukum berasal dari adat istiadat dan
kepercayaan dan bukan berasal dari pembentuk undang-undang. Oleh karena pada
permulaan, waktu kebudayaan bangsa-bangsa masih bertaraf rendah, hukum timbul
secarah spontan dengan tidak sadar dalam jiwa warga bangsa. Kemudian sesudah
kebudayaan berkembang, semua fungsi masyarakat dipercayakan pada suatu golongan
tertentu. Demikianlah pengolahan hukum dipercayakan kepada kepada kaum yuris
sebagai ahli-ahli bidangnya.
HKUM4102 - HUKUM DAN MASYARAKAT

SOAL 3

Carilah contoh kasus lainnya yang terjadi di lingkungan masyarakat tempat tinggal anda
dan berikan analisis penyelesaiannya menurut karakteristik hukum dan masyarakat
yang telah anda pelajari!

Jawab :

Salah satu kasus yang terjadinya dilingkungan saya adalah Masalah Sosial, Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial di Kec. Sebatik Barat Kabupaten Nunukan. Dimana yang
menjadi persoalan adalah bahwa program pembangunan belum banyak menyentuh
wilayah Sebatik Barat. Hal ini menjadikan wilayah tersebut jauh tertinggal dibanding
wilayah lainnya. Akses penduduk pada pendidikan yang lebih tinggi masih terbatas. Hal
ini terkait dengan keterbatasan infrastruktur yang ada. Masalah-masalah kesejahteraan
sosial sebagian besar bersumber dari kondisi ekonomi penduduk yang rendah, antara
lain masalah fakir miskin, perumahan tidak layak huni, keterlantaran, dan keluarga
rentan. Masalah-masalah ini sebenarnya bersumber dari kondisi ekonomi penduduk
yang rendah, kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jauh
tertinggal dengan harga barang kebutuhan yang relatif cukup tinggi.

Potensi dan sumber kesejahteraan sosial setempat, seperti Pekerja Sosial Masyarakat
(PSM) dan Karang Taruna (KT) saat ini kurang aktif melaksanakan fungsinya. Hal ini
antara lain karena kurangnya pembinaan dari pemerintah setempat terhadap sumber-
sumber tersebut. PSM dan KT yang merupakan andalan sektor sosial tampaknya lepas
dari perhatian pemerintah setempat. Organisasi-organisasi sosial lokal mempunyai
kegiatan yang masih terbatas pada kegiatan-kegiatan arisan, gotong royong dan
pembinaan mental keagamaan. Tampaknya mereka belum tergugah dan kurang
memahami pentingnya peran mereka dalam penanganan masalahan kesejahteraan
sosial di lingkungannya.

Guna memacu kemajuan kehidupan masyarakat Sebatik, diperlukan upaya perbaikan


dan peningkatan infrastruktur yang ada, terutama sarana pendidikan, komunikasi, dan
transportasi/perhubungan dalam pulau dan antar pulau. Diharapkan dengan mudahnya
akses pendidikan dan transportasi/perhubungan bagi penduduk akan mempunyai
dampak terhadap peningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat.

Jadi, dalam karakteristik hukum dan masyarakat adalah dalam mewujudkan kesejahtera
an masyarakat, harus didukung oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) pilar yaitu negara, in
casu pemerintah, hukum dan aparatur penegak hukum. Hal tersebut tersurat pada
ketentuan alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan :

" Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa den ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan soda
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia'.

Hukum ada dalam masyarakat dengan tugas menjaga ketertiban dan memberikan
keadilan. Muncul pertanyaan, "Hukum untuk masyarakat" atau "Masyarakat untuk
HKUM4102 - HUKUM DAN MASYARAKAT

hukum". Memilih yang pertama menimbulkan suasana yang dinamis, sedang yang
kedua statis dan stagnan atau macet.

Sumber : Undang: Jurnal Hukum, Vol. 3, No. 1 (2020)/ Jurnal Hukum Pro
Justitia. Juli 2007, Volume 25 No. 3

Anda mungkin juga menyukai