Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Fadil Mas'ud

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042309362

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4201

Kode/Nama UPBJJ : Hukum Tata Negara

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.

1) Menurut buku modul bahan ajar yang saya baca, setelah perubahan UUD 1945, Parlemen RI

terdiri dari 3 (tiga) kamar yaitu DPR, DPD, dan MPR, atau disebut dengan sistem trikameral.

Pendapat ini juga dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan. Jimly Asshiddiqie

berpendapat bahwa setelah perubahan UUD 1945, Parlemen RI terdiri dari tiga pilar, yaitu

MPR, DPR, dan DPD. Bagir Manan juga berpendapat bahwa struktur parlemen setelah

perubahan UUD 1945 terdiri dari tiga badan perwakilan yang mandiri (DPR, DPD, dan MPR).

Menurut Bagir Manan, DPR, DPD dan MPR mempunyai anggota dan lingkungan jabatan

masing-masing (sehingga memiliki wewenang masing-masing), sehingga tidak dikategorikan

dalam sistem 2 kamar (sistem bikameral) akan tetapi merupakan 3 lembaga yang mandiri

(sistem trikameral); parlemen di Indonesia dapat dikategorikan bikameral jika kewenangan

MPR dilaksanakan oleh DPR dan DPD, walaupun dalam hal tertentu dapat diberikan

wewenang khusus pada DPR atau DPD.

Sumber Rujukan:

Chairuddin, Fatmawati. 2020. Hukum Tata Negara. Modul Buku Materi Pokok. Edisi Kedua.

Cetakan Pertama. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Hlm. 7.32

2) Menurut buku modul bahan ajar yang saya baca, kedudukan MPR, DPR, dan DPD di parlemen

dalam mengubah/menyusun UUD dan undang-undang ialah sebagai berikut:

a. MPR. Kewenangan untuk mengubah dan menetapkan UUD merupakan kewenangan

utama MPR sebagai salah satu lembaga dalam parlemen RI


b. DPR. dalam hal fungsi legislasi, DPR memiliki kewenangan membentuk UU, setiap RUU

dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama

c. DPD. Dalam hal fungsi legislasi, DPD memiliki kewenangan untuk membentuk UU yang

berkaitan dengan kepentingan daerah.

Sumber Rujukan:

Chairuddin, Fatmawati. 2020. Hukum Tata Negara. Modul Buku Materi Pokok. Edisi Kedua.

Cetakan Pertama. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Hlm. 7.34-7.41

2.

1) Menurut buku modul bahan ajar yang saya baca, kekuasaan presiden dalam membentuk

undang-undang pasca amandemen UUD 1945 meliputi:

a. Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR;

b. Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU;

c. Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Jika

RUU tidak mendapat persetujuan bersama, RUU itu tidak boleh diajukan lagi dalam

persidangan DPR masa itu;

d. Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama untuk menjadi UU;

e. RUU APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan

DPD. Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan APBN yang diusulkan oleh Presiden,

Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu;


Sumber Rujukan:

Chairuddin, Fatmawati. 2020. Hukum Tata Negara. Modul Buku Materi Pokok. Edisi Kedua.

Cetakan Pertama. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Hlm. 8.38-8.39

2) Sehubungan dengan hubungan presiden dengan lembaga parlemen pasca amandemen

meliputi:

a. Dalam hal hubungan pemerintahan, Presiden tidak tunduk kepada parlemen, tidak

dapat membubarkan parlemen, dan sebaliknya parlemen tidak dapat

membubarkan kabinet sebagaimana dalam praktek sistem parlementer.

b. Presiden bersama parlemen bekerjasama menjalankan fungsi legislasi yaitu

mengajukan RUU, membahas RUU bersama DPR, Presiden mengesahkan RUU yang

telah disetujui bersama untuk menjadi UU.

c. Dalam melaksanakan hak prerogatif presiden berupa Abolisi Amnesti, presiden

dapat meminta pertimbangan DPR.

3.

1) Merujuk pada buku modul bahan ajar yang saya baca,

a. Menurut saya, pada pernyataan 1 tersirat unsur kemerdekaan pada kalimat bebas

dari campur tangan pihak luar dan bebas dari segala bentuk tekanan. Adapun

kemerdekaan disini adalah kekuasaan hakim yang merdeka guna yang diperlukan

untuk mencegah penyelenggaraan pemerintahan yang bertindak semena-mena dan

menindas. Hal ini tentunya menjadi salah satu prinsip dan tujuan dasar dalam teori
kemerdekaan hakim. Sehingga teori yang cocok dengan pernyataan 1 adalah teori

kemerdekaan hakim.

b. Menurut saya, pada pernyataan 2 terdapat suatu pernyataan yang dikemukakan

oleh Montesquieu bahwa jika kekuasaan yudisial tidak dipisahkan dengan

kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif maka kekuasaan atas kehidupan dan

kebebasan warga negara akan dijalankan sewenang-wenang karena hakim akan

menjadi pembuat hukum, dan jika hakim disatukan dengan kekuasaan eksekutif

maka hakim bisa jadi penindas. Hal ini tentunya merujuk pada teori Pemisahan

Kekuasaan. Adapun teori yang cocok dengan pernyataan 2 adalah teori Pemisahan

Kekuasaan.

Sumber Rujukan:

Chairuddin, Fatmawati. 2020. Hukum Tata Negara. Modul Buku Materi Pokok. Edisi Kedua.

Cetakan Pertama. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Hlm. 9.5-9.10

2) Menurut saya, independensi atau kemandirian suatu bentuk kemerdekaan kekuasaan maupun

kewenangan bagi hakim merupakan suatu hal yang sangat fundamental bagi keberlangsungan

hidup bangsa dan negara Republik Indonesia sehingga independensi hakim tentunya dijamin

oleh negara melalui UUD 1945. Jaminan kekuasaan kehakiman yang merdeka tercantum dalam

Penjelasan UUD 1945, itu pun hanya mengatur terlepas dari kekuasaan pemerintah. Setelah

perubahan UUD 1945, dalam Pasal 24 ayat (1) Perubahan Ketiga UUD 1945 diatur: "Kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan.

Sumber Rujukan:

Chairuddin, Fatmawati. 2020. Hukum Tata Negara. Modul Buku Materi Pokok. Edisi Kedua.

Cetakan Pertama. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Hlm. 9.29

Anda mungkin juga menyukai