Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : TOMMY BASKORO NUGRAHA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 020515589

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4309/Tindak Pidana Khusus

Kode/Nama UPBJJ : 15/Pangkalpinang

Masa Ujian : 2020/21.1 (2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Money Laundering sama artinya dengan pencucian uang. Di Indonesia, ini
sering dikaitkan dengan tindak pidana korupsi. Tujuan paling umum
praktik kotor ini yakni menyamarkan asal usul uang seolah berasal dari
aktivitas legal. Bisa dikatakan, pencucian uang ini bertujuan untuk
memperkaya diri sendiri dengan berupaya mengaburkan asal usul uang
atau aset yang didapatkan dari cara yang tidak wajar atau ilegal seperti
korupsi, terorisme, perampokan, perdagangan manusia, narkoba, illegal
fishing, dan sebagainya

2. A. Dengan lahirnya UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM


tersebut, maka penyelesaian kasus HAM berat dilakukan dilingkungan
Peradilan Umum. Ini merupakan wujud dari kepedulian negara terhadap
warga negaranya sendiri. Negara menyadari bahwa perlunya suatu
lembaga yang menjamin akan hak pribadi seseorang. Jaminan inilah yang
diharapkan nantinya setiap individu dapat mengetahui batas haknya dan
menghargai hak orang lain. Sehingga tidak terjadi apa yang dinamakan
pelanggaran HAM berat untuk kedepannya.
B. Hukum Jenewa
Hukum Jenewa, yang mengatur mengenai perlindungan korban perang,
terdiri atas
beberapa perjanjian pokok yaitu empat Konvensi-konvensi Jenewa 1949,
yang masingmasing adalah:
1. Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perbaikan Keadaan Anggota
Angkatan
Perang Yang Luka dan Sakit di Medan Pertempuran Darat (Geneva
Convention
for the Amelioration of the Condition of the Wounded and Sick in Armed
Forces
in the Field);
2. Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perbaikan Keadaan Anggota
Angkatan
Perang Di Laut Yang Luka, Sakit dan Korban Karam (Geneva Convention for
the Amelioration of the condition of the Wounded, Sick and Shipwrecked
Members of Armed Forces at Sea);
3. Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perlakuan Terhadap Tawanan
Perang
(Geneva Convention relative to the Treatment of Prisoners of War);
383
4. Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perlindungan Orang-orang Sipil di
Waktu
Perang (Geneva Convention relative to the Protection of Civilian Persons in
Time of War).
Keempat Konvensi Jenewa tahun 1949 tersebut pada tahun 1977
dilengkapi
dengan 2 Protokol Tambahan yakni :
1. Protokol Tambahan Pada Konvensi Jenewa tahun 1949 yang mengatur
tentang
Perlindungan Korban Sengketa Bersenjata Internasional (Protocol
Additional
to the Geneva Convention of 12 August 1949, And Relating to the
Protections
of Victims of International Armed Conflict), selanjutnya disebut Protokol I;
dan
2. Protokol Tambahan Pada Konvensi-konvensi Jenewa tahun 1949 yang
Mengatur tentang Perlindungan Korban Sengketa Bersenjata
NonInternasional (Protocol Additional to the Geneva Convention of 12
August
1949, And Relating to the Protections of Victims of Non-International
Armed
Conflict) selanjutnya disebut Protokol II.
Protokol Tambahan Pada Konvensi Jenewa 1949 yang mengatur mengenai
lambang. Sebagaimana diatur di dalam Protokol ini, negara-negara telah
setuju tentang
adanya lambang pelindung yang baru selain lambang palang merah dan
bulan sabit
merah. Lambang yang ketiga adalah berlian merah (“red diamond”).

3. A. dari apotek dan diawasi oleh pemerintah agar tidak disalahgunakan


penggunaannya maupun peredarannya. Pengertian narkotika yaitu zat atau obat
yang berasal dari suatu tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa nyeri,
bahkan menyebabkan ketergantungan terhadap si pengguna. Namun berbeda
untuk kebutuhan pengobatan, narkotika masih bisa dimanfaatkan. Hanya saja,
pemakaian narkotika di Indonesia harus merujuk pada aturan yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan.

B. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika disahkan pada


tanggal 12 Oktober 2009 di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji Susilo Bambang
Yudhoyono. UU 35 tahun 2009 tentang Narkotika diundangkan Menkumham
Andi Mattalatta pada tanggal 12 Oktober 2009 di Jakarta. Agar setiap orang
mengetahuinya, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
143. Penjelasan Atas UU 35 tahun 2009 tentang Narkotika ditempatkan pada
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062.

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika ini membentuk sebuah


badan nasional, yaitu BNN, Badan Narkotika Nasional, sebagaimana Undang-
Undang lainnya dalam rezim saat itu.

UU 35 tahun 2009 tentang Narkotika memiliki tujuan untuk:

a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan


dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari


penyalahgunaan Narkotika;

c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah


Guna dan pecandu Narkotika.

Anda mungkin juga menyukai