Anda di halaman 1dari 7

Nama Mahasiswa : EDY CHANG

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 020644141


Tanggal Lahir : 29-12-1977
Kode/Nama Mata Kuliah : HUKUM 4309 / HUKUM TINDAK PIDANA KHUSUS
Kode/Nama Program Studi : 311 / ILMU HUKUM
Kode/Nama UPBJJ : 16 / PEKANBARU

Tugas : 3 ( Tiga )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA © 2021

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)


UAS TAKE HOME EXAM (THE)

Nama Mahasiswa : EDY CHANG


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 020644141
Tanggal Lahir : 29-12-1977
Kode/Nama Mata Kuliah : HUKUM 4309 / HUKUM TINDAK PIDANA KHUSUS
Kode/Nama Program Studi : 311 / ILMU HUKUM
Kode/Nama UPBJJ : 16 / PEKANBARU

Tugas : 3 ( Tiga )

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa

Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : EDY CHANG

NIM : 020644141

Kode/Nama Mata Kuliah : HUKUM 4309 / HUKUM TINDAK PIDANA KHUSUS

Fakultas : HUKUM

Program Studi : 311 / ILMU HUKUM

UPBJJ-UT : 16 / PEKANBARU

Tugas : 3 ( Tiga )

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

DUMAI, Mei 2021

Yang Membuat Pernyataan


EDY CHANG

1. Berikan argumentasi anda atas pendapat yang menyatakan bahwa perdagangan orang
merupakan kejahatan kemanusiaan dan berikan dasar hukum untuk menudukung
argumentasi anda serta buktikan bahwa di Indonesia perbuatan perdagangan orang
merupakan perbuatan yang dapat dihukum !

Perdagangan Orang ( Human Trafficking) menurut definisi dari Pasal 3 Protokol PBB
berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari
pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan
agar dapat Pembuktian Dakwaan Penuntut Umum Dan Pertimbangan Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat Dalam Memutus Perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang
memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan
ekploitasi. Eksploitasi paling tidak termasuk eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau
bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan
atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh.
(Pasal 3 Protokol PBB untuk Mencegah, Menekan dan Menghukum Trafiking Manusia,
Khususnya Wanita dan Anak-anak)
Tindak Pidana Perdagangan orang merupakan kejahatan transnasional yang
serius terhadap kehidupan manusia dan kemanusiaan, yang dapat dilakukan oleh
individu/perorangan, korporasi, penyelenggara negara ataupun kelompok yang
terorganisir. Pola penanganan perkara tindak pidana perdagangan orang dikatagorikan
dapat dikategorikan dalam berbagai bentuk yaitu berdasarkan tujuan pengiriman,
berdasarkan korbannya, dan perdagangan orang berdasarkan bentuk eksploitasinya.
Seperangkat aturan internasional dan nasional telah mengatur kejahatan transnasional
perdagangan orang, namun berbagai upaya tersebut belum mampu menekan angka
kejahatan perdagangan orang hingga saat ini, ditambang dengan pesatnya
perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih membuat tindak pidana
perdagangan orang seperti fenomena gunung es.
Perdagangan orang merupakan kejahatan yang tidak hanya terjadi di Indonesia
namun juga di berbagai Negara. Permasalahan yang timbul dalam hal ini adalah
bagaimana pengaturan hukum tentang perdagangan orang yang berlaku di Indonesia
dan Hukum Internasional tentang perdagangan orang, serta sanksi pidana terhadap
pelaku perdagangan orang di Indonesia.
Di Indonesia Perdagangan orang merupakan bentuk eksploitasi terhadap manusia,
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang perdangangan orang,
yaitu: “Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau
praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ
reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh
pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil.” Eksploitasi
merupakan tujuan atau akibat dari perdagangan orang, hal ini dapat dilihat dalam Pasal
1 angka 1 UU 21/2007 perihal definisi perdagangan orang sebagai berikut:
“Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran
atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali
atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara,
untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.”
Penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang (human
trafficking) dasarnya bukan hanya semata-mata pada KUHP saja yang telah diatur dalam
Pasal 295 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 296, Pasal 297, Pasal 298 ayat (1) dan ayat (2)
dan Pasal 506 namun juga harus mengacu pada undang- undang tindak pidana khusus
diluar tindak pidana umum. Undang- undang tindak pidana khusus tersebut mengatur
mengenai ketentuan hukum pidana formal dan hukum pidana materiil secara sekaligus.

2. Silakan dianalisis bahwa dalam perbuatan dari para pelaku memenuhi unsur
perncanaan atau permufakatan jahat sebagaimana yang diatur dalam pasal 11 UU
TPPO!

Berdasarkan wacana diatas, dapat kita analisis peran – peran yang dilakukan oleh RS,
RT dan VB apakah memenuhi unsur perencanaan atau pemufakatan jahat sebagaimana
diatur dalam Pasal 11 UU TPPO, tentu saja iya sudah memenuhi unsur dalam pasal 11
UU TPPO, antara lain :
1. RS, merupakan sebagai driver dan perekrut perempuan yang akan dijadikan
calon PSK, untuk diserahkan kepada RT agar bisa dijual atau dipasarkan, hal
ini sesuai dengan Pasal 2 UU TPPO

Pasal 2
(1) Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di
wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

2. RT menerima psk dari RS, berperan sebagai penjual wanita yang dijadikan PSK
untuk dijual kepada pelanggan, hal ini memnuhi unsur dalam pasal 6 UU TPPO
Dimana RT menjual PSK tersebut menggunakan jejaring media sosial

Pasal 6
Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan
cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
3. Setelah psk disetujui untuk dipakai atau dijual, maka VB, menyuruh RT
membawa ( driver ) psk ke lokasi yang ditentukan, kemudian VB berperan
sebagai eksekusi transaksi keuangan ( orang yang mengambil jasa keuangan
PSK ) dilokasi yang telah ditentukan oleh Pelanggan.

3. Buktikan bentuk perlindungan hukum terhadap korban TPPO yang diatur dalam
TPPO dan silahkan dianalisis implementasi dari perlindungan hukum yang
dimaksud !

Adapun bentuk – bentuk perlindungan hukum terhadap korban TPPO, beserta analisisnya :
1. Perlindungan Yuridis
Terkait aspek yuridis tentang perlindungan hukum yang dapat dilakukan oleh
pemerintah adalah hal yang paling utama dan utama adalah melaluhi penggunaan
kitab undang – undang hukum pidana ( KUHP ). Walaupun dalam produk KUHP ini
belum memperhatikan kepentingan korban dari pada pelaku, namun setidaknya ada
1 pasal 14c ayat 1 KUHP tentang ganti kerugian yang bersifat keperdataan. Selain
perlindungan KUHP, perlindungan terhadap korban pun dapat ditemukan dalam
undang – undang No. 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban.
Khususnya pada pasal 5 ayat 1 yang memberikan legitimasi terhadap perlindungan
keamanan pribadi, keluarga dan harta bendanya, serta terbebas dari ancaman yang
berkenaan dengan kesaksian yang akan sedang atau telah diberikannya.ikut serta
dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan, mendapat penerjemah, mendapatkan nasehat hukum dll.

Terlebih khusus ( spesifik ) lagi pada UU No. 21 tahun 2007 tentang pemberantasan
tindak pidana perdagangan orang, khususnya pada pasal 43 ayat 1 ganti kerugian
dan serta rehabilitasi medis dan sosial serta reintegrasi yang harus dilakukan
negara, khusnya bagi korban yang mengalami penderitaan psikis, fisik dan sosial
akibat tindak pidana perdagangan orang.
Kemudian pada pasal 44, 47, 48-55 uu no. 21 tahun 2007 TPPO yang berturut –
turut mengatur kerahasiaan identitas korban, hak mendapatkan restitusi atau ganti
rugi, baik terkait hak milik, biaya selama mengemban proses hukum, baik didalam
negeri atau luar negeri, dan restitusi tersebut harus dicantumkan dalam amar
putusanpengadilan.

2. Perlindungan non yuridis


Selain yang ditentukan pada muatan pasal pasal peraturan perundang –
undanganterkait, perlu dijelaskan secara definitif, limitatif dan terminologis hingga
naratif terkait, dimana yang pertama antara lain layanan konseling, dan bantuan
medis yang seharusnya negara menyediakan akses khusus pada lembaga tertentu,
sehingga membuatkorban merasa aman dan percaya diri dalam menguak
kejahatanyang sebenarnya, hingga mersa dipersamakan dengan manusia pada
umumnya tapan diskriminasi, kemudian yang kedua terkait pemberian informasi,
sebagai ekspetasi agar terhadap masyarakat yang dapat menjadi mitra kepolisian ,
karena melaluhi informasi diharapkan fungsi kontrol masyarakat terhadap kinerja
kepolisian dapat bekerja dengan baik.
Implementasi yang ada dilapangan saat ini yang merupakan faktor penyebab
sulitnya perlindungan hukum bukan hanya dari pemerintah saja melainkan dari
korban itu sendiri, dikarenakanterkadang melakukan pembiarandikarenakan tidak
mampu bereaksi terhadap penyimpangan, yang kedua sikorban atau badan kontrol
lain mungkin takut akan ada akibat yang lebih serius karena pertentangan tersebut,
yang ke tiga sikap tidak peduliini sudah menjadi iklim sosial yang ditimbulkan oleh
tidak adanya reaksi yang luas, jadi kedepan diharapak pemerintah dan masyarakat
serta stake holder yang ada harus tanpa ragu – ragu untuk melakukan tindakan
nyata khususnya dari pihak korban sendiri, yang seharusnya lebih aktif memediasi
kasusnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai