Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : ANDRISKURNIAWAN PAKAYA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 030804605

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4307/ HUKUM PERSAINGAN USAHA

Kode/Nama UPBJJ : 83/ KENDARI

Masa Ujian : 2020/21.1(2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
This study source was downloaded by 100000855228416 from CourseHero.com on 11-16-2023 19:50:07 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/91278897/HKUM4307docx/
Perkara ini diawali dari laporan ke KPPU pada bulan juni 2004 yang
menyatakan bahwa terdapat dugaan pelanggaran UU no 5 tahun 1999 dalam
penjualan dua unit tanker VLCC Pertamina. Hasil pemeriksaan Majelis Komisi
menemukan fakta bahwa pada bulan November 2002, Pertamina telah
membangun 2 (dua) unit tanker VLCC yang dilaksanakan oleh Hyundai Heavy
Industries di Ulsan Korea. Untuk keperluan pendanaan Pertamina berencana
menerbitkan obligasi atas nama PT Pertamina Tongkang. Namun rencana
tersebut dibatalkan pada bulan September 2003 oleh direksi baru Pertamina
yang diangkat pada tanggal 17 September 2003. Selanjutnya direksi baru
Pertamina mengkaji lebih lanjut kelayakan atas pemilikan VLCC tersebut.
Pada April 2004, Direksi Pertamina memutuskan untuk menjual secara putus
atas dua unit VLCC, membentuk Tim Divestasi Internal dan menunjuk
Goldman Sachs sebagai penasehat keuangan dan arranger untuk keperluan
tersebut tanpa melalui tender. Goldman Sachs kemudian mengundang 43
penawar potensial dalam proses divestasi VLCC tersebut terdapat 7
perusahaan yang memasukan penawaran. Enam perusahaan dari bidder
potensial yang diundang dan satu perusahaan yang tidak diundang. Dari
tujuh tersebut 4 perusahaan (termasuk Frontline) tidak melakukan
penawaran secara langsung seperti yang dipersyaratkan tapi diwakili oleh
broker yaitu PT Equinox.
Dari ketujuh bidder tersebut, Pertamina dan Golden Sachts memilih 3
shortlisted bidder, yaitu: Frontline, Essar Shipping Ltd dan Overseas Ship
Holding Group (OSG), selanjutnya ketiganya diberi kesempatan untuk
melakukan due dilligence di Korea dan memasukan enhancement bid paling
lambat 7 Juni jam 13.00 di kantor Goldman Sachs Singapura dan hasilnya
penawaran sebagai berikut: termahal Essar AS$183,5 juta, Frontline AS$178
juta.
Kemudian Direksi Pertamina mengadakan rapat pada 8 Juli 2004. Namun
terdapat keraguan untuk menetapkan Frontline sebagai pemenang karena
adanya selisih harga sebesar AS$5,5 juta (sekitar 50 miliar). Kemudian
Pertamina meminta Goldman Sachs untuk meminta klarifikasi dari Essar
perihal kepatuhan dan kesanggupan membayar. Pada hari yang sama Essar
mengirimkan faksimile kepada Goldman Sachs dan Pertamina yang
menyatakan kesanggupannya untuk memenuhi kewajiban walaupun tidak

This study source was downloaded by 100000855228416 from CourseHero.com on 11-16-2023 19:50:07 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/91278897/HKUM4307docx/
persis seperti waktu yang dimintakan semula. Tetapi sampai dengan
diputuskannya pemenang tender, Goldman Sachs tidak pernah melaporkan isi
surat tersebut kepada direksi Pertamina.
Rapat pemenang tender yang seyogyanya dilaksanakan pada 9 Juni 2004
ditunda dan dilaksanakan pada keesokan harinya tanggal 10 juni 2004.
Dalam rapat tersebut Goldman Sachs menyatakan telah menerima dan
membuka penawaran ketiga dari Frontline yang diterimanya dari PT Equinox
di Hotel Grand Hyatt Jakarta pada 9 Juni 2004.
Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang persekongkolan tender serta
berikan dasar hukumnya
Jawaban
Istilah persekongkolan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diatur dalam Pasal
1 angka 8, yaitu bahwa: “Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk
kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan
maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha
yang bersekongkol. Pengertian mengenai persekongkolan dalam Black’s Law
Dictionary (1968:382) yaitu, “is a combination or confederacy between two or
more persons formed for the purpose of committing, by their joint efforts, some
unlawfull in itself, but becomes unlawful when done by the concerted action of
the conspirators, or for the purpose of using criminal or unlawful means to the
commission of an act not in itself unlawful”. Definisi tersebut menegaskan bahwa
persekongkolan harus dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk
melakukan tindakan/kegiatan bersama (joint efforts) suatu perilaku kriminal atau
melawan hukum. Larangan persekongkolan mempunyai arti yang sangat khusus
dalam kebijakan persaingan usaha. Karena suatu persekongkolan juga dapat
menciptakan semua hambatan persaingan usaha yang relevan dalam hukum anti
monopoli yang dapat disebabkan oleh suatu perjanjian, maka kebijakan
persaingan menganggap bahwa larangan persekongkolan yang lengkap
merupakan hal yang terpenting untuk mencegah terjadinya persekongkolan (Knud
Hansen, 2002:309).
Pengertian tender atau lelang menurut kamus hukum adalah memborong
pekerjaan/menyuruh pihak lain untuk mengerjakan atau memborong pekerjaan
seluruhnya atau sebagian pekerjaan sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang

This study source was downloaded by 100000855228416 from CourseHero.com on 11-16-2023 19:50:07 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/91278897/HKUM4307docx/
dibuat oleh kedua belah pihak sebelum pekerjaan pemborongan itu dilakukan.
Sedangkan menurut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (selanjutnya disebut Keppres No.
80 Tahun 2003), tender adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai
dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh
penyedia barang/jasa. Berdasarkan Penjelasan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu
pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.
Dalam hal ini tidak disebut jumlah yang mengajukan penwaran (oleh beberapa
atau oleh satu pelaku usaha dalam hal penunjukan/pemilihan langsung).

2. Dalam persekongkolan tender dibedakan menjadi 3 jenis. Sebutkan dan


jelaskan ketiga jenis persekongkolan tender tersebut. Jika dikaitkan dengan
kasus diatas termasuk ke dalam jenis persekongkolan tender yang mana.
Jelaskan
Jawaban
Persekongkolan tender dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
 Persekongkolan Horizontal Merupakan persekongkolan yang terjadi antara
pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau
penyedia barang dan jasa pesaingnya. Persekongkolan ini dapat dikategorikan
sebagai persekongkolan dengan menciptakan persaingan semu di antara
peserta tender.
 Persekongkolan Vertikal Merupakan persekongkolan yang terjadi antara salah
satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia
tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau
pemberi pekerjaan. Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk dimana
panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik
atau pemberi pekerjaan bekerjasama dengan salah satu atau beberapa peserta
tender.
 Persekongkolan Horizontal dan Vertikal Merupakan persekongkolan antara
panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik
atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa.
Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang terkait dalam
proses tender. Salah satu bentuk persekongkolan ini adalah tender fiktif,

This study source was downloaded by 100000855228416 from CourseHero.com on 11-16-2023 19:50:07 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/91278897/HKUM4307docx/
dimana baik panitia tender, pemberi pekerjaan, maupun para pelaku usaha
melakukan suatu proses tender hanya secara administratif dan tertutup.
Jika dikaitkan dengan kasus diatas termasuk ke dalam jenis persekongkolan tender
Horizontal dan Vertikal karena persengkongkolan ini melibat beberapa pihak yaitu
PT Pertamina (Persero) (Terlapor I), Goldman Sachs (Singapore), Pte. (Terlapor II),
dan Frontline, Ltd. (Terlapor III).

3. Jelaskan tender yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha tidak sehat


dan berikan contohnya! Dan bagaimana peranan KPPU dalam mencegahnya
Jawaban
Tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau
menghambat persaingan usaha adalah:
a Tender yang bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan
secara luas, sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi tidak dapat mengikutinya;
b Tender bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha
dengan kompetensi yang sama;
c Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah
kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk
ikut. Untuk mengetahui telah terjadi tidaknya suatu persekongkolan dalam
tender, berikut dijelaskan berbagai indikasi persekongkolan yang sering
dijumpai pada pelaksanaan tender.
Perlu diperhatikan bahwa, halhal berikut ini merupakan indikasi persekongkolan,
sedangkan bentuk atau perilaku persekongkolan maupun ada tidaknya
persekongkolan tersebut harus dibuktikan melalui pemeriksaan oleh Tim
Pemeriksa atau Majelis KPPU.
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 35 huruf (f) Undang-Undang No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Komisi Pengawas Persaingan Usaha mempunyai tugas untuk menyusun suatu
pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang
No. 5 Tahun 1999. Dalam kesempatan ini, KPPU menyusun pedoman pelaksanaan
Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 yang berkaitan dengan penegakkan
prinsip persaingan usaha yang sehat dalam tender. Pedoman tersebut disusun
agar KPPU dapat melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 secara tepat. Selain itu, pedoman tersebut

This study source was downloaded by 100000855228416 from CourseHero.com on 11-16-2023 19:50:07 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/91278897/HKUM4307docx/
diharapkan mampu memberikan penjelasan yang lengkap namun mudah
dimengerti kepada berbagai pihak yang secara tidak langsung ikut berperan
dalam upaya pewujudan iklim usaha yang sehat, yakni antara lain pelaku usaha,
pemerintah, penegak hukum maupun masyarakat pada umumnya. Atas
pertimbangan tersebut, KPPU menyusun Pedoman Pasal 22 tentang Larangan
Persekongkolan dalam Tender berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999.

This study source was downloaded by 100000855228416 from CourseHero.com on 11-16-2023 19:50:07 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/91278897/HKUM4307docx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai