Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 : TEORI KRIMINOLOGI

Rafif Oktry Anwary.

(048468873)
Soal :

petunjuk pengerjaan: Tulis maksimal 2 halaman, Font Arial 11, spasi 1,5/ waktu
pengumpulan tugas tutorial: Maksimal 2 minggu setelah soal ini dibuat/ dipublikasi.

Tulislah Essay yang menjelaskan posisi pelacur yang menjadi bagian dari mafia pelacuran di
Indonesia, dalam teori-teori viktimisasi
Posisi Pelacur dalam Mafia Pelacuran di Indonesia
Pendahuluan
Industri pelacuran di Indonesia telah menjadi isu yang kompleks dan kontroversial selama
beberapa dekade terakhir. Di balik industri ini, terdapat organisasi-organisasi yang mengatur
dan mengendalikan kegiatan pelacuran, yang sering disebut sebagai mafia pelacuran. Dalam
tulisan ini, akan dianalisis posisi pelacur yang menjadi bagian dari mafia pelacuran di Indonesia
melalui berbagai teori viktimisasi. Teori-teori ini memberikan wawasan mendalam tentang
kondisi dan pengalaman pelacur, memungkinkan kita untuk memahami lebih baik bagaimana
mereka terlibat dalam industri ini.
1. Teori Viktimisasi Klasik
Teori viktimisasi klasik menekankan bahwa individu yang terlibat dalam kegiatan kriminal,
termasuk pelacuran, seringkali merupakan korban dari situasi atau lingkungan yang sulit.
Dalam kasus pelacur yang terlibat dalam mafia pelacuran, faktor-faktor ekonomi, sosial, dan
psikologis dapat memainkan peran penting dalam memaksa mereka untuk memasuki industri
ini. Dalam banyak kasus, pelacur mungkin berasal dari latar belakang ekonomi yang sulit,
tanpa akses ke pendidikan atau pelatihan yang memadai.
2. Teori Viktimisasi Struktural
Teori viktimisasi struktural menyoroti peran dari struktur sosial dan ekonomi dalam
menciptakan korban kejahatan. Dalam konteks pelacuran di Indonesia, faktor-faktor seperti
tingginya tingkat pengangguran, kurangnya akses terhadap pekerjaan yang layak, dan
ketimpangan ekonomi dapat memaksa individu untuk mencari mata pencaharian di industri
seks. Mafia pelacuran, sebagai bagian dari struktur ekonomi informal, mungkin menawarkan
peluang penghasilan yang menarik bagi para pelacur.
3. Teori Viktimisasi Feminis
Teori viktimisasi feminis menekankan bahwa pelacur, terutama wanita, seringkali menjadi
korban dari ketidaksetaraan gender dan kekuatan struktural yang mempengaruhi industri seks.
Mereka mungkin terjebak dalam siklus eksploitasi dan kekerasan, dengan akses terbatas
terhadap sumber daya dan perlindungan hukum. Mafia pelacuran dapat memanfaatkan
ketidaksetaraan ini untuk mempertahankan kendali atas para pelacur.
4. Teori Viktimisasi Interaksional
Teori viktimisasi interaksional menyoroti dinamika interaksi antara pelaku kejahatan dan
korban. Dalam kasus pelacur yang terlibat dalam mafia pelacuran, hubungan antara anggota
mafia dan pelacur mungkin ditandai oleh kekuatan, kontrol, dan pemaksaan. Pelacur dapat
mengalami tekanan psikologis dan fisik untuk mematuhi perintah dari anggota mafia,
menciptakan dinamika interaksi yang tidak seimbang.

Kesimpulan

Pemahaman tentang posisi pelacur dalam mafia pelacuran di Indonesia dapat diperluas
melalui berbagai teori viktimisasi. Faktor-faktor ekonomi, struktural, gender, dan interaksional
semuanya mempengaruhi pengalaman pelacur di dalam industri ini. Penting untuk mengakui
bahwa banyak dari mereka mungkin terjebak dalam situasi yang sulit dan membutuhkan
dukungan serta perlindungan untuk memutuskan siklus eksploitasi. Upaya untuk memahami
dan mengatasi isu-isu ini merupakan langkah penting menuju perubahan positif dalam industri
pelacuran di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai