Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

SOSI4302
petunjuk pengerjaan: Tulis maksimal 2 halaman, Font Arial 11, spasi
1,5/ waktu pengumpulan tugas tutorial: Maksimal 2 minggu setelah soal ini
dibuat/ dipublikasi.

Tulislah Essay yang menjelaskan posisi pelacur yang menjadi bagian dari
mafia pelacuran di Indonesia, dalam teori-teori viktimisasi
posisi pelacur yang menjadi bagian dari mafia pelacuran di Indonesia, dalam
teori-teori viktimisasi

Adanya kejahatan didalam masyarakat antara lain menimbulkan gejala fear of


crime dari anggota masyarakat.fear of crime sendiri diartikan sebagai kondisi
ketakutan dari anggota masyarakat yang potensial menjadi korban kejahtan atau
merasa dirinya rentan dalam hal dikenai ancaman kejahatan atau kejahatan
sebenarnya fear of crimeitu sangat perseptual,tergantung bagaimana individu yang
korban bersangkutan mengukur kerentanan dirinya menjadi korban kejahatan.Para
peniliti berusaha mengkaji bagaimana masyarakat melakukan penilaian terhadap
resiko kejahatan dengan cara mengumpulkan informasi yang didapat dari
pengalamannya sendiri dan informasi yang dia dapatkan di media sosial.
Pelacur dalam Mafia Pelacuran di Indonesia: diAnalisis melalui Teori-Teori
Viktimisasi Pelacur, yang merupakan bagian dari jaringan mafia pelacuran di
Indonesia, seringkali menjadi subjek perdebatan dalam pandangan masyarakat dan
hukum.Dalam analisis ini, kita akan menjelaskan posisi pelacur dalam konteks teori-
teori viktimisasi.Teori-teori ini memungkinkan kita untuk memahami bagaimana
pelacur dapat menjadi korban dalam struktur sosial yang kompleks, terlepas dari
pandangan tradisional yang mungkin mengkriminalisasi mereka.
Teori Viktimisasi: Pengantar
Teori viktimisasi adalah kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis
bagaimana individu atau kelompok tertentu bisa menjadi korban dalam sebuah
situasi, termasuk di dalamnya bagaimana mereka dapat menjadi korban dalam
kejahatan, seperti perdagangan manusia atau pelacuran.Dalam konteks pelacuran,
teori-teori viktimisasi dapat membantu kita untuk memahami bagaimana pelacur
dapat berada dalam posisi yang lebih rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.
1. Teori Klasik
Teori viktimisasi klasik sering kali menekankan peran pelacur sebagai korban.
Mereka sering kali datang dari lapisan masyarakat yang kurang mampu dan dapat
dipaksa atau dipengaruhi oleh lingkungan mereka untuk terlibat dalam pelacuran.
Faktor-faktor seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, atau kekerasan dalam
rumah tangga dapat menjadikan pelacur lebih rentan terhadap eksploitasi.
Dalam hal ini, pelacur bisa dilihat sebagai korban struktural dari ketidaksetaraan
sosial dan ekonomi.
2. Teori Interaksional
Teori viktimisasi interaksional menekankan bahwa pelacur mungkin memiliki
sejumlah alasan subjektif untuk terlibat dalam pekerjaan seksual.
Mereka mungkin merasa terdesak oleh situasi ekonomi, ingin memenuhi kebutuhan
hidup mereka atau bahkan memilih pekerjaan ini sebagai pilihan bebas.
Namun, teori ini juga mengakui bahwa pelacur sering kali menghadapi berbagai
bentuk kekerasan dan eksploitasi dari klien, pengusaha pelacuran, atau bahkan
aparat penegak hukum.
Dalam hal ini, mereka menjadi korban kejahatan karena terpaksa menghadapi risiko
fisik dan psikologis yang tinggi.
3. Teori Struktural
Teori viktimisasi struktural mengakui bahwa pelacuran seringkali diatur oleh jaringan
mafia atau pihak yang memiliki kontrol atas perdagangan seks.
Pelacur dapat menjadi korban dalam struktur ini karena terkadang mereka tidak
memiliki pilihan selain bekerja untuk pihak yang lebih kuat.Mereka mungkin terjebak
dalam perbudakan seksual atau dianiaya jika mencoba melarikan diri atau
memberontak.Dalam hal ini, pelacur adalah korban yang diperbudak oleh struktur
sosial yang kuat dan penguasa.
4. Teori Radikal
Teori viktimisasi radikal menekankan bahwa pelacuran sering kali adalah hasil dari
sistem sosial dan ekonomi yang mendiskriminatif dan patriarki.Pelacur, terutama
pelacur perempuan, seringkali dipaksa untuk menghadapi berbagai bentuk
kekerasan, dan mereka menjadi korban sistem yang memarginalkan
mereka.Pandangan ini mencerminkan pemahaman bahwa peran pelacur dalam
mafia pelacuran adalah hasil dari ketidaksetaraan gender yang dalam dan struktur
sosial yang mendukung perdagangan seksual.Dalam analisis teori-teori viktimisasi,
kita melihat bahwa pelacur dapat menjadi korban dalam berbagai konteks.Mereka
mungkin dipaksa atau terjebak dalam situasi yang membuat mereka rentan terhadap
eksploitasi.Namun, kita juga harus memahami bahwa setiap individu memiliki
konteks dan motivasi yang berbeda.
Beberapa pelacur mungkin melibatkan diri secara sukarela, sementara yang
lain mungkin menghadapi tekanan eksternal yang kuat.Oleh karena itu, penting
untuk tidak menggeneralisasi posisi pelacur dalam mafia pelacuran di Indonesia, dan
untuk mengakui bahwa pendekatan viktimisasi yang beragam dapat membantu kita
memahami kerumitan masalah ini.Dalam rangka melindungi hak-hak pelacur dan
mengatasi pelanggaran hak-hak mereka, perlu ada upaya untuk mengubah struktur
sosial dan hukum yang mendukung perdagangan seksual ilegal dan eksploitasi.

Anda mungkin juga menyukai