Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PENCEGAHAN KEJAHATAN

T E O R I
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJAHATAN

Drs, Agus Kurtubi, MSi


TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJAHATAN

1. Routine Activity Theory


2. Crime Pattern Theory
3. Social Disorganization Theory
4. Rational Choice Theory
5. Teori Anomie
6. Defferential Association Theory
7. Teori Ikatan Sosial
ROUTINE
ACTIVITY
THEORY
TEORI AKTIVITAS RUTIN
 Routine Activity Theory merupakan salah satu teori dalam paham Neo
Klasik yang pertama kali dikembangkan oleh Lawrence Cohen dan
Marcus Felson (1979)

 tiga syarat yang diperlukan terjadinya suatu kejahatan (terhadap orang atau
barang) yaitu :
1. Adanya pelaku yang termotivasi (motivated offenders),
2. Target yang cocok dan menarik dari korban kejahatan (suitable targets
of criminal victimization),
3. Tidak adanya penjaga yang cakap dan mampu melindungi atas orang
atau barang yang menjadi target (the absence of capable guardians of
persons or property).

 Ketiga syarat diatas adalah syarat yang terikat dalam ruang dan waktu,
yang artinya terjadi pada saat waktu dan  tempat yang sama.
Kurangnya salah satu dari tiga syarat diatas dianggap mampu untuk
mencegah kejahatan yang dalam konteks kejahatan yang melibatkan pelaku
dan korban.
 Routine Activity Theory mempelajari tentang kejahatan sebagai suatu
peristiwa yang berkaitan erat dengan kejahatan terhadap lingkungan
dan menekankan proses ekologisnya, dalam arti luas dapat
disimpulkan bahwa teori ini tidak hanya melihat kejahatan hanya dari
sisi pelaku namun dilihat dari sisi korban dan lingkungan
disekitarnya

 Seiring berjalannya waktu teori ini lebih banyak untuk mempelajari


kejahatan seksual, perampokan, kejahatan dunia maya, pencurian
yang terjadi di perumahan

 Sisi positif yang dapat diambil dalam terori ini bahwa kejahatan dapat
dicegah tidak hanya karena ada seorang polisi saja melainkan peran
serta masyarakat juga berkontribusi terhadap pencegahan kejahatan
jalanan.
CRIME
PATTERN
THEORY
TEORI POLA KEJAHATAN
 Teori pola kejahatan merupakan cara untuk menjelaskan mengapa
orang melakukan kejahatan di wilayah tertentu.

 Teori pola kejahatan mengklaim bahwa kejahatan yang melibatkan 


pelaku dan korban atau sasaran hanya dapat terjadi jika ruang aktivitas
keduanya berpotongan.
Sederhananya, kejahatan akan terjadi jika suatu wilayah memberikan
peluang terjadinya kejahatan dan berada dalam ruang kesadaran
pelaku.

 Akibatnya, kawasan yang menjadi pusat perbelanjaan, rekreasi dan


restoran seperti pusat perbelanjaan memiliki angka kriminalitas yang
lebih tinggi.

 Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya jumlah calon korban
dan pelaku yang berkunjung ke daerah tersebut dan berbagai sasaran di
daerah tersebut.

 Besar kemungkinan daerah seperti ini akan banyak terjadi 


pencurian mobil karena banyaknya lalu lintas keluar masuk daerah
tersebut.
Mungkin juga orang menjadi korban perampasan dompet atau 
pencopetan karena para korban biasanya membawa uang tunai.
 Teori Disorganisasi Sosial merupakan teori yang dikembangkan oleh
Chicago School, yang berhubungan dengan teori ekologi.

 Teori ini secara langsung menghubungkan tingkat kejahatan dengan


karakteristik ekologi lingkungan.

 Prinsip dasar dari teori disorganisasi sosial menyebutkan bahwa lokasi itu
memiliki peranan penting.

 Dengan kata lain, lokasi pemukiman seseorang merupakan faktor penting


yang membentuk kemungkinan orang tersebut terlibat dalam kegiatan
ilegal atau kejahatan.

 Teori tersebut mendukung bahwa penentu aktivitas ilegal (kejahatan) yang


dilakukan oleh seseorang di kemudian hari berupa lokasi perumahannya.

 Pemukiman memiliki arti yang penting atau sama pentingnya daripada


karakteristik individu orang tersebut (misalnya, usia, jenis kelamin, atau
ras).

 Contoh dari teori tersebut mengemukakan bahwa pemuda dari lingkungan


yang kurang beruntung berpartisipasi dalam membentuk suatu kenakalan,
dan bahwa pemuda tersebut menjadi kriminalitas karena dipengaruhi
pengaturan sosial dan budaya dalam pemukiman tersebut
SOCIAL
DISORGANIZATION
THEORY
 Teori Disorganisasi Sosial merupakan teori yang dikembangkan oleh
Chicago School, yang berhubungan dengan teori ekologi.

 Teori ini secara langsung menghubungkan tingkat kejahatan dengan


karakteristik ekologi lingkungan.

 Prinsip dasar dari teori disorganisasi sosial menyebutkan bahwa lokasi itu
memiliki peranan penting. Dengan kata lain, lokasi pemukiman seseorang
merupakan faktor penting yang membentuk kemungkinan orang tersebut
terlibat dalam kegiatan ilegal atau kejahatan

 Contoh dari teori tersebut mengemukakan bahwa pemuda dari lingkungan


yang kurang beruntung berpartisipasi dalam membentuk suatu kenakalan,
dan bahwa pemuda tersebut menjadi kriminalitas karena dipengaruhi
pengaturan sosial dan budaya dalam pemukiman tersebut

 Menurut teori disorganisasi sosial, ada faktor ekologis yang menyebabkan


tingginya tingkat kejahatan di komunitas ini, dan faktor-faktor ini
berhubungan dengan tingkat "putus sekolah menengah atas,
pengangguran, infrastruktur yang memburuk, dan rumah orang tua
tunggal".
RATIONAL
CHOICE
THEORY
TEORI TINDAKAN RASIOANAL
 Rational Choice Theory asumsi utamanya menurut Clarke & Cornish
adalah bahwa keputusan yang diambil pelaku pelanggaran itu “memiliki
tujuan” (purposive).

 Artinya keputusan itu adalah “tindakan yang direncanakan, dilakukan


dengan niat untuk mendapatkan keuntungan bagi si pelaku”.

 Pelaku pelanggaran tidak sepenuhnya rasional atau dengan kalimat lain


rasionalitas mereka “terikat”. Artinya yaitu bahwa pelaku pelanggar
mengambil keputusan yang mungkin didasarkan pada informasi yang
terbatas, di bawah tekanan, direncanakan dengan buruk, dan/atau hanya
memperhatikan risiko dalam jangka pendek ketimbang konsekuensi
jangka panjang dari tindakan mereka.

 Jika direnungkan, pilihan semacam ini mungkin dinilai buruk, atau


bahkan bodoh. Akan tetapi, di dalam konteks ini, pelaku pelanggaran
tidak bertindak secara irasional melainkan sedang berusaha memenuhi
kebutuhan (misal, uang, status, balas dendam) dan menghindari
konsekuensi negatif (misal, penangkapan, ditembak).

 Pelaku pelanggaran “pada umumnya melakukan sebisa mungkin di dalam


batas-batas waktu, sumber daya, dan informasi yang tersedia bagi
mereka. Itulah mengapa disebut dengan rasional namun terbatas (J.
Robert Lilly, 2015:405)
TEORI ANOMIE
TEORI ANOMI
 Anomie adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Émile Durkheim
 untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan.

 Kata ini berasal dari bahasa Yunani a-: "tanpa", dan nomos: "hukum" atau


"peraturan". Anomie adalah "kondisi di mana masyarakat tidak banyak
memberikan petunjuk moral kepada individu".

 Hal ini berkembang dari konflik sistem kepercayaan dan menyebabkan


rusaknya hubungan sosial antara seorang individu dan komunitas (baik 
sosialisasi primer maupun ekonomi). Untuk indivdu, ada kemungkinan
berlanjut kepada kemampuan yang abnormal untuk menyatu dalam situasi
normatif dunia sosial e.g., skenario personal tanpa aturan yang berakhir
pada fragmentasi identitas sosial dan penolakan 

 Istilah ini secara umum dipahami sebagai "ketiadaan norma" dan


dipercaya dipopulerkan oleh Durkheim dalam bukunya yang
berpengaruh, Le Suicide (1897).

 Pada tahun 1893, Durkheim memperkenalkan konsep anomie untuk


mendeskripsikan ketidakcocokan kerja kelompok pekerja kolektif
terhadap kebutuhan masyarakat yang kian berkembang ketika kelompok
itu homogen dari segi komponennya.
DEFFERENTIAL
ASSOCIATION
THEORY
 Edwin Sutherland (1947) memperkenalkan teori Asosiasi Diferensial.
 Menurutnya perilaku menyimpang merupakan suatu perbuatan yang
didapatkan setelah melalui proses belajar. Proses belajar yang dimaksud
adalah mempelajari dan memahami norman-norma yang menyimpang dari
subkultur. Jadi, penyimpangan perilaku adalah fenomena yang dipelajari oleh
seseorang dari orang lain atau kelompok.

 Perilaku menyimpang dipelajari di dalam lingkungan sosial (eksternal), artinya


semua tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara

1. perilaku kriminal itu dipelajari

2. perilaku kriminal/menyimpang dipelajari oleh seseorang dalam interaksinya


dengan orang-orang lain dan melibatkan proses komunikasi yang intens

3. Bagian utama dari belajar tindakan kriminal/perilaku menyimpang terjadi di


dalam kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab

4. ketika perilaku jahat dipelajari, pembelajaran itu termasuk pula


a) teknik melakukan kejahatan, yang kadang-kadang sangat sulit, kadang-
kadang sederhana,
b) b) arah khusus dari motif, dorongan rasionalisasi dan sikap-sikap
5. arah khusus dari motif dan dorongan dipelajari dari defenisi aturan
hukum yang menguntungkan atau tidak menguntungkan

6. seseorang menjadi delinkuen disebabkan pemahaman terhadap defenisi


yang menguntungkan dari pelanggaran terhadap hukum melebihi
defenisi-defenisi yang tidak menguntungkan untuk melanggar hukum
7. Asosiasi yang berbeda-beda mungkin beraneka ragam dalam frekuensi,
lamanya, prioritas dan intensitas

8. proses pembelajaran perilaku jahat melalui persekutuan dengan pola-


pola kejahatan dan anti kejahatan meliputi seluruh mekanisme yang
rumit dalam setiap pembelajaran lainnya

9. walaupun perilaku jahat merupakan penjelasan dari kebutuhan-


kebutuhan dan nilai-nilai umum, tetapi hal itu tidak dijelaskan oleh
kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai umum tersebut. Karena perilaku
nonkriminal dapat tercermin dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai
yang sama
TEORI
IKATAN SOSIAL
 Teori Ikatan Sosial merupakan suatu klasifikasi teori yang
mengklaim tidak bertanya mengapa orang melakukan tindak
pidana, tetapi mengapa mereka tidak melakukan tindak pidana?
Teori-teori ini mengasumsikan setiap orang memiliki keinginan
untuk melakukan tindak pidana dan menyimpang, dan berusaha
untuk menjawab mengapa beberapa orang menahan diri dari
melakukannya

 Menurut teori kontrol sosial, manusia mempunyai kebebasan


untuk bertindak, dan penentu tingkah laku seseorang adalah
ikatan-ikatan sosial yang sudah terbentuk.

 Berdasarkan pendapat ini bahwa ikatan sosial yang menjadi


salah satu penyebab terjadinya tingkah laku jahat terdiri atas 4
(empat) unsur, yaitu keterikatan, ketersangkutan yang terkait
dengan kepentingan sendiri, keterlibatan, norma dan nilai.
 Empat elemen ikatan sosial yang ada pada setiap masyarakat
tersebut adalah sebagai berikut

1. Keterkaitan (Attachment), bersangkut-paut dengan sejauh


mana seseorang memperhatikan keinginan dan harapan orang
lain. Mereka adalah yang tidak peka dengan tuntutan orang
lain, juga tidak merasa perlu merisaukan normanorma yang
ada.

2. Ketersangkutan yang terkait dengan kepentingan sendiri


(Commitment), yaitu mengacu pada perhitungan untungrugi
atas keterlibatan seseorang dalam perbuatan yang
menyimpang
3. Keterlibatan (Involvement), yaitu mengacu pada pemikiran
bahwa apabila seseorang disibukkan dalam beberapa kegiatan
konvensional maka ia tidak akan sempat memikirkan apalagi
melakukan perbuatan jahat.

4. Nilai dan Norma (Belief), yaitu mengacu pada situasi


keanekaragaman penghayatan terhadap kaidah-kaidah
kemasyarakatan di kalangan anggota masyarakat.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai