Anda di halaman 1dari 49

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL MANAJEMEN KEGIATAN KEPOLISIAN


03 12 JP (540 menit)

Pengantar

Modul ini akan membahas tentang Kegiatan Fungsi Utama Kepolisian


berdasarkan tugas pokok Kepolisian, Manajemen Kegiatan Rutin, dan
Manajemen Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD), serta Ketentuan
Pemberian Dukungan dalam Kegiatan Kepolisian.
Tujuannya agar peserta didik memahami dan menerapkan Manajemen
Kegiatan Kepolisian.

Kompetensi Dasar

Memahami dan menerapkan Manajemen Kegiatan Kepolisian.


Indikator Hasil Belajar :
1. Menjelaskan kegiatan fungsi utama kepolisian berdasarkan tugas
pokok kepolisian.
2. Menjelaskan manajemen kegiatan rutin.
3. Menjelaskan manajemen kegiatan rutin yang ditingkatkan (KRYD).
4. Menjelaskan ketentuan pemberian dukungan dalam kegiatan
kepolisian.
5. Mempraktikkan cara membuat Rencana Kegiatan Rutin (harian,
mingguan, bulanan), Rencana Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan
(KRYD), surat perintah laporan hasil kegiatan serta analisa dan
evaluasi (Kegiatan Rutin, KRYD) yang disesuaikan dengan tugas
dan fungsi masing-masing.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 61


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan :
Manajemen Kegiatan Kepolisian.

Sub Pokok Bahasan :


1. Kegiatan fungsi utama kepolisian berdasarkan tugas pokok
kepolisian.
2. Manajemen kegiatan rutin.
3. Manajemen kegiatan rutin yang ditingkatkan (KRYD).
4. Ketentuan pemberian dukungan dalam kegiatan kepolisian.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan Pendidik untuk menyampaikan materi
tentang Manajemen Kegiatan Kepolisian.
2. Metode Brainstorming.
Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik mengemukan pendapat tentang materi yang
disampaikan.
3. Metode Tanya Jawab.
Metode ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kedalaman
materi peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
5. Metode Praktik.
Metode ini dilaksanakan dengan cara pendidik memberikan
penugasan kepada peserta didik untuk membuat Rencana
Kegiatan Rutin (harian, mingguan, bulanan), Rencana Kegiatan
Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD), surat perintah laporan hasil
kegiatan serta analisa dan evaluasi (Kegiatan Rutin, KRYD) yang
disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 62


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media:
a. Whiteboard.
b. Flipchart.
c.Komputer / Laptop.
d. LCD dan Screen.
e. Laserpoint.
f. Flashdisk.

2. Bahan:
a. Kertas.
b. Alat Tulis.

3. Sumber Belajar:
Perkap Nomor 01 Tahun 2019 tentang Sistem, Manajemen dan
Standar Keberhasilan Operasional Kepolisian Republik
Indonesia.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap Awal : 10 menit.


Pendidik melaksanakan apersepsi dengan kegiatan :
a. Pendidik melakukan absensi
b. Pendidik melaksanakan refleksi
c. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan
dengan materi yang akan disampaikan.
d. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran modul ini.

2. Tahap Inti : 510 menit.


a. Pendidik menyampaikan materi tentang Manajemen
Kegiatan Kepolisian.
b. Pendidik menyampaikan tentang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian Kegiatan
Rutin, Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD) dan
ketentuan pemberian dukungan dalam kegiatan kepolisian.
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 63
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Pendidik menggali pendapat tentang materi yang telah


disampaikan.
d. Peserta didik merespon secara aktif kegiatan pembelajaran
dengan metode tanya jawab.
e. Peserta didk dapat mengajukan pertanyaan yang belum
dipahami kepada Pendidik.
f. Pendidik membagi 5 kelompok untuk mempraktikkan cara
membuat Rencana Kegiatan Rutin (harian, mingguan dan
bulanan), Rencana Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan
(KRYD), surat perintah, laporan hasil kegiatan serta analisa
dan evaluasi.
g. Peserta didik melaksanakan praktik penugasan.
h. Peserta didik memaparkan hasil praktik.
i. Pendidik mengevaluasi dan memberikan kesimpulan hasil
praktik.
j. Pendidik menyimpulkan materi pelajaran yang telah
diberikan.

3. Tahap Akhir : 20 menit.


a. Cek penguatan materi.
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi.
Pendidik mengecek penguasaan materi yang telah
disampaikan.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksaan tugas.
Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi
yang telah disampaikan.

Tagihan/Tugas

Mengumpulkan hasil Rencana Kegiatan Rutin (harian, mingguan dan


bulanan), Rencana Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD), surat
perintah, laporan hasil kegiatan serta analisa dan evaluasi.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 64


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Lembar Kegiatan

Peserta didik mempraktikkan cara membuat Rencana Kegiatan Rutin


(harian, mingguan dan bulanan), Rencana Kegiatan Rutin Yang
Ditingkatkan (KRYD), surat perintah, laporan hasil kegiatan serta
analisa dan evaluasi.

Bahan Bacaan

MANAJEMEN KEGIATAN KEPOLISIAN

Kegiatan Kepolisian disusun melalui proses manajemen dengan


menggunakan segala sumber daya Polri yang dimiliki untuk menangani
setiap ancaman dan gangguan Kamtibmas.
Manajemen kegiatan kepolisian senantiasa diarahkan pada pencapaian
tujuan Polri sebagaimana visi dan misi yang termuat dalam Grand Strategi
Polri, dan telah dijabarkan dalam Rencana Strategi Polri (Renstra Polri)
dan Rencana Kerja Tahunan Polri (RKT) dengan memperhatikan Perkiraan
Keadaan Intelijen (Kirka Intel) dan Kebijakan Kapolri (commander wish)
maka diselenggarakan melalui Kegiatan Kepolisian oleh fungsi utama
kepolisian dari tingkat Mabes Polri sampai tingkat Polsek, dalam bentuk
Kegiatan Rutin maupun Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan (KRYD).

1. Kegiatan Fungsi Utama Kepolisian


Berdasarkan Tugas Pokok Kepolisian.
a. UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri
1) Tugas pokok Polri dirumuskan sebagai berikut :
a) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b) Menegakkan hukum.
c) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok Polri bertugas :
a) Melaksanakan Turjawali terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin
Kamtibcarlantas di jalan.
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 65
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi


masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta
ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan.
d) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan
umum.
f) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan
teknis terhadap Polsus, PPNS, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa.
g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara
pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.
h) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, dokpol,
labfor dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian.
i) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda,
masyarakat dan lingkungan hidup, dari gangguan
ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
j) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk
sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau
pihak yang berwenang.
k) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan kepentingannya dalam lingkup tugas
kepolisian
l) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Penjabaran tugas pokok Polri dalam Kegiatan Kepolisian,
sebagai berikut :
1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat :
a) Mencegah terjadinya gangguan kamtibmas melalui
kegiatan Turjawali terhadap kegiatan masyarakat dan
pemerintah sesuai kebutuhan.
b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin
Kamtibcarlantas di jalan.
c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta
ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan.
2) Menegakan hukum :

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 66


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap


semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara
pidana dan peraturan perundang-undangan.
b) Menyelenggarakan Identifikasi Kepolisian, Dokpol,
Labfor, Indonesia Automatic Finger Print Identification
System (Inafis) dan Psikologi Kepolisian.
3) Memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat :
a) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda,
masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan
ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
pertolongan.
b) Mengayomi hak asasi manusia.
c) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan kepentingannya dalam lingkup tugas
kepolisian.

2. Manajemen Kegiatan Rutin


Manajemen Kegiatan Rutin merupakan Kegiatan Kepolisian yang
disusun dalam rangka menghadapi ancaman serta gangguan
keamanan dan ketertiban masyarakat yang dilaksanakan oleh satuan
fungsi utama setiap hari sepanjang tahun dan diklasifikasikan sebagai
sasaran rutin.
a. Perencanaan
1) Dalam rangka penyelenggaraan Kegiatan Rutin perlu
disusun rencana-rencana kegiatan sebagai pedoman
pelaksanaan antara lain :
a) Rencana Kegiatan Tahunan (RKT)
(1) Pada tingkat Mabes Polri
(a) Kasatker pengemban fungsi utama
menyusun RKT, sebagai penjabaran dari
Rencana Kerja Polri (Renja).
(b) RKT yang disusun oleh Kasatker menjadi
induk RKT bagi kewilayahan.
(2) Pada tingkat Polda
(a) Kasatwil menyusun RKT sebagai
penjabaran dari Renja Polda dan
penjabaran dari RKT Satker Mabes Polri.
(b) Kasatker pengemban fungsi utama tidak
menyusun RKT.
(3) Pada tingkat Polres dan Polsek
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 67
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a) Kasatwil dan pengemban fungsi utama


tidak menyusun RKT.
(b) Polsek tidak menyusun RKT.
b) Rencana Kegiatan Bulanan (RKB)
(1) pada tingkat Mabes Polri
(a) RKB disusun oleh Kasatker pengemban
fungsi utama.
(b) Penyusunan RKB berpedoman pada RKT
Satker Mabes Polri.
(2) pada tingkat Polda
(a) RKB disusun Kasatwil/Kasatker
pengemban fungsi utama, dan menjadi
induk RKB pada Satwil/Satfung di tingkat
Polres.
(b) Penyusunan RKB berpedoman pada RKT
Polda.
(3) Pada tingkat Polres
(a) RKB disusun oleh Kasatwil/Kasatfung
pengemban fungsi utama, dan menjadi
induk RKB pada tingkat Polsek.
(b) Penyusunan RKB berpedoman pada RKT
Polda.
(4) Pada tingkat Polsek
(a) RKB disusun oleh Kapolsek/Kasium Polsek
dan menjadi induk RKB pada tingkat Unit
Polsek.
(b) Penyusunan RKB berpedoman pada RKB
Polres.
c) Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
(1) pada tingkat Mabes Polri
(a) RKM disusun oleh Kasatker pengemban
fungsi utama.
(b) Penyusunan RKM berpedoman pada RKB
Satker Mabes Polri.
(2) Pada tingkat Polda
(a) RKM disusun oleh Kasatwil/Kasatker
pengemban fungsi utama dan menjadi
induk RKM pada Satwil/Satfung di tingkat
Polres.
(b) Penyusunan RKM berpedoman pada RKB
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 68
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Polda.
(3) Pada tingkat Polres
(a) RKM disusun oleh Kasatwil/Kasatfung
pengemban fungsi utama, dan menjadi
induk RKM pada tingkat Polsek.
(b) Penyusunan RKM berpedoman pada RKB
Polres.
(4) Pada tingkat Polsek
(a) RKM disusun oleh Kapolsek/Kasium Polsek
dan menjadi induk RKM pada tingkat Unit
Polsek.
(b) Penyusunan RKM berpedoman pada RKB
Polsek.
d) Rencana Kegiatan Harian (RKH)
(1) Pada tingkat Mabes Polri
(a) RKH disusun oleh Kasatker pengemban
fungsi utama.
(b) Penyusunan RKH berpedoman pada RKM
Satker Mabes Polri.
(2) Pada tingkat Polda
(a) RKH disusun oleh Kasatwil/Kasatker
pengemban fungsi utama dan menjadi
induk RKH pada Satwil/Satfung di tingkat
Polres.
(b) Penyusunan RKH berpedoman pada RKM
Polda.
(3) Pada tingkat Polres
(a) RKH disusun oleh Kasatwil/Kasatfung
pengemban fungsi utama dan menjadi
induk RKH pada tingkat Polsek.
(b) Penyusunan RKH berpedoman pada RKM
Polres.
(4) Pada tingkat Polsek
(a) RKH disusun oleh Kapolsek/Kasium
Polsek, dan menjadi induk RKH pada
tingkat Unit Polsek.
(b) Penyusunan RKH berpedoman pada RKM
Polsek.
79.163.362.1-017.000

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 69


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Penyusunan Rencana Kegiatan berdasarkan pada :


a) Hasil analisa dan evaluasi terhadap :
(1) Perkembangan lingkungan strategis.
(2) Data Astagatra (geografi, demografi, sumber
daya alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan keamanan).
(3) Gangguan kamtibmas yang terjadi.
(4) Daerah rawan Kamtibmas.
(5) Daerah rawan bencana alam.
(6) Daerah rawan kecelakaan dan pelanggaran
Lantas.
(7) Kalender kamtibmas.
(8) Kegiatan masyarakat dan/atau pemerintah.
(9) Perkiraan keadaan intelijen.
(10) Perkembangan situasi kamtibmas.
(11) Laporan Polisi.
(12) Laporan informasi/pengaduan masyarakat.
(13) Laporan hasil penyelidikan.
(14) Anev kegiatan kepolisian periode sebelumnya.
(15) Data lain dalam sistem informasi operasional
Polri.
b) Kegiatan Rutin diselenggarakan oleh semua fungsi
utama yang tergelar mulai dari tingkat Mabes Polri
sampai tingkat Polsek dan diselenggarakan secara
terus-menerus sepanjang hari dan sepanjang tahun.
c) Pelaksanaan Kegiatan Rutin berjalan secara sendiri-
sendiri sesuai dengan tugas pokok satuan fungsi
masing-masing.
d) Personel yang dilibatkan dalam Kegiatan Rutin adalah
personel yang bertugas pada satuan fungsi masing-
masing.
e) Hasil dari analisa dan evaluasi Kegiatan Rutin menjadi
pertimbangan dilakukannya KRYD.
3) Dalam penyelenggaraan Kegiatan Rutin, maka Kasatwil/
Kasatker/Kasatfung/Kapolsek terlibat dalam kegiatan-
kegiatan :
a) Mengorganisasikan unsur-unsur kesatuan yang
meliputi personel, anggaran, logistik dan metode
untuk dihadapkan kepada sasaran kegiatan.
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 70
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Melaksanakan semua rencana yang telah disusun


untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4) Peranan fungsi-fungsi kepolisian dalam perencanaan :
a) Pengemban fungsi utama memberikan dukungan
berupa :
(1) Bahan keterangan/informasi mulai dari tingkat
Mabes Polri sampai Polsek dalam rangka
penyusunan Rencana Kegiatan.
(2) Fungsi Intelkam dalam rangka penyusunan Kirka
Intel.
(3) Khusus pengemban fungsi Intelijen memberikan
dukungan berupa Kirka intel tentang
perkembangan situasi kamtibmas secara berkala
kepada para pengemban fungsi utama dalam
rangka penyusunan Rencana Kegiatan oleh
fungsi utama yang berkepentingan.
(4) Khusus pengemban fungsi Reserse memberikan
dukungan bahan keterangan/informasi berupa
anatomi kejahatan (anatomy of crime) kepada
para pengemban fungsi utama dalam rangka
penyusunan Rencana Kegiatan oleh fungsi
utama yang berkepentingan.
b) Pengemban fungsi bantuan dan fungsi pendukung
memberikan berupa :
(1) Pengemban fungsi bantuan memberikan
bantuan kepada pengemban fungsi utama
berupa teknologi informasi, Inafis, Iknas, Labfor,
hukum, personel.
(2) Pengemban fungsi pendukung memberikan
dukungan kepada pengemban fungsi utama
berupa perencanaan, kompetensi personel,
latihan dan pendidikan, kesehatan personel,
pemeriksaan psikologi, anggaran, logistik.

5) Rencana Kegiatan berisi secara lengkap dan jelas, yaitu :


a) Sasaran dan/atau target.
b) Cara bertindak.
c) Pelibatan kekuatan personel.
d) Logistik.
e) Anggaran.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 71


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f) Hasil yang akan dicapai.


6) Penggunaan Rencana Kegiatan
Penggunaan Rencana Kegiatan didistribusikan kepada
Kasatker pada tingkat fungsi utama yang melaksanakan
kegiatan pre-emtif, preventif, penegakan hukum serta
Humas.
7) Penentuan sasaran
a) Landasan penentuan sasaran :
(1) Kebijakan pimpinan.
(2) Kalender kamtibmas.
(3) Data awal, meliputi :
(a) data kekuatan sendiri, yang mencakup :
personel, logistik dan anggaran.
(b) data situasi kamtibmas.
(c) data karakteristik kerawanan daerah.
(4) Kirkaintel.
b) Langkah penentuan sasaran :
(1) Melakukan pengumpulan dan penyusunan
bahan keterangan/informasi, berupa :
(a) data situasi kamtibmas yang memuat
informasi mengenai PG, AG, dan GN.
(b) laporan hasil kegiatan fungsi utama yang
terdahulu.
(2) Mengolah bahan keterangan melalui kegiatan
pemilahan, penafsiran dan penyimpulan untuk
disusun dalam format kirkaintel yang akan
disajikan kepada unsur pimpinan selaku
pengambil kebijakan
(3) Menentukan klasifikasi sasaran dan/atau target
kegiatan melalui penilaian bobot ancaman dan
gangguan Kamtibmas, terdiri dari :
(a) sasaran rutin
adalah sasaran yang telah terpetakan
berdasarkan Kakerda dan Anatomy of
Crime.
(b) sasaran selektif yang diprioritaskan.
adalah sasaran yg dipilih dari sejumlah
sasaran rutin yg ditetapkan menjadi
sasaran utama dan yg dapat

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 72


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mempengaruhi sasaran lain.


c) Sasaran Kegiatan Rutin :
(1) PG.
(2) AG.
(3) GN.
d) Sasaran kegiatan selektif yang diprioritaskan :
(1) PG yg berdampak lebih besar akan munculnya
AG bahkan GN
(2) AG yg berdampak lebih besar akan munculnya
GN
(3) GN yg dapat berdampak luas.
e) Bentuk sasaran Kegiatan Rutin :
(1) Situasi, dengan unsur-unsurnya :
(a) lokasi (tempat).
(b) waktu.
(c) penyebab.
(2) Pelaku (orang, sindikat, badan hukum).
(3) Benda atau barang.
(4) Kegiatan masyarakat/pemerintah.
8) Cara Bertindak
Cara bertindak yang dipilih dalam rangka menangani
sasaran dan/atau target adalah :
a) Pola bertindak :
(1) CB dengan mengedepankan fungsi deteksi.
(2) CB dengan mengedepankan fungsi preemtif.
(3) CB dengan mengedepankan fungsi preventif.
(4) CB dengan mengedepankan fungsi gakum.
b) Cara bertindak teknis
yaitu cara bertindak yg digunakan oleh pengemban
fungsi teknis dapat dibedakan dalam :
(1) CB fungsi Intel : peyelidikan, pengamanan dan
penggalangan.
(2) CB fungsi Reserse : penyelidikan dan
penyidikan.
(3) CB fungsi Sabhara : pengaturan, penjagaan,
pengawalan, patroli, TPTKP dan penegakan

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 73


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

hukum terbatas.
(4) CB fungsi Binmas : penyuluhan, penerangan,
pembimbingan, tatap muka, sambang dll.
(5) CB fungsi Lalu Lintas : pengaturan, penjagaan,
pengawalan, patroli, penegakan hukum terbatas
(teguran dan tilang) dll.
(6) CB fungsi Humas : mengelola media,
penyampaian informasi kepada masyarakat,
menetralisir berita negatif dan mengelola
trending topic.
c) Cara bertindak taktis
yaitu cara bertindak di lapangan yang dilakukan oleh
pengemban fungsi teknis, baik perorangan maupun
unit/kesatuan dalam menghadapi sasaran dan/atau
target yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
saat itu.
9) Pelibatan sumber daya Polri
pelibatan sumber daya Polri dalam penyelenggaraan
Kegiatan Rutin, meliputi :
a) Personel
(1) Secara kuantitas diselenggarakan oleh seluruh
personel yg ada pada fungsi utama masing-
masing.
(2) Secara kualitas (kompetensi) disesuaikan
dengan tantangan tugas yang dihadapi.
b) Logistik
logisitik yang digunakan adalah yang dimiliki oleh
fungsifungsi kepolisian yang teregistrasi dalam Simak
BMN, dan dalam penggunaannya disesuaikan dengan
tugas pokok fungsi serta ancaman dan gangguan
kamtibmas yang dihadapi.
c) Anggaran
Dukungan anggaran dalam penyelenggaraan Kegiatan
Rutin berdasarkan RKA-KL/ DIPA pada masing-masing
fungsi kepolisian, dengan mempedomani aturan yang
berkaitan dengan penggunaan keuangan negara.

b. Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Pelaksanaan Kegiatan Rutin menggunakan struktur
organisasi sesuai Struktur Organisasi Tata Cara Kerja
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 74
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(SOTK) yang berlaku pada kesatuan masing-masing.


2) Kesatuan penyelenggara dan pengemban tanggung jawab
Kegiatan Rutin pada tingkat kesatuan Polri, sebagai
berikut :
a) Pada tingkat Mabes Polri :
(1) Kasatker/Kasatfung sebagai koordinator dan
sekaligus Penanggung Jawab Kegiatan Rutin.
(2) Baintelkam Polri bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan deteksi dan
preemtif, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(3) Bareskrim Polri bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan penegakan
hukum, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(4) Baharkam Polri bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan preemtif,
preventif, dan penegakan hukum terbatas,
sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(5) Korlantas Polri bertanggung jawab atas Kegiatan
Rutin dalam kegiatan preemtif, preventif dan
penegakan hukum terbatas, sesuai dengan
tugas pokok, fungsi dan peranannya.
(6) Densus 88 AT bertanggung jawab atas Kegiatan
Rutin dalam bentuk deteksi, kontra naratif dan
kontra radikal, penindakan, penyidikan,
identifikasi dan sosialisasi, sesuai dengan tugas
pokok, fungsi dan peranannya.
(7) Divhumas Polri bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan Penmas sesuai
dengan tugas pokok, fungsi dan peranannya.
b) Pada tingkat Polda yaitu :
(1) Kasatwil/Kasatker sebagai koordinator dan
sekaligus Penanggung Jawab Kegiatan Rutin.
(2) Pengemban fungsi Intelkam bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan deteksi dan
preemtif, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(3) Pengemban fungsi Reserse (Reserse Umum,
Khusus dan Narkoba) bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan penegakan
hukum, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 75
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

peranannya
(4) Pengemban fungsi Sabhara bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan preventif
dan penegakan hukum terbatas, sesuai dengan
tugas pokok, fungsi dan peranannya.
(5) Fungsi Pamobvit bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan preventif, sesuai
dengan tugas pokok, fungsi dan peranannya.
(6) Fungsi Polairud bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan preventif dan
penegakan hukum dalam lingkup
kewenangannya, sesuai dengan tugas pokok,
fungsi dan peranannya.
(7) Pengemban fungsi Binmas bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan preemtif,
sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya
(8) Fungsi Lalu lintas bertanggung jawab atas
Kegiatan Rutin dalam kegiatan preventif,
penegakan hukum dan penegakan hukum
terbatas, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(9) Fungsi Humas bertanggung jawab atas Kegiatan
Rutin dalam kegiatan Penmas sesuai dengan
tugas pokok, fungsi dan peranannya.

c) Pada tingkat Polres yaitu :


(1) Kasatwil/Kasatfung sebagai Koordinator dan
sekaligus Penanggung Jawab Kegiatan Rutin.
(2) Pengemban fungsi Intelkam bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan deteksi dan
preemtif, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(3) Pengemban fungsi Reserse (Reskrim/Narkoba)
bertanggung jawab atas Kegiatan Rutin dalam
kegiatan penegakan hukum, sesuai dengan
tugas pokok, fungsi dan peranannya.
(4) Pengemban fungsi Sabhara/Pamobvit
bertanggung jawab atas Kegiatan Rutin dalam
kegiatan preventif, dan penegakan hukum
terbatas, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(5) Pengemban fungsi Polair bertanggung jawab
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 76
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan preventif


dan penegakan hukum dalam lingkup
kewenangannya, sesuai dengan tugas pokok,
fungsi dan peranannya
(6) Pengemban fungsi Binmas bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan preemtif,
sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(7) Pengemban fungsi Lalu lintas bertanggung
jawab atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan
preventif, penegakan hukum dan penegakan
hukum terbatas, sesuai dgn tugas pokok, fungsi
dan peranannya.
(8) Pengemban fungsi Humas bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan Penmas
sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
d) Pada tingkat Polsek, yaitu :
(1) Kapolsek sebagai koordinator dan sekaligus
Penanggung Jawab Kegiatan Rutin
(2) Pengemban fungsi Intelkam bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan deteksi dan
preemtif, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(3) Pengemban fungsi Reserse bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan penegakan
hukum, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya
(4) Pengemban fungsi Sabhara (Patroli)
bertanggung jawab atas Kegiatan Rutin dalam
kegiatan preventif dan penegakan hukum
terbatas, sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya
(5) Pengemban fungsi Binmas bertanggung jawab
atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan preemtif,
sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
peranannya.
(6) Pengemban fungsi Lalu Lintas bertanggung
jawab atas Kegiatan Rutin dalam kegiatan
preventif, penegakan hukum dan penegakan
hukum terbatas, sesuai dengan tugas pokok
fungsi dan peranannya.
3) Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian :
a) Adanya kesatuan perintah guna menghindari
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 77
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keraguan bertindak bagi pelaksana Kegiatan Rutin di


lapangan.
b) Terjaminnya rentang kendali mulai dari pimpinan
satuan (Penanggung Jawab), Pengendali /
Pengendali Langsung dilapangan sampai pada
pelaksana Kegiatan Rutin.
c) Pendelegasian wewenang yang jelas dan teratur.
d) Adanya lapis-lapis kekuatan dan kemampuan untuk
keperluan backup Kegiatan Rutin.
4) Administrasi
a) Administrasi Kegiatan Rutin disusun terpisah dengan
administrasi Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan
(KRYD) dan dengan administrasi lainnya.
b) Penyusunan administrasi dalam Kegiatan Rutin,
sesuai dengan kepentingan tugas masing-masing
fungsi utama, antara lain :
(1) Surat Perintah Tugas dan lampirannya.
(2) Kartu Tanda Anggota (KTA).
(3) Daftar Alut dan/atau Alsus yang digunakan.
(4) Belangko/format yang dibutuhkan.
(5) Administrasi dukungan anggaran.
(6) Administrasi lainnya yang diperlukan.
c. Pelaksanaan
1) Fungsi utama mengaplikasikan Rencana Kegiatan yang
telah tersusun dalam tahapan :
a) Tahap persiapan
1) Penyiapan administrasi yang dibutuhkan dan
pendistribusiannya.
2) Penyaluran dukungan anggaran.
3) Kesiapan logistik berupa alat kelengkapan
perorangan dan satuan (Alut dan/atau Alsus).
4) Penjelasan-penjelasan, tentang :
(a) sasaran kegiatan.
(b) cara bertindak.
(c) pelibatan kekuatan, baik personel, logistik
yang digunakan.
(d) penggunaan anggaran kegiatan.
(e) pelaksanaan kegiatan.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 78


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(f) pengendalian kegiatan.


(g) keberhasilan yang diharapkan.
5) Drill-drill yang dibutuhkan dan disesuaikan
dengan cara betindak yang ditentukan dalam
Rencana Kegiatan.
b) Tahap pelaksanaan :
(1) Acara Arahan Pimpinan (AAP), berupa :
(a) sasaran dan/atau target kegiatan.
(b) cara bertindak yang dipilih.
(c) pelibatan kekuatan, baik personel maupun
logistik yang digunakan.
(d) penggunaan anggaran kegiatan.
(e) pelaksanaan kegiatan.
(f) pengendalian kegiatan.
(g) keberhasilan yang diharapkan.
(2) Petunjuk/arahan/penekanan yg perlu
diperhatikan.
(3) Peringatan-peringatan, berupa : risiko kegagalan
yang mungkin dihadapi, kewaspadaan terhadap
hal-hal yang dapat merugikan secara pribadi
atau satuan.
(4) Tanya jawab antara pemberi AAP dengan
pelaksana kegiatan.
(5) Ploting kekuatan personel dan alat
perlengkapannya untuk menghadapi sasaran.
(6) Menggerakkan kekuatan ke tempat sasaran.
(7) Melaksanakan Kegiatan Rutin.
(8) Membuat Perkiraan Cepat (Kirpat) oleh fungsi
Intelijen sesuai perkembangan atau kebutuhan.
c) Tahap akhir :
(1) Konsolidasi
Konsolidasi dilakukan setelah pelaksanaan
kegiatan, berupa :
(a) pengecekan personel, baik dari jumlah
maupun kondisi kesehatan.
(b) pengecekan logistik perorangan dan
satuan yang digunakan.
(c) pengumpulan terhadap hal-hal yang

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 79


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dihasilkan dalam kegiatan, baik berupa


bahan keterangan maupun benda-benda
(barang bukti) yang disita, dan lain-lain.

(2) Kaji ulang


Melakukan kegiatan penelaahan, anev secara
mendalam serta sistematis, terhadap :
(a) pelaksanaan kegiatan.
(b) hasil kegiatan.
(c) hambatan-hambatan selama pelaksanaan
kegiatan.
(d) lain-lain yang diperlukan.
(3) penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan.
2) Hasil yang diharapkan pada setiap sasaran Kegiatan Rutin
a) Pada sasaran PG yaitu :
(1) PG di bidang Astagatra sebagai faktor stimulan
atau pencetus tidak berkembang menjadi AG
bahkan GN.
(2) PG yang tidak dapat hilang karena sifatnya,
maka diharapkan tidak berkembang menjadi
menjadi GN.
b) Pada sasaran AG yaitu :
(1) AG tidak berkembang menjadi GN.
(2) AG tidak menghambat aktivitas masyarakat
secara luas.
(3) Hilangnya kekhawatiran masyarakat terhadap
AG.
c) pada sasaran GN yaitu :
(1) GN terlokalisir sehingga tidak berdampak luas
dan mengkhawatirkan masyarakat lain.
(2) GN dapat ditangani dengan baik dan tuntas.

d. Pengendalian
1) Kegiatan Rutin dikendalikan melalui mekanisme, sebagai
berikut :
a) Pengendalian pada tingkat Mabes Polri dilakukan
melalui :
(1) Rapat Pimpinan (Rapim) Polri.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 80


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Apel Kasatwil.


(3) Rapat Kerja Tehnis (Rakernis).
(4) Gelar Operasional (GO).
(5) Analisa dan Evaluasi (Anev).
b) Pengendalian pada tingkat Polda dilakukan melalui :
(1) Rapat Pimpinan Tingkat Polda.
(2) Rapat Kerja Tehnis (Rakernis).
(3) Gelar Operasional (GO).
(4) Analisa dan Evaluasi (Anev).
c) Pengendalian pada tingkat Polres dilakukan melalui :
(1) Gelar Operasional (GO).
(2) Analisa dan Evaluasi (Anev).
d) Pengendalian pada tingkat Polsek dilakukan melalui :
Analisa dan Evaluasi (Anev).
2) Maksud dan tujuan dilakukannya pengendalian terhadap
pelaksanaan Kegiatan Rutin adalah :
a) Memelihara arah dan dinamika pelaksanaan Kegiatan
Rutin sesuai dengan perencanaan.
b) Menjamin tergelarnya Kegiatan Rutin.
c) Menghindari timbulnya penyimpangan-
penyimpangan.
d) Melakukan tindakan korektif apabila terdapat
penyimpangan.
3) Metode pengendalian Kegiatan Rutin, yatu :
a) Bersifat administratif.
(1) Pelaporan hasil kegiatan bersifat harian,
mingguan, bulanan dan tahunan.
(2) Pelaporan hasil kegiatan yang bersifat insidentil.
(3) Melaksanakan Analisa dan Evaluasi (Anev)
bersifat rutin terhadap kegiatan dan
perkembangan situasi kamtibmas.
(4) Melaksanakan gelar perkara bersifat insidentil.
(5) Pengawasan dan pemeriksaan (Wasrik) bersifat
rutin terhadap laporan hasil kegiatan.
b) Bersifat teknis dan taktis
(1) Pengendalian langsung didasarkan atas
kewenangan yang melekat pada jabatan struktur

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 81


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

organisasi Polri.
(2) Penunjukan terhadap pejabat yang bertanggung
jawab sebagai pengendali langsung di
lapangan.
(3) Asistensi dan/atau supervise.
(4) Inspeksi mendadak (on the spot).
(5) Melakukan penilaian tingkat keberhasilan
pelaksanaan Kegiatan Rutin.
(6) Menetapkan sistem pengendalian saat
pelaksanaan Kegiatan Rutin sebagai akibat
adanya perubahan CB yang disesuaikan
dengan perkembangan situasi dan kondisi
lapangan.
4) Sasaran dan waktu pengendalian Kegiatan Rutin :
a. Sasaran pengendalian :
(1) Pemilihan dan penentuan sasaran.
(2) Cara bertindak yang ditentukan.
(3) Cara pengamanan dan penyelesaian akhir.
(4) Urut-urutan tindakan.
(5) Personel yang dilibatkan.
(6) Penggunaan anggaran.
(7) Penggunaan logistik.
(8) Produk-produk tertulis.

b. Waktu pengendalian:
(1) Sebelum pelaksanaan Kegiatan Rutin.
(2) Selama Kegiatan Rutin berlangsung.
(3) Akhir Kegiatan Rutin.
5) Subjek pengendalian Kegiatan Rutin.
a) Pimpinan kesatuan secara berjenjang mulai dari
Mabes Polri sampai Polsek, sesuai dengan struktur
organisasi kepolisian.
b) Pada tingkat Mabes Polri, Kegiatan Rutin
dikendalikan oleh Kasatker/Kasatfung sesuai
kewenangan pada fungsi teknis masing-masing.
c) Pada tingkat Polda, Kegiatan Rutin dikendalikan oleh
Kasatker/Kasatfung sesuai kewenangan pada fungsi
teknis masing-masing.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 82


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Pada tingkat Polres, Kegiatan Rutin dikendalikan oleh


Kasatfung sesuai kewenangan pada fungsi teknis
masing-masing.
e) Pada tingkat Polsek, Kegiatan Rutin dikendalikan
oleh Kapolsek sedangkan Kanit mengendalikan
sesuai kewenangan pada fungsi teknis masing-
masing.
Apabila Kegiatan Rutin belum menunjukkan hasil yang
maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas ancaman,
tindak pidana dan gangguan kamtibmas yang menjadi
sasaran/target maka Kasatwil dapat merencanakan dan
melaksanakan KRYD.

3. Manajemen Kegiatan Rutin yang Ditingkatkan (KRYD)


KRYD merupakan kegiatan kepolisian yang menangani kegiatan
masyarakat dan/atau pemerintah yang berdampak kepada
terganggunya situasi kamtibmas serta mengakibatkan keresahan
masyarakat berdasarkan kirsus intelijen yang diklasifikasikan sebagai
sasaran selektif dan sasaran prioritas.
Bentuk KRYD meliputi KRYD Gabungan Fungsi Utama Internal Polri
dan KRYD Gabungan Fungsi Utama Internal Polri dan/atau
Stakeholders.
a. Perencanaan
1) Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan :
a) Kegiatan Rutin belum signifikan dalam menangani
sasaran (ancaman tindak pidana dan gangguan
kamtibmas).
b) Adanya tren perkembangan gangguan kamtibmas
yang meningkat dari waktu ke waktu, baik secara
kuantitas maupun kualitas.
c) Adanya keresahan masyarakat yang menjadi
perhatian pemerintah dan dijadikan atensi pimpinan
Polri maka perlu dilakukan KRYD.
d) Berdasarkan kirsus intelijen dan penilaian Kasatwil
perlu dilakukan KRYD.
e) Penyelenggaraan KRYD dilaksanakan oleh gabungan
fungsi utama, dapat melibatkan fungsi bantuan,
fungsi pendukung dan/atau stakeholders (eksternal).
f) Apabila hasil penyelenggaraan KRYD belum secara
signifikan menurunkan gangguan kamtibmas dan
berdasarkan kirsus intelijen maka diselenggarakan
Operasi Kepolisian.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 83


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Pejabat Polri yang bertugas menyusun rencana kegiatan


yaitu :
a) Tingkat Mabes Polri, disusun oleh Asops
Kapolri.
b) Tingkat Polda, disusun oleh Karoops.
c) Tingkat Polres, disusun oleh Kabagops.
d) Tingkat Polsek, disusun oleh Kapolsek.
3) Peranan fungsi utama dalam penyusunan perencanaan :
a) Seluruh pengemban fungsi utama memberikan
dukungan berupa bahan keterangan/informasi
kepada :
(1) Unsur Sops mulai dari tingkat Mabes Polri
sampai Polsek dalam rangka penyusunan
Rencana KRYD.
(2) Fungsi Intelkam dalam rangka penyusunan
Kirka Intel bersifat aktual.
(3) Khusus pengemban fungsi Intelijen memberikan
dukungan berupa Produk Khusus Intelijen
tentang perkembangan situasi kamtibmas yang
bersifat aktual kepada :
(a) Kasatker pada tingkat Mabes Polri dan
Kasatwil pada tingkat Satwil, guna
pengambilan kebijakan lebih lanjut.
(b) Unsur Sops pada masing-masing kesatuan
kepolisian sebagai bahan Anev dan
koordinasi dengan para pengemban fungsi
utama, guna penyusunan Rencana KRYD.
(c) Para pengemban fungsi utama guna
penyiapan segala hal ihkwal berkaitan
dengan KRYD yang akan dilaksanakan.
b) Khusus pengemban fungsi Reserse
memberikan dukungan bahan keterangan/informasi
berupa anatomi kejahatan (anatomy of crime) kepada
:
(1) Kasatker pada tingkat Mabes Polri, Kasatwil dan
Kapolsek guna pengambilan kebijakan lebih
lanjut.
(2) Unsur Sops sesuai dengan tingkatannya
sebagai bahan koordinasi dengan para
pengemban fungsi utama dan fungsi bantuan
guna penyusunan rencana KRYD.
(3) Para pengemban fungsi utama dan fungsi
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 84
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bantuan guna penyiapan segala hal yang


berkaitan dengan KRYD yang akan
dilaksanakan.
4) Peranan fungsi bantuan dalam penyusunan perencanaan :
a) Pengemban fungsi bantuan memberikan dukungan
dalam bentuk Rencana Fungsi (Renfung) yang
memuat pelibatan personel, logistic dan lain-lain yang
diperlukan melalui Unsur Sops.
b) Bantuan diberikan apabila ada permintaan dari unsur
pelaksana yang membutuhkan melalui unsur Sops.
c) Pemberian bantuan dilaksanakan melalui prosedur/
mekanisme yang telah ditentukan, yaitu :
(1) Tingkat Mabes Polri adalah atas perintah
Kapolri.
(2) Tingkat Polda/Polres/Polsek adalah atas
perintah Kapolda, sedangkan Kapolri bersifat
mengetahui.
5) Perencanaan KRYD.
memuat secara lengkap dan jelas, tentang :
a) Sasaran tertentu, yaitu sasaran selektif dan sasaran
prioritas yang telah ditetapkan.
b) Cara Bertindak sesuai dengan fungsi masing-masing.
c) Pelibatan kekuatan personel sesuai dengan
kebutuhan.
d) Anggaran yang digunakan adalah anggaran RKA-KL /
DIPA dan/atau sumber dana lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
e) Logistik yang digunakan adalah Alut atau Alsus yang
ada pada fungsi masing-masing.
f) Struktur Organisasi KRYD disusun sesuai kebutuhan.
g) Pelibatan pihak lain di luar Polri (eksternal)
disesuaikan dengan kebutuhan dan peranannya.
h) hasil yang ingin dicapai situasi kamtibmas dapat
dikendalikan.
6) Distribusi Rencana KRYD :
a) Didistribusikan kepada Kasatfung yang dilibatkan
dalam KRYD.
b) AAP kepada personel yang dilibatkan sesuai surat
perintah KRYD.
7) Penentuan sasaran KRYD :
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 85
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Landasan penentuan sasaran :


(1) Analisa dan evaluasi situasi Kamtibmas yang
dilakukan oleh unsur Sops.
(2) Kirka Intel actual.
(3) Penilaian Pimpinan.
b) Bentuk sasaran KRYD, meliputi :
(1) Situasi, dengan unsur-unsurnya :
(a) lokasi (tempat).
(b) waktu.
(c) penyebab.
(2) Pelaku (orang, sindikat, badan hukum).
(3) Benda atau barang.
(4) Kegiatan masyarakat/pemerintah.
c) Langkah penentuan sasaran
(1) Melakukan pengumpulan dan pengolahan data
gangguan Kamtibmas yang memuat informasi
mengenai PG, AG dan GN.
(2) Melakukan pengumpulan bahan keterangan,
yang bersumber dari laporan hasil Kegiatan
Rutin terdahulu dan hasil KRYD terdahulu.
(3) Mengolah bahan keterangan, melalui kegiatan
pemilahan, penafsiran, dan penyimpulan, untuk
disusun dalam format perkiraan Intelijen yang
akan disajikan kepada unsur pimpinan.
(4) Menentukan klasifikasi sasaran selektif yaitu :
(a) Potensi Gangguan (PG)
PG yang berpotensi tinggi akan
menimbulkan gangguan Kamtibmas,
sebagai contoh :
 sikap fanatisme yang berlebihan.
 sikap individualistis dan egoisme
yang berlebihan.
 apatisme yang meluas, terutama
terhadap masalah hukum yang
berlaku.
 perilaku main hakim sendiri dalam
menyelesaikan masalah.
 sikap yang berseberangan dengan

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 86


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kebijakan pemerintahan, dll.


(b) Ambang Gangguan (AG)
AG yang berpotensi tinggi menimbulkan
gangguan kamtibmas terutama terjadinya
GN, yang perwujudannya berupa :
 adanya suatu kondisi atau keadaan
sedemikian rupa yang berpotensi
kuat menimbulkan konflik
sosial/massa.
 pengerahan massa pada suatu
kegiatan, baik kegiatan pemerintahan
ataupun masyarakat.
 demonstrasi yang diperkirakan
berpotensi tinggi terjadinya GN.
 dan lain-lain.
(c) Gangguan Nyata (GN)
GN yang berdampak luas dan meresahkan
masyarakat, yang perwujudannya berupa :
 kriminalitas tertentu yang
menunjukkan kecenderungan terus
meningkat melampaui batas
toleransi.
 kriminalitas tertentu yang
menimbulkan keresahan masyarakat.
 kriminalitas tertentu yang merugikan
dan merongrong kewibawaan
pemerintah.
 kriminalitas tertentu yang mempunyai
dampak merugikan, mengancam dan
merusak sendi-sendi kehidupan
masyarakat, berbangsa dan
bernegara.
8) Penentuan sasaran selektif KRYD.
a) Persyaratan sasaran selektif.
Sasaran selektif harus jelas dan tajam untuk
penyusunan Rencana KRYD guna menetapkan cara
bertindak berikut kekuatan yang dilibatkan serta
menjamin kecepatan dan ketepatan bertindak untuk
memberikan kepastian dalam rangka pencapaian
hasil selama kegiatan berlangsung.
b) Kriteria sasaran selektif, sebagai berikut :

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 87


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Mempunyai dampak terhadap penurunan


ancaman dan gangguan Kamtibmas serta dapat
menekan angka Jumlah Tindak Pidana (JTP)
dan meningkatkan angka Jumlah Penyelesaian
Tindak Pidana (PJTP).
(2) Dapat mengurangi/menghilangkan keresahan
masyarakat.
(3) Penanganan terhadap sasaran selektif KRYD
tersebut mempunyai dampak pencegahan
terhadap meluasnya ancaman dan gangguan
kamtibmas serta akibat-akibat yang
ditimbulkannya.
(4) Penanganan sasaran selektif KRYD tersebut
dapat mengubah situasi.
c) Hal-hal yang harus dihindari dalam penentuan
sasaran selektif adalah :
(1) Penentuan sasaran atau sasaran selektif tidak
dilakukan asal jadi tanpa memperhatikan bobot
ancaman.
(2) Sikap dan pandangan yang keliru dalam
penentuan sasaran selektif yang diukur dari
jumlah sasaran atau sasaran selektif yang akan
diselesaikan dengan mengabaikan bobot
ancaman.
(3) Kurang pemahaman dan pengertian terhadap
klasifikasi sasaran atau sasaran selektif dan
bobot ancaman serta tujuan-tujuan yang akan
dicapai dari pelaksanaan KRYD, sehingga
dalam proses penentuan sasaran atau sasaran
selektif tidak terlaksana dengan baik,
selanjutnya perencanaan serta pelaksanaan
kegiatannyapun tidak terarah dan tidak
teroganisir dengan baik.
d) Perubahan sasaran atau sasaran selektif dan
penanganannya :
(1) Penyebab perubahan sasaran atau sasaran
selektif
(a) disebabkan oleh perkembangan situasi.
(b) disebabkan oleh perkembangan atas
penanganan sasaran atau sasaran
selektif, termasuk akibat kekeliruan
dan/atau penyimpangan dalam
melaksanakan kegiatan.
(2) Penanganan perubahan sasaran atau sasaran
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 88
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

selektif :
(a) segera melaporkan perkembangan
sasaran atau sasaran selektif kepada
Penanggung Jawab KRYD selaku atasan,
secara lengkap dan rinci berikut
alasannya.
(b) pemberitahuan dan penjelasan kepada
Satgas KRYD tentang perkembangan
sasaran atau sasaran selektif dan
penanganannya.

e) Perkembangan sasaran atau sasaran selektif yang


mungkin terjadi :
(1) Timbul sasaran selektif baru.
(a) sasaran selektif berkembang dan
memenuhi kriteria sasaran selektif,
sehingga menambah jumlah sasaran
selektif yang akan ditangani selama
kegiatan.
(b) penanganan terhadap sasaran selektif
baru, dapat ditangani oleh satuan
pelaksana tugas yang sedang menangani,
atau membentuk satuan pelaksana tugas
baru, yaitu :
 satuan pelaksana tugas Gabungan
Fungsi Utama, dan atau
 satuan pelaksana tugas Gabungan
Fungsi Utama dan Stakeholders
(eksternal).
(2) Dalam hal sasaran atau sasaran selektif
sebagian besar atau seluruhnya telah tercapai
sedangkan waktu kegiatan masih tersisa, maka
tentukan sasaran atau sasaran selektif baru
untuk ditangani.
(3) Dalam hal sasaran atau sasaran selektif
mengalami perubahan yang menyebabkan
kesulitan dalam penanganannya, sedangkan
sisa waktu kegiatan terbatas, maka langkah
yang dilakukan, yaitu :
(a) sasaran atau sasaran selektif tidak
ditangani lagi, dan
(b) sasaran atau sasaran selektif tersebut
menjadi sasaran atau sasaran selektif
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 89
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam kegiatan berikutnya.


(4) Dalam hal pelaku kejahatan yang dijadikan
sasaran selektif berhasil melarikan diri ke luar
negeri dan tujuannya tidak jelas, maka pelaku
tetap dikejar walaupun prosesnya akan
memerlukan waktu yang cukup lama dan
melebihi waktu yang ditetapkan dalam KRYD,
yakni dengan permintaan bantuan dari fungsi
pendukung (Hubinter).
(5) Dalam hal pelaku kejahatan meninggal dunia,
maka penyidikan terhadap perkara yang
bersangkutan dihentikan.
(6) Dalam hal benda, baik benda sebagai alat
kejahatan maupun sebagai hasil dari kejahatan,
musnah, hancur atau hilang yang bukan
disebabkan oleh tindakan satuan pelaksana
tugas, maka langkah yang dilakukan yaitu :
(a) mencari alat bukti lain.
(b) membuat berita acara yang menjelaskan
tentang benda dimaksud.
9) Cara Bertindak
Cara bertindak teknis dan taktis dalam KRYD disesuaikan
dengan sasaran atau sasaran selektif yang dihadapi.
10) Pelibatan sumber daya kepolisian
Pelibatan sumber daya kepolisian dalam penyelenggaraan
KRYD, meliputi :
a) Personel
(1) Secara kuantitas
(a) gabungan fungsi teknis yaitu terdiri dari
dua atau lebih fungsi teknis.
(b) dapat melibatkan kekuatan eksternal Polri
sesuai dengan peranan dan
kepentingannya.
(c) dapat dibantu oleh pengemban fungsi
bantuan.
(2) Secara kualitas.
Personel yang dipilih berdasarkan kompetensi
dan kepentingannya yang disesuaikan dengan
tantangan tugas yang dihadapi.
b) Logistik.
Penggunaan logistik dalam KRYD disesuaikan
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 90
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dengan ancaman dan gangguan Kamtibmas yang


dihadapi, bersumber dari :
(1) logistik yang dimiliki oleh masing-masing fungsi,
yang disesuaikan dengan sasaran yang
dihadapi.
(2) dapat meminta bantuan logistik dari unsur Slog.
c) Anggaran.
Penggunaan anggaran bersumber dari anggaran
RKA-KL / DIPA dan/atau sumber dana lain yang
dapat dipertanggungjawabkan.
11) Fungsi fungsi bantuan dan pendukung dalam KRYD.
Dalam rangka pelaksanaan KRYD dapat melibatkan fungsi
bantuan dan fungsi pendukung.

b. Pengorganisasian.
1) Struktur Organisasi
Menggunakan struktur organisasi tertentu yaitu gabungan
dari dua atau lebih fungsi utama, dapat dibantu oleh fungsi
fungsi bantuan dan pendukung serta pelibatan pihak lain
diluar Polri (eksternal)
a) Penanggung Jawab :
KRYD Gabungan Fungsi Utama Internal Polri dan
KRYD Gabungan Fungsi Utama Internal Polri
dan/atau Stakeholders :
(1) Penanggung jawab tingkat Mabes Polri : Kapolri
(2) Penanggung jawab tingkat Polda : Kapolda
(3) Penanggung jawab tingkat Polres : Kapolres
(4) Penanggung jawab tingkat Polsek : Kapolsek
b) Pengendali :
(1) KRYD Gabungan Fungsi Utama Internal Polri.
(a) pengendali tingkat Mabes Polri : Asops
Kapolri
(b) pengendali tingkat Polda : Karoops
(c) pengendali tingkat Polres : Kabagops
(d) pengendali tingkat Polsek : Perwira atau
pejabat yang ditunjuk.
(2) KRYD Gabungan Fungsi Utama Internal Polri
dan atau Stakeholders.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 91


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pengendali tingkat Mabes Polri adalah


Kasatgas yang ditunjuk oleh Kapolri.
c) Satuan Tugas :
(1) Masing-masing kesatuan kepolisian yang
menyelenggarakan KRYD Gabungan Fungsi
Utama Internal Polri membentuk tim satuan
tugas sesuai kebutuhan, sedangkan KRYD
Gabungan Fungsi Utama Internal Polri dan atau
Stakeholders membentuk tim satuan tugas
sesuai kebutuhan
(2) Jumlah fungsi utama dalam tim satuan tugas
yang terlibat dalam KRYD Gabungan Fungsi
Utama Internal Polri serta Gabungan Fungsi
Utama Internal Polri dan/atau Stakeholders
disesuaikan dengan kepentingannya.
(3) Jumlah personel dalam tim satuan tugas KRYD
Gabungan Fungsi Utama Internal Polri serta
Gabungan Fungsi Utama Internal Polri dan/atau
Stakeholders disesuaikan dengan peranannya.
(4) Para kepala tim dan personel satuan tugas
berasal dari pengemban fungsi utama yang
ditunjuk.
(5) Personel yang dilibatkan dalam KRYD
Gabungan Fungsi Utama Internal Polri serta
Gabungan Fungsi Utama Internal Polri dan/atau
Stakeholders disesuaikan dengan kebutuhan.
2) Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian :
a) Adanya kesatuan perintah guna menghindari
keraguan bertindak bagi pelaksana KRYD di
lapangan.
b) Terjaminnya rentang kendali mulai dari Pimpinan
Satuan, Penanggung Jawab, Pengendali hingga
pada Satgas KRYD di lapangan.
c) Pendelegasian wewenang penyelenggaraan KRYD
harus memiliki legalitas yang jelas.
d) Adanya lapis-lapis kekuatan dan kemampuan untuk
keperluan back-up KRYD.
3) Administrasi dalam KRYD, berupa :
a) Administrasi Kegiatan Rutin Yang Ditingkatkan
(KRYD) disusun terpisah dengan administrasi
Kegiatan Rutin dan dengan administrasi lainnya.
b) Penyusunan administrasi dalam KRYD antara lain :

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 92


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Surat Perintah Tugas.


(2) Surat Perintah Penggeledahan.
(3) Surat Perintah Penyitaan.
(4) Surat Perintah Penangkapan.
(5) Belangko/format yang diperlukan.
(6) Administrasi anggaran.
(7) Administrasi lainnya yang dibutuhkan.

c. Pelaksanaan
1) KRYD dilaksanakan, dengan tahapan :
a) Tahap Persiapan
(1) Penyiapan administrasi yang dibutuhkan dan
pendistribusiannya.
(2) Penyaluran dukungan anggaran.
(3) Kesiapan logistik berupa alat kelengkapan
perorangan dan satuan (Alut dan Alsus).
(4) Penjelasan-penjelasan, tentang :
(a) sasaran kegiatan.
(b) cara bertindak.
(c) pelibatan kekuatan, baik personel, logistik
yang digunakan.
(d) penggunaan anggaran kegiatan.
(e) pelaksanaan kegiatan.
(f) pengendalian kegiatan.
(g) keberhasilan yang diharapkan.
(5) Drill-drill yang dibutuhkan dan disesuaikan
dengan cara betindak yang ditentukan dalam
penyelenggaraan KRYD.
b) Tahap Pelaksanaan :
(1) Acara Pimpinan Pasukan (APP) / briefing,
berupa :
(a) sasaran kegiatan.
(b) cara bertindak.
(c) pelibatan kekuatan, baik personel, logistik
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 93
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang digunakan.
(d) penggunaan anggaran kegiatan.
(e) pelaksanaan kegiatan.
(f) pengendalian kegiatan.
(g) keberhasilan yang diharapkan.
(2) Petunjuk/arahan/penekanan yg perlu
diperhatikan oleh para pelaksana.
(3) Peringatan-peringatan, berupa: risiko kegagalan
yang mungkin dihadapi, kewaspadaan terhadap
hal-hal yang merugikan secara pribadi atau
satuan.
(4) Tanya jawab antara pemberi AAP dengan
pelaksana lapangan.
(5) Ploting kekuatan personel dan alat
perlengkapannya menghadapi sasaran.
(6) Menggerakkan kekuatan ke tempat sasaran.
(7) Melaksanakan kegiatan kepolisian.
(8) Membuat Perkiraan Cepat (Kirpat) oleh fungsi
Intelijen sesuai perkembangan dan/atau
kebutuhan.
c) Tahap Akhir :
(1) Konsolidasi
Konsolidasi dilakukan setelah pelaksanaan
kegiatan, berupa :
(a) pengecekan personel, baik dari jumlah
maupun kondisi kesehatan.
(b) pengecekan logistik perorangan dan
satuan yang digunakan.
(c) pengumpulan terhadap hal-hal yang
dihasilkan dalam KRYD, baik berupa
bahan keterangan maupun benda-benda
(barang bukti) yang disita.
(2) Kaji Ulang
Melakukan kegiatan penelaahan serta anev
secara mendalam dan sistematis, terhadap :
(a) pelaksanaan kegiatan.
(b) hasil kegiatan.
(c) hambatan-hambatan selama pelaksanaan
kegiatan
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 94
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(d) dan lain-lain yang diperlukan.


(3) Penyusunan laporan pelaksanaan KRYD.
2) Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan KRYD :
a) Terkendalinya PG, AG dan GN sehingga situasi
kamtibmas menjadi kondusif.
b) Ancaman dan gangguan Kamtibmas tidak
berkembang.
c) Kepercayaan masyarakat terhadap Polri meningkat.

d. Pengendalian
1) KRYD dikendalikan melalui mekanisme, sebagai berikut :
a) Pengendalian pada tingkat Mabes dilakukan melalui :
(1) Laporan hasil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Mabes dan satuan pelaksana tugas Polda.
(2) Laporan insidentil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Mabes dan satuan pelaksana tugas Polda.
(3) Analisa dan Evaluasi Pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Mabes dan satuan pelaksana tugas Polda.
b) Pengendalian pada tingkat Polda dilakukan melalui :
(1) Laporan hasil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Polda dan satuan pelaksana tugas Polres.
(2) Laporan insidentil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Polda dan satuan pelaksana tugas Polres.
(3) Analisa dan Evaluasi Pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Polda dan satuan pelaksana tugas Polres.
c) Pengendalian pada tingkat Polres dilakukan melalui :
(1) Laporan hasil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Polres dan satuan pelaksana tugas Polsek.
(2) Laporan insidentil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 95


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Polres dan satuan pelaksana tugas Polsek.


(3) Analisa dan Evaluasi Pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Polres dan satuan pelaksana tugas Polsek.
d) Pengendalian pada tingkat Polsek dilakukan melalui :
(1) Laporan hasil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Unit Polsek.
(2) Laporan insidentil pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Unit Polsek.
(3) Analisa dan Evaluasi Pelaksanaan KRYD yang
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tugas
Unit Polsek.
2) Metode pengendalian dalam pelaksanaan KRYD, adalah :
a) Bersifat administratif.
(1) Laporan insidentil.
(2) Analisa dan evaluasi.
(3) Gelar perkara.
(4) Pengawasan dan pemeriksaan (Wasrik).
b) Bersifat teknis dan taktis.
(1) Pengendalian melekat pada jabatan dalam
KRYD.
(2) Penunjukan terhadap pejabat yang bertanggung
jawab sebagai pengendali langsung di
lapangan.
(3) Asistensi dan/atau supervisi.
(4) Inspeksi mendadak (on the spot).
(5) Melakukan penilaian tingkat keberhasilan
pelaksanaan KRYD.
3) Sasaran dan Waktu Pengendalian :
a) Sasaran Pengendalian :
(1) Pemilihan dan penentuan sasaran.
(2) Cara Bertindak.
(3) Kekuatan personel.
(4) Pelibatan kekuatan dari fungsi bantuan khusus
dan/atau dari Stakeholders, jika ada.
(5) Alut dan/atau Alsus yang digunakan.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 96


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(6) Penggunaan anggaran.


(7) Produk-produk tertulis tertentu.
(8) Cara pengamanan dan penyelesaian akhir.
(9) Urut-urutan tindakan.
b) Waktu Pengendalian :
(1) Sebelum pelaksanaan KRYD.
(2) Selama KRYD berlangsung.
(3) Akhir KRYD.
4) Analisa dan Evaluasi
Apabila KRYD belum menunjukkan hasil yang maskimal,
baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas dalam
menangani sasaran, dan didukung dengan kirsus intelijen
maka dapat direncanakan dan melaksanakan Operasi
Kepolisian.

4. Ketentuan Pemberian Dukungan Dalam Giat Kepolisian


a. Fungsi bantuan
1) Fungsi bantuan adalah penanggung jawab secara teknis
atas bantuan yang diberikan kepada fungsi utama,
sedangkan penerima bantuan adalah penanggung jawab
secara taktis.
2) Fungsi bantuan, selain melaksanakan tugas pokok dan
perannya masing-masing juga memberikan bantuan
kepada fungsi utama apabila ada permintaan dari fungsi
utama.
3) Pemberian bantuan kepada fungsi utama atas perintah :
a) Untuk tingkat Mabes Polri oleh Kapolri.
b) Untuk tingkat Polda oleh Kapolda.
c) Untuk tingkat Polres oleh Kapolres.
4) Perbantuan kekuatan kepada fungsi utama/Satwil yang
bersifat BKO Fungsi bantuan pada fungsi teknis bersifat
Bawah Kendali Operasi (BKO).
5) Logistik dan anggaran dibebankan kepada fungsi
utama/satwil yang meminta Bawah Kendali Operasi (BKO)
atau sesuai dengan kebijakan pimpinan.
b. Fungsi pendukung
Fungsi pendukung mempersipkan personel, logistik dan
anggaran sesuai permintaan fungsi utama/Satwil atas perintah :

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 97


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Untuk tingkat Mabes Polri oleh Kapolri.


2) Untuk tingkat Polda oleh Kapolda.
3) Untuk tingkat Polres oleh Kapolres.

Rangkuman

1. Kegiatan kepolisian
a. Kegiatan Kepolisian disusun melalui proses manajemen
dengan menggunakan segala sumber daya Polri yang dimiliki
untuk menangani setiap ancaman dan gangguan Kamtibmas.
b. Manajemen kegiatan kepolisian diarahkan pada pencapaian
tujuan Polri sebagaimana visi dan misi yang termuat dalam
Grand Strategi Polri, dan telah dijabarkan dalam Rencana
Strategi Polri dan Rencana Kerja Tahunan Polri.
c. Dengan memperhatikan Kirka Intel dan Kebijakan Kapolri.
d. Diselenggarakan melalui Kegiatan Kepolisian oleh fungsi utama
kepolisian dari tingkat Mabes Polri sampai tingkat Polsek,
dalam bentuk Kegiatan Rutin maupun Kegiatan Rutin Yang
Ditingkatkan (KRYD).

2. Kegiatan fungsi utama kepolisian


Berdasarkan Tugas Pokok Kepolisian
a. UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri
1) Tugas pokok Polri sebagai berikut :
a) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b) Menegakkan hukum.
c) Memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 98


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Dalam melaksanakan tugas pokok Polri bertugas :


a) Melaksanakan Turjawali terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin
Kamtibcarlantas di jalan.
c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta
ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan.
d) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan
umum.
f) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan
teknis terhadap Polsus, PPNS, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa.
g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara
pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.
h) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, dokpol,
labfor dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian.
i) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda,
masyarakat dan lingkungan hidup, dari gangguan
ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
j) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk
sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau
pihak yang berwenang.
k) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan kepentingannya dalam lingkup tugas
kepolisian
l) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Penjabaran tugas pokok Polri, sebagai berikut :
1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
mencegah terjadinya gangguan kamtibmas dan membina
masyarakat.
2) Menegakan hukum, melakukan penyelidikan dan
penyidikan, identifikasi kepolisian, dokpol, labfor, inafis
dan psikologi kepolisian.
3) Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat, melindungi keselamatan jiwa raga,
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 99
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

harta benda, lingkungan hidup dari gangguan ketertiban


dan/atau bencana termasuk memberikan pertolongan
kepada masyarakat.

3. Manajemen kegiatan rutin


a. Perencanaan
1) Penyusunan pedoman pelaksanaan antara lain :
a) Rencana Kegiatan Tahunan (RKT).
b) Rencana Kegiatan Bulanan (RKB).
c) Rencana Kegiatan Mingguan (RKM).
d) Rencana Kegiatan Harian (RKH).
2) Penyusunan Rencana Kegiatan berdasarkan pada :
a) Hasil analisa dan evaluasi terhadap :
(1) Perkembangan lingkungan strategis.
(2) Data Astagatra (geografi, demografi, sumber
daya alam, ipoleksosbud dan keamanan).
(3) Gangguan kamtibmas yang terjadi.
(4) Daerah rawan Kamtibmas.
(5) Daerah rawan bencana alam.
(6) Daerah rawan kecelakaan dan pelanggaran
Lantas.
(7) Kalender kamtibmas.
(8) Kegiatan masyarakat dan/atau pemerintah.
(9) Perkiraan keadaan intelijen.
(10) Perkembangan situasi kamtibmas.
(11) Laporan Polisi.
(12) Laporan informasi/pengaduan masyarakat.
(13) Laporan hasil penyelidikan.
(14) Anev kegiatan kepolisian periode sebelumnya.
(15) Data lain dalam sistem informasi operasional
Polri.
b) Kegiatan Rutin diselenggarakan oleh semua fungsi
utama yang tergelar mulai dari tingkat Mabes sampai
Polsek dan diselenggarakan secara terus-menerus
sepanjang hari dan sepanjang tahun.

c) Pelaksanaan Kegiatan Rutin berjalan sendiri-sendiri


sesuai tugas pokok satuan fungsi masing-masing.
d) Personel yang dilibatkan adalah personel yang
bertugas pada satuan fungsi masing-masing.
e) Hasil dari anev Kegiatan Rutin menjadi pertimbangan
dilakukannya KRYD.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 100


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Dalam penyelenggaraan Kegiatan Rutin, Kasatwil/


Kasatker/Kasatfung/Kapolsek terlibat dalam kegiatan :
a) Mengorganisasikan unsur-unsur kesatuan yang
meliputi personel, anggaran, logistik dan metode
untuk dihadapkan kepada sasaran kegiatan.
b) Melaksanakan semua rencana yang telah disusun
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4) Peranan fungsi-fungsi kepolisian dalam perencanaan :
a) Fungsi utama :
(1) Bahan keterangan/informasi mulai dari tingkat
Mabes Polri sampai Polsek.
(2) Fungsi Intelkam, penyusunan Kirka Intel.
(3) Fungsi Intelijen memberikan dukungan berupa
Kirka intel perkembangan situasi kamtibmas.
(4) Fungsi Reserse memberikan dukungan bahan
keterangan/informasi berupa anatomi kejahatan
kepada para pengemban fungsi utama.
b) Fungsi bantuan dan fungsi pendukung memberikan
berupa :
(1) Fungsi bantuan memberikan bantuan kepada
fungsi utama berupa Teknologi informasi,
Inafis, Iknas, Labfor, hukum, personel.
(2) Fungsi pendukung memberikan dukungan
kepada fungsi utama berupa perencanaan,
kompetensi personel, latihan dan pendidikan,
kesehatan personel, pemeriksaan psikologi,
anggaran, logistik.
5) Rencana Kegiatan berisi :
a) Sasaran dan/atau target.
b) Cara bertindak.
c) Pelibatan kekuatan personel.
d) Logistik.
e) Anggaran.
f) Hasil yang akan dicapai.
6) Penggunaan Rencana Kegiatan
Didistribusikan kepada Kasatker pada tingkat fungsi
utama (giat pre-emtif, preventif, penegakan hukum dan
humas).
7) Penentuan sasaran
a) Landasan : Kebijakan pimpinan, Kalender
kamtibmas, Data awal dan Kirkaintel.
b) Langkah : Pengumpulan dan penyusunan baket /
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 101
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

informasi, mengolah baket, menentukan klasifikasi


sasaran/target, kegiatan rutin/selektif yg
diprioritaskan.
c) Sasaran Kegiatan Rutin : PG, AG dan GN.
d) Sasaran kegiatan selektif yang diprioritaskan :
(1) PG berdampak AG.
(2) AG berdampak lebih besar munculnya GN.
(3) GN berdampak luas.
e) Bentuk sasaran Kegiatan Rutin : Situasi (lokasi,
waktu, penyebab), Pelaku, Benda/barang, giat
masyarakat / pemerintah.
8) Cara Bertindak
a) Pola bertindak mengedepankan fungsi deteksi,
preemtif, preventif dan gakum.
b) Cara bertindak teknis dan taktis.
9) Pelibatan sumber daya Polri
a) Personel (kuantitas dan kualitas).
b) Logistik (Simak BMN).
c) Anggaran (berdasarkan RKA-KL/ DIPA).

b. Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Sesuai Struktur Organisasi Tata Cara Kerja (SOTK) yang
berlaku pada kesatuan masing-masing.
2) Kesatuan penyelenggara dan pengemban tanggung jawab
Kegiatan Rutin pada tingkat kesatuan Polri, sebagai
berikut :
a) Pada tingkat Mabes Polri.
b) Pada tingkat Polda.
c) Pada tingkat Polres.
d) Pada tingkat Polsek.
(1) Kasatker/Kasatwil/Kasatfung/Kapolsek sebagai
koordinator dan Penanggung Jawab Kegiatan
Rutin.
(2) BIK/Pengemban fungsi intelkam bertanggung
jawab atas kegiatan deteksi dan preemtif.
(3) Bareskrim/Pengemban fungsi reserse
bertanggung jawab atas kegiatan penegakan
hukum.
(4) Baharkam/Pengemban fungsi baharkam
bertanggung jawab atas kegiatan preemtif,
preventif, dan penegakan hukum terbatas.
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 102
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(5) Korlantas/Pengemban fungsi Lantas


bertanggung jawab atas kegiatan preemtif,
preventif dan penegakan hukum terbatas.
(6) Densus 88 AT bertanggung jawab atas
kegiatan deteksi, kontra naratif dan kontra
radikal, penindakan, penyidikan, identifikasi dan
sosialisasi.
(7) Divhumas/Pengemban fungsi humas Polri
bertanggung jawab atas kegiatan Penmas.
3) Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian :
a) Adanya kesatuan perintah.
b) Terjaminnya rentang kendali.
c) Pendelegasian wewenang yang jelas dan teratur.
d) Adanya lapis-lapis kekuatan dan kemampuan.
4) Administrasi
a) Surat Perintah Tugas dan lampirannya.
b) Kartu Tanda Anggota (KTA).
c) Daftar Alut dan/atau Alsus yang digunakan.
d) Belangko/format yang dibutuhkan.
e) Administrasi dukungan anggaran.
f) Administrasi lainnya yang diperlukan.

c. Pelaksanaan
1) Fungsi utama mengaplikasikan Rencana Kegiatan
a) Tahap persiapan
1) Penyiapan administrasi dan pendistribusian.
2) Penyaluran dukungan anggaran.
3) Kesiapan logistik.
4) Penjelasan, dan
5) Drill.
b) Tahap pelaksanaan
1) Acara Arahan Pimpinan (AAP).
2) Jukrah/penekanan.
3) Peringatan-peringatan.
4) Tanya jawab dengan pelaksana kegiatan.
5) Ploting.
6) Pergerakkan.
7) Pelaksanaan.
8) Membuat Perkiraan Cepat (Kirpat).
c) Tahap akhir
(1) Konsolidasi

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 103


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Cek personel, logistik, pengumpulan hasil


kegiatan.
(2) Kaji ulang/anev
pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan,
hambatan.
(3) penyusunan laporan
2) Hasil yang diharapkan
a) Sasaran PG yaitu :
Astagatra tidak berkembang menjadi AG, bahkan
GN.
b) Sasaran AG yaitu :
AG tidak berkembang menjadi GN, tidak meluas dan
masyarakat tidak khawatir.
c) Sasaran GN yaitu :
GN terlokalisir dan dapat ditangani.
d. Pengendalian
1) Kegiatan Rutin dikendalikan melalui mekanisme, sebagai
berikut :
Tingkat Mabes Polri, Polda, Polres dan Polsek melalui :
Rapim, Apel Kasatwil, Rakernis, GO dan Anev.
2) Maksud dan tujuan dilakukannya pengendalian :
a) Memelihara arah dan dinamika Kegiatan Rutin
sesuai dengan perencanaan.
b) Menjamin tergelarnya Kegiatan Rutin.
c) Menghindari timbulnya penyimpangan.
d) Melakukan tindakan korektif bila ada penyimpangan.
3) Metode pengendalian Kegiatan Rutin :
Bersifat administratif dan bersifat teknis dan taktis.
4) Sasaran dan waktu pengendalian Kegiatan Rutin :
a) Sasaran pengendalian :
Pilih dan menentukan sasaran, CB, cara Pam, urutan
tindakan, personel yang dilibatkan, anggaran, logistik
dan Produk tertulis.
b) Waktu pengendalian:
Sebelum, selama dan akhir Kegiatan Rutin.
5) Subjek pengendalian Kegiatan Rutin.
Pimpinan kesatuan dari Mabes Polri sampai Polsek,
Kasatker/Kasatfung.

4. Manajemen Kegiatan Rutin yang Ditingkatkan (KRYD)


KRYD merupakan kegiatan kepolisian yang menangani kegiatan

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 104


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masyarakat dan/atau pemerintah yang berdampak kepada


terganggunya situasi kamtibmas serta mengakibatkan keresahan
masyarakat berdasarkan kirsus intelijen yang diklasifikasikan
sebagai sasaran selektif dan sasaran prioritas.
a. Perencanaan
1) Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan :
a) Kegiatan Rutin belum signifikan.
b) Adanya trend gangguan kamtibmas yang meningkat
c) Adanya keresahan masyarakat.
d) Berdasarkan kirsus intelijen dan penilaian Kasatwil
perlu dilakukan KRYD.
e) KRYD dilaksanakan oleh gabungan fungsi utama,
dapat melibatkan fungsi bantuan, fungsi pendukung
dan/atau stakeholders (eksternal).
f) Apabila hasil KRYD belum signifikan menurunkan
gangguan kamtibmas dan berdasarkan kirsus
intelijen maka diselenggarakan Operasi Kepolisian.
2) Pejabat Polri yang bertugas menyusun Rengiat :
a) Mabes Polri, disusun Asops Kapolri.
b) Polda, disusun Karoops.
c) Polres, disusun Kabagops.
d) Polsek, disusun Kapolsek.
3) Peranan fungsi utama dalam penyusunan perencanaan :
a) Seluruh pengemban fungsi utama memberikan
dukungan berupa baket/informasi.
b) Khusus pengemban fungsi Reserse memberikan
dukungan bahan keterangan/informasi berupa
anatomi kejahatan (anatomy of crime).
4) Peranan fungsi bantuan :
Memberikan dukungan dalam bentuk Rencana Fungsi
(pelibatan personel, logistik dll).
5) Perencanaan KRYD
a) Sasaran tertentu.
b) Cara Bertindak sesuai fungsi masing-masing.
c) Pelibatan kekuatan sesuai kebutuhan.
d) Anggaran RKA-KL/DIPA/sumber lain.
e) Logistik Alut atau Alsus pada fungsi masing-masing.
f) Struktur Organisasi KRYD disusun sesuai
kebutuhan.
g) Pelibatan pihak lain (eksternal) disesuaikan
kebutuhan

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 105


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

h) hasil yang dicapai situasi kamtibmas terkendali.


6) Distribusi Rencana KRYD :
a) Kepada Kasatfung yang dilibatkan dalam KRYD.
b) AAP kepada personel yang dilibatkan.
7) Penentuan sasaran KRYD :
a) Landasan penentuan sasaran Anev situasi
Kamtibmas Kirka Intel aktual, penilaian Pimpinan.
b) Bentuk sasaran : Situasi (lokasi, waktu, penyebab)
Pelaku, Benda/barang, giat masyarakat/pemerintah.
c) Langkah : melakukan pengumpulan dan pengolahan
data (PG, AG dan GN), pulbaket dari laporan hasil
KR dan KRYD, mengolah baket.
d) Klasifikasi sasaran selektif yaitu :
8) Penentuan sasaran selektif KRYD
a) Persyaratan sasaran selektif.
b) Kriteria : mempunyai dampak menurunkan ancaman
dan gangguan kamtibmas menekan Jumlah Tindak
Pidana (JTP) dan meningkatkan Jumlah
Penyelesaian Tindak Pidana (PJTP).
c) Mengurangi/menghilangkan keresahan masyarakat.
d) Mempunyai dampak pencegahan meluasnya
ancaman dan gangguan kamtibmas.
e) Penanganannya dapat mengubah situasi.
f) Penentuan sasaran tidak dilakukan asal jadi.
g) mengabaikan bobot ancaman.
h) Kurang pemahaman dan pengertian terhadap
klasifikasi dan bobot ancaman.
i) Perubahan sasaran disebabkan oleh perkembangan
situasi, kekeliruan dalam penanganan.
j) Apabila terjadi perubahan melaporkan kepada
Penanggung Jawab KRYD menjelaskan kepada
Satgas KRYD.
9) Cara Bertindak
CB teknis dan taktis disesuaikan dengan sasaran atau
sasaran selektif.
10) Pelibatan sumber daya kepolisian
a) Personel : kuantitas dan kualitas.
b) Logistik : dimiliki atau bantuan dari unsur Slog.
c) Anggaran : RKA-KL/DIPA dan sumber lain.

b. Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 106
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Organisasi tertentu : gabungan dari 2 atau lebih fungsi


utama, dibantu fungsi fungsi bantuan dan pendukung.
a) Penanggung Jawab :
(1) Mabes Polri : Kapolri.
(2) Polda : Kapolda.
(3) Polres : Kapolres.
(4) Polsek : Kapolsek.
b) Pengendali :
(1) Mabes Polri : Asops Kapolri.
(2) Polda : Karoops.
(3) Polres : Kabagops.
(4) Polsek : Perwira atau pejabat yang ditunjuk.

c) Satuan Tugas :
(1) Masing-masing kesatuan kepolisian bentuk tim
satgas sesuai kebutuhan.
(2) Gabungan Fungsi Utama Internal Polri dan/atau
Stakeholders bentuk tim satgas sesuai
kebutuhan.
(3) Jumlah disesuaikan kepentingan dan
peranannya.
(4) Para kepala tim dan personel satgas berasal
dari fungsi utama yang ditunjuk.
(5) Personel yang dilibatkan disesuaikan dengan
kebutuhan.
2) Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian :
a) Adanya kesatuan perintah.
b) Terjaminnya rentang kendali.
c) Pendelegasian wewenang harus memiliki legalitas.
d) Adanya lapis-lapis kekuatan dan kemampuan untuk
keperluan back-up.
3) Administrasi dalam KRYD, berupa :
a) Disusun terpisah dengan administrasi Kegiatan
Rutin.
b) Penyusunan administrasi :
(1) Surat Perintah Tugas.
(2) Surat Perintah Penggeledahan.
(3) Surat Perintah Penyitaan.
(4) Surat Perintah Penangkapan.
(5) Blangko/format yang diperlukan.
(6) Adm anggaran.
SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 107
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(7) Adm lainnya yang dibutuhkan.

c. Pelaksanaan
1) KRYD dilaksanakan dengan tahapan
a) Tahap Persiapan
(1) Penyiapan adm pendistribusiannya.
(2) Penyaluran dukungan anggaran.
(3) Kesiapan logistik (Alut dan Alsus).
(4) Penjelasan (sasaran, CB, kekuatan, anggaran,
pelaksanaan, pengendalian keberhasilan).
(5) Drill yang dibutuhkan.
b) Tahap Pelaksanaan :
(1) AAP (sasaran, CB, kekuatan, logistic,
pelaksanaan, pengendalian, keberhasilan yang
diharapkan).
(2) Jukrah/penekanan yang menjadi perhatian.
(3) Peringatan (risiko kegagalan yg mungkin
dihadapi).
(4) Tanya jawab.
(5) Ploting kekuatan personel dan alat
perlengkapan.
(6) Menggerakkan kekuatan ke tempat sasaran.
(7) Melaksanakan kegiatan kepolisian.
(8) Membuat Kirpat Intelijen sesuai perkembangan.
c) Tahap Akhir :
(1) Konsolidasi (personel, logistik, baket, barang
bukti).
(2) Kaji Ulang (anev pelaksanaan, hasil dan
hambatan)
(3) Penyusunan laporan.
2) Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan KRYD :
a) Terkendalinya PG, AG dan GN situasi kondusif.
b) Ancaman dan gangguan kamtibmas tidak
berkembang.
c) Kepercayaan masyarakat terhadap Polri meningkat.

d. Pengendalian
1) KRYD dikendalikan melalui mekanisme, sebagai berikut :
a) Pengendalian tingkat Mabes Polri.
b) Pengendalian tingkat Polda.
c) Pengendalian tingkat Polres.
d) Pengendalian tingkat Polsek.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 108


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Metode pengendalian :
a) Bersifat administratif (laporan insidentil, anev, gelar
perkara, wasrik).
b) Bersifat teknis dan taktis (Pengendalian melekat,
penunjukan dilapangan, asistensi/supervise, inspeksi
mendadak, melakukan penilaian keberhasilan).
3) Sasaran dan waktu Pengendalian :
a) Sasaran Pengendalian (Pemilihan dan penentuan
sasaran, CB, kekuatan personel, pelibatan kekuatan
fungsi bantuan khusus/Stakeholders, Alut/Alsus,
anggaran, produk tertulis tertentu, Cara pengamanan
dan penyelesaian akhir, urutan tindakan).
b) Waktu Pengendalian (Sebelum, Selama,Akhir
KRYD).
4) Analisa dan Evaluasi
Apabila KRYD belum menunjukkan hasil baik kuantitas/
kualitas dalam menangani sasaran, dan didukung dengan
kirsus intelijen maka dapat direncanakan melaksanakan
Operasi Kepolisian.

Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud manajeman kegiatan Kepolisian.
2. Sebutkan perbedaan Kegiatan Rutin (KR) dan Kegiatan Rutin Yang
Ditingkatkan (KRYD).
3. Sebutkan prinsip-prinsip dalam pengorganisasian.
4. Jelaskan maksud dan tujuan dilakukan pengendalian.
5. Buatllah Rencana Kegiatan Harian sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.

SISTEM MANAJEMEN DAN STANDAR KEBERHASILAN OPERASIONAL POLRI 109


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Anda mungkin juga menyukai