BAB I
Kompetensi Dasar :
1. Dasar Hukum
2. Pengertian-pengertian
a. Penindakan pelanggaran lalu lintas pada hakikatnya penindakan
pelanggaran lalu lintas di jalan merupakan rangkaian kegiatan dan
penyidikan terhadap pelaku pelanggaran di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan yang dilaksanakan oleh penyidik di jalan. rangkaian
kegiatan tersebut ialah pemeriksaan kendaraan bermotor dan pengemudi,
proses pinindakan pelanggaran, dan proses penyelesaian perkara di
pengadilan;
b. Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan/menyimpang
dari ketentuan perundang-undangan lalu lintas yang berlaku dan atau
peraturan pelaksanaannya baik yang dapat ataupun tidak menimbulkan
kerugian jiwa atau benda tetapi dapat mengganggu kamseltibcar lalu
lintas;
c. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa tindak pidana guna menentukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur undang-undang
ini;
d. Penyelidik adalah setiap Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
f. Bukti pelanggaran (tilang) adalah bukti pelanggaran tertentu terhadap
peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan;
g. Blanko tilang adalah suatu formulir dengan format desain tertentu yang
ditetapkan sebagai standar alat penegakan hukum dalam rangka proses
penyelesaian perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan
perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan
ketentuan hukum acara pidana;
h. Surat tilang adalah formulir blanko tilang yang telah berisi catatan dan
tanda tangan penyidik yang diberikan kepada pelanggar sebagai bukti
bahwa ia (pelanggar) telah melakukan pelanggaran tertentu terhadap
peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan;
i. Struk atau bonggol tilang adalah bagian dari setiap lembar blangko
tilang yang dipergunakan sebagai alat pengawasan administratif
penggunaan blangko tilang;
j. Berkas perkara adalah surat tilang yang terdiri atas 5 (lima) lembar
dengan warna yang dibedakan sesuai fungsi dan peruntukannya;
k. Tabel pelanggaran adalah susunan jenis pelanggaran tertentu terhadap
peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan yang
disusun berdasarkan kategori perbuatan sebagaimana ditentukan di
dalam hukum acara pidana;
l. Elektronik tilang atau E-Tilang adalah sebuah bentuk penggunaan
teknologi informasi yang berfungsi untuk melakukan pembayaran denda
tilang secara Online bagi penindakan pelanggaran lalu lintas melalui suatu
aplikasi mobile yang terintegrasi antara pihak kepolisian dengan
Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung dan Bank BRI untuk memudahkan
dan mempercepat proses penyelesaian pelanggaran lalu lintas di jalan.
6. Mekanisme Penindakan
Lembar surat tilang digunakan apabila secara jelas penyidik/penyidik pembantu
melihat dan mengetahui terjadinya pelanggaran lalu lintas jalan tertentu
sebagaimana tercantum dalam table pelanggaran.
a. Pembagian tugas, yaitu:
1) Beri isyarat kurangi kecepatan;
2) Memberhentikan kendaraan;
3) Memeriksa kelengkapan kendaraan dan pengemudi;
4) Penilangan;
5) Mengamankan barang bukti;
6) Siap sedia (kejar dan antisipasi).
11) Alat pelapis penulisan blanko tilang (Hard Board, karton dan lain-
lain);
12) Label barang bukti.
c. Teknik penulisan lembar tilang, yaitu:
1) Penulisan menggunakan huruf balok/huruf cetak dengan
menggunakan ballpoint warna tinta hitam atau biru;
2) Cap kesatuan menggunakan ukuran kecil;
3) Menulis dan menandatangani dengan menekan agar tulisan dapat
tercetak melalui karbon pada lembaran-lembaran set tilang;
4) Memberi alas pelapis tebal diantara set pertama dan set kedua pada
saat penulisan set pertama, dan demikian seterusnya pada set
kedua, ketiga, keempat dan kelima agar tulisan tidak tembus pada
set lain.
d. Langkah-langkah penindakan.
Penindakan pelanggaran harus diawali dengan pemeriksaan terhadap
pengemudi dan persyaratan dalam mengemudikan kendaraan bermotor.
1) Tahap pertama.
a) Menghentikan pelanggar, memberikan penghormatan dan
mengucapkan salamdan memeriksa SIM, STNK, STCK dan
KTP pelanggar;
b) Memberitahukan bahwa ia telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan UU Lalu lintas dan angkutan
jalan;
c) Memberitahukan sanksi atas pelanggarannya dan member
penjelasan mengenai tata cara pertanggungjawaban
perbuatannya, yaitu dengan melaksanakan sidang dan
membayar denda, atau tanpa siding tetapi menyetorkan uang
titipan ke bank yang ditunjuk;
d) Menuliskan nama, pangkat/Nrp, jabatan dan kesatuan penindak
pada bonggol tilang;
e) Menuliskan atau mencontreng/memberi tanda (√) pada tulisan
yang ada pada blanko tilang:
(1) Kesatuan penindak;
1) KTP atau tanda identitas lainnya bila pelaku adalah pejalan kaki,
atau menggunakan kendaraan tidak bermotor;
2) Bila jaminan surat-surat tidak dapat dipenuhi, terhadap terdakwa
yang menggunakan kendaraan tidak bermotor yang disita atau
dititipkan kendaraannya;
3) SIM, STNK, STCK atau kendaraan bermotor, bagi terdakwa yang
menggunakan kendaraan bermotor sesuai dengan bentuk
pelanggaran dan sesuai dengan kondisi surat-surat dan atau
kendaraannya dihubungkan dengan pelanggar (atas pertimbangan
keabsahan surat-surat maupun kendaraan bermotor tersebut,
penyidik wajib melakukan tindakan Kepolisian sesuai dengan
ketentuan yang berlaku).
e. Label barang bukti titipan.
Barang bukti kendaraan bermotor diberi label dengan mencantumkan
keterangan tentang kondisi dan kelengkapannya dibalik tabel, selanjutnya
ditanda tangani oleh penyidik, terdakwa/pemilik dan 2 (dua) orang saksi.
Rangkuman :
Latihan.
Praktik :
SKENARIO DAKGAR
1. Pendidik memberikan Springas dan blangko tilang kepada masing-masing
kelompok yang akan melaksanakan praktek Dakgar Lalu Lintas di lingkungan
ksatrian Akpol, masing-masing kelompok akan di bagi tugas sebagai berikut :
a. 2 (dua) Taruna sebagai pengatur Lalu Lintas;
b. 2 (dua) Taruna menghentikan kendaraan;
c. 1 (satu) Taruna sebagai pengumpul barang bukti;
d. 3 (tiga) taruna sebagai pemeriksa surat dan kelengkapan;
e. 4 (empat) Taruna sebagai petugas Tilang;
f. 2(dua)Taruna sebagai petugas yang memperlambat kendaraan;
g. 2 (dua) Taruna sebagai tim Siap sedia untuk mengantisipasi hal-hal yang
tidak diinginkan;
h. 1 (satu) Taruna sebagai Pawasdal.
2. Bahwa dalam praktek Dakgar Lalu Lintas, peserta didik akan melaksanakan
penindakan pelanggaran Lalu Lintas berupa penilangan dengan blangko tilang,
adapun pelanggar diperankan oleh pelaku tanding dari sat Demlat Akpol dan
pengguna jalan yang lain di sekitar ksatrian Akpol.
BAB II
Kompetensi Dasar :
1. Dasar Hukum
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
b. UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
c. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
d. UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
e. UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan.
f. PP No. 15 tahun 2005 tentang jalan Tol.
g. UU No’ 33 dan 34 tahun 1964 tentang Dana Asuransi Kecelakaan Lalu
Lintas.
h. Perkap No.15 tahun 2013 tentang Penyidikan Laka Lantas.
2. Pengertian-pengertian
a. Penanganan kecelakaan lalu lintas adalah serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh petugas Polri di bidang lalu lintas setelah terjadi
Kecelakaan lalu lintas di jalan yang meliputi kegiatan mendatangi TKP
dengan segera, menolong korban, melakukan tindakan pertama di TKP,
mengolah TKP, mengatur kelancaran arus lalu lintas, mengamankan
barang bukti, dan melakukan penyidikan kecelakaan lalu lintas;
b. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
benda;
c. Tempat kejadian perkara kecelakaan lalu lintas adalah suatu lokasi di
jalan tempat kecelakaan terjadi dimana di tempat itu terdapat korban
dan/atau bukti-bukti yang menunjukkan bahwa telah terjadi suatu peristiwa
kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan;
d. Korban kecelakaan lalu lintas adalah orang yang mengalami kecelakaan
Lalu Lintas yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, luka berat,
atau ringan pada anggota tubuh manusia;
e. Korban meninggal dunia kecelakaan lalu lintas adalah korban yang
dipastikan meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan tersebut;
f. Korban luka berat kecelakaan lalu lintas adalah korban yang karena
luka-lukanya itu ia menjadi menderita cacat tetap sebagai akibat langsung
dari kecelakaan lalu lintas atau harus dalam jangka waktu lebih dari 30
(tiga puluh) hari sejak terjadi kecelakaan atau keadaan luka pada tubuh
yang tidak akan sembuh lagi dengan sempurna sehingga tidak cakap lagi
melakukan jabatan atau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 90 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.;
g. Korban luka ringan kecelakaan lalu lintas adalah korban luka-luka sebagai
akibat kecelakaan lalu lintas, yang tidak termasuk dalam pengertian luka
berat;
h. Kerugian harta benda dalam kecelakaan lalu lintas adalah kerugian yang
timbul sebagai akibat langsung dari kecelakaan lalu lintas dalam wujud
benda milik korban atau orang lain, kendaraan, bangunan, fasilitas umum,
yang dapat dinilai dengan uang rupiah;
i. Santunan adalah sejumlah uang atau dana yang diberikan oleh
pemerintah kepada korban kecelakaan lalu lintas atau ahli warisnya
melalui PT. Jasa Raharja berupa penggantian biaya pengibatan, santunan
meninggal dunia, dan santunan cacat tetap, berdasarkan Undang-undang
No.33 Tahun 1964 jo PP No.17 Tahun 1965 atau Undang-undang No.34
tahun 1964 jo PP No. 18 Tahun 1965;
j. Ahli waris korban adalah janda yang sah atau duda yang sah atau
anak-anak yang sah atau orang tua yang sah dari korban yang meninggal
dunia akibat kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1) PP No 17 dan PP No. 18 Tahun 1965;
k. Pelayanan korban kecelakaan lalu lintas adalah pelaksanaan segala
usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin kecepatan pertolongan dan
ketepatan tindakan terhadap peristiwa kecelakaan lalu lintas agar korban
tidak menjadi lebih parah dan pelayanan pengurusan hak korban atas
dana santunan kecelakaan lalu lintas dapat dilaksanakan dengan lancar;
l. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat petugas Polri tentang
suatu kejadian, pelanggaran dan kejahatan yang dilihat, didengar, dialami
ataupun ditanganinya seketika itu, atau dari laporan masyarakat dan
pengaduan yang diterimanya;
m. Keterangan kecelakaan lalu lintas adalah keterangan tertulis yang dibuat
oleh petugas unit kecelakaan Polisi lalu lintas tentang kecelakaan lalu
lintas yang ditanganinya, yang dibuat dalam suatu formulir laporan
kecelakaan lalu lintas pelaku dan korban, identitas dan kondisi kendaraan
yang terlibat, kondisi jalan tempat kejadian kecelakaan dan risalah
kejadian kecelakaan lalu lintas tersebut;
n. Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan
peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya;
o. Gawat darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang berada dalam
kondisi ancaman kematian dan memerlukan pertolongan tepat dan segera
guna menghindari kematian dan kecacatan;
p. Penanganan tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan lalu lintas adalah
kegiatan dan tindakan Kepolisian di TKP kecelakaan lalu lintas yang
dilakukan oleh penyelidik atau penyidik yang meliputi:
1) Tindakan pertama di TKP kecelakaan lalu lintas adalah tindakan
Kepolisian yang diharuskan dilakukan segera setelah terjadinya
suatu kecelakaan lalu lintas, dalam bentuk penutupan dan
pengamanan TKP untuk kepentingan penyidikan selanjutnya dan
mencegah terjadinya kemacetan ataupun kecelakaan lalu lintas lain
di TKP tersebut serta terciptanya keamanan bagi petugas, korban
dan barang bukti serta pemakai jalan lainnya;
2) Pengolahan TKP lalu lintas berupa tindakan atau kegiatan setelah
tindakan pertama di TKP dilakukan dengan maksud untuk mencari,
mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi bukti petunjuk,
keadaan, keterangan serta identitas tersangka menurut teori “bukti
segi tiga”, guna memberi arah bagi penyidikan selanjutnya.
2) Peralatan.
Untuk mendukung penanganan kecelakaan lalu lintas, petugas
polantas dilengkapi dengan:
a) Peralatan kesatuan
(1) Alat pengaman TKP:
(a) Kendaraan unit kecelakaan lalu lintas;
(b) Lampu peringatan atau segitiga pengaman;
(c) Kerucut lalu lintas;
(d) Rambu lalu lintas berupa petuntuk arah, batas
kecepatan,dan prioritas;
(e) Senter kedip jika pengamanan dilakukan pada
malam hari papan informasi adanya kejadian
kecelakaan lalu lintas
(2) Peralatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat ( PPGD)
(a) Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K),
berisi:
(1) Pembalut cepat;
(2) Kasa steril;
(3) Pembalut biasa;
(4) Obat merah atau betadine;
(5) Pembalut segi tiga;
(6) Plester;
(7) Kapas;
(8) Gunting.
(b) Kotak peralatan kecelakaan lalu lintas berisi:
(1) Senter kedip lantas dan baterai;
(2) Kapur tulis/cat warna;
(3) Tanda angka 1 s/d 9;
(4) Senter LED dan baterai;
(5) Pengukur jarak roll 50 meter/digital;
(6) Gergaji besi;
Contoh :
Pada suatu jalur jalan dengan kecepatan yang diijinkan
adalah 72 Km/jam maka jarak berhenti suatu kendaraan
dapat dihitung sebagai berikut:
V2
S=(v x t) + ---------
(2 x a)
S = Jarak Berhenti Kendaraan
V = kecepatan kendaraan
( 72 Km/jam = 20 M/det)
t = Waktu reaksi dari pengemudi rata-rata 1 detik
a = Perlambatan rata-rata 5 m/det
Maka jarak berhenti kendaraan tersebut adalah :
(20x20)
(20x1) + ------------- = 20 + 40 = 60 meter
(2x5)
Dengan demikian maka jarak yang diperlukan untuk
menutup/membatasi TKP kecelakaan lalu lintas dijalur
jalan tersebut adalah 60 Meter, dari kendaraan petugas
sampai kerucut terdepan.
(2) Cara penempatan alat-alat pengamanan TKP kecelakaan
lalu lintas. Pada jalur satu arah antara lain:
(a) Parkir kendaraan petugas menyudut/serong dengan
badan jalan (membentuk sudut kira-kira 30 derajat
dengan tepi jalan) didepan TKP kecelakaan lalu
lintas, dengan jarak 10 meter dari kendaraan/korban
yang terlibat kecelakaan lalu lintas, dengan bagian
belakang dari kendaraan petugas tersebut
mengahadap arah datangnya arus lalu lintas.
(b) Lampu rotator dan lampu hazard kendaraan petugas
dihidupkan.
(c) Letakan kerucut No.1 disamping kanan bagian
belakang kendaraan petugas dan segaris dengan
sudut kanan depan kendaraan petugas, kemudian
Gambar Tata Letak Alat Pengamanan TKP Untuk Jalur Jalan Satu Arah
Gambar Tata Letak Alat Pengamanan TKP Untuk Jalur Jalan Dua Arah
(c) Tarik garis lurus dari semua titik yang harus diukur
ke titik A & B;
(d) Metode ini lebih cocok untuk jalan tikungan tajam
atau persimpangan.
8) Pengakhiran penanganan TKP Kecelakaan lalu lintas:
a) Konsolidasi.
Setelah pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas selesai
dilaksana kan maka dilakukan pengecekan terhadap
personel,perlengkapan dan segala hal yang diketahui,
diketemukan dan dilakukan di TKP.
b) Pembukaan TKP.
Setelah TKP dibuka hal yang perlu diperhatikan bahwa arus
lalu lintas harus normal kembali baru anggota (anggota disini
bukan termasuk dalam tim penyidik kecelakaan lalu lintas)
dapat meninggalkan TKP.
c) Permintaan Visum Et Repertum.
(1) Setelah kembali dari TKP, segera ajukan permintaan
Visum Et Repertum ke Rumah Sakit dimana korban di
rawat;
(2) Isilah blangko visum sesuai kebutuhan (visum luar untuk
korban luka dan Visum dalam untuk korban meninggal
dunia);
(3) Pengiriman mayat ke rumah sakit untuk dimintakan visum
harus diperhatikan:
(a) Diberi label dan disegel pada ibu jarinya (guna
menghindari kekeliruan);
(b) Pada label harus jelas disebutkan identitas korban
(nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
tempat tinggal, No.LP, tanda tangan petugas yang
mengirim);
(c) Apabila keluarga korban keberatan diadakan bedah
mayat maka kewajiban penyidik untuk secara
persuasif memberikan penjelasan tentang
Rangkuman:
Latihan:
Praktik :
SKENARIO LAKA LANTAS
1. Skenario :
Telah terjadi kecelakaan Lalu Lintas di jalan Marga Satwa yang melibatkan
mobil Panther dengan sepeda motor dan mengakibatkan korban manusia.
2. Petunjuk kerja :
a. Lakukan Pam dan Olah TKP;
b. Buat LP, BAP TKP dan sket TKP.
BAB VII
Kompetensi Dasar :
1. Pengertian-pengertian
a. Penanganan kecelakaan lalu Lintas dengan menggunakan metode Traffic
Accident Analysis (TAA) adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh petugas Polri di bidang lalu lintas setelah terjadi kecelakaan lalu
lintas di jalan yang meliputi kegiatan mendatangi TKP dengan segera,
menolong korban, melakukan tindakan pertama di TKP, mengolah TKP,
mengatur kelancaran arus lalu lintas, mengamankan barang bukti, dan
melakukan penyidikan kecelakaan lalu lintas secara cepat dan ilmiah;
b. DSD TOOL (palang acuan) adalah sebagai alat pengganti meteran dalam
melakukan pengukuran di tkp laka lantas dengan ukuran panjang 4
(empat) meter;
c. Connector Point adalah alat yang dipergunakan untuk menyambung
bidang foto pada proses fotogrametri;
d. Fotogrametri adalah teknik pengambilan gambar di TKP bidang per
bidang dengan menggunakan alat DSD TOOL dan Connector Point;
e. PC Rect adalah software yang dipergunakan untuk merubah gambar
persepektif TKP menjadi tampilan gambar TKP yang terlihat dari atas
(Birdview);
f. PC Crash adalah software yang dipergunakan untuk membuat simulasi
kecelakaan secara tiga dimensi;
g. Helicam/Drone adalah Heli Remote Control yang dilengkapi dengan
kamera untuk mengambil gambar TKP sekaligus memantau situasi arus
lalu lintas disekitar TKP laka lantas dari atas;
h. Pengolahan TKP laka lantas dengan metode TAA adalah tindakan atau
kegiatan setelah tindakan pertama di TKP dilakukan dengan
melaksanakan penandaan barang bukti, rekam jejak barang bukti,
pengambilan gambar foto menggunakan fotogrametri kemudian
dimasukkan dalam software Pcrect dan Pccrash dengan maksud guna
memberi gambaran visual kepada penyidik tentang kronologis (sebelum,
sesaat, dan setelah) terjadinya kecelakaan secara cepat dan ilmiah.
Helicam / drone adalah heli remote control yang dilengkapi dengan kamera untuk
mengambil gambar TKP sekaligus memantau situasi arus Lalu Lintas disekitar TKP
laka lantas dari atas.
Meteran dorong berfungsi untuk mengukur jarak atau panjang. meteran juga
berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat dipakai
untuk membuat lingkaran.
Kamera adalah alat optik untuk merekam gambar, yang dapat disimpan secara
lokal, dikirimkan ke lokasi lain, atau keduanya dan Kaki tiga atau Tripod dalam
fotografi, adalah alat stan untuk membantu agar badan kamera bisa berdiri dengan
tegak dan tegar.
Perangkat Komputer adalah alat yang dapat dipakai untuk mengolah data dalam
metode TAA yang terdiri dari PC Rect yaitu software yang dipergunakan untuk
merubah gambar persepektif TKP menjadi tampilan gambar TKP yang terlihat dari
atas (birdview) dan PC Crash yaitu software yang dipergunakan untuk membuat
simulasi kecelakaan secara tiga dimensi.
(4) Alat komunikasi:
(a) Radio komunikasi yang terpasang pada kendaraan
bermotor petugas;
(b) Radio komunikasi dan HP yang melekat pada
petugas.
b) Peralatan perseorangan:
(1) Jas hujan;
(2) Rompi lalu lintas;
(3) Sarung tangan;
(4) Peluit;
(5) Borgol;
(6) Tongkat Polisi;
(7) Radio komunikasi;
(8) Senjata api;
(9) Masker.
3) Kendaraan.
a) Untuk mempercepat penanganan kecelakaan lalu lintas,
pada setiap unit kecelakaan lalu lintas atau kantor kepolisian
tersedia kendaraan bermotor, yang terdiri atas:
(1) Mobil dan/atau sepeda motor yang dilengkapi dengan
lampu rotator warna biru dan sirine;
(2) Dapat didukung dengan mobil Ambulance serta mobil
derek.
b) Untuk menjamin kesiapan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud di atas, petugas melaksanakan
pengecekan setiap hari terhadap:
(1) Kondisi kelaikan kendaraan bermotor;
(2) Fungsi lampu rotator dan sirine
V2
S=(v x t) + ---------
(2 x a)
S = Jarak Berhenti Kendaraan
V = kecepatan kendaraan
( 72 Km/jam = 20 M/det)
t = Waktu reaksi dari pengemudi rata-rata 1 detik
a = Perlambatan rata-rata 5 m/det
Maka jarak berhenti kendaraan tersebut adalah :
(20x20)
(20x1) + ------------- = 20 + 40 = 60 meter
(2x5)
Dengan demikian maka jarak yang diperlukan untuk
menutup/membatasi TKP kecelakaan lalu lintas dijalur
jalan tersebut adalah 60 Meter, dari kendaraan petugas
sampai kerucut terdepan.
(2) Cara penempatan alat-alat pengamanan TKP kecelakaan
lalu lintas.
(a) Pada jalur satu arah:
Parkir kendaraan petugas menyudut/serong
dengan badan jalan (membentuk sudut kira-kira
30 derajat dengan tepi jalan) didepan TKP
kecelakaan lalu lintas, dengan jarak 10 meter
dari kendaraan/korban yang terlibat kecelakaan
Lalu Lintas, dengan bagian belakang dari
kendaraan petugas tersebut mengahadap arah
datangnya arus lalu lintas;
Lampu rotator dan lampu hazard kendaraan
petugas dihidupkan;
Gambar Tata Letak Alat Pengamanan TKP Untuk Jalan Dua Arah Dengan
Metode TAA
6) PC Rect.
Menggunakan Software PC Rect untuk merubah gambar perspektif
TKP menjadi tampilan gambar TKP yang terlihat dari atas (Birdview)
serta menyambung gambar menjadi sebuah rangkaian sket TKP.
7) PC Crash.
Kemampuan mensimulasikan kecelakaan berdasarkan parameter riil
yang ada di tkpdan data yang ada didalamprogram PC Crash (bukan
animasi kecelakaan lalu lintas).
b) Pembukaan TKP.
Setelah TKP dibuka hal yang perlu diperhatikan bahwa arus
Lalu Lintas harus normal kembali baru anggota (anggota disini
bukan termasuk dalam tim penyidik kecelakaan lalu lintas)
dapat meninggalkan TKP.
Rangkuman:
Latihan.
1. Jelaskan pengertian-pengertian!
2. Jelaskan penanganan TKP kecelakaan lalu lintas dengan!
Praktik :
1. Skenario :
Penanganan olah TKP Laka lantas dengan metode TAA (traffic accident
analysis) merupakan metode olah TKP laka lantas yang dibawa dari negeri
belanda dikembangkan oleh dr. STEVAN DATENTECHNIK dari swedia . ada 5
(lima) unit kendaraan TAA yang sudah siap operasional untuk membantu
melakukan analisa laka lantas yang ada di Indonesia, salah satunya berada di
polda Jateng. TAA adalah melakukan analisa kecelakaan Lalu Lintas
berdasarkan bukti – bukti yang berada di TKP secara ilmiah dan juga tepat, di
mana pelaksanaan TAA ini menggunakan kendaraan TAA yang berisi :
a. Computer;
b. Camera;
c. Software;
d. Pc rect;
e. Software;
f. Pc crash;
g. Dsd tools;
h. Helicam/drone.
2. Simulasi penanganan olah TKP dg metode TAA adalah sbb :
Bahwa di jln. Lap. Anton Sudjarwo telah terjadi Laka lantas antara
kendaraan mobil Isuzu panther xenia Nopol H 1234 DG dengan 2 (dua) unit
sepeda motor Suzuki A-100 Nopol H 1234 AK dan H 2345 AK, dalam
kecelakaan tersebut mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 5 (lima)
orang .
TKP pertama kali ditangani oleh anggota unit patroli Lalu Lintas yang
kemudian melaksanakan TPTKP (pam dan pengaturan), karena kecelakaan
tersebut mengakibatkan korban meninggal dunia 5 (lima) orang yang
dikategorikan kecelakaan menonjol,
maka anggota unit patroli lantas menghubungi tim TAA Ditlantas polda
Jateng.
DAFTAR PUSTAKA
18. SOP Nomor : Kep / 30 / V / 2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Penjagaan Lalu
Lintas.
19. SOP Nomor : Kep / 51 / IV / 2014 tanggal 21 April 2014 tentang Pengawalan
Lalu Lintas.
20. SOP Nomor : Kep / 22 / V / 2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Patroli Lalu
Lintas.
21. Vademikum lalu lintas Polri.