Anda di halaman 1dari 75

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BAB I

PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS

Kompetensi Dasar :

Memahami dan menerapkan penindakan pelanggaran lalu lintas.

Indikator Hasil Belajar :


1. Menjelaskan dasar hukum.
2. Menjelaskan pengertian-pengertian.
3. Menjelaskan alat penindakan pelanggaran.
4. Menjelaskan tata cara penindakan pelanggaran.
5. Menjelaskan penindakan pelanggaran dengan tilang secara konvensional.
6. Menjelaskan mekanisme penindakan.
7. Menjelaskan penanganan barang titipan/barang bukti.
8. Menjelaskan alur tilang Online (E-Tilang).
9. Menjelaskan penindakan pelanggaran edukatif (simpatik).
10. Mempraktikkan penindakan pelanggaran lalu lintas.

1. Dasar Hukum

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 1


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;


b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri;
c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan Penindakan Pelanggaran
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan;
e. Keputusan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Nomor: Kep/14/VI/2015
Tanggal 16 Juni 2015 Tentang Rencana Kerja Korps Lalu Lintas Polri T.A.
2016.

2. Pengertian-pengertian
a. Penindakan pelanggaran lalu lintas pada hakikatnya penindakan
pelanggaran lalu lintas di jalan merupakan rangkaian kegiatan dan
penyidikan terhadap pelaku pelanggaran di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan yang dilaksanakan oleh penyidik di jalan. rangkaian
kegiatan tersebut ialah pemeriksaan kendaraan bermotor dan pengemudi,
proses pinindakan pelanggaran, dan proses penyelesaian perkara di
pengadilan;
b. Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan/menyimpang
dari ketentuan perundang-undangan lalu lintas yang berlaku dan atau
peraturan pelaksanaannya baik yang dapat ataupun tidak menimbulkan
kerugian jiwa atau benda tetapi dapat mengganggu kamseltibcar lalu
lintas;
c. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa tindak pidana guna menentukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur undang-undang
ini;
d. Penyelidik adalah setiap Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
f. Bukti pelanggaran (tilang) adalah bukti pelanggaran tertentu terhadap
peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 2


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g. Blanko tilang adalah suatu formulir dengan format desain tertentu yang
ditetapkan sebagai standar alat penegakan hukum dalam rangka proses
penyelesaian perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan
perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan
ketentuan hukum acara pidana;
h. Surat tilang adalah formulir blanko tilang yang telah berisi catatan dan
tanda tangan penyidik yang diberikan kepada pelanggar sebagai bukti
bahwa ia (pelanggar) telah melakukan pelanggaran tertentu terhadap
peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan;
i. Struk atau bonggol tilang adalah bagian dari setiap lembar blangko
tilang yang dipergunakan sebagai alat pengawasan administratif
penggunaan blangko tilang;
j. Berkas perkara adalah surat tilang yang terdiri atas 5 (lima) lembar
dengan warna yang dibedakan sesuai fungsi dan peruntukannya;
k. Tabel pelanggaran adalah susunan jenis pelanggaran tertentu terhadap
peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan yang
disusun berdasarkan kategori perbuatan sebagaimana ditentukan di
dalam hukum acara pidana;
l. Elektronik tilang atau E-Tilang adalah sebuah bentuk penggunaan
teknologi informasi yang berfungsi untuk melakukan pembayaran denda
tilang secara Online bagi penindakan pelanggaran lalu lintas melalui suatu
aplikasi mobile yang terintegrasi antara pihak kepolisian dengan
Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung dan Bank BRI untuk memudahkan
dan mempercepat proses penyelesaian pelanggaran lalu lintas di jalan.

3. Alat Penindakan Pelanggaran


a. Blangko tilang.
1) Tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya perbedaan kertas tilang, ditetapkan oleh Kepala Korps
Lalu Lintas Polri dengan Surat Keputusan mengenai standarisasi
spesifikasi teknis blanko tilang;
2) 1 (satu) set blanko tilang terdiri atas 5 (lima) lembar blanko tilang
dengan warna yang berbeda, yaitu:

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 3


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Lembar pertama : Merah muda.


b) Lembar kedua : Biru muda.
c) Lembar ketiga : Hijau.
d) Lembar keempat : Kuning.
e) Lembar kelima : Putih.
3) Satu (1) buku tilang terdiri atas lima (5) set tilang yang dihimpun dan
dijilid sesuai dengan urutan nomor seri tilang yang diterbitkan;
4) Penggunaan blanko tilang dalam Satu (1) buku harus berurutan.
Peruntukan blanko tilang ditentukan sebagai berikut:
a) Lembar tilang berwarna merah sebagai bukti pelanggaran
tertentu, diperuntukkan bagi pelanggar yang akan
melaksanakan sidang perkara pelanggarannya di pengadilan;
b) Lembar tilang berwarna biru diperuntukkan bagi pelanggar
yang telah menyatakan setuju atas dakwaan penyidik dan ia
bersedia membayar sejumlah denda maksimal yang ditentukan
dalam UU LLAJ dan disetorkan melalui Bank yang ditentukan;
c) Lembar tilang berwarna hijau diperuntukkan bagi pengadilan
negeri setempat;
d) Lembar tilang berwarna kuning diperuntukkan bagi kesatuan
Polri setempat;
e) Lembar tilang berwarna putih diperuntukkan bagi kejaksaan
negeri setempat.
5) Fungsi tiap lembar tilang.
a) Warna merah.
(1) Halaman depan:
(a) Sebagai keterangan terhadap pelanggaran yang
telah dilakukan oleh pelanggar;
(b) Surat penunjukan dari pelanggar kepada wakilnya
untuk hadir di siding pengadilan;
(c) Sebagai surat panggilan menghadap Pengadilan
Negeri pada tempat, hari, tanggal dan jam yang telah
ditentukan;
(d) Sebagai surat tanda penerimaan barang-barang
yang telah disita/titipkan;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 4


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(e) Sebagai peringatan bagi pelanggar apabila tidak


mengadiri siding dituntut pasal 216 ayat (1) KUHP;
(f) Sebagai tanda menerima putusan Hakim;
(g) Sebagai surat tanda bukti eksekusi;
(h) Sebagai surat kuasa dari pelanggar kepada BRI
(Bank Rakyat Indonesia) untuk memindahkan uang
titipan menjadi denda biaya perkara;
(i) Sebagai perintah dari eksekutor kepada BRI untuk
merubah uang titipan menjadi denda dan biaya
perkara;
(j) Sebagai tanda bukti kesanggupan pelanggar untuk
membayar uang titipan di BRI selambat-lambatnya 5
hari setelah ditanda tangani surat tilang.
(2) Halaman belakang:
(a) Sebagai tanda bukti penyerahan kembali barang-
barang bukti untuk si pelanggar dari pengadilan atau
petugas yang menyita.
(b) Sebagai arsip kesatuan penindak.
(c) Sebagai bukti pertanggungjawaban atas tindakan.
(d) Sebagai pengawasan pemakaian blanko tilang.
(e) Sebagai bukti pengambilan barang-barang bukti
yang disita setelah divonis hakim.
(f) Sebagai bahan perhitungan jumlah uang denda yang
telah disetorkan ke kas negara.
b) Warna biru.
(1) Halaman depan:
(a) Sebagai surat pengantar menyetor uang titipan ke
kantor BRI yang ditunjuk;
(b) Sebagai bukti telah menyetor titipan kepada BRI
yang ditunjuk;
(c) Sebagai perintah eksekutor kepada BRI untuk
mengubah uang titipan menjadi denda dan biaya
perkara.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 5


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Halaman belakang sebagai tanda bukti penyerahan


kembali barang yang dititipkan sementara pada penyidik
Polri kepada pelanggar.
c) Warna hijau.
(1) Halaman depan:
(a) Sebagai berita acara pemeriksaan;
(b) Sebagai surat tuntutan Jaksa;
(c) Sebagai surat pernyataan menerima putusan Hakim;
(d) Sebagai bukti pelaksanaan eksekusi.
(2) Halaman belakang:
(a) Sebagai berita persidangan;
(b) Sebagai surat putusan Hakim;
(c) Sebagai perintah eksekusi;
(d) Sebagai Arsip Pengadilan Negeri;
(e) Sebagai bukti pertanggungjawaban putusan Hakim
dalam persidangan;
(f) Sebagai pengawasan penggunaan blanko tilang.
d) Warna kuning.
(1) Halaman depan:
(a) Sebagai pemberitahuan adanya data dan jenis dari
seseorang;
(b) Sebagai arsip berita acara persidangan;
(c) Sebagai bahan penyimpulan dan pengolahan data
pelanggaran lalu lintas;
(d) Sebagai bahan kepentingan pengarahan lalu lintas
(Kepolisian) secara selektif.
(2) Halaman belakang:
(a) Sebagai laporan polisi dan bukti kegiatan
operasional kepolisian oleh seorang petugas.
(b) Sebagai pengawasan penggunaan blanko tilang
pada satuan penindak.
(c) Bahan pengolahan data statistik pelanggaran lalu
lintas di seluruh Indonesia dalam rangka
pengembangan sistem lalu lintas yang lebih efisien.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 6


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(d) Bahan pertanggungjawaban dalam penggunaan


anggaran.
(e) Sebagai bahan perhitungan, penerimaan Negara
atas uang denda yang diselenggarakan oleh Polri.
e) Warna putih.
(1) Halaman depan:
(a) Sebagai berita acara persidangan;
(b) Sebagai surat tuntutan Jaksa;
(c) Sebagai surat pernyataan menerima putusan Hakim;
(d) Sebagai bukti telah dilaksanakan eksekusi dan tanda
bukti eksekusi.
(2) Halaman belakang:
(a) Sebagai berita acara persidangan;
(b) Sebagai surat putusan Hakim;
(c) Sebagai perintah eksekusi;
(d) Sebagai bukti pertanggungjawaban pelaksanaan
putusan Hakim;
(e) Sebagai bahan perhitungan besarnya denda yang
disetorkan ke Kas Negara dan biaya perkara;
(f) Sebagai pengawasan pemakaian blangko tilang.
b. Perlengkapan pendukung:
1) Alat tulis berupa ballpoint warna hitam atau biru;
2) Clipboard sebagai alat penulisan;
3) Label barang bukti;
4) Tanda/pemeriksaan di jalan dengan tulisan “PEMERIKSAAN
KENDARAAN BERMOTOR”, papan warna putih dengan tulisan
warna hitam, ukuran disesuaikan sehingga mudah dibaca dan
ditempatkan jarak 50 meter dari tempat pemeriksaan.

4. Tata Cara Penindakan Pelanggaran


a. Penindakan bergerak/hunting yaitu, cara menindak pelanggar sambil
melaksanakan tugas lain yang bersifat insidentil (patroli) dan sifat

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 7


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penindakan ofensif terhadap pelanggaran yang tertangkap tangan bagi


petugas tidak perlu dilengkapi surat perintah tugas;
b. Penindakan di tempat/stationer yaitu:
1) Harus dilengkapi dengan surat perintah tugas;
2) Dipimpin oleh Perwira pada setiap lokasi pelaksanaan pemeriksaan
kendaraan bermotor;
3) Petugas dibagi dalam kelompok-kelompok:
a) Petugas yang memberikan isyarat mengurangi kecepatan;
b) Petugas yang menghentikan;
c) Petugas yang memeriksa;
d) Petugas yang melaksanakan penilangan;
e) Petugas mengamankan barang bukti;
f) Petugas yang siap sedia melakukan tindakan lain (pengejaran,
antisipasi kalau ada perlawanan fisik).
4) Lokasi penindakan di jalan lurus;
5) Apabila dilakukan pada malam hari terdapat penerangan jalan;
6) Tidak menghambat arus lalu lintas.

5. Penindakan Pelanggaran dengan Tilang Secara Konvensional


Penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas jalan tertentu dengan tilang dapat
dilaksanakan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
a. Terdakwa tidak hadir disidang pengadilan, akan tetapi menunjuk
seseorang (menyetujui) dengan surat pernyataan penunjukan untuk
mewakilinya di sidang pengadilan:
1) Setuju dengan sangkaan/dakwaan penyidik atas pelanggarannya;
2) Setuju menunjuk wakil yang telah disiapkan oleh penyidik untuk
mewalikinya disidang pengadilan;
3) Setuju dan bersedia menyetorkan sejumlah uang ke Bank yang
ditunjuk, sebesar nilai denda yang tertera pada ketentuan pidana UU
no. 2 tahun 2009 dengan status “uang titipan”;
4) Setuju dengan penetapan/putusan sidang pengadilan yang
menetapkan uang titipan berubah menjadi uang denda dan akan
disetorkan ke kas negara.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 8


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Tersangka hadir/mengikuti sidang pengadilan perkara pelanggarannya.


Dalam hal ini berarti tersangka:
1) Menolak atau tidak setuju dengan sangkaan penyidik;
2) Ia ingin hadir sendiri disidang pengadilan;
3) Melaksanakan pembayaran denda setelah diputus oleh Hakim.

6. Mekanisme Penindakan
Lembar surat tilang digunakan apabila secara jelas penyidik/penyidik pembantu
melihat dan mengetahui terjadinya pelanggaran lalu lintas jalan tertentu
sebagaimana tercantum dalam table pelanggaran.
a. Pembagian tugas, yaitu:
1) Beri isyarat kurangi kecepatan;
2) Memberhentikan kendaraan;
3) Memeriksa kelengkapan kendaraan dan pengemudi;
4) Penilangan;
5) Mengamankan barang bukti;
6) Siap sedia (kejar dan antisipasi).

b. Perlengkapan petugas penindak/penyidik, yaitu:


1) Peluit dengan nada tertentu dan nyaring;
2) Megaphone dengan nada suara tertentu;
3) Lampu senter dengan pancaran warna tertentu yang jelas dilihat oleh
pemakai jalan;
4) Rambu Lalu Lintas, barikade-barikade (garis batas polisi) yang dapat
dipindah-pindahkan untuk situasi khusus;
5) Kelengkapan perorangan lainnya sesuai gampol;
6) Alat komunikasi (HT);
7) Kapur tulis, tilang dan BAP singkat;
8) Blanko tilang yang telah dicap ataudibubuhi stempel kesatuan
penyidik, termasuk tabel pelanggaran dan table denda/table uang
titipan;
9) Ballpoint (warna tinta hitam atau biru);
10) Surat perintah tugas;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 9


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

11) Alat pelapis penulisan blanko tilang (Hard Board, karton dan lain-
lain);
12) Label barang bukti.
c. Teknik penulisan lembar tilang, yaitu:
1) Penulisan menggunakan huruf balok/huruf cetak dengan
menggunakan ballpoint warna tinta hitam atau biru;
2) Cap kesatuan menggunakan ukuran kecil;
3) Menulis dan menandatangani dengan menekan agar tulisan dapat
tercetak melalui karbon pada lembaran-lembaran set tilang;
4) Memberi alas pelapis tebal diantara set pertama dan set kedua pada
saat penulisan set pertama, dan demikian seterusnya pada set
kedua, ketiga, keempat dan kelima agar tulisan tidak tembus pada
set lain.
d. Langkah-langkah penindakan.
Penindakan pelanggaran harus diawali dengan pemeriksaan terhadap
pengemudi dan persyaratan dalam mengemudikan kendaraan bermotor.
1) Tahap pertama.
a) Menghentikan pelanggar, memberikan penghormatan dan
mengucapkan salamdan memeriksa SIM, STNK, STCK dan
KTP pelanggar;
b) Memberitahukan bahwa ia telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan UU Lalu lintas dan angkutan
jalan;
c) Memberitahukan sanksi atas pelanggarannya dan member
penjelasan mengenai tata cara pertanggungjawaban
perbuatannya, yaitu dengan melaksanakan sidang dan
membayar denda, atau tanpa siding tetapi menyetorkan uang
titipan ke bank yang ditunjuk;
d) Menuliskan nama, pangkat/Nrp, jabatan dan kesatuan penindak
pada bonggol tilang;
e) Menuliskan atau mencontreng/memberi tanda (√) pada tulisan
yang ada pada blanko tilang:
(1) Kesatuan penindak;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 10


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Nama terdakwa dan jenis kelamin (mencontreng salah


satu jenis kelamin yang tertera pada blanko tilang);
(3) Alamat, pekerjaan, umur dan nomor KTP terdakwa;
(4) Golongan, nomor, tempat dan tanggal lahir/bulan/tahun,
penerbit SIM terdakwa;
(5) Nomor Polisi kendaraan, jenis, merk, nomor chasis dan
nomor mesin kendaraan yang digunakan terdakwa
(cocokan dan teliti antara STNK dengan kendaraan
bermotor yang digunakan);
(6) Hari, tanggal, bulan, tahun dan jam saat itu (saat
ditindak/ditemukan pelanggaran) dan tempat (jalan dan
lokasi/kota) kejadian perkara pelanggaran;
(7) Mengisi Pasal yang dilanggar dan mencontreng jumlah
uang titipan atau ancaman denda sesuai dengan table
yang ada pada lembaran belakangan buku tilang.
2) Tahap kedua.
a) Menjelaskan sekali lagi cara pertanggung jawaban yang harus
dilaksanakan oleh terdakwa dan pasal yang dilanggar serta
denda yang diancam atas pelanggarannya;
b) Apabila tersangka menolak atau tidak setuju atas sangkaan
penyidik/penyidik pembantu, maka:
(1) Penyidik mencoret dengan tulisan “DITITIPKAN” yang
tertera pada lembar tilang;
(2) Menyita barang bukti yang diperlukan sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan:
(a) Jika tersangka tidak memiliki SIM, maka yang disita
adalah kendaraan bermotor (karena tersangka
belum berhak mengemudikan kendaraan bermotor);
(b) Jika tersangka tidak membawa SIM (lupa) dan dapat
dibuktikan maka yang disita adalah STNK
kendaraan;
(c) Jika kendaraan yang digunakan tidak ada STNK nya
atau STNK tidak cocok dengan kendaraan, maka
yang disita adalah kendaraan bermotor berikut STNK

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 11


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang diduga palsu tersebut, selanjutnya tersangka


diperiksa lebih lanjut di kantor Polisi terdekat
mengenai keabsahan kendaraan/surat-surat yang
dimilikinya dalam hal ini pemeriksaan dapat
dilanjutkan oleh penyidik Sat Reskrim;
(d) Jika tersangka memiliki surat-surat yang sah SIM,
STNK, STCK dan kendaraan bermotor yang
digunakan tidak dicurigai sebagai benda hasil
kejahatan, maka yang disita adalah salah satu dari
surat-surat tersebut (SIM, STNK atau STCK).
(3) Mencontreng pada lambang kotak yang tersedia sesuai
dengan jenis barang bukti yang disita oleh penyidik;
(4) Menuliskan hari, tanggal, bulan, tahun dan jam serta
tempat alamat dimana tersangka wajib hadir untuk
persidangan pelanggarannya di pengadilan negeri
setempat;
(5) Melengkapi penulisan blanko tilang dengan:
(a) Kesatuan penyidik;
(b) Tanda tangan, nama, pangkat dan Nrp penyidik;
(c) Meminta tersangka menanda tangani blanko tilang
sesuai dengan ruang tanda tangan yang tersedia
untuk tersangka/terdakwa;
(d) Menyerahkan lembar surat tilang berwarna merah
kepada tersangka sambil memberi penjelasan
singkat tetapi lengkap sehingga tersangka mengerti
apa yang harus dilakukan, serta sanksi yang akan
diterapkan apabila kewajiban tidak dilakukan.

c) Apabila tersangka/terdakwa setuju dan atau mengaku atas


sangkaan/dakwaan yang disangkakan/didakwa penyidik, maka:

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 12


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Penyidik mencoret dengan tegas tulisan “DISITA” yang


tertera pada lembar tilang, dan memberi tanda kotak pada
kata/tulisan “DITITIPKAN”;
(2) Menerima penyerahan surat-surat atau kendaraan yang
dititipkan terdakwa;
(3) Mencontreng pada kotak barang bukti atau barang titipan
yang tercantum pada lembar tilang sesuai dengan jenis
barang titipan yang diserahkan terdakwa;
(4) Ketentuan tentang barang bukti/barang titipan
sebagaimana yang dimaksud dalam angka 2) huruf b)
point (1), (2), (3) dan (4) tetap merupakan alasan untuk
melakukan tindakan terhadap benda titipan terdakwa dan
atau terdakwa sendiri;
(5) Menuliskan alamat bank yang ditentukan sebagai bank
pendukung tilang/penerima setoran uang titipan untuk
denda pelanggaran;
(6) Mencoret tulisan atau kata: ”HADIR SENDIRI”, dan
menjelaskan kepada terdakwa bahwa penyidik telah
menyiapkan wakil dari terdakwa untuk mewakilinya
disidang pengadilan selanjutnya menuliskan, umur dan
alamat wakil yang dimaksud tersebut;
(7) Menulis alamat/tempat kantor Polisi dimana barang titipan
terdakwa dapat diambil setelah menyetor uang titipan ke
Bank;
(8) Melengkapi penulisan kesatuan, ruang tanda tangan,
nama, pangkat dan Nrp penyidik;
(9) Meminta terdakwa menanda tangani ruang tanda tangan
bagi terdakwa dalam lembar tilang;
(10) Menyerahkan lembar surat tilang berwarna biru kepada
terdakwa sambil memberi penjelasan singkat tetapi
lengkap sehingga terdakwa mengerti apa yang harus
dilakukan, serta sanksi yang akan diterapkan apabila
kewajiban terdakwa tidak dilaksanakan.
3) Tahap ketiga.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 13


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Penyerahan berkas penindakan oleh penyidik. setelah selesai


melaksanakan kegiatan penindakan, penyidik menghimpun dan
menyusun berkas penyidikan serta barang bukti/barang titipan untuk
diserahkan kepada kepala urusan administrasi tilang (Ka Urmin
Tilang) dan dilaporkan kepada Kanit Penindak Kesatuan/kantor,
dengan melaksanakan:
a) Membuat rekapitulasi hasil kegiatan penindakan dan mencatat
barang bukti yang diserahkan kepada ka urmin tilang dengan
membuat berita acara penyerahan barang bukti;
b) Menghitung bonggol tilang dan mencocokan dengan
hasil/berkas penindakan, kemudian mencatat dalam buku
harian penyidik;
c) Mengajukan bonggol tilang untuk ditandatangani oleh anggota
urmin tilang;
d) Membuat berita acara penyerahan berkas dan barang bukti dari
penindak/penyidik kepada kaurmin tilang/baur barang bukti;
e) Menyerahkan semua berkas dan barang bukti termasuk
bonggol tilang hasil penindakan kepada Kaurmin/Ba Ur barang
bukti tilang dengan berita acara penyerahan berkas penyidikan
dan barang bukti;
f) Pada tahap ini tugas penyidik telah selesai.
4) Tahap keempat.
a) Penyerahan barang bukti oleh urmin tilang kepada
pelanggar yang hadir sendiri disidang:
(1) Bamin tilang/barang bukti menerima bukti penyetoran
uang denda dan bukti putusan Hakim atas perkara
pelanggaran yang dilakukan;
(2) Menyerahkan barang bukti kepada pemiliknya/pelanggar
setelah diteliti dan dicocokan dengan surat-surat
kendaraan atau data pada berkas tilang,dengan
melaksanakan penanda tanganan penyerahan barang
bukti oleh petugas dan penerima barang bukti oleh
pemiliknya;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 14


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Menyelenggarakan pengadministrasian hasil perkara


tilang ke buku register tilang model II.
b) Kepada pelanggar yang mewakilkan disidang
(pelanggar yang tidak hadir disidang pengadilan):
(1) Bamin tilang/tilang bukti menerima lembar tilang warna
biru yang telah dicap/distempel dan ditanda tangani oleh
petugas bank dan atau menunjuk bukti setor uang titipan
ke bank yang ditentukan;
(2) Menyerahkan barang titipan kepada pemiliknya dengan
menanda tangani penyerahan barang titipan oleh petugas,
dan penerima barang titipan oleh pemiliknya;
(3) Menyelenggarakan pengadministrasian hasil perkara
tilang ke buku register tilang model II.
c) Pelanggar yang memilih penyelesaian perkara
dengan mewakilkan seseorang disidang (tidak hadir disidang),
dapat mengambil barang titipannya ditempat lokasi penindakan
apabila yang bersangkutan segera menyetorkan uang titipan ke
Bank, dan petugas penyidik masih berada dilokasi penindakan.

7. Penanganan Barang Titipan/Barang Bukti


a. Barang/benda yang dititipkan atau disita penyidik adalah barang/benda
yang berhubungan langsung dengan pelanggar;
b. Petugas/penyidik yang menyita barang bukti, wajib mengamankannya dan
bertanggung jawab atas keutuhan barang/benda tersebut sebelum
diserahkan ke kesatuan penyidik (Kaurmin tilang/Kaur Bin Ops);
c. Pengambilan barang bukti:
1) Barang bukti pelanggar yang melaksanakan sistem uang titipan
denda melalui bank, dapat diambil segera setelah terdakwa
menyetorkan uang titipan ke bank yang telah ditentukan;
2) Barang sitaan/barang bukti pelanggar hanya dapat diambil apabila
terdakwa telah melaksanakan putusan siding pengadilan yang
dilaksanakan oleh eksekutor (Kejaksaan).

d. Jenis barang bukti yang dititipkan/disita:

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 15


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) KTP atau tanda identitas lainnya bila pelaku adalah pejalan kaki,
atau menggunakan kendaraan tidak bermotor;
2) Bila jaminan surat-surat tidak dapat dipenuhi, terhadap terdakwa
yang menggunakan kendaraan tidak bermotor yang disita atau
dititipkan kendaraannya;
3) SIM, STNK, STCK atau kendaraan bermotor, bagi terdakwa yang
menggunakan kendaraan bermotor sesuai dengan bentuk
pelanggaran dan sesuai dengan kondisi surat-surat dan atau
kendaraannya dihubungkan dengan pelanggar (atas pertimbangan
keabsahan surat-surat maupun kendaraan bermotor tersebut,
penyidik wajib melakukan tindakan Kepolisian sesuai dengan
ketentuan yang berlaku).
e. Label barang bukti titipan.
Barang bukti kendaraan bermotor diberi label dengan mencantumkan
keterangan tentang kondisi dan kelengkapannya dibalik tabel, selanjutnya
ditanda tangani oleh penyidik, terdakwa/pemilik dan 2 (dua) orang saksi.

8. Alur Tilang Online (E-Tilang)


Pada saat ini pelaksanaan penindakan pelanggar lalu lintas sudah dilakukan
secara Online, setiap petugas penyidik/penyidik pembantu selain menginput
secara manual juga diwajibkan menginput data pelanggaran lalu lintas melalui
tilang Online, pada umumnya penindakan yang dilakukan sama halnya dengan
mekanisme penindakan pelanggaran lalu lintas secara konvensional, namun
demikian petugas dalam hal ini memerlukan Smartphone yang mememiliki
koneksi internet agar dapat mengakses aplikasi E-Tilang (Briva), alur dari
penindakan pelanggaran melalui tilang Online yakni sebagai berikut:
a. Penyidik/penyidik pembantu memberhentikan kendaraan yang melanggar
kemudian melaksanakan penindakan pelanggaran lalu lintas di jalan
dengan menggunakan blanko tilang pada lembar biru titipan BRI dengan
mencantumkan pasal, denda maksimal sesuai dengan tabel denda dan
menyita barang bukti berupa SIM/STNK/Ranmor;
b. Penyidik/penyidik pembantu kemudian menginput data pada aplikasi E-
Tilang berupa “Tilang Biru data pelanggar yang terdiri dari identitas

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 16


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

lengkap pelanggar berikut nomor Handphone pelanggar serta pasal yang


dilanggar ke dalam aplikasi E-Tilang di HP petugas;
c. Pelanggar yang ditilang kemudian akan mendapatkan nomor BRI Virtual
akun (BRIVA) melalui notifikasi SMS, kode BRIVA ini yang kemudian akan
digunakan pelanggar didalam aplikasi E-Tilang untuk melihat dan
memastikan kembali besaran denda tilang. Selain itu pelanggar juga akan
mendapatkan slip tilang berwarna biru;
d. Pelanggar dapat membayar denda tilang tersebut melalui ATM, Mobile
Banking ataupun melalui teller BRI dari bank yang ditunjuk;
e. Setelah melakukan pembayaran, pelanggar dapat langsung menyerahkan
bukti transfer (dapat berupa Fotocopy) ke petugas Kepolisian yang
melakukan penindakan ataupun ke kesatuan kepolisian yang tertera pada
surat tilang untuk mengambil barang bukti yang dititipkan;
f. Petugas penindak menyerahkan berkas tilang yang telah digunakan
kepada Ba Min tilang untuk diregistrasi ulang dan selanjutnya dikirim ke
Pengadilan Negeri setempat;
g. Pelanggaran tetap disidangkan di Pengadilan Negeri setempat, namun
pelanggar tidak perlu hadir, setelah pelaksanaan sidang dan diputuskan,
dalam hal putusan PN menetapkan pidana denda dan biaya perkara lebih
kecil daripada yang dititipkan, maka sisa uang denda harus diberitahukan
dan dikembalikan kepada pelanggar ;
h. Pelanggar kemudian dapat mengambil barang bukti yang dititipkan/disita
di Kejaksaan Negeri setempat selaku eksekutor putusan tilang;
i. Pengembalian sisa dana titipan dapat diambil ke Bank BRI yang telah
ditunjuk.

9. Penindakan Pelanggaran Edukatif (Simpatik)


Penindakan secara edukatif (simpatik) adalah bentuk tindakan yang diberikan
oleh petugas Polri dalam bentuk teguran/peringatan baik lisan maupun tertulis,
tindakan simpatik ditujukan kepada:
a. Pengemudi yang berasal dari luar kota;
b. Pelanggar rambu yang belum memiliki kekuatan hukum atau dalam masa
sosialisasi;
c. Pelanggar yang bersifat ringan.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 17


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman :

1. Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan/menyimpang dari


ketentuan perundang-undangan lalu lintas yang berlaku dan atau peraturan
pelaksanaannya baik yang dapat ataupun tidak menimbulkan kerugian jiwa
atau benda tetapi dapat mengganggu kamseltibcar lalu lintas.
2. Penggunaan blanko tilang dalam Satu (1) buku harus berurutan. Peruntukan
blanko tilang ditentukan sebagai berikut:
a. Lembar tilang berwarna merah sebagai bukti pelanggaran tertentu,
diperuntukkan bagi pelanggar yang akan melaksanakan sidang perkara
pelanggarannya di pengadilan;
b. Lembar tilang berwarna biru diperuntukkan bagi pelanggar yang telah
menyatakan setuju atas dakwaan penyidik, dan ia bersedia membayar
sejumlah denda maksimal yang ditentukan dalam UU LLAJ dan disetorkan
melalui bank yang ditentukan;
c. Lembar tilang berwarna hijau diperuntukkan bagi Pengadilan negeri
setempat;
d. Lembar tilang berwarna kuning diperuntukkan bagi Kesatuan Polri
setempat;
e. Lembar tilang berwarna putih diperuntukkan bagi Kejaksaan negeri
setempat.
3. Penindakan bergerak/hunting yaitu, cara menindak pelanggar sambil
melaksanakan tugas lain yang bersifat insidentil (patroli) dan sifat penindakan
ofensif terhadap pelanggaran yang tertangkap tangan bagi petugas tidak perlu
dilengkapi surat perintah tugas.
4. Teknik penulisan lembar tilang, yaitu:
a. Penulisan menggunakan huruf balok/huruf cetak dengan menggunakan
ballpoint warna tinta hitam atau biru;
b. Cap kesatuan menggunakan ukuran kecil;
c. Menulis dan menandatangani dengan menekan agar tulisan dapat
tercetak melalui karbon pada lembaran-lembaran set tilang;
d. Memberi alas pelapis tebal diantara set pertama dan set kedua pada saat
penulisan set pertama, dan demikian seterusnya pada set kedua, ketiga,
keempat dan kelima agar tulisan tidak tembus pada set lain.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 18


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Barang bukti kendaraan bermotor diberi label dengan mencantumkan


keterangan tentang kondisi dan kelengkapannya dibalik tabel, selanjutnya
ditanda tangani oleh penyidik, terdakwa/pemilik dan 2 (dua) orang saksi.
6. Pada saat ini pelaksanaan penindakan pelanggar lalu lintas sudah dilakukan
secara Online, setiap petugas penyidik/penyidik pembantu selain menginput
secara manual juga diwajibkan menginput data pelanggaran lalu lintas melalui
tilang Online, pada umumnya penindakan yang dilakukan sama halnya dengan
mekanisme penindakan pelanggaran lalu lintas secara konvensional, namun
demikian petugas dalam hal ini memerlukan alat tambahan berupa
handphone/telepon gengam (HP) yang telah terunduh aplikasi E-Tilang (elang)
di dalamnya, alur dari penindakan pelanggaran melalui tilang Online.
7. Penindakan secara edukatif (simpatik) adalah bentuk tindakan yang diberikan
oleh petugas Polri dalam bentuk teguran/peringatan baik lisan maupun tertulis,
tindakan simpatik.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 19


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Latihan.

1. Jelaskan dasar hukum!


2. Jelaskan pengertian-pengertian!
3. Jelaskan alat penindakan pelanggaran!
4. Jelaskan tata cara penindakan pelanggaran!
5. Jelaskan penindakan pelanggaran dengan tilang secara konvensional!
6. Jelaskan mekanisme penindakan!
7. Jelaskan penanganan barang titipan/barang bukti!
8. Jelaskan alur tilang Online (E-Tilang)!
9. Jelaskan penindakan pelanggaran edukatif (Simpatik)!

Praktik :

SKENARIO DAKGAR
1. Pendidik memberikan Springas dan blangko tilang kepada masing-masing
kelompok yang akan melaksanakan praktek Dakgar Lalu Lintas di lingkungan
ksatrian Akpol, masing-masing kelompok akan di bagi tugas sebagai berikut :
a. 2 (dua) Taruna sebagai pengatur Lalu Lintas;
b. 2 (dua) Taruna menghentikan kendaraan;
c. 1 (satu) Taruna sebagai pengumpul barang bukti;
d. 3 (tiga) taruna sebagai pemeriksa surat dan kelengkapan;
e. 4 (empat) Taruna sebagai petugas Tilang;
f. 2(dua)Taruna sebagai petugas yang memperlambat kendaraan;
g. 2 (dua) Taruna sebagai tim Siap sedia untuk mengantisipasi hal-hal yang
tidak diinginkan;
h. 1 (satu) Taruna sebagai Pawasdal.
2. Bahwa dalam praktek Dakgar Lalu Lintas, peserta didik akan melaksanakan
penindakan pelanggaran Lalu Lintas berupa penilangan dengan blangko tilang,
adapun pelanggar diperankan oleh pelaku tanding dari sat Demlat Akpol dan
pengguna jalan yang lain di sekitar ksatrian Akpol.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 20


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BAB II

PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS

Kompetensi Dasar :

Memahami dan menerapkan penanganan kecelakaan lalu lintas.

Indikator Hasil Belajar :


1. Menjelaskan dasar hukum.
2. Menjelaskan pengertian-pengertian.
3. Menjelaskan penggolongan kecelakaan lalu lintas.
4. Menjelaskan penanganan TKP kecelakaan lalu lintas.
5. Mempraktikkan penanganan TKP kecelakaan lalu lintas.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 21


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1. Dasar Hukum
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
b. UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
c. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
d. UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
e. UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan.
f. PP No. 15 tahun 2005 tentang jalan Tol.
g. UU No’ 33 dan 34 tahun 1964 tentang Dana Asuransi Kecelakaan Lalu
Lintas.
h. Perkap No.15 tahun 2013 tentang Penyidikan Laka Lantas.

2. Pengertian-pengertian
a. Penanganan kecelakaan lalu lintas adalah serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh petugas Polri di bidang lalu lintas setelah terjadi
Kecelakaan lalu lintas di jalan yang meliputi kegiatan mendatangi TKP
dengan segera, menolong korban, melakukan tindakan pertama di TKP,
mengolah TKP, mengatur kelancaran arus lalu lintas, mengamankan
barang bukti, dan melakukan penyidikan kecelakaan lalu lintas;
b. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
benda;
c. Tempat kejadian perkara kecelakaan lalu lintas adalah suatu lokasi di
jalan tempat kecelakaan terjadi dimana di tempat itu terdapat korban
dan/atau bukti-bukti yang menunjukkan bahwa telah terjadi suatu peristiwa
kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan;
d. Korban kecelakaan lalu lintas adalah orang yang mengalami kecelakaan
Lalu Lintas yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, luka berat,
atau ringan pada anggota tubuh manusia;
e. Korban meninggal dunia kecelakaan lalu lintas adalah korban yang
dipastikan meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan tersebut;
f. Korban luka berat kecelakaan lalu lintas adalah korban yang karena
luka-lukanya itu ia menjadi menderita cacat tetap sebagai akibat langsung

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 22


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dari kecelakaan lalu lintas atau harus dalam jangka waktu lebih dari 30
(tiga puluh) hari sejak terjadi kecelakaan atau keadaan luka pada tubuh
yang tidak akan sembuh lagi dengan sempurna sehingga tidak cakap lagi
melakukan jabatan atau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 90 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.;
g. Korban luka ringan kecelakaan lalu lintas adalah korban luka-luka sebagai
akibat kecelakaan lalu lintas, yang tidak termasuk dalam pengertian luka
berat;
h. Kerugian harta benda dalam kecelakaan lalu lintas adalah kerugian yang
timbul sebagai akibat langsung dari kecelakaan lalu lintas dalam wujud
benda milik korban atau orang lain, kendaraan, bangunan, fasilitas umum,
yang dapat dinilai dengan uang rupiah;
i. Santunan adalah sejumlah uang atau dana yang diberikan oleh
pemerintah kepada korban kecelakaan lalu lintas atau ahli warisnya
melalui PT. Jasa Raharja berupa penggantian biaya pengibatan, santunan
meninggal dunia, dan santunan cacat tetap, berdasarkan Undang-undang
No.33 Tahun 1964 jo PP No.17 Tahun 1965 atau Undang-undang No.34
tahun 1964 jo PP No. 18 Tahun 1965;
j. Ahli waris korban adalah janda yang sah atau duda yang sah atau
anak-anak yang sah atau orang tua yang sah dari korban yang meninggal
dunia akibat kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1) PP No 17 dan PP No. 18 Tahun 1965;
k. Pelayanan korban kecelakaan lalu lintas adalah pelaksanaan segala
usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin kecepatan pertolongan dan
ketepatan tindakan terhadap peristiwa kecelakaan lalu lintas agar korban
tidak menjadi lebih parah dan pelayanan pengurusan hak korban atas
dana santunan kecelakaan lalu lintas dapat dilaksanakan dengan lancar;
l. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat petugas Polri tentang
suatu kejadian, pelanggaran dan kejahatan yang dilihat, didengar, dialami
ataupun ditanganinya seketika itu, atau dari laporan masyarakat dan
pengaduan yang diterimanya;
m. Keterangan kecelakaan lalu lintas adalah keterangan tertulis yang dibuat
oleh petugas unit kecelakaan Polisi lalu lintas tentang kecelakaan lalu
lintas yang ditanganinya, yang dibuat dalam suatu formulir laporan

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 23


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kecelakaan lalu lintas pelaku dan korban, identitas dan kondisi kendaraan
yang terlibat, kondisi jalan tempat kejadian kecelakaan dan risalah
kejadian kecelakaan lalu lintas tersebut;
n. Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan
peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya;
o. Gawat darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang berada dalam
kondisi ancaman kematian dan memerlukan pertolongan tepat dan segera
guna menghindari kematian dan kecacatan;
p. Penanganan tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan lalu lintas adalah
kegiatan dan tindakan Kepolisian di TKP kecelakaan lalu lintas yang
dilakukan oleh penyelidik atau penyidik yang meliputi:
1) Tindakan pertama di TKP kecelakaan lalu lintas adalah tindakan
Kepolisian yang diharuskan dilakukan segera setelah terjadinya
suatu kecelakaan lalu lintas, dalam bentuk penutupan dan
pengamanan TKP untuk kepentingan penyidikan selanjutnya dan
mencegah terjadinya kemacetan ataupun kecelakaan lalu lintas lain
di TKP tersebut serta terciptanya keamanan bagi petugas, korban
dan barang bukti serta pemakai jalan lainnya;
2) Pengolahan TKP lalu lintas berupa tindakan atau kegiatan setelah
tindakan pertama di TKP dilakukan dengan maksud untuk mencari,
mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi bukti petunjuk,
keadaan, keterangan serta identitas tersangka menurut teori “bukti
segi tiga”, guna memberi arah bagi penyidikan selanjutnya.

3. Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas


a. Dilihat dari berat ringannya akibat yang ditimbulkan, terdiri dari:
1) Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang
hanya mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang;
2) Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 24


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang


mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
b. Dilihat dari jumlah korban, bobot kerugian secara politis atau ekonomis
terhadap pemerintah dan/atau tingkat fasilitas yang terjadi dilihat dari
anatomi kecelakaan, meliputi:
1) Kecelakaan menonjol, dengan kategori sebagai berikut:
a) Kecelakaan lalu lintas melibatkan pejabat pemerintahan
dan/atau menjadi korban dalam kecelakaan dengan klasifikasi
sebagai berikut:
(1) Pejabat Negara Republik Indonesia yang termasuk dalam
golongan VVIP/VIP dan/atau pejabat Negara asing yang
sedang berada di Negara Republik Indonesia mewakili
negaranya, termasuk keluarganya;
(2) Mantan Kepala Negara/Presiden Republik Indonesia dan
mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, termasuk
isterinya;
(3) Pejabat Tinggi Tentara Nasional Indonesia dan Pejabat
Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia, termasuk
Panglima Daerah Militer dan Kepala Kepolisian Daerah.
b) Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan pejabat pemerintah
luka berat atau meninggal dunia klasifikasi sebagai berikut:
(1) Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia atau Perwira
Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Kepala Daerah Provinsi dan Kepala Daerah
Kabupaten/kota. dan
(3) Tokoh masyarakat, pimpinan partai dan/atau individu yang
berpengaruh terhadap pemerintah dan masyarakat secara
nasional.
c) Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan korban meninggal
dunia 10 (sepuluh) orang atau meninggal dunia di TKP
sejumlah 7 (tujuh) orang.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 25


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan lumpuhnya lalu


lintas pada jaringan jalan nasional paling lama 6 (enam) jam,
yang disebabkan:
(1) Jembatan pada jalan nasional terputus;
(2) Kendaraan khusus pengangkut bahan berbahaya
dan/atau bahan yang mudah meledak mencemari
lingkungan dan masyarakat atau terbakar.
e) Kecelakaan lalu lintas melibatkan Kendaraan bermotor
angkutan penumpang umum mengakibatkan korban manusia
meninggal dunia 10 (sepuluh) orang atau meninggal dunia di
TKP sejumlah 7 (tujuh) orang atau luka berat lebih dari 20
orang.
2) Dikategorikan sebagai kecelakaan biasa adalah kecelakaan yang
tidak termasuk kategori menonjol sebagaimana dimaksud pada
angka 1.

4. Penanganan TKP Kecelakaan Lalu Lintas


a. Persiapan mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Personel.
Setelah menerima laporan tentang kejadian kecelakaan lalu
lintas,anggota Polantas khususnya unit kecelakaan lalu lintas yang
jumlahnya disesuaikan dengan tingkat kejadiannnya,segera meuju
ke TKP laka lantas.
Petugas SPKT segera menginformasikan kepada petugas rumah
sakit terdekat jika kecelakaan lalu lintas tersebut mengakibatkan
korban manusia termasuk meminta bantuan kepada instansi terkait
lainnya jika kecelakaan lalu lintas melibatkan kendaraan bermotor
yang memuat barang berbahaya dan/atau beracun.
Setiap petugas Polri yang diberi tugas menangani TKP mempunyai
kompetensi:
a) Terampil melaksanakan TPTKP;
b) Menguasai teknik Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD);
c) Terampil mengamankan TKP;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 26


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Terampil dalam pengolahan TKP;


e) Terampil mengatur kelancaran arus lalu lintas.

2) Peralatan.
Untuk mendukung penanganan kecelakaan lalu lintas, petugas
polantas dilengkapi dengan:
a) Peralatan kesatuan
(1) Alat pengaman TKP:
(a) Kendaraan unit kecelakaan lalu lintas;
(b) Lampu peringatan atau segitiga pengaman;
(c) Kerucut lalu lintas;
(d) Rambu lalu lintas berupa petuntuk arah, batas
kecepatan,dan prioritas;
(e) Senter kedip jika pengamanan dilakukan pada
malam hari papan informasi adanya kejadian
kecelakaan lalu lintas
(2) Peralatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat ( PPGD)
(a) Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K),
berisi:
(1) Pembalut cepat;
(2) Kasa steril;
(3) Pembalut biasa;
(4) Obat merah atau betadine;
(5) Pembalut segi tiga;
(6) Plester;
(7) Kapas;
(8) Gunting.
(b) Kotak peralatan kecelakaan lalu lintas berisi:
(1) Senter kedip lantas dan baterai;
(2) Kapur tulis/cat warna;
(3) Tanda angka 1 s/d 9;
(4) Senter LED dan baterai;
(5) Pengukur jarak roll 50 meter/digital;
(6) Gergaji besi;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 27


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(7) Alat tulis penyidik kecelakaan lalu lintas, yaitu


spidol, pensil, pulpen penggaris, kertas,dan
papan klip untuk membuat sketsa/gambar TKP;
(8) Paku beton;
(9) Garis Polisi (Police Line);
(10) Gunting;
(11) Pinset;
(12) Tang Kombinasi;
(13) Tang Buaya;
(14) Pengukur tekanan ban;
(15) Pisau pengiris (Cutter);
(16) Kaca pembesar;
(17) Kampak serba guna;
(18) Kamera foto digital;
(19) Baterai kamera foto;
(20) Sarung tangan kulit dan karet;
(21) Label barang bukti;
(22) Kantong plastik;
(23) Rompi reflektor;
(24) Kantong jenasah 2 buah;
(25) Tiang besi key point/titik tabrak;
(26) Kompas.
(3) Peralatan pendukung:
(a) Pemecah kaca;
(b) Alat pemotong sabuk pengaman;
(c) Alat pemotong kerangka kendaraan bermotor;
(d) Alat pengungkit/dongkrak ranmor;
(e) Alat penarik kendaraan bermotor;
(f) Pemadam kebakaran;
(g) Oksigen;
(h) Papan keras.
(4) Alat komunikasi:
(a) Radio komunikasi yang terpasang pada kendaraan
bermotor petugas;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 28


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(b) Radio komunikasi dan HP yang melekat pada


petugas.
b) Peralatan peseorangan:
(1) Jas hujan;
(2) Rompi lalu lintas;
(3) Sarung tangan;
(4) Peluit;
(5) Borgol;
(6) Tongkat Polisi;
(7) Radio komunikasi;
(8) Senjata api;
(9) Masker;
3) Kendaraan.
a) Untuk mempercepat penanganan kecelakaan lalu lintas,
pada setiap unit kecelakaan lalu lintas atau kantor kepolisian
tersedia kendaraan bermotor, yang terdiri atas:
(1) Mobil dan/atau sepeda motor yang dilengkapi dengan
lampu rotator warna biru dan Sirine;
(2) Dapat didukung dengan mobil ambulans serta mobil
derek.
b) Untuk menjamin kesiapan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud diatas, petugas melaksanakan
pengecekan setiap hari terhadap:
(1) Kondisi kelaikan kendaraan bermotor;
(2) Fungsi lampu rotator dan Sirine.
c) Persiapkan kendaraan dan alat komunikasi untuk
kecepatan bertindak dan memelihara hubungan petugas
dengan markas kesatuan, selanjutnya adakan pengecekan
kembali terhadap peralatan kendaraan seperti rem, lampu
rotator, ban, lampu-lampu, Sirine serta peralatan lainnya yang
dianggap penting.
d) Peralatan lain yang diperlukan dalam menangani TKP
kecelakaan lalu lintas yang terdiri dari:
(1) 12 buah kerucut Lalu lintas;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 29


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) 2 buah lampu peringatan;


(3) 2 buah senter;
(4) Rambu-rambu lalu lintas seperti petunjuk arah, batas
kecepatan dan sebagainya;
(5) 2 buah segitiga pengaman.
b. Mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Tentukan rute yang terpendek dengan memperhatikan situasi lalu
lintas;
2) Bergerak dengan cepat tetapi tetap memperhatikan keselamatan;
3) Apabila situasi lalu lintas padat dan melewati persimpangan agar
menggunakan sirene dan rotator;
4) Upayakan seminimal mungkin melakukan pelanggaran lalu lintas;
5) Perhatikan arus lalu lintas selama diperjalanan menuju TKP, bilaman
ada kendaraan yang dicurigai melarikan diri;
6) Tiba di TKP harus melakukan:
a) Parkir kendaraan ditempat yang aman dan diketahui oleh
pengguna jalan lainnya serta dapat berfungsi untuk
mengamankan TKP dan memberikan petunjuk agar pengguna
jalan lainnya lebih berhati-hati.
b) Posisi kendaraan menghadap keluar serong kanan dan berada
dekat TKP apabila jalan lurus sedangkan untuk TKP yang dekat
dengan tikungan berada sebelum tikungan.
c) Rotator kendaraan tetap dihidupkan sampai selesai kegiatan
penanganan TKP.
c. Tindakan pertama Di TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas.
a) Tujuan pengamanan TKP kecelakaan lalu lintas:
(1) Menjaga agar TKP tetap utuh/tidak berubah sebagaimana
pada saat dilihat dan diketemukan petugas yang
melakukan tindakan pertama di TKP;
(2) Mencegah timbulnya permasalahan baru seperti
terjadinya kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu
lintas;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 30


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Untuk memberikan pertolongan kepada korban dan


mengamankan bagi petugas yang sedang melaksanakan
tugas di TKP serta pemakai jalan lainnya;
(4) Untuk melindungi agar barang bukti yang ada tidak hilang
atau rusak;
(5) Untuk memperoleh keterangan dan fakta sebagai bahan
penyidikkan lebih lanjut.
b) Alat-alat yang digunakan untuk mengamankan TKP
meliputi:
(1) Kendaraan petugas;
(2) Kerucut lalu lintas;
(3) Lampu peringatan;
(4) Lampu senter;
(5) Rambu-rambu lalu lintas (petunjuk arah, batas kecepatan,
prioritas dan lain-lain);
(6) Segitiga pengaman.
c) Tata cara mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas.
(1) Penentuan jarak untuk menutup dan membatasi TKP
kecelakaan lalu lintas. Untuk menentukan jarak dalam
rangka menutup dan membatasi TKP kecelakaan lalu
lintas harus terlebih dahulu menentukan jarak berhenti
suatu kendaraan;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 31


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Contoh :
Pada suatu jalur jalan dengan kecepatan yang diijinkan
adalah 72 Km/jam maka jarak berhenti suatu kendaraan
dapat dihitung sebagai berikut:
V2
S=(v x t) + ---------
(2 x a)
S = Jarak Berhenti Kendaraan
V = kecepatan kendaraan
( 72 Km/jam = 20 M/det)
t = Waktu reaksi dari pengemudi rata-rata 1 detik
a = Perlambatan rata-rata 5 m/det
Maka jarak berhenti kendaraan tersebut adalah :
(20x20)
(20x1) + ------------- = 20 + 40 = 60 meter
(2x5)
Dengan demikian maka jarak yang diperlukan untuk
menutup/membatasi TKP kecelakaan lalu lintas dijalur
jalan tersebut adalah 60 Meter, dari kendaraan petugas
sampai kerucut terdepan.
(2) Cara penempatan alat-alat pengamanan TKP kecelakaan
lalu lintas. Pada jalur satu arah antara lain:
(a) Parkir kendaraan petugas menyudut/serong dengan
badan jalan (membentuk sudut kira-kira 30 derajat
dengan tepi jalan) didepan TKP kecelakaan lalu
lintas, dengan jarak 10 meter dari kendaraan/korban
yang terlibat kecelakaan lalu lintas, dengan bagian
belakang dari kendaraan petugas tersebut
mengahadap arah datangnya arus lalu lintas.
(b) Lampu rotator dan lampu hazard kendaraan petugas
dihidupkan.
(c) Letakan kerucut No.1 disamping kanan bagian
belakang kendaraan petugas dan segaris dengan
sudut kanan depan kendaraan petugas, kemudian

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 32


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

letakan kerucut No.7 paling depan dari arah


datangnya arus lalu lintas dengan jarak minimal 60
meter dari jarak berhenti kendaraan pada jalur jalan
tersebut.
(d) Kemudian diantara kerucut No.1 dan No.7 diletakan
5 (lima) buah kerucut lainnya,
(e) Sedangkan kerucut No.10,11,dan 12 diletakkan di
luar bagian kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu
lintas sejajar dengan ruas jalan.
(f) Kerucut No.7 diletakan ditepi jalan/pada garis tepi
jalan dan didepan kerucut tersebut ditempatkan
lampu peringatan pada kedua sisi jalan dengan jarak
antara 25 s/d 50 meter dari kerucut No.7 tersebut,
namun apabila tidak memiliki lampu peringatan agar
menggunakan segi tiga pengaman.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 33


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar Tata Letak Alat Pengamanan TKP Untuk Jalur Jalan Satu Arah

(3) Pada jalur 2 (dua) arah:


(a) Posisi kendaraan petugas menyudut/serong dengan
badan jalan (membentuk sudut kira-kira 30 derajat
dengan tepi jalan) didepan TKP kecelakaan lalu
lintas, dengan jarak 10 meter dari kendaraan/ korban
yang terlibat kecelakaan lalu lintas, dengan bagian
belakang dari kendaraan petugas tersebut
mengahadap arah datangnya arus lalu lintas;
(b) Penempatan kerucut dengan cara kerucut no 1 sd
kerucut no 7 diletakkan serong dengan kerucut no 1
sejajar dengan ban depan mobil petugas,sedangkan
kerucut no 7 diletakkan pada tepi jalan dengan jarak

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 34


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dari bagian belakang mobil petugas sesuai dengan


jarak pengeremen.Kemudian di antara kerucut no 1
s/d no 7 diletakkan kerucut lainnya.Kerucut no 8 s/d
10 diletakkan menyerong dengan penempatan
kerucut no 8 sejajar dengan kerucut no 1 dan posisi
terdepan obyek yang terlibat kecelakaan lalu
lintas.Kerucut no 10 diletakkan pada tepi jalan
,kemudian diantara kerucut no 8 dan 10 diletakkaan
kerucut no 9.Kerucut no 11 dan 12 diletakkan sejajar
antara kerucut no 1 dan 8.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 35


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar Tata Letak Alat Pengamanan TKP Untuk Jalur Jalan Dua Arah

(4) Ketentuan penempatan alat-alat TKP laka lantas tersebut


diatas hanya dapat dilaksanakan pada TKP kecelakaan
Lalu Lintas di jalur Lalu Lintas yang sepi, ruas jalannya
lebar dan kecepatan tinggi seperti jalan Tol dan Arteri;
(5) Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk
ke TKP yang telah diberi batas (Police Line);
(6) Mengamankan tersangka dan saksi pada tempat di luar
batas yang telah ditentukan;
(7) Memisahkan saksi dan tersangka dengan maksud untuk
tidak saling mempengaruhi;
(8) Membuat tanda di TKP kecelakaan lalu lintas.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 36


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a) Terhadap kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu


lintas.
Kedudukan kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu
lintas diberi tanda “Garis siku-siku” diatas permukaan
jalan pada batas masing-masing bumper depan dan
belakang dari kendaraan tersebut (titik terluar dari
keempat sudutnya), sedangkan kedudukan dari
keempat as roda kendaraan tersebut diberi tanda
pejera diatas permukaan jalan.
(b) Terhadap korban kecelakaan lalu lintas.
Letak dari pada korban manusia, sepeda motor dan
sepeda diberi tanda berupa sketsa di atas
permukaan jalan.
(c) Terhadap alat bukti lainnya.
Untuk alat bukti lainnya seperti ceceran darah,
pecehan kaca, alat-alat kendaraan yang terlepas,
lobang dipermukaan jalan dan sebagainya ditandai
dengan melingkari bagian luarnya diatas permukaan
tempat/ jalan dimana alat-alat bukti tersebut
ditemukan.
(d) Terhadap titik tabrak.
Titik tabrak ditandai dengan tanda X didalam
lingkaran.
(e) Terhadap bekas rem.
Bekas rem kendaraan ditandai dengan tandapada
kedua ujung bekas rem tersebut serta garis putus-
putus sejajar dengan bekas rem.
(f) Setelah alat bukti diberi tanda dan di foto segera
dipindah kan ketepi jalan sehingga arus lalu lintas
dapat lancar kembali.
2) Penanganan terhadap korban kecelakaan lalu lintas.
a) Tujuan dilaksanakannya pertolongan terhadap korban
kecelakaan lalu lintas adalah untuk membantu agar kondisi
korban tersebut tidak menjadi lebih buruk;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 37


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Peralatan yang diperlukan dalam menolong korbankecelakaan


lalu lintas adalah sebagai berikut:
(1) Pembalut cepat;
(2) Kasa steril;
(3) Pembalut biasa;
(4) Obat merah atau betadine;
(5) Pembalut segi tiga;
(6) Plester;
(7) Kapas;
(8) Gunting.
c) Tata cara memberikan pertolongan pada korban kecelakaan
lalu lintas:
(1) Petugas Polri dan/atau bersama dengan petugas medis
yang mendatangi TKP wajib segera memberikan
pertolongan pertama agar kondisi korban tidak menjadi
lebih buruk;
(2) korban patah tulang dijaga tetap pada posisi semula dan
pada saat akan dibawa ke rumah sakit, posisi korban
diusahakan tetap seperti saat ditemukan di TKP;
(3) korban yang anggota badannya terhimpit kendaraan dan
mengalami pendarahan wajib diupayakan penghentian
pendarahan sebelum dilakukan pertolongan lebih lanjut;
(4) Apabila korban dapat mengganggu kelancaran arus lalu
lintas, maka korban dapat dipindahkan ketempat yang
aman dengan memberikan tanda terlebih dahulu pada
letak korban semula;
(5) korban sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit dengan
menggunakan kendaraan ambulans atau kendaraan
petugas Polri;
(6) dalam hal kedua jenis kendaraan tersebut tidak tersedia,
dapat digunakan kendaraan lain dengan terlebih dahulu
mencatat identitas kendaraan dan pengemudi serta rumah
sakit tempat korban akan dirawat;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 38


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(7) mengetahui dan mencatat identitas korban dan identitas


kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas;
(8) memberikan informasi kepada keluarga korban dan PT.
Jasa Raharja (persero) tentang kondisi korban;
(9) mengamankan dan mencatat barang berharga milik
korban, untuk kemudian diserahkan kepada korban atau
keluarga korban.
d. Pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas.
Tujuan dilaksanakannya pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas adalah
untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti sebanyak-banyaknya untuk
dianalisa dan dievaluasi menurut teori “ Bukti Segi Tiga” guna memberi
arah terhadap penyidikkan selanjutnya. Alat-alat bukti yang dapat
dikumpulkan di TKP kecelakaan lalu lintas yaitu: alat bukti petunjuk, alat
bukti keterangan saksi dan alat bukti keterangan tersangka.
Untuk memperoleh alat-alat bukti tersebut diatas, dilakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) Pengamatan umum:
a) Keadaan jalan, sempit / lebar / tanjakan / turunan / tikungan /
simpangan / lurus dll;
b) Keadaan lingkungan, ramai/ sepi/ bebas pandangan dll;
c) Keadaan cuaca pada waktu terjadi kecelakaan lalu lintas;
d) Kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas;
e) Kerusakan pada kendaraan;
f) Kerusakan pada jalan dan kelengkapannya;
g) Letak kendaraan dan korban;
h) Bekas-bekas tabrakan yang tertinggal di jalan seperti. bekas
rem, pecehan kaca, tetesan darah, bekas cat/ dempul, bekas
oli, suku cadang yang terlepas/jatuh dll;
i) Arah datangnya kendaraan yang terlibat kecelakaan.
2) Pemeriksaan terhadap kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu
lintas.
a) Surat-surat kendaraan (STNK,STCK, Buku Kir);

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 39


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Keadaan lampu-lampu kendaraan (apakah semua menyala


dengan baik dan bagaimana penyetelan tinggi rendahnya sorot
lampu);
c) Keadaan klakson;
d) Keadaan alat penghapus kaca;
e) Kedudukan persneling pada gigi berapa;
f) Keadaan kemudi;
g) Penyetelan dari pada kaca spion;
h) Kondisi rem;
i) Kondisi ban kendaraan;
j) Kedudukan spido meter/ukuran kecepatan kendaraan;
k) Kondisi per;
l) Muatan kendaraan.
3) Pemeriksaan terhadap jalan dan kelengkapanya:
a) Kondisi jalan (hotmix/ sirtu/berlobang/bergelombang dll);
b) Rambu-rambu yang ada disekitar TKP;
c) Kondisi bahu jalan;
d) Marka jalan.
4) Pemeriksaan terhadap tersangka:
a) Amankan tersangka termasuk memberikan perlindungan
apabila ada masyarakat yang main hakim sendiri;
b) Lakukan interview dengan mengajukan pertanyaan singkat
kepada tersangka untuk memperoleh keterangan sementara
tentang bagaimana terjadinya peristiwa kecelakaan tersebut;
c) Kondisi pengemudi sebelum terjadi kecelakaan lalu lintas;
d) Catat indentitas tersangka (SIM,KTP dll)
5) Photografi (pemotretan) di TKP.
a) Foto situasi TKP secara keseluruhan, sebanyak 4 (empat) kali
dari 4 (empat) penjuru;
b) Foto posisi dari kendaraan yang terlibat kecelakaan, sebanyak
4 (empat) kali dari 4 (empat) penjuru;
c) Foto korban sebelum dipindakan dari TKP;
d) Foto kerusakan yang ada pada kendaraan yang terlibat
kecelakaan lalu lintas;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 40


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e) Foto bekas-bekas yang tertinggal di TKP seperti bekas rem,


pecahan kaca, pecahan cat/dempul dll;
f) Setelah melakukan pemotretan, semua data-data dicatat
dengan lengkap meliput :
(1) Jarak pengambilan gambar
(2) Cuaca pada waktu pengambilan foto
(3) Cahaya/penyinaran yang digunakan
(4) Kamera yang digunakan
(5) Diafragma dan kecepatan yang digunakan
(6) Arah pemotretan
g) Setelah seluruh kegiatan pemotretan selesai, segera
dituangkan dalam bentuk Berita Acara Pemotretan (contoh
terlampir).
6) Pembuatan gambar/sketsa TKP, langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Cari arah mata angin (arah utara);
b) Tentukan Skala (1 : 100 yang artinya 1 meter di TKP sama
dengan 1 Cm di gambar atau 1 : 200 yang artinya 1 meter di
TKP sama dengan ½ Cm di gambar);
c) Unsur-unsur yang harus dituangkan dalam gambar TKP
kecelakaan lalu lintas adalah:
(1) Lebar jalan, lebar got, lebar trotoar dll;
(2) Bentuk jalan .jalan lurus, tikungan dan persimpangan;
(3) Posisi korban;
(4) Posisi kendaraan;
(5) Posisi titik tabrak;
(6) Posisi titik pokok pengkuran;
(7) Posisi barang bukti;
(8) Bayangan arah/tujuan dari masing-masing kendaraan
yang terlibat;
(9) Untuk menguatkan gambar sketsa di TKP perlu di tanda
tangani oleh tersangka,saksi dan diketahui oleh penyidik
yang membuat sketsa TKP.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 41


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7) Pengukuran gambar/sketsa TKP.


Tujuan dari kegiatan pengukuran TKP kecelakaan lalu lintas adalah
untuk mengetahui jarak/ukuran yang sebenarnya dari situasi TKP.
Dengan ukuran yang benar maka akan memudahkan pada waktu
diadakan rekonstruksi.
a) Posisi/titik yang perlu dilakukan pengkuran:
(1) Titik pokok pengukuran (titik P);
(2) Key point/ titik tabrak (titik X);
(3) Posisi kendaraan yang terlibat (titik pengukuran dari
bemper depan dan belakang serta pada as ban diberi
tanda pejera );
(4) Untuk korban kecelakaan lalu lintas,sepeda dan sepeda
motor berupa gambar sketsa di atas permukaan jalan;
(5) Posisi barang bukti;
(6) Panjang bekas rem;
(7) Lebar jalan.
b) Metode/cara pengukuran di TKP kecelakaan lalu lintas:
(1) Metode garis alas.
(a) Tentukan titik pokok pengukuran (tiang listrik, pal
Km, tiang telepon/bangunan-bangunan lainnya yang
tidak dilakukan pemindahan dalam waktu dekat);
(b) Tarik garis lurus melalui titik P dan sejajar dengan
jalan dimana terjadi kecelakaan tersebut;
(c) Tarik garis tegak lurus dari semua titik yang perlu
diukur ke garis alas;
(d) Adakan pengukuran terhadap garis- garis tegak lurus
tersebut;
(e) Ukur jarak antara titik P (garis alas) ke semua titik
yang ada di garis alas. (contoh terlampir) metode ini
lebih cocok untuk jalan lurus.
(2) Metode segitiga.
(a) Tentukan 2 (dua) buah titik pokok pengukuran (titik A
dan titik B);
(b) Tarik garis lurus dari A ke B;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 42


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(c) Tarik garis lurus dari semua titik yang harus diukur
ke titik A & B;
(d) Metode ini lebih cocok untuk jalan tikungan tajam
atau persimpangan.
8) Pengakhiran penanganan TKP Kecelakaan lalu lintas:
a) Konsolidasi.
Setelah pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas selesai
dilaksana kan maka dilakukan pengecekan terhadap
personel,perlengkapan dan segala hal yang diketahui,
diketemukan dan dilakukan di TKP.
b) Pembukaan TKP.
Setelah TKP dibuka hal yang perlu diperhatikan bahwa arus
lalu lintas harus normal kembali baru anggota (anggota disini
bukan termasuk dalam tim penyidik kecelakaan lalu lintas)
dapat meninggalkan TKP.
c) Permintaan Visum Et Repertum.
(1) Setelah kembali dari TKP, segera ajukan permintaan
Visum Et Repertum ke Rumah Sakit dimana korban di
rawat;
(2) Isilah blangko visum sesuai kebutuhan (visum luar untuk
korban luka dan Visum dalam untuk korban meninggal
dunia);
(3) Pengiriman mayat ke rumah sakit untuk dimintakan visum
harus diperhatikan:
(a) Diberi label dan disegel pada ibu jarinya (guna
menghindari kekeliruan);
(b) Pada label harus jelas disebutkan identitas korban
(nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
tempat tinggal, No.LP, tanda tangan petugas yang
mengirim);
(c) Apabila keluarga korban keberatan diadakan bedah
mayat maka kewajiban penyidik untuk secara
persuasif memberikan penjelasan tentang

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 43


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pentingnya bedah mayat tersebut (sebagai pedoman


gunakan pasal 222 KUHP);
(d) Pada dasarnya pencabutan Visum tidak dibenarkan,
bilamana visum harus dicabut maka yang
berwenang mencabut visum adalah serendah-
rendahnya Kapolres;
(e) Permohonan pencabutan visum diajukan oleh
keluarga korban (ayah/ibu, suami/istri, dan anak)
yang disahkan oleh Lurah/kepala desa setempat
berdasarkan alasan yang dapat diterima maisalnya:
alasan agama, kepercayaan atau adat istiadat.
9) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat oleh
Penyidik/Penyidik Pembantu yang melakukan pengolahan TKP,
dengan materi sebagai berikut:
a) Hasil yang diketemukan di TKP baik TKP itu sendiri, korban,
saksi-saksi, tersangka maupun barang bukti;
b) Tindakan yang dilakukan oleh petugas (TPTKP dan
pengolahan TKP) tehadap hasil yang ditemukan di TKP:
(1) Disamping Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat juga
Berita Acara Pemotretan di TKP dan Berita Acara lain-lain
sesuai tindakan yang dilakukan;
(2) Adakan koordinasi dengan pihak Jasa Raharja dalam
rangka mempercepat klaim asuransi bagi korban luka
maupun meninggal dunia.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 44


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman:

1. Penanganan kecelakaan lalu lintas adalah serangkaian kegiatan yang


dilaksanakan oleh petugas Polri di bidang lalu lintas setelah terjadi Kecelakaan
lalu lintas di jalan yang meliputi kegiatan mendatangi TKP dengan segera,
menolong korban, melakukan tindakan pertama di TKP, mengolah TKP,
mengatur kelancaran arus lalu lintas, mengamankan barang bukti, dan
melakukan penyidikan kecelakaan lalu lintas.
2. Dilihat dari berat ringannya akibat yang ditimbulkan, terdiri dari:
a. Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang hanya
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang;
b. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang;
c. Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.
3. Tindakan pertama Di TKP kecelakaan lalu lintas yaitu:
a. Mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas
b. Penanganan terhadap korban kecelakaan lalu lintas
4. Tujuan dari kegiatan pengukuran TKP kecelakaan Lalu Lintas adalah untuk
mengetahui jarak / ukuran yang sebenarnya dari situasi TKP. Dengan ukuran
yang benar maka akan memudahkan pada waktu diadakan rekonstruksi.

Latihan:

1. Jelaskan dasar hukum!


2. Jelaskan pengertian-pengertian!
3. Jelaskan penggolongan kecelakaan lalu lintas!
4. Jelaskan penanganan TKP kecelakaan lalu lintas!

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 45


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Praktik :
SKENARIO LAKA LANTAS

1. Skenario :
Telah terjadi kecelakaan Lalu Lintas di jalan Marga Satwa yang melibatkan
mobil Panther dengan sepeda motor dan mengakibatkan korban manusia.
2. Petunjuk kerja :
a. Lakukan Pam dan Olah TKP;
b. Buat LP, BAP TKP dan sket TKP.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 46


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

BAB VII

PENANGANAN KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN


METODE TRAFFIC ACCIDENT ANALYSIS (TAA)

Kompetensi Dasar :

Memahami dan menerapkan penanganan kecelakaan lalu lintas dengan


menggunakan metode Traffic Accident Analysis (TAA).

Indikator Hasil Belajar :


1. Menjelaskan pengertian-pengertian.
2. Menjelaskan penanganan TKP kecelakaan lalu lintas.
3. Mempraktikkan penanganan TKP kecelakaan lalu lintas.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 47


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1. Pengertian-pengertian
a. Penanganan kecelakaan lalu Lintas dengan menggunakan metode Traffic
Accident Analysis (TAA) adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh petugas Polri di bidang lalu lintas setelah terjadi kecelakaan lalu
lintas di jalan yang meliputi kegiatan mendatangi TKP dengan segera,
menolong korban, melakukan tindakan pertama di TKP, mengolah TKP,
mengatur kelancaran arus lalu lintas, mengamankan barang bukti, dan
melakukan penyidikan kecelakaan lalu lintas secara cepat dan ilmiah;
b. DSD TOOL (palang acuan) adalah sebagai alat pengganti meteran dalam
melakukan pengukuran di tkp laka lantas dengan ukuran panjang 4
(empat) meter;
c. Connector Point adalah alat yang dipergunakan untuk menyambung
bidang foto pada proses fotogrametri;
d. Fotogrametri adalah teknik pengambilan gambar di TKP bidang per
bidang dengan menggunakan alat DSD TOOL dan Connector Point;
e. PC Rect adalah software yang dipergunakan untuk merubah gambar
persepektif TKP menjadi tampilan gambar TKP yang terlihat dari atas
(Birdview);
f. PC Crash adalah software yang dipergunakan untuk membuat simulasi
kecelakaan secara tiga dimensi;
g. Helicam/Drone adalah Heli Remote Control yang dilengkapi dengan
kamera untuk mengambil gambar TKP sekaligus memantau situasi arus
lalu lintas disekitar TKP laka lantas dari atas;
h. Pengolahan TKP laka lantas dengan metode TAA adalah tindakan atau
kegiatan setelah tindakan pertama di TKP dilakukan dengan
melaksanakan penandaan barang bukti, rekam jejak barang bukti,
pengambilan gambar foto menggunakan fotogrametri kemudian
dimasukkan dalam software Pcrect dan Pccrash dengan maksud guna
memberi gambaran visual kepada penyidik tentang kronologis (sebelum,
sesaat, dan setelah) terjadinya kecelakaan secara cepat dan ilmiah.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 48


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Penanganan TKP Kecelakaan Lalu Lintas


a. Persiapan mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Personel.
a) Setelah menerima laporan tentang kejadian kecelakaan lalu
lintas, anggota polantas khususnya unit kecelakaan lalu lintas
yang jumlahnya disesuaikan dengan tingkat kejadiannnya,
segera menuju ke TKP laka lantas.
b) Petugas SPKT segera menginformasikan kepada petugas
rumah sakit terdekat jika kecelakaan lalu lintas tersebut
mengakibatkan korban manusia termasuk meminta bantuan
kepada instansi terkait lainnya jika kecelakaan lalu lintas
melibatkan kendaraan bermotor yang memuat barang
berbahaya dan/atau beracun.
c) Setiap petugas Polri yang diberi tugas menangani TKP Laka
Lantas mempunyai kompetensi, meliputi :
(1) Terampil melaksanakan TPTKP laka lantas;
(2) Menguasai teknik Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD);
(3) Terampil mengamankan TKP laka lantas;
(4) Terampil dalam pengolahan TKP laka lantas dengan
metode TAA;
(5) Terampil mengatur kelancaran arus lalu lintas.
2) Peralatan.
Untuk mendukung penanganan kecelakaan lalu lintas, petugas
polantas dilengkapi dengan:
a) Peralatan kesatuan.
(1) Alat pengaman TKP:
(a) Kendaraan unit kecelakaan lalu lintas.
(b) Lampu peringatan atau segitiga pengaman.
(c) Kerucut lalu lintas.
(d) Rambu lalu lintas berupa petuntuk arah, batas
kecepatan,dan prioritas.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 49


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(e) Senter kedip jika pengamanan dilakukan pada


malam hari papan informasi adanya kejadian
kecelakaan lalu lintas.
(2) Peralatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat ( PPGD)
(a) Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K),
berisi:
(1) Pembalut cepat;
(2) Kasa steril;
(3) Pembalut biasa;
(4) Obat merah betadine;
(5) Pembalut segi tiga;
(6) Plester;
(7) Kapas;
(8) Gunting.
(b) Kotak peralatan kecelakaan lalu lintas berisi:
(1) Senter kedip lantas dan baterai;
(2) Kapur tulis/cat warna;
(3) Tanda angka 1 s/d 9;
(4) Senter LED dan baterai;
(5) Pengukur jarak roll 50 meter atau digital;
(6) Gergaji besi;
(7) Alat tulis penyidik kecelakaan lalu lintas , yaitu
spidol, pensil, pulpen penggaris, kertas,dan
papan klip untuk membuat sketsa/gambar TKP;
(8) Paku beton;
(9) Garis Polisi;
(10) Gunting;
(11) Pinset;
(12) Tang kombinasi;
(13) Tang buaya;
(14) Pengukur tekanan ban;
(15) Pisau pengiris (cutter);
(16) Kaca pembesar;
(17) Kampak serba guna;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 50


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(18) Kamera foto digital;


(19) Baterai kamera foto;
(20) Sarung tangan kulit dan karet;
(21) Label barang bukti;
(22) Kantong plastik;
(23) Rompi reflektor;
(24) Kantong jenasah 2 buah;
(25) Tiang besi key point/titik tabrak;
(26) Kompas.
(3) Peralatan pendukung:
(a) Pemecah kaca;
(b) Alat pemotong sabuk pengaman;
(c) Alat pemotong kerangka kendaraan bermotor;
(d) Alat pengungkit/dongkrak Ranmor;
(e) Alat penarik kendaraan bermotor;
(f) Pemadam kebakaran;
(g) Oksigen;
(h) Papan keras;
(i) Peralatan TAA, meliputi:
(1) DSD TOOL;
(2) Connector Point;
(3) Tripot kamera;
(4) Software Pc Rect;
(5) Software Pc Crash;
(6) Helicam/Drone.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 51


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ALAT YANG DI PAKAI DALAM METODE TAA

Helicam / drone adalah heli remote control yang dilengkapi dengan kamera untuk
mengambil gambar TKP sekaligus memantau situasi arus Lalu Lintas disekitar TKP
laka lantas dari atas.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 52


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

A. Palang Connector point adalah alat yang dipergunakan untuk menyambung


bidang foto pada proses fotogrametri
B. DSD TOOL (palang acuan) adalah sebagai alat pengganti meteran dalam
melakukan pengukuran di tkp laka lantas dengan ukuran panjang 4 (empat)
meter.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 53


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Meteran dorong berfungsi untuk mengukur jarak atau panjang. meteran juga
berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat dipakai
untuk membuat lingkaran.

Kamera adalah alat optik untuk merekam gambar, yang dapat disimpan secara
lokal, dikirimkan ke lokasi lain, atau keduanya dan Kaki tiga atau Tripod dalam
fotografi, adalah alat stan untuk membantu agar badan kamera bisa berdiri dengan
tegak dan tegar.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 54


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Perangkat Komputer adalah alat yang dapat dipakai untuk mengolah data dalam
metode TAA yang terdiri dari PC Rect yaitu software yang dipergunakan untuk
merubah gambar persepektif TKP menjadi tampilan gambar TKP yang terlihat dari
atas (birdview) dan PC Crash yaitu software yang dipergunakan untuk membuat
simulasi kecelakaan secara tiga dimensi.
(4) Alat komunikasi:
(a) Radio komunikasi yang terpasang pada kendaraan
bermotor petugas;
(b) Radio komunikasi dan HP yang melekat pada
petugas.
b) Peralatan perseorangan:
(1) Jas hujan;
(2) Rompi lalu lintas;
(3) Sarung tangan;
(4) Peluit;
(5) Borgol;
(6) Tongkat Polisi;
(7) Radio komunikasi;
(8) Senjata api;
(9) Masker.
3) Kendaraan.
a) Untuk mempercepat penanganan kecelakaan lalu lintas,
pada setiap unit kecelakaan lalu lintas atau kantor kepolisian
tersedia kendaraan bermotor, yang terdiri atas:
(1) Mobil dan/atau sepeda motor yang dilengkapi dengan
lampu rotator warna biru dan sirine;
(2) Dapat didukung dengan mobil Ambulance serta mobil
derek.
b) Untuk menjamin kesiapan kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud di atas, petugas melaksanakan
pengecekan setiap hari terhadap:
(1) Kondisi kelaikan kendaraan bermotor;
(2) Fungsi lampu rotator dan sirine

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 55


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Persiapkan kendaraan dan alat komunikasi untuk


kecepatan bertindak dan memelihara hubungan petugas
dengan markas kesatuan, selanjutnya adakan pengecekan
kembali terhadap peralatan kendaraan seperti rem, lampu
rotator, ban, lampu-lampu, sirene serta peralatan lainnya yang
dianggap penting;
d) Peralatan lain yang diperlukan dalam menangani TKP
kecelakaan Lalu Lintas yang terdiri dari :
Alat pengaman TKP
(1) 12 buah kerucut Lalu Lintas.
(2) 2 buah lampu peringatan.
(3) 2 buah senter.
(4) rambu-rambu Lalu Lintas seperti petunjuk arah, batas
kecepatan dan sebagainya.
(5) 2 buah segitiga pengaman.
b. Mendatangi TKP kecelakaan lalu lintas.
1) Tentukan rute yang terdekat dengan memperhatikan situasi lalu
lintas;
2) Bergerak dengan cepat tetapi tetap memperhatikan keselamatan;
3) Apabila situasi lalu lintas padat dan melewati persimpangan agar
menggunakan sirene dan rotator;
4) Upayakan seminimal mungkin melakukan pelanggaran lalu lintas;
5) Perhatikan arus lalu lintas selama diperjalanan menuju
TKP,;bilamana ada kendaraan yang dicurigai melarikan diri.
6) Tiba di TKP:
a) Parkir kendaraan ditempat yang aman dan diketahui oleh
pengguna jalan lainnya serta dapat berfungsi untuk
mengamankan TKP dan memberikan petunjuk agar pengguna
jalan lainnya lebih berhati-hati;
b) Posisi kendaraan menghadap keluar serong kanan dan berada
dekat TKP apabila jalan lurus sedangkan untuk TKP yang dekat
dengan tikungan berada sebelum tikungan;
c) Rotator kendaraan tetap dihidupkan sampai selesai kegiatan
penanganan TKP.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 56


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Tindakan pertama Di TKP kecelakaan lalu lintas.


1) Mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas:
a) Tujuan pengamanan TKP kecelakaan lalu lintas:
(1) Menjaga agar TKP tetap utuh/tidak berubah sebagaimana
pada saat dilihat dan diketemukan petugas yang
melakukan tindakan pertama di TKP;
(2) Mencegah timbulnya permasalahan baru seperti
terjadinya kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu
lintas;
(3) Untuk memberikan pertolongan kepada korban dan
mengamankan bagi petugas yang sedang melaksanakan
tugas di TKP serta pemakai jalan lainnya;
(4) Untuk melindungi agar barang bukti yang ada tidak hilang
atau rusak;
(5) Untuk memperoleh keterangan dan fakta sebagai bahan
penyidikkan lebih lanjut.
b) Alat-alat yang digunakan untuk mengamankan TKP meliputi:
(1) Kendaraan petugas;
(2) Kerucut lalu lintas;
(3) Lampu peringatan;
(4) Lampu senter;
(5) Rambu-rambu lalu lintas (petunjuk arah, batas kecepatan,
prioritas dan lain-lain);
(6) Segitiga pengaman.
c) Tata cara mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas.
(1) Penentuan jarak untuk menutup dan membatasi TKP
kecelakaan lalu lintas. Untuk menentukan jarak dalam
rangka menutup dan membatasi TKP kecelakaan lalu
lintas harus terlebih dahulu menentukan jarak berhenti
suatu kendaraan.
Contoh :
Pada suatu jalur jalan dengan kecepatan yang diijinkan
adalah 72 Km/jam maka jarak berhenti suatu kendaraan
dapat dihitung sebagai berikut:

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 57


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

V2
S=(v x t) + ---------
(2 x a)
S = Jarak Berhenti Kendaraan
V = kecepatan kendaraan
( 72 Km/jam = 20 M/det)
t = Waktu reaksi dari pengemudi rata-rata 1 detik
a = Perlambatan rata-rata 5 m/det
Maka jarak berhenti kendaraan tersebut adalah :
(20x20)
(20x1) + ------------- = 20 + 40 = 60 meter
(2x5)
Dengan demikian maka jarak yang diperlukan untuk
menutup/membatasi TKP kecelakaan lalu lintas dijalur
jalan tersebut adalah 60 Meter, dari kendaraan petugas
sampai kerucut terdepan.
(2) Cara penempatan alat-alat pengamanan TKP kecelakaan
lalu lintas.
(a) Pada jalur satu arah:
 Parkir kendaraan petugas menyudut/serong
dengan badan jalan (membentuk sudut kira-kira
30 derajat dengan tepi jalan) didepan TKP
kecelakaan lalu lintas, dengan jarak 10 meter
dari kendaraan/korban yang terlibat kecelakaan
Lalu Lintas, dengan bagian belakang dari
kendaraan petugas tersebut mengahadap arah
datangnya arus lalu lintas;
 Lampu rotator dan lampu hazard kendaraan
petugas dihidupkan;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 58


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

 Letakan kerucut No.1 disamping kanan


bagian belakang kendaraan petugas dan
segaris dengan sudut kanan depan kendaraan
petugas, kemudian letakan kerucut No.7 paling
depan dari arah datangnya arus Lalu Lintas
dengan jarak minimal 60 meter dari jarak
berhenti kendaraan pada jalur jalan tersebut;
 Kemudian diantara kerucut No.1 dan No.7
diletakan 5 (lima) buah kerucut lainnya;
 Sedangkan kerucut No.10,11,dan 12
diletakkan di luar bagian kendaraan yang
terlibat kecelakaan Lalu Lintas sejajar dengan
ruas jalan;
 Kerucut No.7 diletakkan ditepi jalan/pada
garis tepi jalan dan didepan kerucut tersebut
ditempatkan lampu peringatan pada kedua sisi
jalan dengan jarak antara 25 s/d 50 meter dari
kerucut No.7 tersebut, namun apabila tidak
memiliki lampu peringatan agar menggunakan
segi tiga pengaman.
Gambar Tata Letak Alat Pengamanan TKP Untuk Jalur Jalan Satu Arah Dengan
Metode TAA

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 59


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(b) Pada jalur 2 (dua) arah:


 Posisi kendaraan petugas menyudut/serong
dengan badan jalan (membentuk sudut kira-kira
30 derajat dengan tepi jalan) didepan TKP
kecelakaan lalu lintas, dengan jarak 10 meter
dari kendaraan/korban yang terlibat kecelakaan
lalu lintas, dengan bagian belakang dari
kendaraan petugas tersebut mengahadap arah
datangnya arus lalu lintas;

Gambar Tata Letak Alat Pengamanan TKP Untuk Jalan Dua Arah Dengan
Metode TAA

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 60


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

 Penempatan kerucut dengan cara kerucut


no 1 sd kerucut no 7 diletakkan serong dengan
kerucut no 1 sejajar dengan ban depan mobil
petugas,sedangkan kerucut no 7 diletakkan
pada tepi jalan dengan jarak dari bagian
belakang mobil petugas sesuai dengan jarak
pengeremen.Kemudian di antara kerucut no 1
s/d no 7 diletakkan kerucut lainnya. Kerucut no
8 s/d 10 diletakkan menyerong dengan
penempatan kerucut no 8 sejajar dengan
kerucut no 1 dan posisi terdepan obyek yang
terlibat kecelakaan Lalu Lintas.Kerucut no 10
diletakkan pada tepi jalan, kemudian diantara
kerucut no 8 dan 10 diletakkaan kerucut no
9.Kerucut no 11 dan 12 diletakkan sejajar
antara kerucut no 1 dan 8;
 Ketentuan penempatan alat-alat TKP laka
lantas tersebut diatas hanya dapat
dilaksanakan pada TKP kecelakaan lalu lintas
di jalur lalu lintas yang sepi, ruas jalannya lebar
dan kecepatan tinggi seperti jalan tol dan arteri;
 Melarang setiap orang yang tidak
berkepentingan masuk ke TKP yang telah
diberi batas (Police Line);
 Mengamankan tersangka dan saksi serta
mengumpulkannya pada tempat diluar batas
yang telah ditentukan;
 Memisahkan saksi dan tersangka dengan
maksud untuk tidak saling mempengaruhi.
 Membuat tanda di TKP kecelakaan lalu
lintas.
(c) Terhadap kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu
lintas:

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 61


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

 Kedudukan kendaraan yang terlibat


kecelakaan Lalu Lintas diberi tanda “Garis siku-
siku” diatas permukaan jalan pada batas
masing-masing bumper depan dan belakang
dari kendaraan tersebut (titik terluar dari
keempat sudutnya), sedangkan kedudukan dari
keempat as roda kendaraan tersebut diberi
tanda pejera diatas permukaan jalan.
 Terhadap korban kecelakaan lalu lintas letak
dari pada korban manusia, sepeda motor dan
sepeda diberi tanda berupa sketsa di atas
permukaan jalan.
 Terhadap alat bukti lainnya untuk alat bukti
lainnya seperti ceceran darah, pecehan kaca,
alat-alat kendaraan yang terlepas, lobang
dipermukaan jalan dan sebagainya ditandai
dengan melingkari bagian luarnya diatas
permukaan tempat /jalan dimana alat-alat bukti
tersebut ditemukan.
 Terhadap titik tabrak, titik tabrak ditandai
dengan tanda X didalam lingkaran.
 Terhadap bekas rem bekas rem kendaraan
ditandai dengan tanda pada kedua ujung bekas
rem tersebut serta garis putus-putus sejajar
dengan bekas rem.
 Setelah alat bukti diberi tanda dan di foto
segera dipindah kan ketepi jalan sehingga arus
lalu lintas dapat lancar kembali.
2) Penanganan terhadap korban kecelakaan lalu lintas;
a) Tujuan dilaksanakannya pertolongan terhadap korban
kecelakaan lalu lintas adalah untuk membantu agar kondisi
korban tersebut tidak menjadi lebih buruk;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 62


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Peralatan yang diperlukan dalam menolong korban kecelakaan


lalu lintas adalah sebagai berikut:
(1) Pembalut cepat;
(2) Kasa steril;
(3) Pembalut biasa;
(4) Obat merah betadine;
(5) Pemabalut segi tiga;
(6) Plester;
(7) Kapas;
(8) Gunting.
c) Tata cara memberikan pertolongan pada korban kecelakaan
lalu lintas, anggota Polri dan/atau bersama dengan petugas
medis yang mendatangi TKP wajib segera memberikan
pertolongan pertama agar kondisi korban tidak menjadi lebih
buruk. Pemberian pertolongan oleh petugas sebagaimana
dimaksud pada no diatas dilaksanakan dengan prosedur
pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) meliputi:
(1) Korban patah tulang dijaga tetap pada posisi semula dan
pada saat akan dibawa ke rumah sakit, posisi korban
diusahakan tetap seperti saat ditemukan di TKP;
(2) Korban yang anggota badannya terhimpit kendaraan dan
mengalami pendarahan wajib diupayakan penghentian
pendarahan sebelum dilakukan pertolongan lebih lanjut;
(3) Apabila korban dapat menganggu kelancaran arus lalu
lintas, maka korban dapat dipindahkan ketempat yang
aman dengan memberikan tanda terlebih dahulu pada
letak korban semula;
(4) Korban sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit dengan
menggunakan kendaraan ambulans atau kendaraan
petugas Polri;
(5) Dalam hal kedua jenis kendaraan tersebut tidak tersedia,
dapat digunakan kendaraan lain dengan terlebih dahulu
mencatat identitas kendaraan dan pengemudi serta rumah
sakit tempat korban akan dirawat;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 63


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(6) Mengetahui dan mencatat identitas korban dan identitas


kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas;
(7) Memberikan informasi kepada keluarga korban dan PT.
Jasa Raharja (Persero) tentang kondisi korban;
(8) Mengamankan dan mencatat barang berharga milik
korban, untuk kemudian diserahkan kepada korban atau
keluarga korban.

d. Pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas.


1) Tujuan dilaksanakannya pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas
adalah untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti sebanyak-
banyaknya untuk dianalisa dan dievaluasi secara ilmiah dengan
menggunakan metode TAA guna memberi arah terhadap penyidikan
selanjutnya.
2) Alat-alat bukti yang dapat dikumpulkan di TKP kecelakaan lalu
lintas yaitu Alat bukti petunjuk, alat bukti keterangan saksi dan alat
bukti keterangan tersangka.
3) Untuk memperoleh alat-alat bukti tersebut diatas, dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Pengamatan umum:
(1) Keadaan jalan, sempit/lebar/tanjakan/turunan/tikungan/
simpangan/lurus dll;
(2) Keadaan lingkungan, ramai/ sepi/ bebas pandangan dll;
(3) Keadaan cuaca pada waktu terjadi kecelakaan lalu lintas;
(4) Kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas;
(5) Kerusakan pada kendaraan;
(6) Kerusakan pada jalan dan kelengkapannya;
(7) Letak kendaraan dan korban;
(8) Bekas-bekas tabrakan yang tertinggal di jalan seperti.
bekas rem, pecehan kaca, tetesan darah, bekas
cat/dempul, bekas oli, suku cadang yang terlepas/jatuh dll;
(9) Arah datangnya kendaraan yang terlibat kecelakaan.
4) Pemeriksaan terhadap kendaraan yang terlibat kecelakaan Lalu
Lintas.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 64


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Surat-surat kendaraan (STNK,STCK, Buku Kir):


(1) Keadaan lampu-lampu kendaraan (apakah semua
menyala dengan baik dan bagaimana penyetelan tinggi
rendahnya sorot lampu);
(2) Keadaan klaksonnn;
(3) Keadaan alat penghapus kaca;
(4) Kedudukan persneling pada gigi berapa;
(5) Keadaan kemudi;
(6) Penyetelan dari kaca spion;
(7) Kondisi rem;
(8) Kondisi ban kendaraan;
(9) Kedudukan spido meter/ukuran kecepatan kendaraan;
(10) Kondisi per;
(11) Muatan kendaraan.
b) Pemeriksaan terhadap jalan dan kelengkapannya:
(1) Kondisi jalan ( HotMix/Sirtu/berlobang/bergelombang dll);
(2) Rambu-rambu yang ada disekitar TKP;
(3) Kondisi bahu jalan;
(4) Marka jalan.
c) Pemeriksaan terhadap tersangka:
(1) Amankan tersangka termasuk memberikan perlindungan
apabila ada masyarakat yang main hakim sendiri;
(2) Lakukan interview dengan mengajukan pertanyaan
singkat kepada tersangka untuk memperoleh keterangan
sementara tentang bagaimana terjadinya peristiwa
kecelakaan tersebut.;
(3) Kondisi pengemudi sebelum terjadi kecelakaan lalu lintas;
(4) Catat indentitas tersangka (SIM,KTP dll).
d) Photografi (pemotretan) di TKP:
(1) Foto situasi tkp secara keseluruhan, sebanyak 4 (empat)
kali dari 4 (empat) penjuru;
(2) Foto posisi dari kendaraan yang terlibat kecelakaan,
sebanyak 4 (empat) kali dari 4 (empat) penjuru;
(3) Foto korban sebelum dipindakan dari tkp;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 65


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(4) Foto kerusakan yang ada pada kendaraan yang terlibat


kecelakaan lalu lintas;
(5) Foto bekas-bekas yang tertinggal di tkp seperti bekas rem,
pecahan kaca, pecahan cat/dempul dll;
(6) Setelah melakukan pemotretan, semua data-data dicatat
dengan lengkap meliputi:
(a) Jarak pengambilan gambar;
(b) Cuaca pada waktu pengambilan foto;
(c) Cahaya/penyinaran yang digunakan;
(d) Kamera yang digunakan;
(e) Diafragma dan kecepatan yang digunakan;
(f) Arah pemotretan.
(7) Setelah seluruh kegiatan pemotretan selesai, segera
dituangkan dalam bentuk Berita Acara Pemotretan
(contoh terlampir).
5) Melakukan fotogrametri dengan langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Pasang kamera pada kendaraan TAA (kalau tidak mempunyai
kendaraan TAA bisa menggunakan kendaraan double cabin
yang dilengkapi dengan tripot kamera), pengambilan
fotogrametri bisa menggunakan helicam/drone yang
mempunyai spesifikasi kamera non fish eye/yang tidak
cembung (Dji Phantom 3 atau 4);
b) Mencari tanda yang pertama kali ditemukan di TKP (bekas
rem/gesekan) untuk menentukan bidang foto pertama;
c) Letakkan DSD Tool dan connector point satu bidang terlebih
dahulu sebelum ditemukan tanda pertama kali (Pre Crash);
d) Pengambilan fotogrametri bidang foto pertama;
e) Panjang bidang foto menyesuaikan kemampuan pada frame
kamera (DSD Tool dan Connector point masuk kedalam frame
kamera);
f) Selanjutnya laksanakan pengambilan fotogrametridengan
metode yang sama seperti bidang pertama sampai dengan
bekas terakhir yang ditemukan di TKP.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 66


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6) PC Rect.
Menggunakan Software PC Rect untuk merubah gambar perspektif
TKP menjadi tampilan gambar TKP yang terlihat dari atas (Birdview)
serta menyambung gambar menjadi sebuah rangkaian sket TKP.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 67


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7) PC Crash.
Kemampuan mensimulasikan kecelakaan berdasarkan parameter riil
yang ada di tkpdan data yang ada didalamprogram PC Crash (bukan
animasi kecelakaan lalu lintas).

Contoh hasil PC Crash

8) Pengakhiran penanganan TKP kecelakaan lalu lintas.


a) Konsolidasi.
Setelah pengolahan TKP kecelakaan Lalu Lintas selesai
dilaksana kan maka dilakukan pengecekan terhadap
personel,perlengkapan dan segala hal yang diketahui,
diketemukan dan dilakukan di TKP.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 68


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Pembukaan TKP.
Setelah TKP dibuka hal yang perlu diperhatikan bahwa arus
Lalu Lintas harus normal kembali baru anggota (anggota disini
bukan termasuk dalam tim penyidik kecelakaan lalu lintas)
dapat meninggalkan TKP.

c) Permintaan Visum Et Repertum.


(1) Setelah kembali dari TKP, segera ajukan permintaan
Visum Et Repertum ke rumah sakit dimana korban di
rawat;
(2) Isilah blangko Visum Et Repertumsesuai kebutuhan
(Visum Et Repertumluar untuk korban luka dan Visum Et
Repertum dalam untuk korban meninggal dunia);
(3) Pengiriman mayat ke rumah sakit untuk dimintakan Visum
Et Repertum harus diperhatikan:
(a) Diberi label dan disegel pada ibu jarinya (guna
menghindari kekeliruan);
(b) Pada label harus jelas disebutkan identitas korban
(nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
tempat tinggal, No.LP, tanda tangan petugas yang
mengirim).
(4) Apabila keluarga korban keberatan diadakan bedah mayat
maka kewajiban penyidik untuk secara persuasif
memberikan penjelasan tentang pentingnya bedah mayat
tersebut (sebagai pedoman gunakan pasal 222 KUHP);
(5) Pada dasarnya pencabutan Visum Et Repertum tidak
dibenarkan, bilamana Visum Et Repertum harus dicabut
maka yang berwenang mencabut Visum Et Repertum
adalah serendah-rendahnya Kapolres;

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 69


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(6) Permohonan pencabutan Visum Et Repertumdiajukan


oleh keluarga korban (ayah/ibu, suami/istri, dan anak)
yang disahkan oleh Lurah/Kepala Desa setempat
berdasarkan alasan yang dapat diterima maisalnya:
alasan agama, kepercayaan atau adat istiadat.

9) Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di TKP.


a) Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat oleh Penyidik/
Penyidik Pembantu yang melakukan pengolahan TKP, dengan
materi sebagai berikut:
(1) Hasil yang diketemukan di TKP baik TKP itu sendiri,
korban, saksi-saksi, tersangka maupun barang bukti;
(2) Tindakan yang dilakukan oleh petugas (TPTKP dan
pengolahan TKP) tehadap hasil yang ditemukan di TKP.
b) Disamping berita acara pemeriksaan di TKP dibuat juga berita
acara pemotretan di TKP dan berita acara lain-lain sesuai
tindakan yang dilakukan;
c) Adakan koordinasi dengan pihak jasa raharja dalam rangka
mempercepat klaim asuransi bagi korban luka maupun
meninggal dunia.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 70


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman:

1. Penanganan kecelakaan lalu Lintas dengan menggunakan metode TAA (Traffic


Accident Analysis) adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
petugas Polri di bidang lalu lintas setelah terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan
yang meliputi kegiatan mendatangi TKP dengan segera, menolong korban,
melakukan tindakan pertama di TKP, mengolah TKP, mengatur kelancaran
arus lalu lintas, mengamankan barang bukti, dan melakukan penyidikan
kecelakaan lalu lintas secara cepat dan ilmiah.
2. Tindakan pertama Di TKP kecelakaan lalu lintas:
a. Mengamankan TKP kecelakaan lalu lintas;
b. Penanganan terhadap korban kecelakaan lalu lintas.
3. Tujuan dilaksanakannya pengolahan TKP kecelakaan lalu lintas adalah untuk
mencari dan mengumpulkan alat bukti sebanyak-banyaknya untuk dianalisa
dan dievaluasi secara ilmiah dengan menggunakan metode TAA guna memberi
arah terhadap penyidikan selanjutnya.
4. Pengakhiran penanganan TKP kecelakaan lalu lintas:
a. Konsolidasi;
b. Pembukaan TKP;
c. Permintaan Visum Et Repertum.

Latihan.

1. Jelaskan pengertian-pengertian!
2. Jelaskan penanganan TKP kecelakaan lalu lintas dengan!

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 71


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Praktik :

SKENARIO LAKA LANTAS DENGAN METODE (TAA)

1. Skenario :
Penanganan olah TKP Laka lantas dengan metode TAA (traffic accident
analysis) merupakan metode olah TKP laka lantas yang dibawa dari negeri
belanda dikembangkan oleh dr. STEVAN DATENTECHNIK dari swedia . ada 5
(lima) unit kendaraan TAA yang sudah siap operasional untuk membantu
melakukan analisa laka lantas yang ada di Indonesia, salah satunya berada di
polda Jateng. TAA adalah melakukan analisa kecelakaan Lalu Lintas
berdasarkan bukti – bukti yang berada di TKP secara ilmiah dan juga tepat, di
mana pelaksanaan TAA ini menggunakan kendaraan TAA yang berisi :
a. Computer;
b. Camera;
c. Software;
d. Pc rect;
e. Software;
f. Pc crash;
g. Dsd tools;
h. Helicam/drone.
2. Simulasi penanganan olah TKP dg metode TAA adalah sbb :
Bahwa di jln. Lap. Anton Sudjarwo telah terjadi Laka lantas antara
kendaraan mobil Isuzu panther xenia Nopol H 1234 DG dengan 2 (dua) unit
sepeda motor Suzuki A-100 Nopol H 1234 AK dan H 2345 AK, dalam
kecelakaan tersebut mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 5 (lima)
orang .
TKP pertama kali ditangani oleh anggota unit patroli Lalu Lintas yang
kemudian melaksanakan TPTKP (pam dan pengaturan), karena kecelakaan
tersebut mengakibatkan korban meninggal dunia 5 (lima) orang yang
dikategorikan kecelakaan menonjol,
maka anggota unit patroli lantas menghubungi tim TAA Ditlantas polda
Jateng.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 72


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode olah TKP TAA melakukan proses pengambilan gambar /


fotogrametri dengan metode baru pengukuran menggunakan palang acuan
(dsd tools). Palang acuan merupakan alat yang digunakan sebagai pengganti
ukuran dalam kalibrasi yang ada dalam frame foto. Pengambilan foto tersebut
melalui tower pemegang kamera yang bisa naik turun secara otomatis, hal
tersebut dilakukan untuk memperoleh akurasi gambar yaag nantinya digunakan
untuk diproses dengan menggunakan software pc rect di atas dapat disaksikan
helicam/drone TAA merupakan pesawat tanpa awak yang dioperasikan oleh
salah satu personel TAA yang berfungsi untuk mengcover bilamana kamera
dari kendaraan TAA tidak dapat mengambil gambar yang disebabkan medan
jalan yang tidak kondusif. selain itu hasil video dari drone yang direkam akan
lebih memberikan keyakinan kepada hakim bagaimana jalannya proses
penyelidikan oleh tim TAA dalam membuat analisa terhadap kejadian
kecelakaan Lalu Lintas.
Selanjutnya gambar-gambar yang diambil secara terpisah dari TKP
tersebut dapat digabungkan dan akan menggantikan BAP sket konvensional
dengan memakai kertas milimeter block dan diganti dengan sket TKP yang
sesuai aslinya dengan foto dimana pembuktian dalam penyidikan Laka Lantas
dapat dilakukan secara akurat, valid dan transparan.
Setelah melalui beberapa proses di atas,maka hasil olah TKP akan
diproses dan dianalisa kembali di kantor dengan menggunakan komputer dan
aplikasi pc.rect dengan software tersebut, semua pengukuran dapat secara
otomatis dilakukan dengan bantuan software sehingga penyidik tidak lagi
mengukur setiap bagian dari TKP Laka Lantas dan mempercepat proses olah
TKP.
Dengan software pc rect ini foto yang diambil dengan sudut tertentu akan
diproses sedemikian rupa seolah-olah foto diambil dari atas helikopter,
kemampuan selanjutnya yaitu mensimulasikan Laka Lantas berdasarkan
parameter riil yang ada di TKP dan data yang ada di dalam aplikasi pc crash
menjadi sebuah video simulasi Laka Lantas.
3. Petunjuk kerja :
a. Lakukan Pam TKP;
b. Lakukan olah TKP dengan metode TAA;
c. Buat LP, BAP TKP.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 73


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR PUSTAKA

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).


2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
3. UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(LLAJ).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak Serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas.
9. Peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang tarif PNBP pada Polri.
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lantas.
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan.
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor49 Tahun 2014 tentang alat pemberi
isyarat lalu lintas (APIL).
13. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik IndonesiaNomor 9 Tahun 2012
tentang surat ijin mengemudi (SIM).
14. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik IndonesiaNomor 10 Tahun 2012
tentang Pengaturan Lalu Lintas Dalam Keadaan Tertentu dan Penggunaan
Jalan Selain Untuk Kegiatan Lalu Lintas.
15. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015
tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.
16. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2013
tentang Penyidikan Laka Lantas.
17. Petunjuk pelaksanaan Kapolri No. Pol : Juklak/05/V/2003 tanggal 29 Mei 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Masyarakat Bidang Lalu Lintas.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 74


AKADEMI KEPOLISIAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

18. SOP Nomor : Kep / 30 / V / 2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Penjagaan Lalu
Lintas.
19. SOP Nomor : Kep / 51 / IV / 2014 tanggal 21 April 2014 tentang Pengawalan
Lalu Lintas.
20. SOP Nomor : Kep / 22 / V / 2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Patroli Lalu
Lintas.
21. Vademikum lalu lintas Polri.

FUNGSI TEKNIS LANTAS II 75


AKADEMI KEPOLISIAN

Anda mungkin juga menyukai