Anda di halaman 1dari 14

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 3 TAHUN 2017
TENTANG
PROSEDUR PENJAGAAN TAHANAN
OLEH PENGEMBAN FUNGSI SAMAPTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam mendukung pelaksanaan tugas sebagai alat


pemelihara keamanan dalam negeri, Kepolisian Negara
Republik Indonesia melalui fungsi Samapta dituntut
kesiapsiagaan dan peran aktif dalam penyelenggaraan
tugas umum kepolisian diantaranya dalam bentuk
pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli;
b. bahwa kesiapsiagaan dan peran aktif fungsi Samapta
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memelihara
keamanan, salah satunya dalam bentuk penjagaan
terhadap tahanan yang ditempatkan pada ruang atau
rumah tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
yang pelaksanaannya memerlukan prosedur dan
persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tetap menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Kepala Badan Pemelihara Keamanan
Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Prosedur
Penjagaan Tahanan oleh Pengemban Fungsi Samapta;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4168);
2. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian
Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PROSEDUR PENJAGAAN TAHANAN OLEH PENGEMBAN
FUNGSI SAMAPTA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Peraturan Kepala Badan Pemelihara
Keamanan Polri ini, yang dimaksud dengan:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Polri adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Tahanan adalah tersangka, terdakwa atau terpidana yang
ditempatkan pada ruang tahanan/rumah tahanan Polri.
3. Rumah Tahanan Polri adalah suatu tempat khusus
dalam lingkungan Polri untuk menempatkan tahanan.
4. Ruang Tahanan Polri adalah suatu tempat khusus dalam
rumah tahanan Polri.
5. Penjagaan Tahanan adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh petugas jaga untuk memberikan
perlindungan dan pelayanan terhadap tahanan.
-3-

6. Petugas Jaga adalah anggota Polri pengemban fungsi


Samapta yang ditugaskan untuk melaksanakan penjagaan
tahanan pada ruang atau rumah tahanan Polri.

Pasal 2
Tujuan Peraturan ini adalah :
a. sebagai pedoman bagi anggota Polri yang ditugaskan
sebagai petugas jaga tahanan guna terwujudnya
persamaan persepsi dan cara bertindak dalam menjaga
tahanan; dan
b. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada tahanan baik fisik maupun psikis.

Pasal 3
Penjagaan tahanan dilakukan dengan prinsip:
a. legalitas, yaitu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. profesional, yaitu dilakukan oleh anggota Polri yang
menguasai tehnik dan taktik penjagaan tahanan;
c. akuntabilitas, yaitu prosedur dan kegiatan yang
dilakukan terhadap tahanan, dapat dipertanggung-
jawabkan;
d. keadilan, yaitu tidak ada pembedaan, keberpihakan, dan
kepentingan terhadap tahanan;
e. keterpaduan, yaitu adanya kerja sama, koordinasi, dan
sinergi antar pihak terkait dalam penjagaan tahanan; dan
f. efektif dan efisien, yaitu penjagaan tahanan dilakukan
dengan mempertimbangkan keseimbangan yang wajar
antara hasil dengan upaya dan sarana yang digunakan.

Pasal 4
Ruang lingkup peraturan ini mengatur penjagaan tahanan
pada rumah tahanan Polri oleh anggota Polri pengemban
fungsi Samapta.
-4-

BAB II
OBJEK DAN PERSYARATAN

Pasal 5
Objek dalam pelaksanaan penjagaan tahanan meliputi:
a. orang, yaitu tahanan dan pembesuk/penjenguk;
b. tempat, yaitu ruang tahanan dan lingkungan sekitar;
c. benda, yaitu barang titipan, barang bawaan, dan barang
milik tahanan; dan
d. kegiatan, yaitu aktifitas tahanan baik dalam ruang
tahanan maupun lingkungan sekitar ruang tahanan.

Pasal 6
Anggota Polri yang ditugaskan sebagai petugas jaga tahanan
wajib memenuhi persyaratan:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. memiliki sikap mental, moral dan disiplin yang baik;
c. mahir menggunakan senjata;
d. mahir menggunakan tongkat dan borgol;
e. mahir beladiri; dan
f. komunikatif.

BAB III
PERSIAPAN

Pasal 7
Persiapan dalam pelaksanaan penjagaan tahanan meliputi:
a. administrasi;
b. seragam;
c. kelengkapan perorangan dan satuan; dan
d. Acara Arahan Pimpinan (AAP) dari Kepala Jaga (Kajaga),
pengendali taktis dan/atau pengendali teknis.

Pasal 8
(1) Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf a, meliputi:
a. surat perintah tugas;
-5-

b. jadwal tugas jaga; dan


c. SOP penjagaan tahanan.
(2) Seragam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b,
yaitu menggunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Polri.
(3) Kelengkapan perorangan dan satuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, sebagai berikut:
a. kelengkapan perorangan:
1. borgol;
2. tongkat Polri;
3. lampu senter;
4. buku saku;
5. alat tulis; dan
6. kelengkapan lain yang mendukung pelaksanaan
tugas jaga tahanan.
b. kelengkapan satuan:
1. meja jaga tahanan;
2. kursi jaga tahanan;
3. senjata api;
4. tongkat listrik;
5. kotak penyimpanan kunci gembok;
6. kotak penyimpanan obat-obatan;
7. kotak penyimpanan surat perintah penahanan;
8. alat pemadam kebakaran;
9. buku mutasi jaga tahanan;
10. buku tamu;
11. buku register tahanan;
12. buku register barang titipan;
13. buku berobat tahanan;
14. daftar barang inventaris; dan
15. kelengkapan lain yang mendukung pelaksanaan
tugas jaga tahanan.
(4) Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Polri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Peraturan Kapolri
tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Pada Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
-6-

BAB IV
PELAKSANAAN

Pasal 9
Pelaksanaan penjagaan tahanan oleh anggota Polri
pengemban fungsi Samapta, meliputi prosedur :
a. penerimaan dan penggeledahan tahanan;
b. memasukkan tahanan dalam ruang tahanan;
c. pemeriksaan terhadap pembesuk/penjenguk tahanan
dan barang bawaan;
d. pemeriksaan rumah tahanan, ruang tahanan dan kontrol
tahanan;
e. pemindahan/membawa atau pengeluaran tahanan; dan
f. menghadapi perlawanan tahanan terhadap petugas jaga
dan perkelahian antar tahanan.

Pasal 10
(1) Prosedur penerimaan dan penggeledahan tahanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, sebagai
berikut:
a. menerima penyerahan tahanan yang telah dalam
kondisi diborgol;
b. melakukan penelitian dan pencocokan terhadap
administrasi (surat perintah penahanan) dan
identitas tahanan;
c. memeriksa kondisi fisik dan kesehatan tahanan; dan
d. melakukan penggeledahan badan, khusus untuk
tahanan wanita penggeledahan dilakukan oleh
Polwan atau petugas wanita yang ditunjuk.
(2) Dalam hal petugas telah melakukan penggeledahan dan
ditemukan benda hasil penggeledahan, dilakukan
prosedur sebagai berikut:
a. benda hasil penggeledahan dicatat terperinci dalam
buku register dan ditandatangani oleh petugas jaga
dan tahanan yang digeledah;
-7-

b. catatan benda hasil penggeledahan dibuat dalam


dua rangkap, satu salinan diserahkan kepada
tahanan dan/atau keluarganya dan satu salinan
lain dibundel bersama benda hasil penggeledahan
yang akan disimpan;
c. menyimpan benda hasil penggeledahan di tempat
penyimpanan; dan
d. terhadap benda yang dikategorikan berbahaya atau
terlarang dari hasil penggeledahan, diserahkan
kepada penyidik untuk diproses lebih lanjut.
(3) Benda yang dikategorikan berbahaya atau terlarang dari
hasil penggeledahan, sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d, antara lain:
a. ikat pinggang;
b. tali/tambang;
c. kabel;
d. kain panjang;
e. celana panjang;
f. baju lengan panjang;
g. kain sarung;
h. senjata;
i. benda logam/tumpul/tajam/bergerigi;
j. perangkat elektronik;
k. rokok;
l. korek api;
m. benda lain yang dapat digunakan untuk melarikan
diri, bunuh diri, mencederai diri/orang lain; dan/atau
n. benda lain yang dilarang sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 11
(1) Prosedur memasukkan tahanan dalam ruang tahanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, sebagai
berikut:
a. petugas jaga membawa tahanan menuju ruang
tahanan dalam sikap siap siaga dan waspada, serta
menurut teknik dan taktik yang benar;
-8-

b. setibanya di ruang tahanan, petugas jaga terlebih


dahulu membuka kunci/gembok dan pintu ruang
tahanan;
c. petugas jaga memasukkan tahanan yang masih
terborgol kedalam ruang tahanan, selanjutnya pintu
ruang tahanan dikunci; dan
d. petugas jaga meminta tahanan untuk menjulurkan
kedua tangannya yang terborgol dikeluarkan dari
jeruji ruang tahanan, kemudian membuka kunci
borgol.
(2) Prosedur memasukkan tahanan dalam ruang tahanan
paling sedikit dilakukan oleh 2 (dua) petugas jaga untuk
satu orang tahanan.

Pasal 12
(1) Prosedur pemeriksaan terhadap pembesuk/penjenguk
tahanan dan barang bawaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf c, dilakukan terhadap tubuh
pembesuk/penjenguk dan barang bawaannya.
(2) Prosedur pemeriksaan bagian tubuh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. petugas jaga memeriksa seluruh bagian tubuh dari
pembesuk/penjenguk yang dapat digunakan untuk
menyembunyikan benda/barang terlarang; dan
b. pemeriksaan terhadap pembesuk/penjenguk wanita
dilakukan oleh Polwan atau petugas wanita yang
ditunjuk.
(3) Barang bawaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi barang yang dipakai maupun yang dibawa oleh
pembesuk/penjenguk, antara lain :
a. pakaian;
b. tas;
c. makanan;
d. minuman;
e. rokok;
f. korek api;
-9-

g. perangkat elektronik;
h. benda/barang lainnya yang dapat membahayakan;
dan/atau
i. benda lain yang dilarang sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Perundang-undangan.
(4) Terhadap barang bawaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan prosedur pemeriksaan sebagai berikut:
a. pakaian :
1. mengeluarkan seluruh barang/benda yang ada
di saku baju/celana;
2. melepaskan ikat pinggang;
3. memeriksa seluruh lipatan pakaian;
4. memeriksa kerah baju;
5. memeriksa sepatu, sandal, kaos kaki; dan
6. memeriksa bagian pakain lainnya yang dapat
digunakan untuk menyembunyikan benda
terlarang.
b. tas :
1. pemilik mengeluarkan semua isi tas disaksikan
petugas jaga;
2. petugas jaga memeriksa isi tas yang sudah
dikeluarkan; dan
3. petugas jaga memeriksa tas yang telah
dikosongkan;
c. makanan/minuman :
1. membuka dan memeriksa isi kemasan;
2. petugas jaga memerintahkan kepada pembesuk/
penjenguk untuk mencicipi makanan/minuman
yang dibawa;
3. hanya diperbolehkan dikonsumsi di ruang besuk,
setelah melalui pemeriksaan; dan
4. memeriksa bagian makanan/minuman lainnya
yang dapat digunakan untuk menyembunyikan
benda terlarang.
d. Rokok, korek api, perangkat elektronik dan benda
lainnya yang membahayakan dititipkan kepada
petugas jaga tahanan.
- 10 -

(5) Dalam hal dari hasil pemeriksaan ditemukan benda/


barang berbahaya dan terlarang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundangan-undangan, diserahkan kepada
penyidik untuk diproses lebih lanjut.

Pasal 13
(1) Prosedur pemeriksaan rumah tahanan, ruang tahanan
dan kontrol tahanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf d, sebagai berikut:
a. terhadap rumah tahanan :
1. melakukan patroli di bagian luar rumah
tahanan guna memastikan dalam kondisi baik
dan aman; dan
2. memeriksa ruang terbuka lainnya dalam
lingkungan rumah tahanan;
b. terhadap ruang tahanan:
1. ruang tahanan dalam keadaan terkunci dan
sistem penguncian/gembok berfungsi dengan
baik/tidak rusak;
2. jeruji pintu ruang tahanan, langit-langit
maupun jendela dalam keadaan tidak berkarat
dan kokoh serta tidak terdapat bekas gergajian;
3. atap/plafon ruangan tahanan dalam keadaan
utuh;
4. tembok dan lantai tidak berlubang;
5. sistem kelistrikan/penerangan lampu maupun
saluran air berfungsi dengan baik; dan
6. kamar mandi dan tempat buang air kecil/besar
berfungsi dengan baik;
c. terhadap tahanan penghuni ruang tahanan:
1. memeriksa daftar tahanan;
2. melakukan pengecekan jumlah tahanan dengan
absensi daftar tahanan yang ada, dengan cara
petugas mendatangi setiap ruang tahanan;
3. memastikan semua tahanan telah menggunakan
pakaian tahanan;
- 11 -

4. memeriksa kondisi kesehatan tahanan; dan


5. mencatat semua hasil pengecekannya dalam
buku mutasi jaga tahanan.
(2) Prosedur pemeriksaan rumah tahanan, ruang tahanan
dan kontrol tahanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit dilakukan oleh 2 (dua) petugas jaga.
(3) Waktu pemeriksaan rumah tahanan, ruang tahanan dan
kontrol tahanan dapat dilakukan :
a. terjadwal, paling lama setiap dua jam sekali; dan/atau
b. tidak terjadwal, secara acak (random);
(4) Cara pemeriksaan rumah tahanan, ruang tahanan dan
kontrol tahanan dapat dilakukan :
a. langsung; dan/atau
b. tidak langsung/menggunakan perangkat elektronik.

Pasal 14
(1) Prosedur pemindahan/membawa atau pengeluaran
tahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e,
dilakukan dengan pertimbangan:
a. akan dilakukan pemeriksaan oleh penyidik;
b. atas perintah penyidik terkait dengan perubahan
status tahanan yang bersangkutan;
c. akan dilakukan pengobatan; dan/atau
d. keselamatan jiwa.
(2) Tatacara pemindahan/membawa atau pengeluaran
tahanan, dilakukan dengan:
a. memeriksa surat perintah pengeluaran tahanan
yang telah ditandatangani oleh penyidik dan diberi
stempel, apabila atas perintah penyidik;
b. mencatat waktu dan kondisi fisik kesehatan tahanan
ke dalam buku mutasi jaga tahanan; dan
c. meminta bantuan petugas Polri lainnya untuk
melakukan pengawalan.
(3) pemindahan/membawa atau pengeluaran tahanan
dilakukan hanya pada waktu siang hari, kecuali dalam
keadaan darurat/kontinjensi.
- 12 -

(4) Dalam hal terjadi situasi kontinjensi, tata cara


pemindahan / membawa atau mengeluarkan tahanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diabaikan.

Pasal 15
Prosedur menghadapi perlawanan tahanan terhadap petugas
jaga tahanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 huruf f,
dilakukan dengan tahapan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Kapolri tentang Penggunaan Kekuatan Dalam
Tindakan Kepolisian.

Pasal 16
Prosedur menghadapi perkelahian antar tahanan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 9 huruf f, dilakukan dengan :
a. memberikan peringatan tegas secara lisan;
b. petugas memberikan isyarat tanda bahaya dengan cara
memukul lonceng, membunyikan peluit secara berulang-
ulang dan/atau benda/alat lainnya yang dapat
mengeluarkan suara;
c. meminta bantuan petugas Polri lainnya untuk melerai
dan memisahkan; dan
d. melaporkan kepada Pimpinan.

Pasal 17
Dalam pelaksanaan penjagaan tahanan, petugas jaga wajib:
a. menjaga dan meningkatkan kewaspadaan;
b. mengetahui jumlah tahanan menurut jenis kelamin,
umur, dan jenis kejahatan yang dilakukan;
c. memeriksa kondisi kesehatan tahanan, kebersihan ruang
tahanan, sistem keamanan ruang tahanan;
d. bersikap humanis, ramah, tanggap, tegas, peduli, etis;
e. bersikap responsif terhadap situasi dan kondisi
lingkungan sekelilingnya;
f. menguasai seluruh bagian rumah tahanan dan ruang
tahanan;
- 13 -

g. mengetahui jalur penyelamatan (escape) dan evakuasi;


dan
h. mengetahui SOP yang berkaitan dengan penjagaan
tahanan.

Pasal 18
Pelaksanaan penjagaan tahanan oleh petugas jaga berada
di bawah pengawasan pengendali teknis atau pengendali
taktis.

BAB V
PENGAKHIRAN

Pasal 19
(1) Pelaksanaan penjagaan tahanan berakhir pada saat
dilakukan serah terima petugas jaga lama kepada
petugas jaga baru.
(2) Sebelum melakukan serah terima jaga tahanan, petugas
jaga lama dan petugas jaga baru tahanan melakukan
pemeriksaan dan pengecekan terhadap:
a. kelengkapan perorangan;
b. kelengkapan satuan;
c. rumah tahanan dan ruang tahanan; dan
d. tahanan.
(3) Serah terima jaga tahanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disaksikan dan berada di bawah pengawasan
pengendali teknis atau pengendali taktis.
(4) Petugas jaga tahanan melaksanakan tugas jaga tahanan
paling lama 12 (dua belas) jam.

BAB VI
ANGGARAN

Pasal 20
Anggaran yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan
penjagaan tahanan, bersumber pada DIPA Polri.
- 14 -

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21
Peraturan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri ini mulai
berlaku pada tanggal disahkan.

Paraf: Ditetapkan di Jakarta


1. Dirsamapta : ...... pada tanggal 18 Juli 2017
2. Karorenmin : ......
Kakorsabhara : ...... K EPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN POLRI,

PUTUT EKO BAYUSENO

Disahkan di Jakarta Paraf:


pada tanggal 3 Agustus 2017
1. Kadivkum Polri : ......
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, 2. Kasetum Polri : ......
Wakapolri : ......

M. TITO KARNAVIAN

REGISTRASI SETUM POLRI TAHUN 2017 NOMOR 11

Anda mungkin juga menyukai