Anda di halaman 1dari 17

TENTIR FALSAFAH

KONSEP DASAR TENTANG ETIKA DAN ETIKA PROFESI

• Etiket adalah sopan santun, misal bertutur kata yang lembut. Contoh : 
Ada pejabat yang bertutur kata lembut. Tapi ternyata melakukan tindak pidana
korupsi. Pejabat itu beretiket baik karena tutur katanya lembut, namun tidak beretika
karena melakukan tindak korupsi.
• Perbedaan Etika dan Etiket
Arti Etika, Etika Profesi, Etika Profesi Polri, Kode Etik Profesi Polri
Etika
• Ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak  dan kewajiban moral (ahlak). 
• Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak.
• Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika Profesi
nilai dan norma moral (yang berkaitan dengan apa yang baik/buruk, yang benar/salah, yang patut /tidak patut)
yang dipakai sebagai pedoman/pegangan mengatur tindakan etis anggota Profesi dalam melaksanakan apa
yang menjadi tugas kewajiban profesi untuk mencapai tujuan profesi.
Etika Profesi Polri
menurut Perkap Kapolri No. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah kristalisasi nilai-nilai tribrata dan catur prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh pancasila serta
mencerminkan jati diri setiap anggota polri dalam wujud komitmen moral yang meliputi etika kenegaraan,
kelembagaan, kemasyarakatan dan kepribadian.
Kode Etik Profesi Polri
norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan filosofis yang berkaitan dengan perilaku
maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota Polri
dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan. 
Teori Etika

1. HEDONISME
Hedonisme berasal dari kata Yunani ἡδονή (hēdonē) untuk kesenangan, mengacu pada beberapa teori terkait tentang apa yang baik bagi kita,
bagaimana kita harus bersikap, dan apa yang memotivasi kita untuk berperilaku seperti yang kita lakukan.

TYPE HEDONISME
• Folk Hedonisme
• Value Hedonism Dan Prudentioal Hedonism
• Motivational Hedonism
• Rationalizing Hedonism
 
CARA MENCEGAH HEDONISME :
• Membuat perencanaan keuangan
• Menganggarkan alokasi kebutuhan bulanan
• Mencatat seluruh pengeluaran
• Prioritaskan kebutuhan dibandingkan keinginan
• Rutin bersedekah
• Sediakan dana untuk asuransi sebagai perlindungan diri
2. EUDOMONIA
Pemuasan tubuh (hedonisme Aristipos) dan pemuasan tubuh dan jiwa (hedonisme Epikuros) bermuara pada
dimensi kesenangan yang berbeda dengan kebahagiaan sebagaimana dirumuskan dalam sistem filsafat
eudomonia.
3. UTILITARIAN
Kita tak bisa memahami sistem filsafat utilitarian ini tanpa mengerti sistem filsafat hedonisme. Utilis, bahasa
Latin, artinya berguna. Menilai sesuatu itu baik sejauh memberikan manfaat atau nilai guna. 
Ada dua nilai guna: berguna bagi saya pribadi dan berguna bagi orang lain. Utilitarian merangsang suasana
pertanggungjawaban; suatu keputusan, tindakan masih mengandung pertanyaan moral sejauh dapat
mempertanggungjawabkan akibat-akibatnya bagi semua pihak yang terkena keputusan itu
4. DEONTOLOGI
Terminologi deontologi berasal dari kata Yunani, deon, berarti ‘apa yang harus dilakukan’ atau ‘kewajiban’.
Sering pula dikenal dengan nama Teori Kewajiban.
Mengukur baik tidaknya sebuah tindakan bukan dari hasilnya, tetapi pada maksud (niat) si pelaku.
ETIKA VS MORAL
ETIKA
sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai. Bisa juga dikatakan sebagai kualitas yang menjadi studi
berhubungan dengan standar dan penilaian moral.
MORAL
suatu hukum prilaku yang digunakan kepada setiap orang dalam bersosialisasi dengan sesame sehingga menimbulkan rasa hormat dan
menghormati antar sesama.
Ciri-Ciri Etika
• Norma ini sifatnya absolut atau mutlak.
• Etika akan tetap berjalan meskipun tidak ada orang yang melihatnya.
• Etika sangat berhubungan erat dengan tindakan atau perilaku manusia.
• Pada etika, terdapat sudut pandang yang dilihat dari sudut pandang batin manusia.
Jenis Jenis Etika
• Deskriptif: Etika deskriptif merupakan sebuah etika yang memberikan gambaran atau ilustrasi tentang tingkah laku dari seseorang yang
bisa dilihat dari nilai-nilai baik atau buruk.
• Normatif: Etika normatif adalah sebuah etika yang berkaitan dan mempelajari tentang ukuran baik ataupun buruknya tindakan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain.
• Etika Umum: Merupakan sebuah etika yang membahas tentang macam-macam hubungan atau kondisi dari seseorang untuk
berperilaku secara etis dalam mengambil berbagai macam aspek kebijakan berdasarkan teori-teori moral.
Jenis Jenis Moral
• Ketuhanan: semua hal yang berhubungan  dengan keagamaan berdasarkan ajaran agama tertentu.
• Ideologi: semua hal yang berhubungan dengan semangat kebangsaan kepada cita-cita bangsa dan negara.
• Kesusilaan: merupakan semua hal yang berhubungan dengan kesusilaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
• Disiplin dan Hukum: semua hal yang berkaitan dengan kode etik dan hukum yang sedang berlaku.
Contoh Etika
• Mengucapkan Salam Saat Bertamu ke Rumah Orang
• Pamit dan mencium tangan kedua orangtua ketika hendak pergi

 
Contoh Moral
• Berbicara lebih lembut dan pelan di depan orangtua
• Menundukkan kepala ketika jalan melewati orang yang lebih tua
• Tidak melakukan Korupsi
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI

LANDASAN YURIDIS
banyak peraturan perundang-undangan yang merupakan landasan yuridis yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Polri,
diantaranya Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan
Undang-­undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya, yang
memberikan landasan hukum menyangkut tugas dan wewenang Polri. Undang-undang tersebut sarat dengan nilai-nilai moral
yang seharusnya dipedomani dan dijadikan landasan oleh anggota Polri dalam melaksanakan pengabdiaannya kepada negara dan
bangsa.
Asas pelaksanaan tugas Polri
• Asas Legalitas
• Asas Kewajiban
• Asas Partisipasi
• Asas Preventip
• Asas Subsidiaritas

LANDASAN KEBIJAKAN
• Cita -Cita Nasional (Pembukaan UUD 1945)
• Negara Indonesia adalah Negara hukum (Ps 1 UUD 1945)
• Fungsi dan Tugas Polri (UU No.2 Th 2002)
Institusi yang berkaitan dengan kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri adalah :
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai institusi yang:
• Membuat Undang-undang yang menjadi landasan tugas wewenang Polri dan membuat Undang-undang yang akan
ditegakkan oleh Polri.
• Membuat Undang-undang APBN.
• Memberi persetujuan atas calon Kapolri oleh Presiden.

 Presiden / Pemerintah Republik Indonesia yang :


• Mengeluarkan kebijakan yang menyangkut Polr
• Membahas Undang-undang bersama-sama DPR dan mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan
Polri
• Penentuan calon Kapolri dan mengangkat Kapolri sesudah disetujui DPR

 Komisi Kepolisian Nasional :


• Harus mampu mengajukan saran-saran yang baik dan serta mempunyai wawasan kedepan kepada Presiden,
sehingga dapat disusun atau dikeluarkan kebijakan Presiden yang tepat menyangkut Polri. Juga Komisi Kepolisian
Nasional harus mampu mengajukan calon-calon yang secara objektif betul-betul merupakan calon-calon Kapolri
yang terbaik yang dimiliki Polri.
 
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI POLRI

HAM adalah salah satu hak yang melekat secara kodrati pada manusia yang apabila hak itu tidak ada,
maka tidak akan bisa hidup sebagai manusia.
Dasar HAM:
• UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
• UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM.
• UU No. 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM.
• UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.
• UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri pasal 19 ayat (1) dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
pejabat, Polri senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum, dan mengindahkan norma agama,
kesopanan, kesusilaan serta menjunjung tinggi HAM

HAM bukan berarti kebebasan yang tidak bertepi, tetapi kebebasan yang dibatasi oleh HAM orang lain
yang wajib pula dihormati.
 
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
Tipologi penyimpangan :
Thomas Barker dalam bukunya Police Deviance membagi tipologi penyimpangan perilaku polisi dalam suatu tipologi yang terdiri
dari dua hal :
1. Penyimpangan pekerjaan polisi :
• Anggapan buruk diperoleh dari citra pekerjaan yang dilakukan dengan tidak tepat.
• Setiap pekerjaan mungkin memberi kesempatan untuk berbuat penyimpangan, tetapi ada pekerjaan seperti polisi dimana
anggotanya ditempatkan dalam tata cara kerja dengan begitu banyak kesempatan untuk melakukan penyimpangan.
• Fenomena ini terutama diperbesar oleh sifat otoriter pekerjaan polisi dan solidaritas subkultural yang dihubungkan dengan
penegakkan hukum.
 
2. Penyalahgunaan wewenang :
• Penyalahgunaan wewenang dapat didefinisikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan polisi tanpa mengindahkan
motif, maksud dan rasa dendam yang cenderung untuk melukai, menghina, menginjak-injak martabat manusia,
menunjukkan perasaan merendahkan dan/atau melanggar hak-hak hukum seorang penduduk dalam pelaksanaan pekerjaan
polisi.
• Bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang :
• Penyiksaan fisik, yang menggabungkan brutalitas dan kekerasan polisi.
• Penyiksaan psikologis
• Penyiksaan hukum
ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
 
Jend. Kunanrto pernah menyebutkan tribrata adalah mitos, etos, dan logos
• Mitos : karena nilai-nilai tribrata lahir dan digali dari nilai-nilai luhur budaya bangsa.
• etos : nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tribrata yang selalu dijunjung tinggi dan berperan sebagai pengawas perilaku
polisi
• Logos : tribrata sebagai hasil kesimpulan penyelidikan ilmiah dengan metode fungsional dari perkembangan Fungsi-fungsi
kepolisian. Tribrata bukan sebgai hasil renungan tetapi sebagai hasil penyelidikan ilmiah yang diperoleh dari berpikir tertib
dan benar sehingga kesimpulannya merupakan perumusan yang benar.

KRONOLOGIS LAHIRNYA TRI BRATA DAN LAHIRNYA KODE ETIK PROFESI POLRI
Tri Brata
• Digali sejak tahun 1952 oleh sekelompok guru besar PTIK.
• Tahun 1953, Tri Brata pada awalnya adalah pengikat disiplin universiter pada PTIK.
• Pada tanggal 3 mei 1954 diikrarkan oleh Drs. Soepamo Soeriatmadja pada wisuda mahasiswa PTIK angkatan II Abimanyu.
• Tanggal 1 juli 1955 Tri Brata diikrarkan menjadi pedoman hidup polri,dimana pada saat itu juga Presiden Soekamo
menyerahkan Panji-Panji Polri.Tri Brata sebagai pedoman hidup perlu ditegakkan pula secara terhormat,maka dibentuklah
dewan kehormatan di bawah pimipinan Kombes Pol Soebarkah.
• Catur Prasetya adalah 4 sifat sajah rona yang berasal dari tulisan Mpu Prapanca yang melukiskan kebesaran Gajah Mada
sebagai Mahapatih kerajaan Majapahit. Pada 1 Juli 1960 dalam rangka konferensi para kepala polisi di Jogjakarta secara
resmi Catur Prasetya dijadikan pedoman karya AKRI.
SUMBER KODE ETIK PROFESI POLRI :

• Pasal 34 ayat (1) tersebut mengamanatkan, agar setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan
wewenang harus mencerminkan kepribadian Bhayangkara Negara seutuhnya
• Dengan demikian maka :
• Pancasila merupakan landasan dan menjiwai Tri Brata dan Catur Prasetya.
• Tri Brata dan Catur Prasetya merupakan sumber kode etik profesi Polri, karena kode etik profesi Polri
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Brata dan Catur Prasetya.

TRI BRATA
Penamaan
Tentang penamaan semula ada beberapa usul seperti : Tri Sila, Tri Marga, Tri Sula, Tri Pomo dan Tri Brata,
akhirnya diambil nama Tri Brata.

Arti Tri Brata


Kata Brata diambil dari Hasta Brata yang merupakan petunjuk Sri Rama sewaktu meyerahkan tahta kepada
adiknya Bharata. Hasta berarti delapan dan Brata berarti jalan. Hasta Brata memuat delapan jalan untuk
menjadi raja yang baik. Tri Brata berarti 3 jalan menuju Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ideal.
Rumusan Tri Brata
Rumusan awal
• Polisi itu Rastrasewakottama (Polisi itu abdi utama dari pada nusa dan bangsa)
• Polisi itu Nagara Yanottama (Polisi itu warga negara utama daripada negara)
• Polisi itu Yana Anucasana Dharma (Polisi itu wajib menjaga ketertiban pribadi daripada rakyat.)

Rumusan Perubahan.
Polisi ialah :
• Rastra Sewakottama, abdi utama daripada nusa dan bangsa.
• Nagara Yanottama, warga negara teladan daripada negara
• Yana Anucasana Dharma, wajib menjaga ketertiban pribadi daripada rakyat.

Dipergunakan bahasa Sansekerta karena


Penggunaan bahasa klasik dianggap sesuai dengan tradisional yang harus diciptakan dalam lingkungan suatu perguruan tinggi sebagai lembaga
bersejarah. Di pihak lain bahasa klasik dianggap lebih dapat meningkatkan pamor, sebagaimana diharapkan dari suatu perumusan pedoman hidup
yang akan dijunjung tinggi.

Alasan lahirnya Tri Brata menurut Prof. Djoko Soetono, SH


Dalam kuliah beliau di PTIK dengan judul Tri Brata sebagai Mythos, Logos dan Etos.
• Polri belum punya pedoman hidup sebagaimana TNI telah punya Sapta Marga.
• Masyarakat dalam kondisi kritis.
• Belum adanya instruksi, bagaimana polisi harus bertindak, masih harus bersandarkan pedoman peninggalan jaman Hindia Belanda dan jaman Jepang, sehingga
perlu adanya pedoman hidup.
Tri brata adalah Kaul/ Ikrar
Merupakan suatu pernyataan yang luhur dari jiwa sendiri

Tribrata merupakan pedoman hidup Polri


• Tribrata mengandung asas-asas yang berguna sebagai batu ujian dalam memperkembangkan norma-norma, tetapi tidak dapat
diterapkan kepada perbuatan dalam kenyataan praktek yang konkrit, karena sifatnya terlalu umum
• Tribrata itu tidak memberikan suatu norma, tetapi diserahkan kepada anggota Kepolisian Negara
• Tribrata mengandung asas-asas yang mempunyai hubungan landasan dengan seluruh kehidupan kejadian sehari-hari.
Arti Tribrata.
• Brata I Rastra Sewakottama ; abdi utama daripada Nusa dan Bangsa.
• Brata II Negara yanottama warga negara teladan daripada Negara
• Brata III Yana Anucasana Dharma wajib menjaga ketertiban pribadi daripada rakyat.
• Tugas polisi dikaitkan dengan Tata Tentram Kerta Raharja adalah pembinaan ketertiban dan keamanan umum, agar ketertiban dan
keamanan umum dapat tercapai, maka masyarakat sebagai keseluruhan mengikatkan diri pada kaedah­kaedah yang disepakati bersama
untuk ditaati oleh semua anggota masyarakat. Ini berarti bahwa masyarakat menekankan suatu ketertiban kepada diri pribadinya , justru
untuk kepentingan terciptanya suasana kegiatan usaha yang meningkat bagi tercapainya tujuan masyarakat.
Tribrata : Bhakti, Dharma, Waspada
Pada lambang Polri terdapat motto : Rastra Sewakottama atau abdi utama daripada nusa dan bangsa (Brata I Tri Brata), maka pada
lambang/pataka PTIK terdapat kata-kata Bhakti, Dharma, Waspada.
• Bhakti dimaksudkan sebagai isi daripada Brata pertama.
• Dharma sebagai daripada Brata kedua.
• Waspada sebagai isi daripada Brata ketiga.

Tri Brata sebagai polisinya polisi


• Tri Brata bermakna polisi bagi polisi, kalau polisi benar­-benar mengerti, memahami dan menghayati Tri Brata, sehingga ikrar kita benar :
dalam, maka Tri Brata menjadi mythos, Tri Brata dianggap sebagai kebenaran yang tidak dapat digugat dan Tri Brata sebagai ethos kita
Catur Prasetya
• Catur Prasetya adalah amanat Mahapatih Gajah Mada yang berasal dari tulisan kepada para pasukan Bhayangkara yang
dipimpinnya. Pada waktu itu bentuk negara adalah kerajaan, dimana kepala negaranya adalah raja. Raja adalah merupakan
penjelmaan Tuhan di dunia, karena itu setia dan patuh kepada raja berarti setia dan patuh juga terhadap Tuhan.
Adapun amanat Mahapatih Gajah Mada tersebut adalah :
• Supaya pasukan Bhayangkara Satya Haprabu (setia kepada negara dan pimpinannya.)
• Supaya pasukan Bhayangkara Hanyaken musuh (mengenyahkan musuh-musuh negara dan masyarakat)
• Supaya pasukan Bhayangkara Gineung Pratidina (mengagungkan Negara)
• Supaya pasukan Bhayangkara Tan Satrisna (tidak terikat kepada sesuatu) 
Hubungan antara tribrata dan catur prasetya :
• Merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena catur prasetya sebagai pemodan kerja didalamnya berisi
tugas-tugas kepolisian seperti gakkum linyomyanmas dalam menjaga jiwa raga harta benda sedangkan utuk melakukannya
dibutuhkan menjujung tinggi nilai-nilai yang ada di dalam tribrata seberti ketuhanan yang maha esa.
• Tribrata tidak boleh diceraikan dari Catur Prasetya :
• Oleh karena saking bhaktinya, terlalu dharmanya terlampau waspadanya, maka terjadi tidak hanyaken musuh dengan
secepat-cepatnya.
• Sebaliknya jika hanyaken musuh dengan meninggalkan Tri Brata, maka akan terjadi exces/peliaran didalam menjalankan
tugasnya.
• Ingat, masyarakat baru Indonesia tak menginginkan kembalinya praktek kepolisian bergaya polisi kolonial penindas dan
menuntut democratisering daripada tugas kepolisian
Tri Brata sebagai pedoman hidup Polri bagaikan pemancaran halus daripada Pancasila,
selalu membimbing, memberi pimpinan dan pengendalian (bukan semangat lahir saja)
dalam mengamalkan Catur Prasetya.
Catur Prasetya sebagai pedoman karya Polri bagaikan pemancaran wadah daripada
Pancasila, demi pengabdian tiap warga Polri kepada Ibu Pertiwi, setia kepada sumbernya
Pancasila yaitu sebagai dasar negara, yang menghormati rakyat yang berjuang mencapai
masyarakat Tata Tentram Kerta Raharja.
Perubahan Tri Brata
• Kata utama diubah menjadi teladan. Hal ini Dikarenakan Ketika Awaludin jamin
bertemu dengan Panglima Abri dan staf . Apakah betul Polri warga negara utama?
Berarti yang lain warga negara kedua? Sehingga diganti dengan teladan
• Perubahan dari bahasa sansekerta dengan menjadi menggunakan bahasa indonesia
• Ada dua alasan utama Perubahan Sansekerta:
• Melihat kondisi kekinian, konsep tribrata lama tidak mengikuti perkembangan zaman
• Banyak anggota polri yang tidak memahami bahasa sansekerta

Anda mungkin juga menyukai