Anda di halaman 1dari 31

ETIKA

PEMERINTAHAN
Drs. Zulkarnaen Ilyas, BA.,MM
Table of Contents

01 02
Konsep Dasar Etika Etika Aparatur
Pengertian, Hubungan Etika Pegawai, Paradigma,
dengan Moral Kode Etik

03 04
Pancasila sebagai Norma Moral Etika Pemerintahan
Kepemimpinan, Butir-butir Batasan, Unsur, Pelayanan
Pancasila Umum
01
Konsep Dasar Etika
Pengertian, Hubungan dengan
Moral
ETIKA
● Etika berasal dari perkataan Yunani "Ethes" berarti kesediaan
jiwa akan kesusilaan, atau secara bebas dapat diartikan
kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan.

● Dalam bahasa Latin dikenal dengan perkataan Mores yang


berarti pula kesusilaan, tingkat salah satu perbuatan lahir
(perilaku, tingkah laku). Kemudian perkataan Mores tumbuh
dan berubah menjadi moralitas yang mengandung arti juga
kesediaan jiwa akan kesusilaan. Dengan demikian maka
moralitas mempunyai arti yang sama dengan etika atau
sebaliknya dan dipakai hingga saat ini keduanya.
MORALITAS

• Morality adalah "the goodness or the badness the wrightness or the


wrongness of human acts" (John P. Noman S.J. ) berarti apa yang baik
atau apa yang buruk, benar atau salah dengan menggunakan ukuran
norma atau nilai.
• Moralitas bertolak pada ilmu pengetahuan (cognitif) bukan pada efektif
• Moral terjadi bila dikaitkan dengan masyarakat, tidak ada moral bila
tidak ada masyarakat dan seyogianya tidak ada masyarakat tanpa moral
Hubungan antara hukum dengan etika atau moral

• Etika hanya membicarakan tingkah laku manusia yang dilakukan oleh


seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan yang mengetahui dan
menyadari bahwa ia bertanggung jawab
• Karena itu pertanggungjawaban merupakan salah satu masalah penting
dalam etika perbuatan yang tidak dinilai oleh etika disebutkan perbuatan a
moral atau no moral seperti perbuatan anak kecil atau perbuatan yang tidak
bisa dipertanggungjawabkan misalnya orang gila
• Apa sebenamya tujuan hidup manusia. Tujuan hidup erat kaitannya dengan
keharusan untuk berbuat baik dan menghindarkan keburukan. Berhubung
dengan hal itu maka etika erat hubungannya dengan agama karena agama
merupakan sumber kesusilaan yang memberikan kewajiban untuk berbuat
baik untuk tidak menjalankan hal-hal yang buruk (ketaqwaan) yang
kesemuanya merupakan dasar perbuatan yang susila.
02
Etika Aparatur
Etika Pegawai, Paradigma, Kode
Etik
Etika Aparatur Pemerintahan
• Aparatur negara dan pemerintah mempunyai tugas mendidik
rakyat. Mendidik orang lain berarti mendidik diri sendiri,
karena itu seorang aparatur hendaknya berusaha agar :
1. Dalam hidup sehari-hari menjadi contoh dan teladan,
panutan bagi umum dalam kesusilaan
2. Dalam usahanya sehari-hari selalu memperhatikan kemajuan
lahir batin masyarakatnya
Realita Aparatur Masa Kini

• Tidak mudah dalam keadaan aparatur negara atau pemerintah seperti Pegawai Negeri Sipil
dewasa ini. Misalnya kendala gaji, disiplin dan lain-lain.
• Banyak orang menghendaki jabatan untuk kepentingan diri sendiri saja, apakah ini
merupakan kewajaran dan sesuai dengan kesusilaan dan moral. Banyak pula orang ingin
mempengaruhi seseorang pemimpin atau pejabat untuk mencapai tujuan pribadi atau
kepentingan pribadi guna mendapatkan kesem patan yang dijadikan sebagai alat untuk
mencari keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya (tidak sesuai tentunya dengan sumpah
jabatan). Hanya pemimpin dan pejabat yang kuat serta bertanggungjawablah. yang dapat
menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengabdi masyarakat dan rakyat banyak yang
baik (tidak kenal tempat basah dan tempat kering, tidak kenal budaya komisi dan lain-
lain).
Kaidah agama
• Kaidah agama yaitu kaedah sosial yang asalnya dari Tuhan dan berisikan larangan-
larangan, perintah-perintah dan anjuran-anjuran. Kaidah ini merupakan tuntunan hidup
manusia untuk menuju ke arah yang baik dan benar. Kaidah agama mengatur tentang
kewajiban kewajiban manusia kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri. Pelanggaran
terhadap kaidah agama ada sanksinya, namun sanksi itu akan datang dari Tuhan".
• Perlu adanya nilai-nilai moral yang dalam seperti kejujuran, dapat dipercaya,
diandalkan, integritas dan sebagai nya. Kegagalan dan kemerosotan kewibawaan
pemerintah sering merupakan refleksi atau tercermin dari kegagalan di bidang moral
kesusilaan para pemimpin dan petugas negara. Begitulah betapa pentingnya Etika
Pemerintahan atau suatu etika bagi aparatur negara dan aparatur pemerintah, agar
dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Kode Etika Negara
• Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara atau pandangan hidup bangsa dan dasar
negara. Teks itu perlu dipahami dan dimengerti betul-betul direnungkan kembali, sehingga dapat menjiwai kita dalam
melaksanakan tugas kita sebaik-baiknya, sebagai aparatur pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat. Sebagai
gambaran umum mari kita perhatikan sila-sila Pancasila sebagai berikut :
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama mengandung prinsip bahwa bangsa Indonesia bangsa yang ber-Tuhan dan Negara menjamin
kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing serta untuk menjalankan ibadah
menurut agama dan kepercayaan itu
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila kedua mengandung prinsip bahwa pergaulan antara sesama umat manusia dan antara bangsa, haruslah
berdasarkan perikemanusiaan yang adil dan beradab untuk membangun dunia yang tenteram dan damai
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Sila ketiga mengandung prinsip bahwa persatuan Indonesia tidak sempit karena prinsip ini mengandung pengakuan
bahwa setiap bangsa berdaulat dan bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan bangsa lain
4. Sila Keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Sila keempat; kerakyatan mengandung prinsip bahwa demokrasi Indonesia adalah musyawarah untuk mufakat.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila kelima; Keadilan sosial mengandung prinsip bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam
berbagai bidang (ipoleksosbudhankamnas).
Etika Pegawai Negeri

• Etik umum Pegawai Negeri Sipil (PNS) disebut Sapta


Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia (Sapta
Prasetya KORPRI)
• Kode Etik itu dibaca secara bersama-sama pada
kesempatan tertentu yang kadang-kadang diikuti oleh
suatu wejangan dari seorang pimpinan upacara
Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

• Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi
masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD
1945, Negara dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang pokok-pokok kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang pokok-pokok
kepegawaian;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004;
3. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1966 Tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
12. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
Kode Etik KORPRI

a. Kode Etik KORPRI adalah Sapta Prasetya yang


merupakan janji luhur Anggota KORPRI dalam
melaksanakan tugas dan pengab diannya selaku Aparatur
Negara, Abdi Negara, Abdi Masyarakat serta merupakan
padanan sikap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-
hari
03
Pancasila sebagai Norma Moral
Kepemimpinan, Butir-butir
Pancasila
KEPEMIMPINAN PANCASILA
Prinsip utama dari kepemimpinan Pancasila adalah:

1. ing ngarso sung tulodo, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus
mampu, lewat sikap dan perbuatannya, menjadikan dirinya pola
panutan dari orang-orang yang dipimpinnya.
2. ing madya mangun karso, yang berarti bahwa seorang pemimpinharus
mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada
orang-orang yang dibimbingnya.
3. tut wuri handayani, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus
mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani ber jalan
di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Norma-norma kepemimpinan lain yang akan men dukung pelaksanaan
ketiga prinsip kepemimpinan Pancasila

a. berwibawa j. sederhana
b. jujur k. penuh pengabdian kepada tugas
c. terpercaya l. berjiwa besar
d. bijaksana m. mempunyai sifat ingin tahu
e. mengayomi n. mendorong untuk kemajuan.
f. berani mawas diri
g. mampu melihat jauh ke depan
h. berani dan mampu mengatasi
kesulitan.
i. bersikap wajar j tegas dan
bertanggung jawab atas keputusan
yang diambil
Pancasila Sebagai Norma Moral
• A.W. Widjaja menyatakan: Moralitas bertolak pada ilmu pengetahuan (cognitif) bukan pada efektif: Moralitas
berkaitan pula dengan jiwa dan semangat kelompok masyarakat. Moral terjadi bila dikaitkan dengan
masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada masyarakat dan seyogianya tidak ada masyarakat tanpa moral, dan
ini berkaitan dengan kesadaran kolektif
• Baik dan buruk merupakan kategori imperatif (kesadaran hukum) dalam arti apa yang boleh dilakukan dan atau
yang tidak boleh dilakukan
• orang yang melanggar atau menyimpang dari norma-norma akan mendapat ganjaran berupa sanksi yang disebut
hukuman, Pelaksanaan norma hukum dapat dipaksakan (imperatif) dan pelanggamnya dapat dikenakan sanksi
berupa hukuman, sedang pelanggaran terhadap norma moral akan mendapat sanksi atau sanksi masyarakat
• Norma moral bersumber pada kodrat manusia (kesa daran kehendak) sedangkan norma hukum bersumber pada
undang undang atau kekuasaan (kesadaran hukum). Kesadaran kehendak yang ditimbulkan dari dalam diri
manusia, sedangkan kesadaran hukum akibat pengaruh dari luar diri manusia itu sendiri.
• Pancasila sebagai norma moral bagi bangsa Indonesia mem punyai suatu kekuatan yang amat besar dalam
hidup setiap bangsa (warga negara), termasuk setiap pemimpin, dalam hidupnya baik dalam bermasyarakat
maupun tugasnya sebagai penyelenggara pemerintahan negara (penguasa).
Butir-butir Pancasila (4, 8, 5, 7, 12) = 36 Butir

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda,sehingga terbina
kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesual dengan
agama dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat meng hormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Persatuan Indonesia

1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan


bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangsa sebagai Bangsa Indonesia dan berTanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan persatuan Bangsa
yang ber Bhinneka Tunggal Ika.
d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan.

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan 7. Tidak bersikap boros.


yang luhur yang mencer minkan sikap 8. Tidak bergaya hidup mewah.
dan suasana kekeluargaan dan 9. Tidak melakukan perbuatan yang
kegotongroyongan. merugikan kepentingan umum.
2. Bersikap adil. 10. Suka bekerja keras.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan 11. Suka menghargai hasil karya orang
kewajiban. lain.
4. Menghormati hak-hak orang lain. 12. Bersama-sama berusaha mewujudkan
5. Suka memberi pertolongan kepada kemajuan yang merata dan berkeadilan
orang lain. sosial.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap
orang lain.
04
Etika Pemerintahan
Batasan, Unsur, Pelayanan Umum
ETIKA PEMERINTAHAN

• Prinsip-prinsip etika harus disesuaikan dengan keadaan, waktu


dan tempat, "ketupat". Prinsip-prinsip etika yang bersifat
authority, yang bersifat perintah menjadi suatu peraturan
sehingga kadang kadang merupakan atribut yang tidak bisa
dipisahkan.

• Dalam Etika Pemerintahan, apa yang dianjurkan merupakan


paksaan (imperatif) yang dalam kehidupan sehari-hari dapat
menimbulkan kesulitan.
Batasan Etika
• Etika digantungkan dengan authority menghendaki orang harus tunduk pada perintah.
Sedangkan pemerintahan mempunyai sifat authority, sifat memaksakan. Pemerintah tidaklah
sama dengan masyarakat. Di sinilah letak sulitnya mempelajari Etika Pemerintahan.
Pemerintah tidak dapat melaksanakan perintah sekehendaknya yang bertentangan dengan
nilai etika masyarakat. Misalnya peristiwa terjadi prasangka perzinahan di beberapa kota
seperti di Malang dan di Jawa Tengah. Pelaku diperlakukan untuk melakukan rekonstruksi
perseng gamaan di Balai Desa, diarak dengan bugil (telanjang bulat) keliling
• Norma sebagai suatu yang ada di dalam masyarakat adalah menentukan policy sedangkan
kebijaksanaan ialah untuk mencari cara cara yang inconventional
• Kebijaksanaan sebagai prinsip etika memang baik, tetapi tidak memberikan suatu kepastian.
Sedangkan dalam masyarakat perlu adanya tindakan yang praktis yang dapat membawa ke
arah perbaikan. Oleh karena itu dalam mempelajari Etika Pemerintahan kita jangan selalu
terikat dengan ukuran-ukuran yang konvensional saja, tetapi harus juga digunakan ukuran-
ukuran yang inkonvensional.
Unsur Pemerintahan
• Dalam Etika Pemerintahan, maka tabu predictable dan security sangat penting
• Pengertian kesempurnaan adalah relatif
• Kesempumaan selain tanpa batas (unlimited)
• Etika Pemerintahan adalah bagian daripada etika pada umum nya, sedangkan etika itu luas
sekali. Unsur-unsur pemerintahan yang perlu diperhatikan di dalam etika pemerintahan
ialah harus mempunyai adjustment dan unlimited/penyesuaian segala sesuatu yang tidak
ada bafasnya (adjustment towards the unlimited).
• menurut power yang berkuasa. Pegangan yang paling penting dalam Etika Pemerintahan
ialah power dan authority, otoritas (kekuasaan). Di dalam hal etika pemerintahan kita
memerlukan etik. Mengapa diperlukan demikian! Jawabannya adalah karena permasalahan
pemerintahan menyangkut soal manusia Ada dua unsur dalam soal pemerintahan:
a. unsur yang memerintah, unsur manusia dan masyarakat
b. unsur yang diperintah, unsur manusia dan masyarakat.
Unsur Authority
• Unsur authority menyangkut yang memerintah dan yang diperintah
• Kekuasaan karena adanya penguasaan dari yang diperintah, yang
diberikan hak untuk menyusun dan mengatur.
• di dalam pemerintahan tidak ada istilah power dan force, tetapi
dipakai istilah authority yang berhubungan dengan faktor wibawa.
Sebetulnya authority itu ialah karena ada faktor wibawa. Wibawa
memerlukan ethica adjustment. Dalam homo homini lopus prinsip
yang ada dipakai adalah force (kekuatan) yang lebih dari segala yang
lain pada authority, prinsip etika diserahkan kepada kekuasaan Tuhan.
• Inti dari Etika Pemerintahan ialah penggunaan kekuasaan (the use of
power). yakni, formalitas membawa kehendak rakyat
Etika Pelayanan Umum

• Public, diartikan umum, masyarakat yang terbanyak


• Pemerintahan yang baik harus dapat mendahului (anticipate)
kepentingan-kepentingan apa yang diinginkan oleh masyarakat, bukan
semata-mata bersifat corrective. Untuk dapat anticipate maka perlu
adanya skill. Skill between brain and heart. Skill yang timbul dari
brain harus ada, di samping skill yang timbul daripada heart.
• Public Service adalah pelayanan seefektif mungkin dengan
coordination of power. Jadi publik service bukan pelayanan umum
akan tetapi pelayanan kepada umum
Apabila orang telah berlatih
dan mampu memerintah diri
sendiri, maka tidak akan
sukarlah baginya untuk
memerintah orang lain. Tetapi
sebaliknya, bagaimana ia dapat
memerintah orang lain kalau ia
tidak mampu memerintah diri
sendiri.

(Khong Hu Tsu)

Anda mungkin juga menyukai