Anda di halaman 1dari 7

1.

Tugas dari suatu Birokrasi salah satunya harus sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian, tugas Pegawai Negeri, yaitu memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata, menyelenggarakan tugas negara,
menyelenggarakan tugas pemerintahan, dan menyelenggarakan tugas pembangunan.
Dalam undang-undang tersebut juga ditegaskan bahwa pegawai negeri harus bebas dari
pengaruh golongan dan partai politik. Etika Birokrasi telah termuat dalam peraturan
Kepegawaian yang mengatur para aparat Birokrasi (Pegawai negeri) itu sendiri, yang mana
kita tahu bahwa Birokrasi merupakan sebuah organisasi penyelenggara pemerintahan yang
terstruktur dari pusat sampai kedaerah dan memiliki jenjang atau tingkatan yang disebut
hirarki. Jadi Etika Birokrasi sangat terkait dengan tingkah laku para aparat birokrasi itu
sendiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Aparat Birokrasi secara kongkrit di
negara kita yaitu Pegawai Negeri baik itu Sipil maupun Militer, yang secara Organisatoris
dan hirarkis melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing sesuai aturan yang telah
ditentukan.
 O.P. SIMORANGKIR menyampaikan bahwa etik atau etika merupakan pandangan dari
manusia di dalam berperilaku berdasarkan ukuran serta nilai yang baik
 Sidi Gajalba di dalam sistematika filsafat menyampaikan bahwa etika merupakan sebuah
teori mengenai tingkah laku dari perbuatan manusia yang memiliki sudut pandang dari sisi
yang buruk dan Sisi yang baik tentunya sejauh yang bisa ditentukan oleh akal pikiran
manusia
 H. Burhanudin Salam memiliki pendapat bahwa etika merupakan salah satu cabang filsafat
yang membicarakan tentang norma dan nilai moral yang bisa menentukan perilaku Setiap
manusia di dalam kehidupan
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh
dilakukan
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
Secara umum PNS harus dapat melaksanakan segala peraturan dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku khususnya yang berkenaan dengan kepegawaian seperti Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. UU tentang ASN
pasal 3 menyatakan bahwa setiap pegawai ASN dalam menjalankan profesinya harus
berlandaskan pada prinsip-prinsip yang diantaranya adalah nilai dasar serta kode etik dan
perilaku. Sementara dalam pasal 4 dan 5 UU ASN tersebut prinsip nilai dasar serta kode
etik dan kode perilaku diurai secara rinci.

2. INDONESIA di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini


menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Ini
terbukti dengan masih banyaknya masalah yang timbul, seperti adanya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang sulit diberantas, penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli
dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang masih buruk.
Masalah-masalah tersebut seecara langsung telah menghambat proses perkembangan
Indonesia dalam upayanya mewujudkan kehidupan yang sejahtera. Sehingga jumlah
pengangguran semakin meningkat, jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan
menurun, dan bahkan telah menyebabkan munculnya konflik-konflik di berbagai daerah
yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Oleh karena
itu, tata pemerintahan yang baik (good governance) perlu segera dilakukan agar segala
permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses pemulihan ke stabilan
negara dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari, mewujudkan tata
pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga upaya yang terus
menerus maka, perlu juga dibangun kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari seluruh
komponen bangsa yang melibatkan tiga pilar berbangsa dan bernegara, yaitu para aparatur
negara, pihak swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa
kebersamaan dalam rangka mencapai tata pemerintahan yang baik tersebut. Lalu berasama-
sama mewujudkan hal dibawah ini:

1.Partisipasi aktif
adalah kegiatan warga negara dalam ikut serta menentukan kebijakan, pemilihan pejabat
pemerintahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi kepentingan bersama.
Misalnya : mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternative
kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan
kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin
pemerintahan

2. Tegaknya Hukum
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh ditetapkan dan
diterapkan secara sepihak oleh dan/atau hanya untuk kepentingan penguasa secara
bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Karena hukum memang tidak
dimaksudkan untuk menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa, melainkan
menjamin kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali.

3. Transparansi
Transparasi politik berarti keterbukaan dan pertanggung-jawaban.Maksud Keterbukaan
tersebut yaitu keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang dapat diberikan
dan didapat oleh masyarakat luas. Keterbukan merupakan kondisi yang memungkinkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara

4. Responsif
merupakan hubungan timbal balik. Maksud dari respon disini adalah respon antara
pemerintah dengan masyarakat yang berupaya memberikan pelayanan terhadap
masyarakat itu sendiri, guna terpenuhinya kebutuhan umum.
5. Berorientasi akan musyawarah untuk mendapatkan mufakat
Yaitu membuka kesempatan kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam suatu
upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan
keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah
yang menyangkut urusan keduniawian baik prifasi atau bukan.

6. Keadilan dan perlakuan yang sama untuk semua orang.


Yaitu penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum tanpa melihat
status, suku, ras, warna kulit, dll

7. Efektif dan ekonomis


Maksud efektif disisni yaitu melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Sedangkan ekonomis yaitu salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan
masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber
ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem
ekonomi yang dianggap efektif.

8. Dapat di pertanggung jawabkan (Akuntabilitas)


Akuntabilitas merupakan kebutuhan utama dari pemerintahan yang baik. Bukan hanya
lembaga pemerintah tetapi juga sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil harus
bertanggungjawab kepada publik dan pemegang kepentingan kelembagaan mereka. Siapa
yang bertanggung jawabkepada siapa bervariasi tergantung pada apakah keputusan atau
tindakan yang diambil bersifat internal atau eksternal bagi suatu organisasi atau lembaga.
Secara umum suatu organisasi atau lembaga yang bertanggung jawab kepada mereka yang
akan dipengaruhi oleh keputusan atau tindakan. Akuntabilitas tidak dapat ditegakkan tanpa
transparansi dan aturan hukum
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang
penyelenggaraanyang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya
kebutuhan untuk pembangunan tersebut.

Dari apa yang telah di uraikan, maka jelas bahwa apabil penerapan good governance atau
kepemerintahan sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang seharusya, maka secara
otomatis hal tersebut akan memudahkan pelaksanaan kegiatan di segala bidang. Dalam
rangka membangun good governance yang baik, prinsip-prinsip yang menopang tegaknya
good governance harus di perhatikan dan di wujudkan tanpa terkecuali. Sehingga
penyelenggaraan pemerintahan yang baik benar-benar dapat terealisasi.

3. Berbicara mengenai pelayanan publik seolah topik yang tiada habisnya untuk dibahas.
Banyak pandangan miring manakala kata pelayanan publik dibahas. Pelayanan publik
sering dikaitan dengan kolot, antre lama, kotor, korup, berbelit-belit, dan petugas yang
kurang ramah. Mungkin hal ini benar tetapi mungkin juga salah karena itu, kuranglah fair
men-judge bahwa pelayanan publik seperti ini atau seperti itu tanpa menelisik lebih jauh
dan lebih dalam mengenai apakah pelayanan publik tersebut. Rendahnya kualitas
pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada birokrasi
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan publik
di era reformasi merupakan harapan seluruh masyarakat, namun dalam perjalanan
reformasi yang memasuki tahun ke enam, ternyata tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Berbagai tanggapan masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai
jenis pelayanan publik mengalami kemunduran yang utamanya ditandai dengan banyaknya
penyimpangan dalam layanan publik tersebut. Upaya pemberantasan KKN merupakan
salah satu tuntutan penting pada awal reformasi.
Namun prevalensi KKN semakin meningkat dan menjadi permasalahan di seluruh
lini pemerintahan dari pusat hingga daerah. Tuntutan akan peningkatan profesionalisme
sumber daya manusia aparatur negara yang berdaya guna, produktif dan bebas KKN serta
sistem yang transparan, akuntabel dan partisipatif masih memerlukan solusi tersendiri. Ini
berkaitan dengan semakin buruknya citra dan kinerja birokrasi dan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Ini menyebabkan penyelenggaraan
pelayanan publik menjadi panjang dan melalui proses yang berbelit-belit, sehingga besar
kemungkinan timbul ekonomi biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang,
korupsi, kolusi, dan nepotisme, perlakuan diskriminatif, dan lain-lain.Rendahnya
pengawasan external dari masyarakat
Rendahnya pengawasan external dari masyarakat terhadap penyelenggaraan
pelayanan publik, merupakan sebagai akibat dari ketidakjelasan standar dan prosedur
pelayanan, serta prosedur peyampaian keluhan pengguna jasa pelayanan publik. Karena itu
tidak cukup dirasakan adanya tekanan sosial yang memaksa penyelenggara pelayanan
publik harus memperbaiki kinerja mereka.Belum Berjalannya Desentralisasi Kewenangan
Secara EfektifIndonesia saat ini dihadapkan oleh berbagai tantangan yang muncul sebagai
akibat dari perkembangan global, regional, nasional dan lokal pada hampir seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara.Dari sisi manajemen pemerintahan, penerapan
desentralisasi dan otonomi daerah merupakan intrumen utama untuk mencapai suatu
negara yang mampu menghadapi tantangan-tatangan tersebut. Di samping itu, penerapan
desentralisasi kewenangan dan otonomi daerah juga merupakan prasyarat dalam rangka
mewujudkan demokrasi dan pemerintahan yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
Unsur terpenting dari sebuah sistem pelayanan publik yang belum diatur secara
lebih jelas dan tegas di dalam sistem pelayanan publik di Indonesia dewasa ini adalah Kode
Perilaku Petugas Pelaksana Pelayanan Publik (Code of Conduct for Public Servants). Hal
ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sistem pelayanan publik, terutama bila
disadari bahwa sebagian besar dari permasalahan dan keluhan mengenai pelayanan publik
di Indonesia dapat dikembalikan pada unsur manusia pengemban fungsi pelayanan
publiknya (ekses-ekses KKN, conflict of interest, dsb). Kehadiran sebuah Code of Conduct
yang selengkapnya mungkin akan lebih mengkokohkan struktur dasar dari Sistem
Pelayanan Publik Indonesia.

Perkeretaapian di Indonesia dikelola oleh PT KAI, sebagai salah satu BUMN di negeri ini.

pemerintah baru saja menaikkan tiket kereta api, tetapi dalam waktu sehari pemerintah
menurunkannya kembali. Direktur Komersial Kereta Api, Sulistyo Wimbo Hardjito mengatakan,
tarif kereta kelas ekonomi perlu dinaikkan karena sejak 2002 tidak pernah naik. Bahkan pada 2009,
Kereta Api justru menurunkan tarif. Kenaikan tarif kereta ini sebelumnya sempat tertunda tiga kali
pada 2010, dan awal tahun ini akan diberlakukan mulai tanggal 7 Januari 2011. Dengan kenaikan
ini, PT Kereta Api berjanji meningkatkan pelayanan, di antaranya meningkatkan keamanan
penumpang, menambah kipas angin, lampu, dan kebersihan stasiun. Fokus pada kata peningkatan
pelayanan yang perlu disoroti adalah hal-hal apa yang telah terjadi pada perkeretaapian setahun
belakangan ini.

Terdapat Bad record mengenai kecelakaan kereta api selama tahun 2010 silam. Kereta api
pengangkut BBM menabrak bus antarkota antarprovinsi (AKAP) PO Lubuk Basung Jaya
Transport, di Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) kawasan Lembayung, Kelurahan Bandar Agung,
Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan (Antara News), Kecelakaan lalu lintas kembali terjadi. Sebuah
kereta api menabrak mobil Isuzu L 300 bernopol B 9825 UD di perlintasan kereta api di Stasiun
Pasar Minggu, Jakarta Selatan (Detik News Jakarta), Tergulingnya KA Logawa di di Saradan-
Madiun, kecelakaan di Caruban, Tabrakan antara KA Argo Bromo dan KA Senja Utama, dan
terdapat beberapa kecelakaan lainnya. Tidak heran, berita yang selalu didengung-dengungkan
adalah mendesak Kementerian Perhubungan dan Direksi PT KAI bekerja professional
menciptakan road map to zero accident, mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas di
lingkungan PT KAI guna mencapai target zero accident yang sudah dicanangkan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai